Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

8. Kadisiah1 (3/4)

Penyakit Sa'd kambuh lagi

Berita pertama yang kini diterimanya sudah menambah harapannya akan kesudahan yang selama itu diyakininya. Dalam pertempuran pertama itu ada berita bahwa penyakit yang sering diderita Sa'd bin Abi Waqqas kini kambuh, sehingga ia tak dapat naik kuda atau duduk. Ia hanya tertelungkup dengan dada bertopang ke bantal dan mengawasi pasukannya dari gedung dengan melemparkan sobekan-sobekan berisi perintah-perintah. Ia menderita sakit tulang pinggul dan bisul-bisul, sehingga pada saat-saat yang sangat diperlukan oleh pasukan Muslimin, kesatria pahlawan yang amat piawai ini tak mampu bergerak dari tempatnya. Harapan Yazdigird bertambah besar setelah ada berita yang disampaikan kepadanya bahwa beberapa kalangan Muslimin yang ada kurang puas terhadap Sa'd dan mereka mengejek karena penyakitnya itu, sehingga ada yang berkata:

Kita berperang hingga Allah memberikan pertolongan-Nya
Dan Sa'd menahan diri sampai di pintu Kadisiah,
Kami kembali, dan istri-istri pun banyak yang menjanda
Tetapi istri-istri Sa'd tak ada yang menjadi janda.

Begitu pun ejekan orang, sampai juga kepada Sa'd dan bahwa sebagian kalangan terkemukanya mencurigainya dan membuatnya sangat terganggu. Mereka menuduhnya lemah dan kurang bersemangat. Hal ini sangat menyinggung perasaannya, dia marah dan berkata kepada mereka yang ada di sekelilingnya: Gotonglah saya dan perlihatkanlah kepada orang-orang itu. Mereka yang di sekelilingnya itu mengangkatnya dan pasukannya menyaksikan sendiri penyakit yang dideritanya. Mereka pun dapat mengerti. Tetapi buat Sa'd itu tidak cukup; dia mengecam mereka yang banyak mengganggunya itu dengan berkata kepada mereka: "Sungguh, kalau tidak karena musuh kita sudah di tengahtengah kita, niscaya kujatuhkan hukuman yang berat kepada kalian sebagai pelajaran bagi yang lain. Setiap ada orang sesudah itu akan mengulangi lagi dengan merintangi pasukan Muslimin dari musuh dan mengganggu perhatian mereka padahal musuh sudah di depan mereka, hukurnan itu kujadikan suatu ketentuan bagi mereka yang kemudian!"

Ia memerintahkan anak buahnya, di antaranya Abu Mihjan as-Saqafi, untuk mengurung dan mengikat mereka di dalam gedung. Menghadapi sikap tegas serupa itu mereka tidak saja menerima alasan Sa'd, bahkan mereka mengumumkan kesetiaan dan kepatuhan mereka. Jarir bin Abdullah al-Bajili pernah mengucapkan kata-kata, di antaranya: "Saya sudah menyatakan ikrar setia kepada Rasulullah, bahwa saya akan patuh dan taat kepada siapa saja yang memegang pimpinan, sekalipun ia seorang budak Abisinia (budak kulit hitam)." Semangat ini yang kemudian kembali menyala dalam jiwa pasukan Muslimin. Dengan demikian bibit-bibit fitnah itu menjadi reda dan dapat diredam.

Ketika itulah Sa'd menulis kepada komandan-komandan pasukan: "Saya mengangkat Khalid bin.Urfatah menggantikan saya memimpin kalian. Kalau tidak karena penyakitku ini kambuh, sayalah yang akan memegang pimpinan. Saya sekarang tertelungkup tetapi hati saya bersama kalian. Ikutilah perintahnya dan patuhilah dia. Segala yang diperintahkannya itu atas perintah saya." Surat itu dibacakan kepada semua pasukan dan mereka pun sepakat menerima alasan Sa'd dan dengan senang hati mereka menyetujui segala tindakannya.

Dalam keadaan masih serupa itu Sa'd berpidato kepada pasukan berikutnya. Sesudah mengucapkan syukur dan puji-pujian kepada Allah ia berkata: "Hanyalah Allah yang Hak, tiada bersekutu dalam kerajaan, dan tak ada yang bertentangan dalam wahyu-Nya. Allah 'azza wa jalla berfiman: "Dan sebelumnya sudah Kami tulis dalam Zabur — sesudah pesan (yang diberikan kepada Musa) — "Bahwa bumi akan diwarisi oleh hambahamba-Ku yang saleh." (Qur'an, 21: 105). Ini adalah warisanmu dan inilah yang dijanjikan Allah. Ia telah mengizinkan ini bagi kalian sejak tiga tahun lalu. Kalian dapat makan dari sana. Membunuh, memungut dan menawan mereka sampai hari ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang pernah mengalami perang di antara kamu. Rombongan itu sudah mendatangi kalian, sementara kalian adalah pemuka-pemuka Arab dan orang-orang pilihan setiap kabilah. Mereka yang kamu tinggalkan akan membanggakan kalian. Kalau kalian menjauhi dan mengharapkan hidup akhirat, Allah akan memberikan kepada kalian dunia dan akhirat. Ia tidak akan memberikannya kepada siapa pun sampai tiba waktunya. Tetapi kalau kalian gagal, kalau kalian lemah kalian akan kehilangan kekuatan dan hari akhirat kalian akan sia-sia."

Asim bin Amr melihat Sa'd sedang menahan sakitnya. Makin terharu ia mendengar kata-katanya itu, lalu katanya kepada mereka: "Penduduk negeri ini oleh Allah sudah dihalalkan bagi kalian. Dan selama tiga tahun ini kita mendapat pukulan dari mereka sedang mereka tidak mendapat apa-apa dari kita. Kita lebih unggul dan Allah bersama kita. Kalau kita sabar dan tabah dan kita dapat membuktikan pukulan dan tikaman yang tepat, maka segala harta mereka, perempuan, anak-anak dan negeri mereka buat kalian. Tetapi kalau kita lemah dan gagal — dan semoga Allah melindungi dan menjaga kita — tak ada lagi dari kalian ini yang masih akan tersisa karena dikhawatirkan akan berbalik menjadi kehancuran. Berhati-hatilah! Demi Allah! Ingatlah masamasa lalu dan apa yang sudah dikaruniakan Allah kepada kita. Tidakkah kalian lihat bahwa bumi di belakang kalian adalah padang gersang, kering, tak ada sedikit pun tempat berteduh atau tempat berlindung untuk mempertahankan diri! Arahkanlah tujuan kalian ke akhirat!"

Sa'd kemudian memanggil orang-orang yang pendapatnya paling dapat diterima, berani dan terpandang. Di antara mereka sebagai pemikir yang bijak adalah Mugirah bin Syu'bah dan Asim bin Amr; yang dikenal pemberani Tulaihah bin Khuwailid dan Amr bin Ma'di Karib, dan dari kalangan penyair terdapat Syammakh, al-Hutai'ah dan Abadah bin at-Tabib dan beberapa lagi dari kelompok-kelompok lain. Ia berkata kepada mereka: "Berangkatlah kalian dan sampaikanlah kepada mereka apa yang menjadi kewajiban kalian dan kewajiban mereka di pusatpusat kekuatan itu. Di kalangan orang Arab kalian mempunyai kedudukan yang seperti keadaan kalian sekarang ini; ada yang penyair, orator, pemikir dan prajurit yang berani. Kalian adalah pemimpinpemimpin mereka. Berangkatlah kalian kepada mereka, ingatkanlah mereka dan berilah mereka semangat dalam berperang."

Mereka semua berangkat, ada yang mengucapkan pidato, ada yang membacakan syair dan menjanjikan kemenangan dengan kata-kata yang dapat menggetarkan hati dan perasaan. Huzail al-Asadi berkata kepada kelompoknya: "Saudara-saudara Ma'add!9 Jadikan benteng-benteng kalian sebagai pedang! Jadilah kalian di situ sebagai singa di hutan, seperti harimau yang segera berubah muka, siap menerkam! Percayalah kepada Allah dan pejamkan mata kalian! Kalau pedang sudah tak berdaya, gunakanlah batu karena batu dapat menggantikan apa yar.g tak ada dalam besi!" Dan Asim bin Amr berkata: "Saudara-saudara dari kalangan Arab, kalian adalah pemuka-pemuka Arab. Kalian sudah bertahan terhadap pemuka-pemuka Persia. Tetapi yang kalian pertaruhkan adalah surga sedang mereka mempertaruhkan dunia. Sekali-kali tidak mungkin mereka lebih pasrah dengan dunia mereka itu daripada kalian dengan akhiratmu. Janganlah membicarakan sesuatu hari ini yang di kemudian hari akan membawa aib bagi orang Arab."

Mereka masing-masing lalu berbicara di sekitar soal ini. Setiap pemuka berpidato kepada jemaahnya, dan saling memberikan semangat agar penuh disiplin, patuh dan tabah, saling memegang janji dan saling mengikat diri untuk menang atau mati.

Kedua angkatan bersenjata berhadap-hadapan

Rustum sudah melihat persiapan pasukan Muslimin. Semangat cinta tanah airnya segera timbul. Lupa ia pada ramalan buruknya, sudah tak ingat lagi pada ramalan-ramalan penujumannya. Persia telah mengembalikan prajurit teladan itu yang dikenalnya sebagai pahlawannya yang terbesar. Oleh karena itu, tak lama lagi, ketika pasukannya menyeberang sungai, mereka sudah dibariskan dalam keadaan siap berperang. Dia sendiri sudah mengenakan baju besi dan topi baja dan sudah siap pula dengan senjatanya. Pelana kudanya yang sudah dipasangkan, dan ketika menaikinya ia berkata: Suatu pukulan yang menentukan akan kita mulai besok. Kemudian ia memerintahkan kepada orang yang dapat mengobarkan semangat perang kepada pasukannya, membela tanah air dan mengusir orang-orang Arab yang kasar tak beradab itu, yang telah menaklukkan beberapa generasi untuk mengekang leher Persia. Sekarang mereka tiba-tiba bermimpi mau memerangi dan mengalahkan Persia. Aib yang bagaimana lagi yang lebih besar dari ini yang harus kita tolak!

Dengan demikian kedua angkatan bersenjata itu kini sudah saling berhadapan, hanya tinggal menunggu perintah gempur. Semangat kedua pihak sudah begitu berkobar. Yang terdengar oleh pasukan Muslimin hanya tentang surga yang kekal di samping kenikmatan dunia, dan oleh pasukan Persia yang terdengar hanya tentang tanah air, tentang kerajaan dan Kisra serta keagungannya.

Dalam pada itu Sa'd bin Abi Waqqas sudah berpesan kepada pasukannya: Kalau kamu sudah mendengar suara takbir, maka ikatlah tali alas kakimu; jika terdengar takbir kedua, bersiaplah dan jika terdengar takbir ketiga, segera mulailah serangan ke sasaran. Ia memerintahkan kepada orang yang akan membacakan ayat-ayat perjuangan agar dibacakan pada setiap satuan pasukan berkuda. Perasaan mereka sekarang berubah menjadi gembira, mereka lebih yakin apa yang sedang mereka hadapi. Setelah pembacaan ayat-ayat itu selesai Sa'd bertakbir dan yang lain juga ikut bertakbir. Kemudian pada takbir kedua mereka bersiap-siap dan pada takbir ketiga mereka yang berpengalaman dalam perang mulai menyerbu dan tampil bertanding dengan pasukan Persia. Pasukan Persia juga maju menyerbu dengan semangat yang sama menyambut seruan pihak yang mengajak bertarung. Ketika itu Galib bin Abdullah al-Asadi di barisan depan orang yang sudah siap bertarung. Ia tampil sambil membaca syair yang intinya berisi kebanggaan dirinya sebagai pahlawan...

Dalam pada itu Ormizd, salah seorang raja dengan memakai mahkota, datang menghampirinya. Oleh Galib ia berhasil ditawan dan dibawanya kepada Sa'd, kemudian dia sendiri kembali meneruskan pengejaran.

Sekarang Asim bin Amr yang tampil membaca puisi yang juga berisikan kepahlawanan yang tak kenal takut dan arti harga diri...

Sementara ia sedang membaca syairnya ketika itu juga ia mengejar seorang Persia yang ntelarikan diri. Tetapi ia menemukan seorang Persia lain membawa seekor bagal. Ia juga lari, tetapi Asim berhasil menggiring bagal berikut muatannya. Ternyata orang itu tukang roti raja, dan muatannya berupa makanan untuk Rustum. Setelah dilihat oleh Sa'd, makanan itu dibagikan kepada pasukannya untuk dimakan.

Sa'd bertakbir yang k£empat kalinya. Sekarang kedua angkatan bersenjata itu berhadapan muka. Pahlawan-pahlawan dari pasukan Muslimin itu benar-benar berjuang mati-matian. Hal yang tak ada taranya yang pernah dilihat Sa'd. Pasukan Muslimin memperkirakan apa yang menjadi sasaran Persia dengan jumlah dan perlengkapan serupa itu. Sejak itu mereka tidak lagi menanam rasa kasihan dalam hati. Amr bin Ma'di Karib sedang mengerahkan pasukannya dalam dua barisan ketika tiba-tiba tampil seorang orang Persia melepaskan anak panahnya tetapi tak ada yang mengena. Sekali lagi ia melepaskan anak panahnya dan sekali ini mengenai baju besi Amr. Ia menoleh kepada orang itu, diserangnya ia dan dipatahkannya tengkuknya, setelah itu diletakkannya mata pedangnya di leher orang itu dan disembelih. Sambil melemparkannya ia berkata: Memang begini yang harus dilakukan terhadap mereka. Kemudian ikat pinggang dan pakaian sutera prajurit Persia yang terbunuh itu diambilnya.

Melihat Banu Bajilah yang dipimpin oleh Jarir bin Abdullah sedang berlaga dan menyerang kian ke mari, sepasukan Persia melepaskan tiga belas ekor dari pasukan gajahnya untuk menyerang mereka. Kuda mereka berlarian tunggang langgang dan tinggal orang-orangnya yang hampir binasa diterjang gajah. Melihat apa yang dialami Banu Bajilah itu Sa'd segera memanggil Banu Asad untuk melindungi mereka. Yang maju ketika itu Tulaihah bin Khuwailid dan sekelompok jemaah dari kabilahnya, masing-masing dalam satuan pasukan berkuda, dan Tulaihah berteriak kepada mereka: "Hai kabilahku! Kalau Sa'd tahu ada yang lain lebih layak daripada kalian untuk menolong mereka ia akan meminta pertolongan mereka. Mulailah menyerang mereka, majulah, hadapilah mereka seperti singa yang geram. Kalian diberi nama Asad10 supaya kalian bertindak seperti singa. Perkuatlah barisanmu dan jangan menentang! Seranglah dan jangan mundur! Seranglah sekuat tenaga, dengan nama Allah!" Mereka pun terus maju menyerang dengan sekuat tenaga, sambil terus menikam hingga dapat mencegah serangan gajahgajah itu. Tetapi gajah-gajah itu datang lagi dan menyerang mereka. Ketika itu Sa'd memanggil Asim bin Amr. "Kalian Banu Tamim," kata Sa'd, "bukankah kalian ahli dalam soal unta dan kuda? Apa kiat kalian dalam menghadapi gajah?" Ya, memang, jawab mereka. Asim memanggil pasukan pemanah untuk melindungi, mereka dengan panah dari kawanan gajah, dan membelakangi gajah-gajah itu kemudian memotong tali-tali pelananya. Ia bergerak terus melindungi mereka sementara serangan kawanan gajah kepada Banu Asad terus gencar. Anak buah Asim memperlakukan gajah-gajah itu seperti yang diperintahkan. Mereka membelakanginya dan menghujaninya dengan anak panah. Gajah-gajah itu melengking tinggi dan terhempas ke tanah bersama pengemudipengemudinya, tewas. Kedua kabilah Asad dan Bajilah kini merasa lega, setelah dari Asad saja terbunuh lebih dari lima ratus orang.

Sa'd masih tertelungkup dengan penyakitnya itu di Qudais sambil terus mengikuti pertempuran yang berkecamuk begitu sengit. Kadang ia kagum melihat pahlawan-pahlawan itu, kadang cemas juga melihat bencana yang menimpa pasukan Bajilah dan Asad akibat serangan pasukan gajah. Pedih sekali hatinya ia tidak ikut terjun dalam pertempuran sengit serupa itu, seperti yang sering dialaminya sebelumnya. Saat itu Salma binti Hafs—janda Musanna bin Harisah yang kemudian kawin dengan Sa'd — berada di sebelahnya, melihat apa yang dilihatnya. Teringat ia segala pertempuran dalam perang besar seperti yang dulu pernah dialami suaminya almarhum.

Setelah dilihatnya pihak Persia makin gencar menyerang dan membunuhi kelompok Asad, ia berteriak: "Oh Musanna! Musanna tak ada dalam pasukan berkuda sekarang!" Dia berkata begitu di depan seorang laki-laki yang sudah merasa kesal atas apa yang dialami rekanrekannya dan yang dialaminya sendiri. Kata-kata istrinya telah menggugah Sa'd. Sambil memukul mukanya sendiri ia berkata: "Musanna tak dapat dibandingkan dengan satuan pasukan yang sekarang sedang didera pertempuran semacam ini!" yakni Banu Asad dan Asim. Tamparan itu tidak membuat perempuan Badui yang angkuh itu mau menundukkan kepala, malah ia menatap Sa'd seraya berkata: "Cemburu dan pengecut!" Sa'd merasa malu dengan kata-katanya itu. Mukanya basah oleh keringat. "Sekarang tidak perlu orang memaafkan saya kalau Anda sendiri tidak memaafkan sementara Anda lihat keadaan saya ini," kata Sa'd. Orang sudah tahu apa yang terjadi antara Sa'd dengan Salma itu. Mereka kagum sekali kepada perempuan Badui yang sangat berani itu. Setiap penyair merasa bangga melihat sikapnya, sekalipun mereka tahu benar bahwa Sa'd bukan pengecut dan tidak tercela.

Pertempuran Armas dan serangan pasukan gajah

Kendati segala apa yang dilakukan pasukan Muslimin begitu cemerlang serta perjuangannya yang sudah mati-matian, namun Sa'd merasa sangat prihatin melihat jalannya pertempuran dengan cara pasukan Persia yang begitu keras serta besarnya jumlah pasukan dan cara-cara menggunakan pasukan gajah itu. Waktu siang hari sudah habis dan matahari pun sudah terbenam, tetapi pertempuran tetap berkobar sengit sekali. Sesudah malam mulai sunyi, kedua angkatan bersenjata itu kembali ke posisinya masing-masing, satu sama lain membuat perhitungan untuk hari esok. Lebih-lebih pasukan Muslimin, setelah malapetaka menimpa mereka hari pertama itu.

Mengenai Pertempuran Kadisiah hari pertama ini oleh para sejarawan diberi nama "Armas", tanpa ada yang menjelaskan mengapa diberi nama demikian. Kalangan orientalis menduga Armas adalah nama ternpat terjadinya pertempuran itu. Rasanya tak ada alasan yang dapat mendukung pendapat ini, karena Pertempuran Kadisiah itu terjadi selama tiga hari satu malam di satu tempat, dan untuk setiap harinya diberi nama yang membedakannya.

Pada petang hari terjadinya pertempuran Armas kedua angkatan bersenjata itu kembali ke posisinya masing-masing. Begitu pagi keesokan harinya terbit, pasukan Muslimin dan pasukan Persia sudah sama-sama sibuk menguburkan mayat dan mengangkut mereka yang luka-luka. Pasukan Muslimin menguburkan mayat-mayatnya di sebuah lembah di dekat Uzaib dan yang luka-luka dipindahkan ke Uzaib untuk dirawat oleh kaum perempuan. Pihak Persia menguburkan mayat-mayat mereka di bagian belakang dan yang luka-luka dibawa ke seberang sungai.

Sementara kedua pihak sibuk dengan urusan itu Qa'qa' bin Amr at-Tamimi cepat-cepat berangkat dengan seribu anggota pasukannya yang dilepaskan dari Syam untuk memberikan pertolongan kepada pasukan Irak sesuai dengan perintah Umar bin Khattab kepada Abu Ubaidah untuk menarik kembali pasukan Irak itu sesudah Allah memberikan kemenangan di Damsyik. Sesudah Damsyik dibebaskan dan pasukan Muslimin mendapat kemenangan di Fihl, Hasyim bin Utbah berangkat dengan enam ribu anggota tentaranya sebagai bala bantuan kepada Sa'd bin Abi Waqqas, sedang Qa'qa' bin Amr di barisan depan cepat-cepat lebih dulu agar dapat menyusul Sa'd sebelum terlambat. Qa'qa' inilah pahlawan yang menonjol yang oleh Abu Bakr dulu diperbantukan kepada Khalid bin Walid dalam perjalanan petang hari ke Irak. Ketika ada orang yang mengatakan: Memakai orang yang pasukannya tak mampu menangkap satu orang pun, Abu Bakr menjawab: Selama masih ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalahkan. Abu Bakr benar. Qa'qa' berangkat bersama Khalid dalam menyerang Irak yang di mata Khalid kedudukannya sama seperti Musanna bin Harisah, bahkan lebih dekat di hatinya dan lebih mendapat tempat. Itu sebabnya ia ditempatkan di Hirah menggantikannya ketika ia bertolak ke Dumat al-Jandal sebagai bala bantuan untuk Iyad bin Ganm. Kemudian ketika bertolak dari Irak ke Syam, di antara pasukannya itu dia yang dipilihnya. Dalam keadaannya itu memang tidak heran dialah yang paling berani menghadapi Persia di Irak dan yang paling mengetahui liku-liku perang mereka. Di samping itu tidak heran pula jika Hasyim bin Utbah yang didahulukan dan mempercepat pemberian pertolongan kepada Sa'd dan pasukan Muslimin. Dalam suatu pasukan yang di dalamnya ada orang seperti Qa'qa' tak akan dapat dikalahkan.

Pada waktu subuh keesokan harinya setelah peristiwa Armas itu Qa'qa' sudah berada di dekat Kadisiah. Untuk menunjang keteguhan hati para prajuritnya dalam pertempuran yang sangat menentukan itu" ia membagi keseribu anggota pasukannya ke dalam sepuluh kelompok, dengan pesan supaya satu kelompok boleh mulai bergerak setelah kelompok yang sebelumnya masih dalam pandangan mata. Kemudian dia sendiri bergerak memimpin kelompok pertama. Ia sampai ke tempat Sa'd dan pasukannya di Kadisiah sebelum pertempuran dimulai lagi. Ia memberi salam dan memberitahukan tentang kedatangan pasukannya. Setelah itu ia maju ke depan barisan dan mulai mengatur pertempuran setelah ia berkata kepada anak buahnya: Lakukanlah seperti yang akan kulakukan. Sesudah kedua barisan angkatan bersenjata itu berhadaphadapan, ia berkata: Siapa yang akan bertarung! Ketika itu Pengawal Istana maju memperkenalkan diri: Saya Bahman Jadhuweh! Saat itu Qa'qa' berteriak: Pembalasan atas Abu Ubaid, Salit dan rekan-rekannya dalam Pertempuran Jembatan. Perang mulut antara kedua orang itu tidak lama, Qa'qa' segera menyerbu Bahman dan Pengawal Istana itu pun tersungkur mati.

Orang menyaksikan segala yang telah dilakukannya itu. Juga pasukan yang datang berturut-turut dari Syam melihatnya. Mereka merasa mendapat tenaga baru, dan bencana yang menimpa mereka kemarin seolah tak pernah terjadi. Mereka merasa lebih bersemangat setelah sekali ini tidak lagi melihat pasukan gajah. Peti-peti yang diangkut kemarin itu sudah hancur dan pasukan Persia sedang sibuk memperbaikinya. Tetapi sebelum pekerjaan itu dapat diselesaikan mereka sudah terlibat lagi dalam pertempuran sengit. Ketika itu setiap melihat satu regu dari pasukannya Qa'qa' bertakbir yang disambut pula oleh anggota-anggota pasukannya dengan takbir pula. Dengan demikian semangat mereka makin tinggi. dan sebaliknya pada pasukan Persia timbul rasa gamang, bahwa bala bantuan itu datang tak putus-putusnya dan tak akan mungkin rasanya pasukan Rustum akan mampu menghadapinya. Bagaimana akan mampu, mereka melihat Qa'qa' sendiri saja sudah dapat menjatuhkan siapa yang dihadapinya. Bahman si Pengawal Istana sudah dibuatnya terkapar! Dua orang pahlawan kawakan Persia berpengalaman lainnya akan mengadakan pembalasan atas kedua rekannya itu. Mereka bertarung melawan Qa'qa' yang ketika itu ditemani oleh Haris bin Zubyan bin al-Haris. Seperti nasib Bahman, kedua pahlawan kawakan Persia itu pun tewas dalam duel itu. Kemudian Qa'qa' memanggil-manggil pasukannya: Hai kaum Muslimin, teruskan dengan pedang kalian! Mereka akan dapat dihabiskan hanya dengan itu! Mereka bersama menghunus pedang, menyerbu dan menghujani pasukan Persia dengan pukulan hingga sore.

Dalam pada itu Mihjan as-Saqafi oleh Sa'd bin Abi Waqqas sudah dipenjarakan dan diikat, seperti sudah disebutkan di atas. Abu Mihjan ini termasuk kesatria Arab yang sudah mereka buktikan. Sesudah pertempuran makin menjadi-jadi dan takbir mereka terus-menerus menggema di telinganya, sambil menyeret belenggu yang mengikatnya itu ia berusaha menghampiri Sa'd untuk meminta maaf dan minta dilepaskan. Tetapi Sa'd menghardiknya dan menyuruhnya kembali. Ia pergi menemui istrinya Salma binti Hafs. Ia meminta agar ikatannya itu dilepaskan dan meminjamkan si Balqa', kuda Sa'd. Ia bersumpah, kalau Allah menyelamatkannya ia akan kembali dan akan memasang lagi belenggu itu di kakinya. Tetapi Salma menjawab: Itu bukan urusan saya! Mihjan kembali dan tampak sedih sekali. Sambil melompatlompat dengan belenggu di kaki ia membaca syairnya, yang intinya:

Betapa sedih hatiku membiarkan kuda dalam kandang
Dan aku dibiarkan terbelenggu begini
Bila sudah melesat menghadapi musuh
Aku tak lagi mendengar siapa pun.
Dulu, aku yang kaya raya, yang banyak saudara
Kini ditinggalkan sebatang kara.
Tetapi, apa pun akibatnya
Aku tak akan melanggar janjiku kepada Allah.

Mendengar pembacaan sajak itu Salma merasa kasihan. Ia berkata: Saya telah memohon kepada Allah kiranya pilihanku diterima-Nya, maka kuterima janjimu. Ia pun dilepaskan. Sekarang kuda Balqa' itu dikeluarkan dari kandang. Ia pergi dengan kuda itu berikut senjatanya. Ia menyeruak ke tengah-tengah barisan dan sambil bertakbir ia memacu kudanya, kadang ke sayap kanan, kadangkala ke sayap kiri dengan menggunakan pedang membabati musuh-musuhnya. Orang tidak tahu, siapa pahlawan ini. Mereka mengira dia anak buah Hasyim bin Utbah. Sa'd bin Abi Waqqas yang melihatnya hanya dari gedung berkata: Kalau tidak karena Abu Mihjan sekarang masih dalam penjara. tentu kukatakan, ini Abu Mihjan, dan itu Balqa' kudaku.

Setelah selesai hari itu, ia kembali ke tempatnya semula dan kembali memasang belenggu di kakinya. Sa'd masih penasaran. Ketika ia turun dan melihat kudanya basah oleh keringat, hal itu ditanyakannya. Salma menceritakan segala yang sudah terjadi. Sa'd merasa senang sekali dan Abu Mihjan pun dibebaskan.11

Pertempuran hari itu berlangsung terus sampai malam hari dan pasukan Muslimin melihat ada peluang akan menang. Sampai berapa jauh kegembiraan mereka setelah itu kita dapat mengacu pada sumber-sumber para sejarawan. Mereka menyebutkan bahwa Qa'qa' sendiri ketika itu berhasil membunuh tiga puluh orang. Dengan tak adanya pasukan gajah itu pasukan Muslimin merasa diringankan, dan makin berani. Sebaliknya pasukan Persia merasa dirinya bertambah lemah. Para sejarawan itu menambahkan bahwa sepupu-sepupu Qa'qa' menyelubungi seekor unta dan menutupi mukanya lalu disodorkan ke depan, yang oleh pasukan Persia dikira gajah. Pengaruhnya terhadap mereka ketika itu seperti pengaruh pasukan gajah terhadap pasukan Muslimin di Armas. Melihat itu kuda Persia berlarian. Ketika itulah pasukan Muslimin mendapat kesempatan menghajar dan membantai anggota-anggota pasukan Persia. Begitu bersemangat sebagian anggota pasukan itu sampai-sampai ada yang menerobos masuk ke tengahtengah barisan lawan dengan tujuan hendak membunuh Rustum. Sesudah ia berada di dekatnya dan sudah siap menghantamkan pedangnya, dari pihak Persia ada yang tampil menghadang dan Rustum diselamatkan.

Pertempuran Agwas dan peranan Qa'qa' dan Abu Mihjan

Sampai tengah malam pasukan Muslimin masih terus mengadakan tekanan terhadap musuh. Tujuannya hendak mengusirnya dari tempat itu. Ada sebagian yang mereka peroleh dan yang terbunuh pun makin banyak. Sebenarnya sudah hampir dapat mereka kuasai kalau tidak karena jumlah musuh yang sangat besar dan gigihnya perlawanan. Sesudah tengah malam itu kedua pihak sudah harus kembali ke markas masing-masing. Mereka akan menyusun dan mengatur barisan baru untuk kembali lagi bertempur keesokan harinya.

Kalangan sejarawan menamakan hari kedua Pertempuran Kadisiah ini dengan sebutan "Agwas". Kalangan orientalis mengira bahwa pemakaian nama tersebut karena Qa'qa' di tempat ini menolong12 pasukan Sa'd dengan pasukan yang datang dari Syam. Untuk menguatkan penafsiran ini memang tidak mudah, kecuali kalau kita menemukan penafsiran serupa untuk peristiwa-peristiwa pertempuran yang lain. Kita sudah melihat bahwa untuk pertempuran di Armas tidak mungkin digunakan penafsiran seperti ini. Sedang malamnya, seusai pertempuran antara Armas dengan Agwas para sejarawan menyebutnya "malam tenang," dan malam sesudah Agwas mereka beri nama "as-Sawad."

Begitu gembira pasukan Muslimin dengan peristiwa Agwas itu sehingga sesudah itu mereka dapat bergabung kepada kabilahnya masing-masing. Begitu juga Sa'd senang sekali melihat kekuatan pasukan Muslimin sehingga ketika mau pergi tidur ia berkata kepada beberapa orang di sekitarnya: "Kalau penggabungan mereka sudah selesai, jangan bangunkan saya. Mereka sudah mampu menghadapi musuh. Kalau mereka diam dan yang lain tidak bergabung juga jangan bangunkan saya. Mereka semua sama. Kalau mereka bergabung bangunkanlah saya, karena penggabungan mereka itu tidak baik."

Sesudah merasa puas Sa'd tidur. Tetapi Qa'qa' bin Amr malam itu mengirim rekan-rekannya yang datang bersama dia dari Syam ke tempat mereka yang lama di Sahara pada pagi hari terjadinya peristiwa Agwas itu. Ia mengeluarkan perintah kepada mereka, begitu matahari terbit supaya mereka datang seratus demi seratus orang seperti yang mereka lakukan kemarin. Kalau Hasyim bin Utbah dapat menyusul mereka dengan membawa pasukannya bergabung dalam pertempuran, itulah yang diharapkan. Kalau tidak, perbaruilah harapan mereka dalam bala bantuan, karena harapan akan menambah keberanian dalam berperang dan mereka yakin akan mendapat kemenangan.

Pertempuran kembali berkecamuk

Sampai pagi hari itu kedua angkatan bersenjata itu dalam posisinya masing-masing. Dari kedua pihak yang tewas dan luka-luka, dua ribu dari pasukan Muslimin dan sepuluh ribu dari pasukan Persia. Mereka menguburkan jenazah masing-masing dan membawa yang luka-luka ke tempat mereka akan dirawat. Muslimat mengurus dan merawat mereka. Perawat-perawat itu berusaha dengan berbagai cara untuk menghibur dan meringankan penderitaan mereka. Muslimat itu juga ikut terlibat dalam pertempuran sengit. Peranan dan jasa mereka dicatat oleh para penyair dan diabadikan dalam buku-buku sejarah.

Tatkala matahari terbit Qa'qa' sudah berdiri di barisan belakang melihat ke arah sahara. Sesudah pasukan berkuda muncul dan dia bertakbir, disambut pula dengan takbir. Mereka berkata: Bala bantuan sudah datang. Hasyim bin Utbah dan pasukannya datang menyusul pasukan Qa'qa'. Sesudah mengetahui apa yang dilakukan rekan-rekannya itu ia membagi pasukannya ke dalam beberapa regu dan memerintahkan mereka untuk saling menyusul berturut-turut. Jangan ada regu yang bergerak sebelum regu yang lain hilang dari pandangan mata. Dia sendiri berangkat memimpin regu yang pertama bersama Qais bin Hubairah. Bila ia sampai di Kadisiah pasukan Muslimin sudah berbaris dalam keadaan siap tempur. Tatkala saling melihat ia bertakbir dan disambut pula dengan takbir. Hasyim menyusup ke tengah-tengah sampai mencapai sungai sambil melepaskan panahnya ke arah musuh. Setelah itu ia mundur, kemudian diulangnya lagi. Tetapi dari pihak lawan tak ada yang berani tampil menandinginya.

Bala bantuan yang datang untuk pasukan Muslimin tidak mengendorkan semangat pasukan Persia. Peti-peti yang dibawa pasukan gajah sudah diperbaiki dan sejak matahari terbit mereka sudah terlibat pula dalam pertempuran. Mereka yakin pasukan gajah ini akan menghajar pasukan Muslimin lebih hebat dari yang terjadi dalam pertempuran Armas. Mereka sudah berjaga-jaga benar untuk tidak memberi kesempatan kepada pasukan Muslimin melakukan tindakan seperti ketika mereka memotongi tali-tali pelana dan menjungkirbalikkan peti-peti yang mereka bawa serta menikam dan membantai anggota-anggota pasukannya, dengan akibat gajah-gajah itu berlarian mundur, yang lalu dilindungi dengan mendapat pengawalan pasukan berkuda. Di hadapan pawang-pawang itu gajah-gajah tersebut menjadi jinak dan tidak menyerang mereka, tetapi juga tidak menyerafig musuhnya. Gajah yang hanya sendirian akan lebih buas daripada dalam lingkungan sesamanya: mereka akan lebih jinak. Pasukan berkuda Muslimin telah menyerang pengawal-pengawal pasukan gajah Persia itu. Sekarang pertempuran terjadi di sekitar hewan-hewan raksasa itu. Mereka dibiarkan dalam kebingungan, tak tahu mana yang akan digempur dan mana yang tidak. Oleh karena itu pertempuran sengit berkecamuk lagi, pasang surut di kedua pihak silih berganti. Kadang pasukan Muslimin yang maju dipukul mundur oleh pihak Persia; adakalanya pasukan Persia yang maju dipukul mundur oleh pihak Muslimin. Pasukan Persia merasa mendapat kekuatan dengan datangnya pengawalan Yazdigird dari Mada'in sebagai bala bantuan. Tetapi semua itu tidak mengurangi semangat pasukan Muslimin dalam perjuangan ini.

Kiat menghadapi gajah

Hanya saja, tak lama ketika keadaan gajah-gajah itu sudah merasa terbiasa dengan situasi setempat dan pertempuran di sekitarnya makin memanas mereka kembali menyerang seperti ketika dalam pertempuran Armas. Sa'd melihat gajah-gajah itu makin merajalela dan menceraiberaikan regu-regu pasukan Muslimin. Ketika ia menanyakan titik kelemahan gajah kepada beberapa orang Persia yang sudah menyerah dalam pertempuran, mereka berkata: Di belalai dan di matanya. Ia mengirim pesan kepada dua bersaudara Qa'qa' dan Asim dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah putih itu. Gajah ini berada di depan mereka. Kepada Hammal dan Ribbil — keduanya dari Banu Asad — ia berpesan dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah yang berkudis itu. Gajah ini juga di depan mereka — dua gajah yang sangat rakus. Gajah-gajah yang lain semua mengikutinya. Qa'qa' dan Asim berjalan kaki lalu menancapkan tombaknya di mata gajah putih itu. Binatang itu beranjak mundur kesakitan sambil menggelenggelengkan kepala dan melemparkan saisnya, kemudian ia mengayun-ayunkan belalainya. Ketika itu Qa'qa' menebasnya dengan pedangnya. Hammal dan Ribbil menyerang gajah yang berkudis dengan menusuk salah satu matanya dan menebas belalainya. Kedua gajah itu melengking-lengking. Gajah yang berkudis kembali ke arah barisan pasukan Persia. Tetapi karena dihalau ia berbalik lagi menghadapi pasukan Muslimin. Di sini ia ditusuk sehingga sempoyongan kian ke mari antara kedua barisan itu, sambil melengking-lengking seperti suara babi. Sesudah itu ia berjalan cepat-cepat lalu terjun ke dalam sungai, yang kemudian diikuti semua gajah yang ada. Penunggang-penunggangnya pun terlempar dari punggung kawanan hewan itu. Gajah-gajah itu sudah melewati sungai dan lari ke belakang tanpa menoleh lagi.

Sekarang perimbangan pertempuran itu menjadi kacau. Perbandingan pasukan Persia sudah mulai timpang ketika pasukan gajah menceraiberaikan regu-regu pasukan Muslimin. Setelah barisan pasukan gajah itu kacau balau, kedua pasukan itu melihatnya dan berusaha menghalaunya dan menghindari bahayanya. Sesudah dilihat menyeberangi Sungai Atiq dan lari membelakangi mereka, semangat pasukan Muslimin terasa makin kuat. Larinya gajah-gajah itu merupakan tanda kebesaran Allah dalam memberikan kemenangan melawan musuh. Tetapi pihak Persia masih membanggakan besarnya jumlah pasukan mereka dan bala bantuan yang dikirimkan Yazdigird kepada mereka. Mereka kembali menyusun barisan dan memulai lagi pertempuran dengan semangat yang makin dipacu oleh larinya gajah-gajah itu. Dengan demikian terjadi lagi bentrokan antara kedua angkatan bersenjata yang sekarang sudah saling berhadapan itu. Pertempuran ini berlangsung sampai menjelang malam, dengan debu tebal yang sudah membubung pekat. Baik Sa'd maupun Rustum sudah sama-sama tidak tahu giliran siapa waktu itu yang menang atau kalah.

Adakah kita akan mengira pasukan-pasukan itu akan kembali ke induk masing-masing seperti yang terjadi kemarin dulu? Ataukah meneruskan pertempuran sampai jauh malam kemudian baru kembali seperti yang terjadi kemarin? Tidak. Pertempuran itu bahkan berlangsung terus seolah dalam pikiran kedua pihak — Persia dan Muslimin — sama-sama tidak akan meletakkan senjata sebelum salah satunya hancur, dan seolah itu datang dari pikiran mereka sendiri di luar pendapat Sa'd atau Rustum. Bahkan peristiwa itu terjadi tanpa setahu kedua penanggung jawab itu. Ya, itulah, karena takdir juga maka terjadi demikian. Dan jika Allah sudah menghendaki sesuatu tak akan dapat ditolak.

Sebenarnya pertempuran itu sudah mulai reda ketika gelap malam sudah mulai turun. Sa'd telah memperkirakan bahwa kedua angkatan bersenjata itu sedang mempersiapkan diri untuk hari yang keempat dengan serangan yang lebih dahsyat dari Armas, Agwas dan Amas. Tetapi dia khawatir musuh akan datang dari tempat-tempat penyeberangan sungai yang dangkal di bawah markasnya. Maka ia mengirim Tulaihah dan Amr dalam satu regu dengan pesan: "Kalau mereka sudah mendahului kalian ke sana, turunlah kalian di seberang mereka; kalau ternyata kosong beritahukanlah dan tinggallah di sana sampai nanti datang perintahku." Tetapi di tempat penyeberangan itu memang tak ada orang. Mereka tergoda ingin menyeberangi bagian sungai yang dangkal itu, dan mendatangi pihak Persia dari belakang. Mereka berselisih pendapat mengenai caranya. Tulaihah mengambil tempat di belakang markas dan bertakbir tiga kali. Pihak Persia sudah ketakutan, mereka mengira pasukan Muslimin bermaksud mengecoh mereka. Pasukan Muslimin juga heran mendengar takbir itu. Mereka mengira bahwa pasukan Persia sudah menyerang anak buahnya maka ia pun bertakbir meminta pertolongan. Di bawah tempat penyeberangan itu Amr lalu menyerang sekelompok pasukan Persia. Mereka yakin sekali pasukan Muslimin telah mengecoh mereka. Mereka pun segera mengatur barisan dan mulai bergerak. Qa'qa' melihat apa yang mereka lakukan itu! Ia pun bergerak ke arah mereka tanpa meminta izin terlebih dulu kepada Sa'd.

Sa'd menjenguk dari tempat duduknya di Qudais. Bergeraknya pasukan Persia itu sudah diperhitungkannya seribu kali. Melihat Qa'qa' juga bergerak ke arah mereka, dalam hatinya ia berkata: Allahumma ya Allah, ampunilah dia, berikanlah pertolongan kepadanya. Sudah kuizinkan dia, kendati ia tidak meminta izin kepadaku! Dan katanya kepada stafnya: Kalau mereka bertakbir tiga kali, mulailah kalian menyerang. Tetapi tak lama ketika terdengar takbir pertama ia melihat Banu Asad sudah bergerak, dan Banu Nakha' menyerang, Bajilah langsung terjun ke dalam kancah yang berbahaya itu dan kabilah Kindah pun maju. Ia melihat api peperangan itu kini berkobar di sekitar Qa'qa'. Ia memohonkan pengampunan Allah untuk mereka semua dan berdoakan kemenangan bagi mereka. Kemudian berkumandang takbir yang kedua dan ketiga. Setelah pasukan datang susul-menyusul, mereka menyambut pasukan Persia dengan pedang dan menyusup masuk ke tengah-tengah mereka. Bunyi pedang-pedang itu bergemerincingan dan berdencangdencang seperti di tempat pandai besi. Prajurit-prajurit itu tak ada yang berbicara; mereka hanya berteriak. Makin mendekati malarn, pertempuran makin dahsyat. Kedua pihak sama-sama berjuang mati-matian. Baik Sa'd maupun Rustum sudah tidak mendengar lagi suara-suara itu dan berita-berita pun sudah terputus. Mereka tidak tahu apa yang sekarang terjadi. Dengan penyakitnya itu Sa'd tak berbuat apa-apa selain berdoa kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh agar pasukan Muslimin diberi kemenangan. Malam itu Sa'd tidak tidur. juga anggota-anggota pasukan itu tak ada yang tidur.

Setelah sinar pagi mulai menguak di ufuk timur, pasukan-pasukan Muslimin bergabung kepada kabilah masing-masing. Ketika itu Sa'd merasa lebih tenang bahwa pasukannya Iebih unggul. Mereka berhasil menebas leher-leher pasukan Persia. Apalagi setelah mendengar Qa'qa' membaca syairnya:

Sudah banyak kelompok prajurit yang kami bantai
Bagi kami melebihi kepala-kepala dalam mahkota yang berkuasa.
Kuserukan: Teruskan perjuangan, kendati mereka sudah mati.
Hanya kepada Allah aku bertawakal, tetapi selalu berhati-hati.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team