8. Kadisiah1 (3/4)
Penyakit Sa'd kambuh lagi
Berita pertama yang kini diterimanya sudah menambah
harapannya akan kesudahan yang selama itu diyakininya. Dalam
pertempuran pertama itu ada berita bahwa penyakit yang
sering diderita Sa'd bin Abi Waqqas kini kambuh, sehingga ia
tak dapat naik kuda atau duduk. Ia hanya tertelungkup dengan
dada bertopang ke bantal dan mengawasi pasukannya dari
gedung dengan melemparkan sobekan-sobekan berisi
perintah-perintah. Ia menderita sakit tulang pinggul dan
bisul-bisul, sehingga pada saat-saat yang sangat diperlukan
oleh pasukan Muslimin, kesatria pahlawan yang amat piawai
ini tak mampu bergerak dari tempatnya. Harapan Yazdigird
bertambah besar setelah ada berita yang disampaikan
kepadanya bahwa beberapa kalangan Muslimin yang ada kurang
puas terhadap Sa'd dan mereka mengejek karena penyakitnya
itu, sehingga ada yang berkata:
Kita berperang hingga Allah memberikan
pertolongan-Nya
Dan Sa'd menahan diri sampai di pintu Kadisiah,
Kami kembali, dan istri-istri pun banyak yang menjanda
Tetapi istri-istri Sa'd tak ada yang menjadi janda.
Begitu pun ejekan orang, sampai juga kepada Sa'd dan
bahwa sebagian kalangan terkemukanya mencurigainya dan
membuatnya sangat terganggu. Mereka menuduhnya lemah dan
kurang bersemangat. Hal ini sangat menyinggung perasaannya,
dia marah dan berkata kepada mereka yang ada di
sekelilingnya: Gotonglah saya dan perlihatkanlah kepada
orang-orang itu. Mereka yang di sekelilingnya itu
mengangkatnya dan pasukannya menyaksikan sendiri penyakit
yang dideritanya. Mereka pun dapat mengerti. Tetapi buat
Sa'd itu tidak cukup; dia mengecam mereka yang banyak
mengganggunya itu dengan berkata kepada mereka: "Sungguh,
kalau tidak karena musuh kita sudah di tengahtengah kita,
niscaya kujatuhkan hukuman yang berat kepada kalian sebagai
pelajaran bagi yang lain. Setiap ada orang sesudah itu akan
mengulangi lagi dengan merintangi pasukan Muslimin dari
musuh dan mengganggu perhatian mereka padahal musuh sudah di
depan mereka, hukurnan itu kujadikan suatu ketentuan bagi
mereka yang kemudian!"
Ia memerintahkan anak buahnya, di antaranya Abu Mihjan
as-Saqafi, untuk mengurung dan mengikat mereka di dalam
gedung. Menghadapi sikap tegas serupa itu mereka tidak saja
menerima alasan Sa'd, bahkan mereka mengumumkan kesetiaan
dan kepatuhan mereka. Jarir bin Abdullah al-Bajili pernah
mengucapkan kata-kata, di antaranya: "Saya sudah menyatakan
ikrar setia kepada Rasulullah, bahwa saya akan patuh dan
taat kepada siapa saja yang memegang pimpinan, sekalipun ia
seorang budak Abisinia (budak kulit hitam)." Semangat ini
yang kemudian kembali menyala dalam jiwa pasukan Muslimin.
Dengan demikian bibit-bibit fitnah itu menjadi reda dan
dapat diredam.
Ketika itulah Sa'd menulis kepada komandan-komandan
pasukan: "Saya mengangkat Khalid bin.Urfatah menggantikan
saya memimpin kalian. Kalau tidak karena penyakitku ini
kambuh, sayalah yang akan memegang pimpinan. Saya sekarang
tertelungkup tetapi hati saya bersama kalian. Ikutilah
perintahnya dan patuhilah dia. Segala yang diperintahkannya
itu atas perintah saya." Surat itu dibacakan kepada semua
pasukan dan mereka pun sepakat menerima alasan Sa'd dan
dengan senang hati mereka menyetujui segala tindakannya.
Dalam keadaan masih serupa itu Sa'd berpidato kepada
pasukan berikutnya. Sesudah mengucapkan syukur dan
puji-pujian kepada Allah ia berkata: "Hanyalah Allah yang
Hak, tiada bersekutu dalam kerajaan, dan tak ada yang
bertentangan dalam wahyu-Nya. Allah 'azza wa jalla berfiman:
"Dan sebelumnya sudah Kami tulis dalam Zabur sesudah
pesan (yang diberikan kepada Musa) "Bahwa bumi akan
diwarisi oleh hambahamba-Ku yang saleh." (Qur'an, 21: 105).
Ini adalah warisanmu dan inilah yang dijanjikan Allah. Ia
telah mengizinkan ini bagi kalian sejak tiga tahun lalu.
Kalian dapat makan dari sana. Membunuh, memungut dan menawan
mereka sampai hari ini seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang pernah mengalami perang di antara kamu.
Rombongan itu sudah mendatangi kalian, sementara kalian
adalah pemuka-pemuka Arab dan orang-orang pilihan setiap
kabilah. Mereka yang kamu tinggalkan akan membanggakan
kalian. Kalau kalian menjauhi dan mengharapkan hidup
akhirat, Allah akan memberikan kepada kalian dunia dan
akhirat. Ia tidak akan memberikannya kepada siapa pun sampai
tiba waktunya. Tetapi kalau kalian gagal, kalau kalian lemah
kalian akan kehilangan kekuatan dan hari akhirat kalian akan
sia-sia."
Asim bin Amr melihat Sa'd sedang menahan sakitnya. Makin
terharu ia mendengar kata-katanya itu, lalu katanya kepada
mereka: "Penduduk negeri ini oleh Allah sudah dihalalkan
bagi kalian. Dan selama tiga tahun ini kita mendapat pukulan
dari mereka sedang mereka tidak mendapat apa-apa dari kita.
Kita lebih unggul dan Allah bersama kita. Kalau kita sabar
dan tabah dan kita dapat membuktikan pukulan dan tikaman
yang tepat, maka segala harta mereka, perempuan, anak-anak
dan negeri mereka buat kalian. Tetapi kalau kita lemah dan
gagal dan semoga Allah melindungi dan menjaga kita
tak ada lagi dari kalian ini yang masih akan tersisa
karena dikhawatirkan akan berbalik menjadi kehancuran.
Berhati-hatilah! Demi Allah! Ingatlah masamasa lalu dan apa
yang sudah dikaruniakan Allah kepada kita. Tidakkah kalian
lihat bahwa bumi di belakang kalian adalah padang gersang,
kering, tak ada sedikit pun tempat berteduh atau tempat
berlindung untuk mempertahankan diri! Arahkanlah tujuan
kalian ke akhirat!"
Sa'd kemudian memanggil orang-orang yang pendapatnya
paling dapat diterima, berani dan terpandang. Di antara
mereka sebagai pemikir yang bijak adalah Mugirah bin Syu'bah
dan Asim bin Amr; yang dikenal pemberani Tulaihah bin
Khuwailid dan Amr bin Ma'di Karib, dan dari kalangan penyair
terdapat Syammakh, al-Hutai'ah dan Abadah bin at-Tabib dan
beberapa lagi dari kelompok-kelompok lain. Ia berkata kepada
mereka: "Berangkatlah kalian dan sampaikanlah kepada mereka
apa yang menjadi kewajiban kalian dan kewajiban mereka di
pusatpusat kekuatan itu. Di kalangan orang Arab kalian
mempunyai kedudukan yang seperti keadaan kalian sekarang
ini; ada yang penyair, orator, pemikir dan prajurit yang
berani. Kalian adalah pemimpinpemimpin mereka. Berangkatlah
kalian kepada mereka, ingatkanlah mereka dan berilah mereka
semangat dalam berperang."
Mereka semua berangkat, ada yang mengucapkan pidato, ada
yang membacakan syair dan menjanjikan kemenangan dengan
kata-kata yang dapat menggetarkan hati dan perasaan. Huzail
al-Asadi berkata kepada kelompoknya: "Saudara-saudara
Ma'add!9 Jadikan benteng-benteng kalian sebagai
pedang! Jadilah kalian di situ sebagai singa di hutan,
seperti harimau yang segera berubah muka, siap menerkam!
Percayalah kepada Allah dan pejamkan mata kalian! Kalau
pedang sudah tak berdaya, gunakanlah batu karena batu dapat
menggantikan apa yar.g tak ada dalam besi!" Dan Asim bin Amr
berkata: "Saudara-saudara dari kalangan Arab, kalian adalah
pemuka-pemuka Arab. Kalian sudah bertahan terhadap
pemuka-pemuka Persia. Tetapi yang kalian pertaruhkan adalah
surga sedang mereka mempertaruhkan dunia. Sekali-kali tidak
mungkin mereka lebih pasrah dengan dunia mereka itu daripada
kalian dengan akhiratmu. Janganlah membicarakan sesuatu hari
ini yang di kemudian hari akan membawa aib bagi orang
Arab."
Mereka masing-masing lalu berbicara di sekitar soal ini.
Setiap pemuka berpidato kepada jemaahnya, dan saling
memberikan semangat agar penuh disiplin, patuh dan tabah,
saling memegang janji dan saling mengikat diri untuk menang
atau mati.
Kedua angkatan bersenjata
berhadap-hadapan
Rustum sudah melihat persiapan pasukan Muslimin. Semangat
cinta tanah airnya segera timbul. Lupa ia pada ramalan
buruknya, sudah tak ingat lagi pada ramalan-ramalan
penujumannya. Persia telah mengembalikan prajurit teladan
itu yang dikenalnya sebagai pahlawannya yang terbesar. Oleh
karena itu, tak lama lagi, ketika pasukannya menyeberang
sungai, mereka sudah dibariskan dalam keadaan siap
berperang. Dia sendiri sudah mengenakan baju besi dan topi
baja dan sudah siap pula dengan senjatanya. Pelana kudanya
yang sudah dipasangkan, dan ketika menaikinya ia berkata:
Suatu pukulan yang menentukan akan kita mulai besok.
Kemudian ia memerintahkan kepada orang yang dapat
mengobarkan semangat perang kepada pasukannya, membela tanah
air dan mengusir orang-orang Arab yang kasar tak beradab
itu, yang telah menaklukkan beberapa generasi untuk
mengekang leher Persia. Sekarang mereka tiba-tiba bermimpi
mau memerangi dan mengalahkan Persia. Aib yang bagaimana
lagi yang lebih besar dari ini yang harus kita tolak!
Dengan demikian kedua angkatan bersenjata itu kini sudah
saling berhadapan, hanya tinggal menunggu perintah gempur.
Semangat kedua pihak sudah begitu berkobar. Yang terdengar
oleh pasukan Muslimin hanya tentang surga yang kekal di
samping kenikmatan dunia, dan oleh pasukan Persia yang
terdengar hanya tentang tanah air, tentang kerajaan dan
Kisra serta keagungannya.
Dalam pada itu Sa'd bin Abi Waqqas sudah berpesan kepada
pasukannya: Kalau kamu sudah mendengar suara takbir, maka
ikatlah tali alas kakimu; jika terdengar takbir kedua,
bersiaplah dan jika terdengar takbir ketiga, segera mulailah
serangan ke sasaran. Ia memerintahkan kepada orang yang akan
membacakan ayat-ayat perjuangan agar dibacakan pada setiap
satuan pasukan berkuda. Perasaan mereka sekarang berubah
menjadi gembira, mereka lebih yakin apa yang sedang mereka
hadapi. Setelah pembacaan ayat-ayat itu selesai Sa'd
bertakbir dan yang lain juga ikut bertakbir. Kemudian pada
takbir kedua mereka bersiap-siap dan pada takbir ketiga
mereka yang berpengalaman dalam perang mulai menyerbu dan
tampil bertanding dengan pasukan Persia. Pasukan Persia juga
maju menyerbu dengan semangat yang sama menyambut seruan
pihak yang mengajak bertarung. Ketika itu Galib bin Abdullah
al-Asadi di barisan depan orang yang sudah siap bertarung.
Ia tampil sambil membaca syair yang intinya berisi
kebanggaan dirinya sebagai pahlawan...
Dalam pada itu Ormizd, salah seorang raja dengan memakai
mahkota, datang menghampirinya. Oleh Galib ia berhasil
ditawan dan dibawanya kepada Sa'd, kemudian dia sendiri
kembali meneruskan pengejaran.
Sekarang Asim bin Amr yang tampil membaca puisi yang juga
berisikan kepahlawanan yang tak kenal takut dan arti harga
diri...
Sementara ia sedang membaca syairnya ketika itu juga ia
mengejar seorang Persia yang ntelarikan diri. Tetapi ia
menemukan seorang Persia lain membawa seekor bagal. Ia juga
lari, tetapi Asim berhasil menggiring bagal berikut
muatannya. Ternyata orang itu tukang roti raja, dan
muatannya berupa makanan untuk Rustum. Setelah dilihat oleh
Sa'd, makanan itu dibagikan kepada pasukannya untuk
dimakan.
Sa'd bertakbir yang k£empat kalinya. Sekarang kedua
angkatan bersenjata itu berhadapan muka. Pahlawan-pahlawan
dari pasukan Muslimin itu benar-benar berjuang mati-matian.
Hal yang tak ada taranya yang pernah dilihat Sa'd. Pasukan
Muslimin memperkirakan apa yang menjadi sasaran Persia
dengan jumlah dan perlengkapan serupa itu. Sejak itu mereka
tidak lagi menanam rasa kasihan dalam hati. Amr bin Ma'di
Karib sedang mengerahkan pasukannya dalam dua barisan ketika
tiba-tiba tampil seorang orang Persia melepaskan anak
panahnya tetapi tak ada yang mengena. Sekali lagi ia
melepaskan anak panahnya dan sekali ini mengenai baju besi
Amr. Ia menoleh kepada orang itu, diserangnya ia dan
dipatahkannya tengkuknya, setelah itu diletakkannya mata
pedangnya di leher orang itu dan disembelih. Sambil
melemparkannya ia berkata: Memang begini yang harus
dilakukan terhadap mereka. Kemudian ikat pinggang dan
pakaian sutera prajurit Persia yang terbunuh itu
diambilnya.
Melihat Banu Bajilah yang dipimpin oleh Jarir bin
Abdullah sedang berlaga dan menyerang kian ke mari,
sepasukan Persia melepaskan tiga belas ekor dari pasukan
gajahnya untuk menyerang mereka. Kuda mereka berlarian
tunggang langgang dan tinggal orang-orangnya yang hampir
binasa diterjang gajah. Melihat apa yang dialami Banu
Bajilah itu Sa'd segera memanggil Banu Asad untuk melindungi
mereka. Yang maju ketika itu Tulaihah bin Khuwailid dan
sekelompok jemaah dari kabilahnya, masing-masing dalam
satuan pasukan berkuda, dan Tulaihah berteriak kepada
mereka: "Hai kabilahku! Kalau Sa'd tahu ada yang lain lebih
layak daripada kalian untuk menolong mereka ia akan meminta
pertolongan mereka. Mulailah menyerang mereka, majulah,
hadapilah mereka seperti singa yang geram. Kalian diberi
nama Asad10 supaya kalian bertindak seperti
singa. Perkuatlah barisanmu dan jangan menentang! Seranglah
dan jangan mundur! Seranglah sekuat tenaga, dengan nama
Allah!" Mereka pun terus maju menyerang dengan sekuat
tenaga, sambil terus menikam hingga dapat mencegah serangan
gajahgajah itu. Tetapi gajah-gajah itu datang lagi dan
menyerang mereka. Ketika itu Sa'd memanggil Asim bin Amr.
"Kalian Banu Tamim," kata Sa'd, "bukankah kalian ahli dalam
soal unta dan kuda? Apa kiat kalian dalam menghadapi gajah?"
Ya, memang, jawab mereka. Asim memanggil pasukan pemanah
untuk melindungi, mereka dengan panah dari kawanan gajah,
dan membelakangi gajah-gajah itu kemudian memotong tali-tali
pelananya. Ia bergerak terus melindungi mereka sementara
serangan kawanan gajah kepada Banu Asad terus gencar. Anak
buah Asim memperlakukan gajah-gajah itu seperti yang
diperintahkan. Mereka membelakanginya dan menghujaninya
dengan anak panah. Gajah-gajah itu melengking tinggi dan
terhempas ke tanah bersama pengemudipengemudinya, tewas.
Kedua kabilah Asad dan Bajilah kini merasa lega, setelah
dari Asad saja terbunuh lebih dari lima ratus orang.
Sa'd masih tertelungkup dengan penyakitnya itu di Qudais
sambil terus mengikuti pertempuran yang berkecamuk begitu
sengit. Kadang ia kagum melihat pahlawan-pahlawan itu,
kadang cemas juga melihat bencana yang menimpa pasukan
Bajilah dan Asad akibat serangan pasukan gajah. Pedih sekali
hatinya ia tidak ikut terjun dalam pertempuran sengit serupa
itu, seperti yang sering dialaminya sebelumnya. Saat itu
Salma binti Hafsjanda Musanna bin Harisah yang
kemudian kawin dengan Sa'd berada di sebelahnya,
melihat apa yang dilihatnya. Teringat ia segala pertempuran
dalam perang besar seperti yang dulu pernah dialami suaminya
almarhum.
Setelah dilihatnya pihak Persia makin gencar menyerang
dan membunuhi kelompok Asad, ia berteriak: "Oh Musanna!
Musanna tak ada dalam pasukan berkuda sekarang!" Dia berkata
begitu di depan seorang laki-laki yang sudah merasa kesal
atas apa yang dialami rekanrekannya dan yang dialaminya
sendiri. Kata-kata istrinya telah menggugah Sa'd. Sambil
memukul mukanya sendiri ia berkata: "Musanna tak dapat
dibandingkan dengan satuan pasukan yang sekarang sedang
didera pertempuran semacam ini!" yakni Banu Asad dan Asim.
Tamparan itu tidak membuat perempuan Badui yang angkuh itu
mau menundukkan kepala, malah ia menatap Sa'd seraya
berkata: "Cemburu dan pengecut!" Sa'd merasa malu dengan
kata-katanya itu. Mukanya basah oleh keringat. "Sekarang
tidak perlu orang memaafkan saya kalau Anda sendiri tidak
memaafkan sementara Anda lihat keadaan saya ini," kata Sa'd.
Orang sudah tahu apa yang terjadi antara Sa'd dengan Salma
itu. Mereka kagum sekali kepada perempuan Badui yang sangat
berani itu. Setiap penyair merasa bangga melihat sikapnya,
sekalipun mereka tahu benar bahwa Sa'd bukan pengecut dan
tidak tercela.
Pertempuran Armas dan serangan pasukan
gajah
Kendati segala apa yang dilakukan pasukan Muslimin begitu
cemerlang serta perjuangannya yang sudah mati-matian, namun
Sa'd merasa sangat prihatin melihat jalannya pertempuran
dengan cara pasukan Persia yang begitu keras serta besarnya
jumlah pasukan dan cara-cara menggunakan pasukan gajah itu.
Waktu siang hari sudah habis dan matahari pun sudah
terbenam, tetapi pertempuran tetap berkobar sengit sekali.
Sesudah malam mulai sunyi, kedua angkatan bersenjata itu
kembali ke posisinya masing-masing, satu sama lain membuat
perhitungan untuk hari esok. Lebih-lebih pasukan Muslimin,
setelah malapetaka menimpa mereka hari pertama itu.
Mengenai Pertempuran Kadisiah hari pertama ini oleh para
sejarawan diberi nama "Armas", tanpa ada yang menjelaskan
mengapa diberi nama demikian. Kalangan orientalis menduga
Armas adalah nama ternpat terjadinya pertempuran itu.
Rasanya tak ada alasan yang dapat mendukung pendapat ini,
karena Pertempuran Kadisiah itu terjadi selama tiga hari
satu malam di satu tempat, dan untuk setiap harinya diberi
nama yang membedakannya.
Pada petang hari terjadinya pertempuran Armas kedua
angkatan bersenjata itu kembali ke posisinya masing-masing.
Begitu pagi keesokan harinya terbit, pasukan Muslimin dan
pasukan Persia sudah sama-sama sibuk menguburkan mayat dan
mengangkut mereka yang luka-luka. Pasukan Muslimin
menguburkan mayat-mayatnya di sebuah lembah di dekat Uzaib
dan yang luka-luka dipindahkan ke Uzaib untuk dirawat oleh
kaum perempuan. Pihak Persia menguburkan mayat-mayat mereka
di bagian belakang dan yang luka-luka dibawa ke seberang
sungai.
Sementara kedua pihak sibuk dengan urusan itu Qa'qa' bin
Amr at-Tamimi cepat-cepat berangkat dengan seribu anggota
pasukannya yang dilepaskan dari Syam untuk memberikan
pertolongan kepada pasukan Irak sesuai dengan perintah Umar
bin Khattab kepada Abu Ubaidah untuk menarik kembali pasukan
Irak itu sesudah Allah memberikan kemenangan di Damsyik.
Sesudah Damsyik dibebaskan dan pasukan Muslimin mendapat
kemenangan di Fihl, Hasyim bin Utbah berangkat dengan enam
ribu anggota tentaranya sebagai bala bantuan kepada Sa'd bin
Abi Waqqas, sedang Qa'qa' bin Amr di barisan depan
cepat-cepat lebih dulu agar dapat menyusul Sa'd sebelum
terlambat. Qa'qa' inilah pahlawan yang menonjol yang oleh
Abu Bakr dulu diperbantukan kepada Khalid bin Walid dalam
perjalanan petang hari ke Irak. Ketika ada orang yang
mengatakan: Memakai orang yang pasukannya tak mampu
menangkap satu orang pun, Abu Bakr menjawab: Selama masih
ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalahkan.
Abu Bakr benar. Qa'qa' berangkat bersama Khalid dalam
menyerang Irak yang di mata Khalid kedudukannya sama seperti
Musanna bin Harisah, bahkan lebih dekat di hatinya dan lebih
mendapat tempat. Itu sebabnya ia ditempatkan di Hirah
menggantikannya ketika ia bertolak ke Dumat al-Jandal
sebagai bala bantuan untuk Iyad bin Ganm. Kemudian ketika
bertolak dari Irak ke Syam, di antara pasukannya itu dia
yang dipilihnya. Dalam keadaannya itu memang tidak heran
dialah yang paling berani menghadapi Persia di Irak dan yang
paling mengetahui liku-liku perang mereka. Di samping itu
tidak heran pula jika Hasyim bin Utbah yang didahulukan dan
mempercepat pemberian pertolongan kepada Sa'd dan pasukan
Muslimin. Dalam suatu pasukan yang di dalamnya ada orang
seperti Qa'qa' tak akan dapat dikalahkan.
Pada waktu subuh keesokan harinya setelah peristiwa Armas
itu Qa'qa' sudah berada di dekat Kadisiah. Untuk menunjang
keteguhan hati para prajuritnya dalam pertempuran yang
sangat menentukan itu" ia membagi keseribu anggota
pasukannya ke dalam sepuluh kelompok, dengan pesan supaya
satu kelompok boleh mulai bergerak setelah kelompok yang
sebelumnya masih dalam pandangan mata. Kemudian dia sendiri
bergerak memimpin kelompok pertama. Ia sampai ke tempat Sa'd
dan pasukannya di Kadisiah sebelum pertempuran dimulai lagi.
Ia memberi salam dan memberitahukan tentang kedatangan
pasukannya. Setelah itu ia maju ke depan barisan dan mulai
mengatur pertempuran setelah ia berkata kepada anak buahnya:
Lakukanlah seperti yang akan kulakukan. Sesudah kedua
barisan angkatan bersenjata itu berhadaphadapan, ia berkata:
Siapa yang akan bertarung! Ketika itu Pengawal Istana maju
memperkenalkan diri: Saya Bahman Jadhuweh! Saat itu Qa'qa'
berteriak: Pembalasan atas Abu Ubaid, Salit dan
rekan-rekannya dalam Pertempuran Jembatan. Perang mulut
antara kedua orang itu tidak lama, Qa'qa' segera menyerbu
Bahman dan Pengawal Istana itu pun tersungkur mati.
Orang menyaksikan segala yang telah dilakukannya itu.
Juga pasukan yang datang berturut-turut dari Syam
melihatnya. Mereka merasa mendapat tenaga baru, dan bencana
yang menimpa mereka kemarin seolah tak pernah terjadi.
Mereka merasa lebih bersemangat setelah sekali ini tidak
lagi melihat pasukan gajah. Peti-peti yang diangkut kemarin
itu sudah hancur dan pasukan Persia sedang sibuk
memperbaikinya. Tetapi sebelum pekerjaan itu dapat
diselesaikan mereka sudah terlibat lagi dalam pertempuran
sengit. Ketika itu setiap melihat satu regu dari pasukannya
Qa'qa' bertakbir yang disambut pula oleh anggota-anggota
pasukannya dengan takbir pula. Dengan demikian semangat
mereka makin tinggi. dan sebaliknya pada pasukan Persia
timbul rasa gamang, bahwa bala bantuan itu datang tak
putus-putusnya dan tak akan mungkin rasanya pasukan Rustum
akan mampu menghadapinya. Bagaimana akan mampu, mereka
melihat Qa'qa' sendiri saja sudah dapat menjatuhkan siapa
yang dihadapinya. Bahman si Pengawal Istana sudah dibuatnya
terkapar! Dua orang pahlawan kawakan Persia berpengalaman
lainnya akan mengadakan pembalasan atas kedua rekannya itu.
Mereka bertarung melawan Qa'qa' yang ketika itu ditemani
oleh Haris bin Zubyan bin al-Haris. Seperti nasib Bahman,
kedua pahlawan kawakan Persia itu pun tewas dalam duel itu.
Kemudian Qa'qa' memanggil-manggil pasukannya: Hai kaum
Muslimin, teruskan dengan pedang kalian! Mereka akan dapat
dihabiskan hanya dengan itu! Mereka bersama menghunus
pedang, menyerbu dan menghujani pasukan Persia dengan
pukulan hingga sore.
Dalam pada itu Mihjan as-Saqafi oleh Sa'd bin Abi Waqqas
sudah dipenjarakan dan diikat, seperti sudah disebutkan di
atas. Abu Mihjan ini termasuk kesatria Arab yang sudah
mereka buktikan. Sesudah pertempuran makin menjadi-jadi dan
takbir mereka terus-menerus menggema di telinganya, sambil
menyeret belenggu yang mengikatnya itu ia berusaha
menghampiri Sa'd untuk meminta maaf dan minta dilepaskan.
Tetapi Sa'd menghardiknya dan menyuruhnya kembali. Ia pergi
menemui istrinya Salma binti Hafs. Ia meminta agar ikatannya
itu dilepaskan dan meminjamkan si Balqa', kuda Sa'd. Ia
bersumpah, kalau Allah menyelamatkannya ia akan kembali dan
akan memasang lagi belenggu itu di kakinya. Tetapi Salma
menjawab: Itu bukan urusan saya! Mihjan kembali dan tampak
sedih sekali. Sambil melompatlompat dengan belenggu di kaki
ia membaca syairnya, yang intinya:
- Betapa sedih hatiku membiarkan kuda dalam
kandang
- Dan aku dibiarkan terbelenggu begini
- Bila sudah melesat menghadapi musuh
- Aku tak lagi mendengar siapa pun.
- Dulu, aku yang kaya raya, yang banyak saudara
- Kini ditinggalkan sebatang kara.
- Tetapi, apa pun akibatnya
- Aku tak akan melanggar janjiku kepada Allah.
Mendengar pembacaan sajak itu Salma merasa kasihan. Ia
berkata: Saya telah memohon kepada Allah kiranya pilihanku
diterima-Nya, maka kuterima janjimu. Ia pun dilepaskan.
Sekarang kuda Balqa' itu dikeluarkan dari kandang. Ia pergi
dengan kuda itu berikut senjatanya. Ia menyeruak ke
tengah-tengah barisan dan sambil bertakbir ia memacu
kudanya, kadang ke sayap kanan, kadangkala ke sayap kiri
dengan menggunakan pedang membabati musuh-musuhnya. Orang
tidak tahu, siapa pahlawan ini. Mereka mengira dia anak buah
Hasyim bin Utbah. Sa'd bin Abi Waqqas yang melihatnya hanya
dari gedung berkata: Kalau tidak karena Abu Mihjan sekarang
masih dalam penjara. tentu kukatakan, ini Abu Mihjan, dan
itu Balqa' kudaku.
Setelah selesai hari itu, ia kembali ke tempatnya semula
dan kembali memasang belenggu di kakinya. Sa'd masih
penasaran. Ketika ia turun dan melihat kudanya basah oleh
keringat, hal itu ditanyakannya. Salma menceritakan segala
yang sudah terjadi. Sa'd merasa senang sekali dan Abu Mihjan
pun dibebaskan.11
Pertempuran hari itu berlangsung terus sampai malam hari
dan pasukan Muslimin melihat ada peluang akan menang. Sampai
berapa jauh kegembiraan mereka setelah itu kita dapat
mengacu pada sumber-sumber para sejarawan. Mereka
menyebutkan bahwa Qa'qa' sendiri ketika itu berhasil
membunuh tiga puluh orang. Dengan tak adanya pasukan gajah
itu pasukan Muslimin merasa diringankan, dan makin berani.
Sebaliknya pasukan Persia merasa dirinya bertambah lemah.
Para sejarawan itu menambahkan bahwa sepupu-sepupu Qa'qa'
menyelubungi seekor unta dan menutupi mukanya lalu
disodorkan ke depan, yang oleh pasukan Persia dikira gajah.
Pengaruhnya terhadap mereka ketika itu seperti pengaruh
pasukan gajah terhadap pasukan Muslimin di Armas. Melihat
itu kuda Persia berlarian. Ketika itulah pasukan Muslimin
mendapat kesempatan menghajar dan membantai anggota-anggota
pasukan Persia. Begitu bersemangat sebagian anggota pasukan
itu sampai-sampai ada yang menerobos masuk ke tengahtengah
barisan lawan dengan tujuan hendak membunuh Rustum. Sesudah
ia berada di dekatnya dan sudah siap menghantamkan
pedangnya, dari pihak Persia ada yang tampil menghadang dan
Rustum diselamatkan.
Pertempuran Agwas dan peranan Qa'qa' dan
Abu Mihjan
Sampai tengah malam pasukan Muslimin masih terus
mengadakan tekanan terhadap musuh. Tujuannya hendak
mengusirnya dari tempat itu. Ada sebagian yang mereka
peroleh dan yang terbunuh pun makin banyak. Sebenarnya sudah
hampir dapat mereka kuasai kalau tidak karena jumlah musuh
yang sangat besar dan gigihnya perlawanan. Sesudah tengah
malam itu kedua pihak sudah harus kembali ke markas
masing-masing. Mereka akan menyusun dan mengatur barisan
baru untuk kembali lagi bertempur keesokan harinya.
Kalangan sejarawan menamakan hari kedua Pertempuran
Kadisiah ini dengan sebutan "Agwas". Kalangan orientalis
mengira bahwa pemakaian nama tersebut karena Qa'qa' di
tempat ini menolong12 pasukan Sa'd dengan pasukan
yang datang dari Syam. Untuk menguatkan penafsiran ini
memang tidak mudah, kecuali kalau kita menemukan penafsiran
serupa untuk peristiwa-peristiwa pertempuran yang lain. Kita
sudah melihat bahwa untuk pertempuran di Armas tidak mungkin
digunakan penafsiran seperti ini. Sedang malamnya, seusai
pertempuran antara Armas dengan Agwas para sejarawan
menyebutnya "malam tenang," dan malam sesudah Agwas mereka
beri nama "as-Sawad."
Begitu gembira pasukan Muslimin dengan peristiwa Agwas
itu sehingga sesudah itu mereka dapat bergabung kepada
kabilahnya masing-masing. Begitu juga Sa'd senang sekali
melihat kekuatan pasukan Muslimin sehingga ketika mau pergi
tidur ia berkata kepada beberapa orang di sekitarnya: "Kalau
penggabungan mereka sudah selesai, jangan bangunkan saya.
Mereka sudah mampu menghadapi musuh. Kalau mereka diam dan
yang lain tidak bergabung juga jangan bangunkan saya. Mereka
semua sama. Kalau mereka bergabung bangunkanlah saya, karena
penggabungan mereka itu tidak baik."
Sesudah merasa puas Sa'd tidur. Tetapi Qa'qa' bin Amr
malam itu mengirim rekan-rekannya yang datang bersama dia
dari Syam ke tempat mereka yang lama di Sahara pada pagi
hari terjadinya peristiwa Agwas itu. Ia mengeluarkan
perintah kepada mereka, begitu matahari terbit supaya mereka
datang seratus demi seratus orang seperti yang mereka
lakukan kemarin. Kalau Hasyim bin Utbah dapat menyusul
mereka dengan membawa pasukannya bergabung dalam
pertempuran, itulah yang diharapkan. Kalau tidak,
perbaruilah harapan mereka dalam bala bantuan, karena
harapan akan menambah keberanian dalam berperang dan mereka
yakin akan mendapat kemenangan.
Pertempuran kembali berkecamuk
Sampai pagi hari itu kedua angkatan bersenjata itu dalam
posisinya masing-masing. Dari kedua pihak yang tewas dan
luka-luka, dua ribu dari pasukan Muslimin dan sepuluh ribu
dari pasukan Persia. Mereka menguburkan jenazah
masing-masing dan membawa yang luka-luka ke tempat mereka
akan dirawat. Muslimat mengurus dan merawat mereka.
Perawat-perawat itu berusaha dengan berbagai cara untuk
menghibur dan meringankan penderitaan mereka. Muslimat itu
juga ikut terlibat dalam pertempuran sengit. Peranan dan
jasa mereka dicatat oleh para penyair dan diabadikan dalam
buku-buku sejarah.
Tatkala matahari terbit Qa'qa' sudah berdiri di barisan
belakang melihat ke arah sahara. Sesudah pasukan berkuda
muncul dan dia bertakbir, disambut pula dengan takbir.
Mereka berkata: Bala bantuan sudah datang. Hasyim bin Utbah
dan pasukannya datang menyusul pasukan Qa'qa'. Sesudah
mengetahui apa yang dilakukan rekan-rekannya itu ia membagi
pasukannya ke dalam beberapa regu dan memerintahkan mereka
untuk saling menyusul berturut-turut. Jangan ada regu yang
bergerak sebelum regu yang lain hilang dari pandangan mata.
Dia sendiri berangkat memimpin regu yang pertama bersama
Qais bin Hubairah. Bila ia sampai di Kadisiah pasukan
Muslimin sudah berbaris dalam keadaan siap tempur. Tatkala
saling melihat ia bertakbir dan disambut pula dengan takbir.
Hasyim menyusup ke tengah-tengah sampai mencapai sungai
sambil melepaskan panahnya ke arah musuh. Setelah itu ia
mundur, kemudian diulangnya lagi. Tetapi dari pihak lawan
tak ada yang berani tampil menandinginya.
Bala bantuan yang datang untuk pasukan Muslimin tidak
mengendorkan semangat pasukan Persia. Peti-peti yang dibawa
pasukan gajah sudah diperbaiki dan sejak matahari terbit
mereka sudah terlibat pula dalam pertempuran. Mereka yakin
pasukan gajah ini akan menghajar pasukan Muslimin lebih
hebat dari yang terjadi dalam pertempuran Armas. Mereka
sudah berjaga-jaga benar untuk tidak memberi kesempatan
kepada pasukan Muslimin melakukan tindakan seperti ketika
mereka memotongi tali-tali pelana dan menjungkirbalikkan
peti-peti yang mereka bawa serta menikam dan membantai
anggota-anggota pasukannya, dengan akibat gajah-gajah itu
berlarian mundur, yang lalu dilindungi dengan mendapat
pengawalan pasukan berkuda. Di hadapan pawang-pawang itu
gajah-gajah tersebut menjadi jinak dan tidak menyerang
mereka, tetapi juga tidak menyerafig musuhnya. Gajah yang
hanya sendirian akan lebih buas daripada dalam lingkungan
sesamanya: mereka akan lebih jinak. Pasukan berkuda Muslimin
telah menyerang pengawal-pengawal pasukan gajah Persia itu.
Sekarang pertempuran terjadi di sekitar hewan-hewan raksasa
itu. Mereka dibiarkan dalam kebingungan, tak tahu mana yang
akan digempur dan mana yang tidak. Oleh karena itu
pertempuran sengit berkecamuk lagi, pasang surut di kedua
pihak silih berganti. Kadang pasukan Muslimin yang maju
dipukul mundur oleh pihak Persia; adakalanya pasukan Persia
yang maju dipukul mundur oleh pihak Muslimin. Pasukan Persia
merasa mendapat kekuatan dengan datangnya pengawalan
Yazdigird dari Mada'in sebagai bala bantuan. Tetapi semua
itu tidak mengurangi semangat pasukan Muslimin dalam
perjuangan ini.
Kiat menghadapi gajah
Hanya saja, tak lama ketika keadaan gajah-gajah itu sudah
merasa terbiasa dengan situasi setempat dan pertempuran di
sekitarnya makin memanas mereka kembali menyerang seperti
ketika dalam pertempuran Armas. Sa'd melihat gajah-gajah itu
makin merajalela dan menceraiberaikan regu-regu pasukan
Muslimin. Ketika ia menanyakan titik kelemahan gajah kepada
beberapa orang Persia yang sudah menyerah dalam pertempuran,
mereka berkata: Di belalai dan di matanya. Ia mengirim pesan
kepada dua bersaudara Qa'qa' dan Asim dengan mengatakan:
Wakililah saya menghadapi gajah putih itu. Gajah ini berada
di depan mereka. Kepada Hammal dan Ribbil keduanya
dari Banu Asad ia berpesan dengan mengatakan:
Wakililah saya menghadapi gajah yang berkudis itu. Gajah ini
juga di depan mereka dua gajah yang sangat rakus.
Gajah-gajah yang lain semua mengikutinya. Qa'qa' dan Asim
berjalan kaki lalu menancapkan tombaknya di mata gajah putih
itu. Binatang itu beranjak mundur kesakitan sambil
menggelenggelengkan kepala dan melemparkan saisnya, kemudian
ia mengayun-ayunkan belalainya. Ketika itu Qa'qa' menebasnya
dengan pedangnya. Hammal dan Ribbil menyerang gajah yang
berkudis dengan menusuk salah satu matanya dan menebas
belalainya. Kedua gajah itu melengking-lengking. Gajah yang
berkudis kembali ke arah barisan pasukan Persia. Tetapi
karena dihalau ia berbalik lagi menghadapi pasukan Muslimin.
Di sini ia ditusuk sehingga sempoyongan kian ke mari antara
kedua barisan itu, sambil melengking-lengking seperti suara
babi. Sesudah itu ia berjalan cepat-cepat lalu terjun ke
dalam sungai, yang kemudian diikuti semua gajah yang ada.
Penunggang-penunggangnya pun terlempar dari punggung kawanan
hewan itu. Gajah-gajah itu sudah melewati sungai dan lari ke
belakang tanpa menoleh lagi.
Sekarang perimbangan pertempuran itu menjadi kacau.
Perbandingan pasukan Persia sudah mulai timpang ketika
pasukan gajah menceraiberaikan regu-regu pasukan Muslimin.
Setelah barisan pasukan gajah itu kacau balau, kedua pasukan
itu melihatnya dan berusaha menghalaunya dan menghindari
bahayanya. Sesudah dilihat menyeberangi Sungai Atiq dan lari
membelakangi mereka, semangat pasukan Muslimin terasa makin
kuat. Larinya gajah-gajah itu merupakan tanda kebesaran
Allah dalam memberikan kemenangan melawan musuh. Tetapi
pihak Persia masih membanggakan besarnya jumlah pasukan
mereka dan bala bantuan yang dikirimkan Yazdigird kepada
mereka. Mereka kembali menyusun barisan dan memulai lagi
pertempuran dengan semangat yang makin dipacu oleh larinya
gajah-gajah itu. Dengan demikian terjadi lagi bentrokan
antara kedua angkatan bersenjata yang sekarang sudah saling
berhadapan itu. Pertempuran ini berlangsung sampai menjelang
malam, dengan debu tebal yang sudah membubung pekat. Baik
Sa'd maupun Rustum sudah sama-sama tidak tahu giliran siapa
waktu itu yang menang atau kalah.
Adakah kita akan mengira pasukan-pasukan itu akan kembali
ke induk masing-masing seperti yang terjadi kemarin dulu?
Ataukah meneruskan pertempuran sampai jauh malam kemudian
baru kembali seperti yang terjadi kemarin? Tidak.
Pertempuran itu bahkan berlangsung terus seolah dalam
pikiran kedua pihak Persia dan Muslimin
sama-sama tidak akan meletakkan senjata sebelum salah
satunya hancur, dan seolah itu datang dari pikiran mereka
sendiri di luar pendapat Sa'd atau Rustum. Bahkan peristiwa
itu terjadi tanpa setahu kedua penanggung jawab itu. Ya,
itulah, karena takdir juga maka terjadi demikian. Dan jika
Allah sudah menghendaki sesuatu tak akan dapat ditolak.
Sebenarnya pertempuran itu sudah mulai reda ketika gelap
malam sudah mulai turun. Sa'd telah memperkirakan bahwa
kedua angkatan bersenjata itu sedang mempersiapkan diri
untuk hari yang keempat dengan serangan yang lebih dahsyat
dari Armas, Agwas dan Amas. Tetapi dia khawatir musuh akan
datang dari tempat-tempat penyeberangan sungai yang dangkal
di bawah markasnya. Maka ia mengirim Tulaihah dan Amr dalam
satu regu dengan pesan: "Kalau mereka sudah mendahului
kalian ke sana, turunlah kalian di seberang mereka; kalau
ternyata kosong beritahukanlah dan tinggallah di sana sampai
nanti datang perintahku." Tetapi di tempat penyeberangan itu
memang tak ada orang. Mereka tergoda ingin menyeberangi
bagian sungai yang dangkal itu, dan mendatangi pihak Persia
dari belakang. Mereka berselisih pendapat mengenai caranya.
Tulaihah mengambil tempat di belakang markas dan bertakbir
tiga kali. Pihak Persia sudah ketakutan, mereka mengira
pasukan Muslimin bermaksud mengecoh mereka. Pasukan Muslimin
juga heran mendengar takbir itu. Mereka mengira bahwa
pasukan Persia sudah menyerang anak buahnya maka ia pun
bertakbir meminta pertolongan. Di bawah tempat penyeberangan
itu Amr lalu menyerang sekelompok pasukan Persia. Mereka
yakin sekali pasukan Muslimin telah mengecoh mereka. Mereka
pun segera mengatur barisan dan mulai bergerak. Qa'qa'
melihat apa yang mereka lakukan itu! Ia pun bergerak ke arah
mereka tanpa meminta izin terlebih dulu kepada Sa'd.
Sa'd menjenguk dari tempat duduknya di Qudais.
Bergeraknya pasukan Persia itu sudah diperhitungkannya
seribu kali. Melihat Qa'qa' juga bergerak ke arah mereka,
dalam hatinya ia berkata: Allahumma ya Allah, ampunilah dia,
berikanlah pertolongan kepadanya. Sudah kuizinkan dia,
kendati ia tidak meminta izin kepadaku! Dan katanya kepada
stafnya: Kalau mereka bertakbir tiga kali, mulailah kalian
menyerang. Tetapi tak lama ketika terdengar takbir pertama
ia melihat Banu Asad sudah bergerak, dan Banu Nakha'
menyerang, Bajilah langsung terjun ke dalam kancah yang
berbahaya itu dan kabilah Kindah pun maju. Ia melihat api
peperangan itu kini berkobar di sekitar Qa'qa'. Ia
memohonkan pengampunan Allah untuk mereka semua dan
berdoakan kemenangan bagi mereka. Kemudian berkumandang
takbir yang kedua dan ketiga. Setelah pasukan datang
susul-menyusul, mereka menyambut pasukan Persia dengan
pedang dan menyusup masuk ke tengah-tengah mereka. Bunyi
pedang-pedang itu bergemerincingan dan berdencangdencang
seperti di tempat pandai besi. Prajurit-prajurit itu tak ada
yang berbicara; mereka hanya berteriak. Makin mendekati
malarn, pertempuran makin dahsyat. Kedua pihak sama-sama
berjuang mati-matian. Baik Sa'd maupun Rustum sudah tidak
mendengar lagi suara-suara itu dan berita-berita pun sudah
terputus. Mereka tidak tahu apa yang sekarang terjadi.
Dengan penyakitnya itu Sa'd tak berbuat apa-apa selain
berdoa kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh
agar pasukan Muslimin diberi kemenangan. Malam itu Sa'd
tidak tidur. juga anggota-anggota pasukan itu tak ada yang
tidur.
Setelah sinar pagi mulai menguak di ufuk timur,
pasukan-pasukan Muslimin bergabung kepada kabilah
masing-masing. Ketika itu Sa'd merasa lebih tenang bahwa
pasukannya Iebih unggul. Mereka berhasil menebas leher-leher
pasukan Persia. Apalagi setelah mendengar Qa'qa' membaca
syairnya:
- Sudah banyak kelompok prajurit yang kami bantai
- Bagi kami melebihi kepala-kepala dalam mahkota yang
berkuasa.
- Kuserukan: Teruskan perjuangan, kendati mereka sudah
mati.
- Hanya kepada Allah aku bertawakal, tetapi selalu
berhati-hati.
|