Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

8. Kadisiah1 (1/4)

Musanna menarik pasukannya - 169; Sa'd bin Abi Waqqas - 170; Persiapan Umar untuk mengulang kembali ke Irak - 174; Umar mengikuti perkembangan dari jauh - 175; Perjalanan Sa'd menuju Syaraf - 176; Menyerang Uzaib dan menuju Kadisiah - 177; Yazdigird bertukar pikiran dengan Panglirna Besarnya, Rustum - 179; Delegasi Muslimin kepada Yazdigird - 180; Perjalanan Rustum ke Kadisiah - 187; Ramalan nujum menurut Rustum - 188; Pertempuran Kadisiah, bagaimana mulanya - 189; Penyakit Sa'd kambuh lagi - 192; Kedua angkatan bersenjata berhadap-hadapan - 195; Pertempuran Armas dan serangan pasukan gajah - 198; Pertempuran Agwas dan peranan Qa'qa' dan Abu Mihjan - 202, Pertempuran kembali berkecamuk - 204; Kiat menghadapi gajah - 205; "Malam yang geram" - 208; Kemenangan yang sangat menentukan - 210; Besarnya rampasan Kadisiah - 211; Pengaruh Kadisiah atas berdirinya Kedaulatan Islam - 214; Rahasia Kadisiah dan pelajaran yang dapat ditarik - 216

Pasukan Muslimin telah berhasil menghancurkan pasukan Rumawi di Fihl. Setelah itu Abu Ubaidah dan Khalid berangkat menuju Hims, sementara Hasyim bin Utbah dan Qa'qa' bin Amr memimpin pasukan Irak, juga berangkat sebagai bala bantuan kepada angkatan bersenjata Muslimin. Dari Medinah Sa'd bin Abi Waqqas berangkat pula seperti mereka yang berangkat dari Syam memimpin 10.000 anggota pasukannya, yang oleh Umar dikirim untuk mengikis kekuasaan Persia di seluruh Irak.

Musanna menarik pasukannya

Pimpinan pasukan di bawah Sa'd ini dari hasil perundingan yang cukup lama. Soalnya sesudah perang Buwaib Musanna melaporkan kepada Umar tentang pertemuan pasukan Persia dan Yazdigird (Yazdijird) bin Syahriar anak Kisra yang naik takhta dan dikirimnya pasukan demi pasukan untuk memerangi pasukan Arab serta akibatnya dengan bergejolaknya penduduk Sawad terhadap pasukan Muslimin, dan ia terpaksa menarik pasukannya ke Zu Qar di perbatasan Semenanjung Arab. Ketika itu Umar menulis kepada wakil-wakilnya di kota-kota kecil dan kabilah-kabilah di seluruh kawasan Arab dengan mengatakan: "Semua orang yang memiliki senjata dan kuda, yang mempunyai keberanian atau kearifan pilihlah dan kirimkanlah kepada saya. Cepat! Cepat!!" Dan katanya lagi: "Akan kuhantam raja-raja Persia itu dengan raja-raja Arab." Sesudah ada beberapa ribu prajurit yang berkumpul, ia berangkat sampai ke suatu tempat mata air yang disebut Sirar, dan ia berkemah. Tidak jelas, dia sendirikah yang memimpin pasukan itu ke Irak, ataukah ia tetap di Medinah dan menunjuk orang lain memimpinnya. Hal ini ditanyakan oleh Usman bin Affan. Ia memanggil orang untuk salat. Setelah mereka berkumpul, ia meminta pendapat mereka siapa yang akan memimpin pasukan itu ke Irak. Orang-orang awam mengusulkan: Berangkatlah dan pimpinlah kami bersamamu. Umar melibatkan diri dengan pendapat mereka itu, tetapi ia menginginkan masalah ini dapat dipecahkan dengan cara yang sebaik-baiknya.

Ia mengundang sahabat-sahabatnya untuk berunding. Setelah berkumpul Umar berkata: Berikanlah pendapat kalian; saya bingung. Sesudah saling bertukar pendapat mereka sepakat agar Amirulmukminin mengirim salah seorang dari sahabat Rasulullah untuk memimpin pasukan dan dia sendiri tetap di Medinah untuk mengirimkan bala bantuan. "Kalau tujuannya kemenangan, itulah yang diinginkan oleh semua. Atau biarlah pasukan lain yang berangkat untuk memancing musuh sampai datang pertolongan Allah kepada kita." Yang mengatakan ini kepada Umar di antaranya Abdur-Rahman bin Auf, untuk mendukung pendapat itu: "Tinggallah di sini dan kirimkan sajalah pasukan," katanya. "Sudah Anda lihat kehendak Allah kepada Anda dalam pasukanmu sebelum dan sesudahnya. Kalau pasukan Anda yang kalah, tidak sama dengan kekalahan Anda. Kalau dalam langkah permulaan Anda terbunuh atau kalah, saya khawatir kaum Muslimin tidak akan bertakbir dan tidak akan membaca lagi syahadat Ia ilaha illallah." Ketika itu kaum Muslimin oleh Umar dikumpulkan dan ia berpidato, di antaranya ia mengatakan: "Memang seharusnya kaum Muslimin bermusyawarah mengenai segala persoalan mereka. Sebenarnya saya seperti kalian, lalu orang-orang bijak di antara kalian itu melarang saya keluar. Saya memang berpendapat akan tetap di sini dan akan mengirim orang."

Sa'd bin Abi Waqqas

Umar menanyakan kepada pembantu-pembantu dekatnya siapa yang akan dipilih memimpin pasukan itu. Sementara mereka sedang mengemukakan nama-nama di antara mereka, tiba-tiba datang surat buat Umar dari Sa'd bin Abi Waqqas — yang ketika itu termasuk orang terpandang di Najd — bahwa dia sedang memilih seribu orang kesatria yang berani. Setelah yang hadir mendengar isi surat itu dan Umar menanyakan siapa yang akan dicalonkan memimpin mereka, mereka menjawab: Orang itu sudah ada! Siapa? tanya Umar. Mereka menjawab: Singa yang masih dengan cakarnya! Sa'd bin Malik!2 Usul mereka disetujui oleh Umar. Ia mengutus orang memanggil Sa'd yang ketika itu tinggal di Najd, dan dia yang diserahi pimpinan dalam perang dengan Irak. Pesan yang pertama diberikan kepadanya: "Sa'd, Sa'd Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan kebaikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab kecuali dengan ketaatan. Apa yang biasa dilakukan Nabi lakukanlah, dan hendaklah Anda sabar dan tabah!"

Umar berpesan demikian karena kedudukan Sa'd di tengah-tengah kaum Muslimin dan masih kerabat Rasulullah. Dia dari Banu Zuhrah, keluarga paman Nabi dari pihak ibu, dan termasuk Kuraisy yang mula-mula masuk Islam, dalam usia tujuh belas tahun. Untuk itu ia pernah berkata: "Ketika saya masuk Islam Allah belum mewajibkan salat." Dan katanya lagi: "Belum ada laki-laki yang sudah masuk Islam sebelum saya selain orang yang bersamaan dengan saya masuk Islam pada hari yang sama ketika saya masuk Islam. Suatu hari pernah saya merasakan bahwa saya adalah sepertiga Islam." Dan Aisyah putrinya melukiskannya dengan mengatakan: "Ayahku berperawakan gemuk pendek, jari-jarinya tebal, kasar dan berbulu, menggunakan cat hitam." Sa'd orang kaya dan hidup senang, mengenakan pakaian sutera dan cincin emas. Karenanya hadis tentang wasiat dihubungkan kepadanya. Di masa mudanya ketika di Mekah ia pernah jatuh sakit hingga hampir mati. Suatu hari Rasulullah menengoknya dan ia berkata kepadanya: "Rasulullah, harta saya banyak dan tak ada orang yang akan mewarisinya selain anak saya perempuan. Bolehkah saya mewasiatkan dengan sepertiganya?" Kata Rasulullah: Tidak. Kata Sa'd: Separuhnya? Tidak, kata Rasulullah lagi. Sepertiganya? tanya Sa'd lebih lanjut. Ketika itu Rasulullah berkata: "Sepertiga, sepertiga itu banyak. Lebih baik Anda membiarkan ahli waris itu kaya daripada membiarkan mereka menjadi beban dan meminta-minta kepada orang."

Di samping sifat-sifatnya demikian itu Sa'd adalah kesatria dan pahlawan pemberani. Ia termasuk pemanah yang terbilang dari sahabat-sahabat Rasulullah. Dia ikut terjun dalam beberapa peperangan di Badr, Uhud, Khandaq, Hudaibiah, Khaibar, dalam pembebasan Mekah dan dengan semua ekspedisi bersama Rasulullah. Dalam pembebasan Mekah dia yang membawa salah satu dari tiga bendera Muhajirin. Dalam Perang Uhud, ketika orang banyak yang berlarian, ia tetap bertahan bersama Rasulullah. Dia melindungi Rasulullah demikian rupa sehingga Rasulullah berkata: "Sa'd, lepaskan (anak panahmu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu!" Dia adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam Islam tatkala ia berangkat dalam satuan Ubaidah bin al-Haris ke suatu tempat mata air di Hijaz di Wadi Rabig. Ia bertemu dengan rombongan Kuraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Lalu mereka menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata selain panah yang dilepaskan Sa'd. Itu sebabnya ia berkata: "Saya orang pertama di kalangan Arab yang melepaskan anak panah di jalan Allah." Begitu itulah sifatnya. Tidak heran jika ia menjadi singa yang masih dengan cakarnya, dan secara aklamasi semua orang setuju ia diangkat menjadi komandan pasukan yang akan diberangkatkan ke Irak untuk menghadapi suatu situasi yang paling kritis yang pernah dihadapi pasukan Muslimin.

Sa'd berangkat dari Medinah menuju Irak dengan 4000 prajurit dengan membawa istri dan anak-anak mereka. Sesudah ia berangkat berdatangan pula kekuatan pasukan ke Medinah berturut-turut memenuhi seruan Umar. Mereka dikirim untuk bergabung menyusul Sa'd. Dengan demikian jumlah dan kekuatan pasukannya bertambah. Yang membuat kekuatannya bertambah karena seluruh Semenanjung Arab mengirimkan putra-putra terbaiknya, terdiri dari para pahlawan, kesatria penunggang kuda, penyair, orator dan pemimpin-pemimpin yang masing-masing mempunyai kepemimpinan dan kedudukan tersendiri. Di antara mereka terdapat Amr bin Ma'di Karib az-Zabidi, Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Asy'as bin Qais al-Kindi dan beberapa lagi pemimpin yang lain, masing-masing memimpin kabilahnya. Ketika Sa'd sudah mendekati Zarrud kekuatannya sudah mencapai 20.000 ribu orang. Kekuatan Musanna yang ditarik ke Zu Qar sesudah pertempuran Buwaib, dan sesudah kekuasaan Persia berada di tangan Yazdigird, sebanyak 3000, dari jumlah kabilah-kabilah berdekatan yang bergabung dengan mereka 5000. Pasukan yang datang dari Syam di bawah komando Hasyim bin Utbah sebanyak 8000. Dengan demikian jumlah anggota pasukan yang berangkat dari berbagai penjuru untuk berpartisipasi di Kadisiah sekitar 36.000. Sejak Musanna berangkat ke Delta Furat dan Tigris di masa pemerintahan Abu Bakr, ini termasuk pasukan terbesar yang pernah disiapkan Muslimin untuk menyerang Irak.

Tatkala Sa'd sampai ke Syaraf, sementara menunggu kedatangan pasukan yang dari Syam, penggalangan kekuatan itu sudah selesai. Tetapi Musanna tidak bersama pasukannya, karena luka-lukanya akibat pertempuran di jembatan telah membusuk dan dia meninggal setelah pimpinan pasukan diserahkan kepada Basyir bin al-Khasasiah. Juga alMu'anna bin Harisah, saudara Musanna, tidak ikut serta dalam pasukan ini, sebab dia mendapat berita, bahwa Qabus bin Qabus bin al-Munzir pergi ke Kadisiah atas perintah pihak Persia untuk mengajak orang-orang Arab bergabung dengan pasukan Persia memerangi pasukan Muslimin. Dia adalah penulis Banu Bakr bin Wa'il, seperti an-Nu'man bin al-Munzir ketika dulu menulis kepada mereka mengajak bergabung dengan pasukannya. Mu'anna cepat-cepat meninggalkan Zu Qar menuju daerah Banu Bakr bin Wa'il untuk mengacaukan rencana Qabus, dan meminta Banu Bakr tetap setia pada kekuasaan Muslimin. Setelah itu ia kembali ke Zu Qar dengan membawa Salma istri saudaranya, Musanna, dan sama-sama berangkat menyusul Sa'd di Syaraf, yang ketika itu sudah siap akan bertolak ke Kadisiah.

Salma dan Mu'anna masuk menemui Sa'd. Ia menyampaikan laporan tentang Qabus dan Banu Bakr bin Wa'il. Disebutkannya juga pesan Musanna kepadanya untuk tidak menyerang musuh, Persia, kalau mereka dan semua staf berkumpul, dan jangan menyerang mereka di dalam wilayah mereka sendiri, tetapi seranglah mereka di daerah yang berbatasan dengan negeri mereka, yang dekat ke daerah pedalaman Arab dan tidak jauh dari daerah perkotaan. Kalau Allah memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin melawan musuh, segala yang ditinggalkan untuk mereka; kalau kebalikannya mereka lebih tahu mencari jalan keluar dan lebih berani di negeri sendiri, sampai nanti Allah memberikan giliran mereka yang membalas menyerang musuh.

Setelah Sa'd mengetahui pendapat Musanna dan wasiatnya, ia merasa makin sedih atas kematiannya itu dan mendoakannya. Pimpinan yang di tangannya supaya diteruskan dan ia mengharapkan segala yang baik bagi keluarganya. Setelah itu ia melamar Salma dan mengawininya. Perkawinan cara demikian ini merupakan salah satu adat kebiasaan orang Arab sebagai penghargaan untuk mengenang almarhum dan sebagai penghormatan kepada jandanya sehingga ia tetap dengan harga dirinya dan terhormat seperti pada masa suaminya yang dulu masih hidup.

Persiapan Umar untuk mengulang kembali ke Irak

Umar bin Khattab di Medinah mengikuti terus gerak gerik dan berpindah-pindahnya pasukan di Irak itu. Salah satu perintahnya kepada Sa'd supaya dalam setiap situasi ia selalu menulis laporan kepadanya dan siap menerima perintah-perintahnya. Sa'd memang sudah menulis laporan kepadanya begitu ia sampai di Syaraf, sebelum diterima berita kematian Musanna, dan menyebutkan juga segala berita tentang dia dan ia mengharapkan bimbingannya. Setelah membaca surat Sa'd Umar mengirim pesan kepada Sa'd, yang pendapatnya sama dengan pendapat Musanna dalam wasiatnya. Ia mengeluarkan perintah kepada Sa'd segera berangkat ke Kadisiah — di zaman jahiliah Kadisiah merupakan pintu masuk ke Persia — dan agar berada di antara daerah pedalaman dengan perkotaan, mengambil jalan dan jalur ke Persia. Kemudian katanya: "Anda jangan gentar karena besarnya jumlah lawan dan perlengkapan yang lebih besar. Mereka orang-orang yang banyak tipu muslihatnya. Kalian harus sabar dan tabah dengan disiplin yang baik dan niat yang jujur dalam mengharapkan kemenangan menghadapi mereka, sebab mereka tak pernah bersatu. Kalaupun mereka bersatu, hanya di luarnya. Jika yang terjadi sebaliknya, kembalilah kalian ke garis belakang sampai ke pedalaman. Di sana kalian akan lebih berani, dan mereka lebih penakut dan lebih tidak tahu apa-apa, sampai nanti Allah memberi kemenangan dan giliran kalian yang membalas menyerang mereka." Surat itu di antaranya ditutup dengan: "Laporkanlah segala persoalanmu dan seluk beluknya, bagaimana kalian berpangkal dan di mana letak musuh kalian berada, dan buatlah surat laporan kalian sedemikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat kalian, dan jelaskan keadaan kalian dengan sejelas-jelasnya."

Dalam mengirimkan perintah-perintahnya itu soal-soal besar dan kecil tak ada yang dilupakan oleh Umar. Tidak cukup hanya memberi semangat kepada para perwira dan prajuritnya, ia juga menggugah hati mereka, dan menyebutkan segala kebanggaan mereka dan kaum mereka. Tidak lupa ia mengingatkan tentang kekuatan dan tipu muslihat musuh. Bahkan ia melukiskan beberapa rencana, dan menyebutkan kepada mereka saat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, seolaholah ia sudah tahu keadaan dan geografi negeri itu. Dalam suratnya kepada Sa'd antara lain ia mengatakan: "Kalau Anda sudah sampai di Kadisiah — dan di zaman jahiliah Kadisiah merupakan pintu masuk ke Persia — dan menjadi gerbang segala bahan keperluan mereka, tempat berlabuh yang luas, subur dan kukuh, di belakangnya jembatan-jembatan lengkung dan sungai-sungai yang jarang ada, maka pasukan kalian agar waspada3 dan berada di antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan."

Pada saat keberangkatannya ia menulis dari Syaraf: "Kalau hari anu dan hari anu berangkatlah dengan pasukan Anda sampai tiba di antara Uzaibul Hijanat dengan Uzaibul Qawadis, dan berkelilinglah dengan pasukan Anda di sekitar daerah itu." Dalam suratnya yang lain kepada Sa'd ia berkata: "Laporkanlah kepada saya, sudah sampai di mana Anda dan rombongan Anda, siapa komandan mereka yang mengatur bentrokan dengan kalian. Apa yang ingin saya tulis tak dapat saya lakukan karena terbatasnya pengetahuan saya tentang apa yang kalian serang dan yang sudah menjadi keputusan mengenai keadaan musuh. Lukiskanlah kepada kami tempat-tempat perhentian pasukan Muslimin dan kota tempat kalian berada dengan Mada'in demikian rupa sehingga seolah-olah saya melihat sendiri."

Umar mengikuti perkembangan dari jauh

Dalam suratnya Sa'd melukiskan negeri-negeri serta letak Kadisiah dari Atiq — salah satu anak sungai Furat — dan Khandaq Shapur. Dilukiskan juga dataran Kadisiah yang hijau, yang membentang panjang ke Hirah, terletak di antara dua jalan yang salah satunya di antara Khawarnaq dengan Hirah, jalan mendaki dan yang sebuah lagi menuju ke Walajah dalam genangan air yang melimpah. Kemudian disebutkan juga bahwa penduduk Sawad yang dulu sudah mengadakan perdamaian dengan pasukan Muslimin sekarang membelot, bergabung dan membantu pihak Persia. Atas surat itu Umar membalas: "Surat Anda sudah saya terima dan mengerti. Tetaplah di tempat Anda sampai Allah nanti menceraiberaikan musuh. Ketahuilah bahwa sesudah itu akibatnya akan dirasakan. Jika Allah mengaruniakan Anda sampai mereka mundur, janganlah Anda menjauhi mereka sebelum Anda dapat menyerbu mereka di Mada'in, karena di situlah nanti kehancuran mereka, insya Allah. Saya sudah yakin bahwa kalian akan dapat mengalahkan mereka, maka janganlah ragu mengenai hal ini." kemudian ia mendoakan Sa'd dan pasukan Muslimin umumnya. Surat-menyurat antara Umar dengan Sa'd ini membuktikan betapa besarnya perhatian Umar terhadap Irak. Ia mengikuti berita-berita pasukan itu dengan sangat saksama serta perhatiannya seolah dia sendiri yang menjadi komandan memimpin pasukan yang sudah siap tempur. Dia yang mengarahkan panglimanya dan mengikuti setiap gerak geriknya. Begitu juga halnya dengan pasukan Muslimin di Syam. Dia menulis kepada Abu Ubaidah bin Jarrah sama seperti yang ditulisnya kepada Sa'd bin Abi Waqqas. Ia mengikuti perjalanan para panglima serta pasukannya itu dengan pikirannya, bahkan dengan hati dan segenap raganya; seolah ia hadir dan berjalan bersama mereka, ikut menjaga mereka dari bahaya musuh, ikut bersama-sama dalam suka dan duka, sangat mengharapkan sekali akan kemenangan mereka. Dan untuk mencapai kemenangan ini ia mengumumkan seruan demi seruan di segenap penjuru Semenanjung Arab, mengajak mereka yang mampu berperang lalu mengarahkan mereka ke Irak atau ke Syam. Soalnya, karena ia yakin sekali bahwa kalau Mada'in tidak dibebaskan, termasuk Irak keseluruhannya, begitu juga Hims dan Antakiah tidak dibebaskan, termasuk seluruh Syam, maka tanah Arab akan terus-menerus berada dalam ancaman dua ekor singa — Persia dan Rumawi. Ancaman terhadap negeri-negeri Arab berarti ancaman terhadap agama yang baru tumbuh ini. Melindungi agama ini dan kebebasan berdakwah merupakan fardu ain bagi setiap Muslim, terutama sekali bagi Amirulmukminin, dan kemudian bagi setiap Muslim. Untuk melindunginya, cakar kedua singa itu harus dipangkas, dan mengikis setiap kekuatan yang mengancam Semenanjung itu.

Perjalanan Sa'd menuju Sydraf

Dengan sudah diterimanya surat-surat Umar itu maka sekarang ia memulai perjalanannya dari Syaraf menuju Kadisiah. Tetapi ia baru akan meninggalkan Syaraf sesudah mengadakan mobilisasi dan menyiapkan pasukannya demikian rupa yang sudah diketahui dan disetujui oleh Umar. Ia mengangkat beberapa pimpinan pasukan, mengatur pimpinan regu, setiap sepuluh regu dipimpin seorang arif.4 Untuk beberapa angkatan ia mengangkat tokoh-tokoh yang mula-mula dalam Islam. Untuk garis depan dan sayap kanan dan kiri ia menempatkan pahlawan-pahlawan yang dulu ikut berperang bersama-sama Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam angkatan itu terdapat 1.400 orang yang berperang bersama Rasulullah, di antaranya sekitar 70 orang veteran Badr, sekitar 310 orang mereka yang pernah ikut berperan dalam Bai'aturRidwan dan yang sesudahnya, 300 orang pernah dalam pasukan pernbebasan, 700 dari anak-anak para sahabat Nabi dari seluruh penjuru kawasan Arab. Sa'd berangkat perlahan-lahan memimpin mereka hingga mencapai Uzaib. Mereka berhenti di sini dan tinggal cukup lama sebelum meneruskan perjalanan ke Kadisiah.

Uzaib adalah sebuah gudang senjata Persia yang dijaga ketat dalam sebuah benteng yang kukuh. Pasukan perintis Muslimin waktu subuh sudah sampai ke tempat itu. Mereka berhenti di depannya sambil melihat-lihat benteng itu. Ternyata di setiap benteng mereka melihat ada orang yang mengawasi. Oleh karena itu mereka menahan diri, tidak segera maju, sampai kemudian ada sekelompok pasukan datang menyusul mereka hendak menyerang benteng itu. Setelah berada di dekat benteng mereka melihat seseorang memacu kudanya ke arah Kadisiah, dan benteng-benteng tampaknya sudah kosong, tak tampak ada orang. Saat itu mereka yakin bahwa kemunculan orang itu di benteng suatu muslihat untuk melihat dan mengetahui kekuatan mereka, setelah itu ia akan cepat-cepat ke Persia memberitahukan keadaan mereka. Di benteng itu pasukan Muslimin menemukan ada beberapa tombak, panah dan keranjang yang mereka pergunakan. Zuhrah bin al-Hawiah segera pula memacu kudanya mengejar dan akan menawan orang itu. Tetapi tidak tersusul. Ia kembali ikut melibatkan diri dengan pasukan Muslimin yang lain membicarakan ketabahan dan keberaniannya.

Menyerang Uzaib dan menuju Kadisiah

Sa'd bin Abi Waqqas masih di Uzaib tatkala sudah tak ada lagi pasukan Persia. Setelah itu ia mengirim pasukannya dalam upaya mengadakan serangkaian serangan ke sekitarnya untuk menanamkan rasa gentar di kalangan penduduk sambil membawa rampasan dan tawanan perang. Salah satu pasukan berkuda cepat ini berangkat malam hari menuju Hirah. Sesudah melewati Sailahin dan sudah menyeberangi jembatannya dalam perjalanan ke ibu kota Banu Lakhrn mereka mendengar ada suara-suara ribut. Mereka segera berkumpul dan membuat tempat persembunyian sambil mencari kejelasan. Sementara mereka dalam keadaan serupa itu tiba-tiba lalu pasukan berkuda didahului oleh putri seorang marzahdn (pembesar Persia) Hirah dalam iring-iringan membawa pengantin ke tempat penguasa daerah Sinnain, salah seorang bangsawan Persia. Setelah pasukan berkuda itu melalui tempat persembunyian tersebut pasukan Muslimin segera menyergap mereka yang mengelilingi pengantin perempuan itu. Mereka kucar-kacir berlarian. Barang-barang bawaan mereka rampas, putri marzaban dan tiga puluh perempuan keluarga para pembesar serta seratus orang lagi pengikutnya berikut rampasan perang dalam jumlah besar dan berharga itu mereka bawa pulang dan diserahkan kepada Sa'd di Uzaib, yang kemudian dibagi-bagikannya kepada pasukan Muslimin.

Penduduk Irak sekarang dicekam rasa ketakutan. Mereka mati kutu dan pembangkangan mereka terhadap pasukan Muslimin mulai reda. Sa'd merasa tenang dengan keadaannya di Uzaib itu dan ia terus memperkuat diri. Banyak keluarga Arab yang dilepaskan, dan perempuanperempuan itu dijaga oleh satu pasukan berkuda. Untuk itu ia menugaskan Galib bin Abdullah al-Laisi. Sesudah itu ia pergi ke Kadisiah dan berpangkal di benteng Qudais, sedang Zuhrah bin Hawiah di balik jembatan Atiq. Ia membagi-bagi pasukan, tiap kelompok di satu tempat tertentu. Ia tinggal di sana mengirimkan pasukan berkuda cepat untuk membawa bekal bahan makanan berupa kambing, sapi, gandum, tepung dan segala macam keperluan.5

Sa'd tinggal di Kadisiah selama' sebulan. Kehidupan pasukan cukup makmur dengan makanan yang dibawa oleh pasukan berkuda cepat yang sudah menyebar sampai ke Hirah, Kaskar dan Anbar. Sa'd menulis kepada Umar melaporkan keadaan mereka. Barangkali dalam laporan ini ia melukiskan keadaan Kadisiah lebih terinci lagi. Ia menyebutkan bahwa Persia tidak mengutus orang kepada mereka dan tidak menyerahkan pimpinan tentaranya untuk memerangi mereka kepada siapa pun yang mereka ketahui. Hanya saja tak lama sesudah itu diketahuinya dari penduduk Hirah, bahwa Yazdigird telah menyerahkan pimpinan perang ke tangan Rustum bin Farrukhzad, dengan perintah untuk berangkat menghadapi pasukan Muslimin. Sekali lagi ia kemudian menulis surat menyampaikan berita ini. Dalam balasannya Umar mengatakan: "Janganlah Anda berkecil hati karena berita yang Anda terima tentang mereka atau apa pun yang mereka bawa. Mintalah pertolongan kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya. Ajaklah orang-orang yang arif dan tabah berdoa kepada-Nya. Dengan doa itu Allah akan membuat mereka lemah dan lumpuh. Buatlah laporan kepada saya setiap hari."

Mungkin kita heran bahwa pihak Persia begitu lamban tidak segera menghadapi Sa'd dan pasukannya, setelah mereka mengadakan pertemuan dengan Yazdigird dan siap membantunya untuk mengadakan pembalasan atas kekalahan pasukan mereka di Buwaib. Sa'd meninggalkan Medinah pada permulaan musim semi tahun itu. Kemudian ia tinggal selama beberapa bulan di Syaraf dan di Uzaib, dan lebih sebulan tinggal di Kadisiah sebelum ia mengetahui tentang perjalanan pasukan Persia untuk memeranginya. Jadi selama itu di mana pasukan Persia? Dan apa yang dilakukan Yazdigird selama bulan-bulan itu?

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team