Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

7. Pembebasan Damsyik dan Pembersihan Yordania (3/3)

Perdamaian Tabariah sampai Busyra

Waktu pasukan Muslimin sudah selesai dengan Pertempuran Fihl, Abul-A'war masih mengepung Tabariah. Syurahbil keluar dari Fihl bersama Amr bin As dan pasukannya menuju Baisan (Scythopolis) untuk mengadakan pengepungan. Tetapi pihak Baisan di setiap tempat sudah memperkuat diri dan berusaha hendak membendung pasukan Muslimin. Mereka melakukan itu karena sudah tahu bahwa Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah sudah kembali ke Damsyik dan akan mengadakan perjalanan dengan pasukannya ke Hims, bahwa Abul-A'war masih mengepung Tabariah dan bahwa kekuatan pasukan Muslimin terbagi-bagi di beberapa tempat di Syam. Angkatan bersenjata yang masih tinggal di sana untuk mengepung mereka bukan tidak bisa dibendung. Tetapi perlawanan mereka tidak lama dan sebentar lagi mereka akan terpaksa menyerah dan menerima perdamaian seperti perdamaian Damsyik. Soalnya, secara moral keadaan mereka sudah amat lemah karena nasib yang menimpa mereka di Yarmuk, kemudian di Damsyik dan Fihl. Di samping itu penduduk Syam tidak begitu memusuhi pasukan Muslimin dalam arti mau membantu pihak Rumawi dalam mengadakan perlawanan. Pihak Rumawi memerintah mereka dengan kekerasan dan tangan besi sehingga tak ada yang mau mendukungnya atau mengharapkan tetap bertahan. Penduduk Syam sendiri terdiri dari kabilah-kabilah Arab dan Nasrani. Sudah lama ikatan serumpun dan ikatan seagama bersaing di antara mereka. Mereka orang-orang Arab, seperti kaum Muslimin, dan juga kaum Nasrani, seperti orang-orang Rumawi. Sesudah melihat kelemahan Heraklius serta kepengecutan istananya dan kekalahan perwira-perwiranya, sebagian mereka berpihak kepada orang-orang Arab Muslim dan ditunjukkannya kepada mereka titik-titik kelemahan Rumawi, di samping kemenangan yang begitu berkilauan menyilaukan mata mereka dan membuat orang begitu kagum kepada pemenangnya dan ikut bergabung kepadanya.

Pengalaman pihak Tabariah (Tiberias) juga sama dengan yang dialami oleh pihak Baisan. Meminta kepada Abul-A'war untuk berdamai dengan Syurahbil. Maka mereka pun dipertemukan dengan panglima itu lalu diadakan persetujuan perdamaian seperti yang dilakukan dengan pihak Baisan menurut perdamaian Damsyik, yakni membagi dua rumah-rumah di kota-kota dan sekitarnya dengan kaum Muslimin dan yang separuh lagi buat mereka; membayar jizyah per tahun satu dinar tiap kepala dan sejumlah tertentu hasil gandum menurut kadar tertentu tanahnya. Demikian juga Azri'at (Dar'a atau Edrei), Amman, Jarasy, Ma'ab (Moab) dan Busra (Bostra) mengikuti cara-cara di atas dan mengadakan persetujuan perdamaian seperti dengan mereka dulu. Demikian juga dengan Yordania, Hauran sampai ke pedalamannya. Dan penguasa Muslimin yang membangun pasukan di kota-kota setuju menyerahkan kepengurusan administrasinya kepada warga setempat, dengan syarat administrasi itu harus dilaksanakan secara adil dan tidak berat sebelah.

***

Menghadapi ancaman Perang Kadisiah

Sekarang apakah kita akan mengikuti Abu Ubaidah bin Jarrah dan Khalid bin Walid dalam perjalanan ke Hims, ataukah mengikuti Hasyim bin Utbah dan Qa'qa' bin Amr dan pasukan Irak untuk melihat bagaimana ketentuan Allah yang berlaku terhadap Musanna dan anak buahnya yang tinggal bersama dia, dan kita menyaksikan Kadisiah bersama Sa'd bin Abi Waqqas? Dengan kata lain: Kita akan mengikuti angkatan bersenjata Muslimin dalam membebaskan Syam hingga Allah memberi kemenangan di seluruh Syam, atau akan berpindah ke Irak mengikuti berita-beritanya sampai pembebasannya selesai? Ada ahli sejarah yang berpihak pada yang pertama, yang sebagian lagi memilih yang kedua. Dalam hal ini kita akan lebih cenderung mengikuti yang kedua dan kita akan berpindah ke Irak, supaya kawasan Kedaulatan Islam berada di bawah mata kita dan mengikutinya secara utuh. Kita akan melihat di depan mata kita sendiri terkuak sedikit demi sedikit, ke timur dan ke barat. Ini lebih tepat buat kita menilai perjuangan Muslimin yang mula-mula dulu dalam menghadapi dua raksasa sekaligus, Persia dan Rumawi, juga lebih cocok untuk mengetahui politik Umar, untuk mengetahui bagaimana ia menghadapi peristiwa-peristiwa besar yang datang bertubi-tubi itu, bagaimana pula ia memik.ul beban pemerintahan di Medinah dan di seluruh Semenanjung Arab untuk menambah ketenteraman hidup bagi orang-orang Arab itu dan semangat. pembebasan yang telah melimpahkan kekayaan Persia dan Rumawi kepada mereka, hal yang tak pernah terlintas dalam pikiran mereka dalam zaman mana pun sepanjang sejarah mereka.

Tetapi sebelum kita pindah ke Irak bersama Hasyim bin Utbah dan kawan-kawannya, di sini kita perlu merenung sejenak, seperti yang kita sebutkan dalam biografi Abu Bakr tentang adanya perbedaan kalangan sejarawan sekitar urutan sejarah mengenai peristiwa-peristiwa pembebasan di Syam. Kita sudah melihat segala peristiwa dalam bab itu bahwa ketika Abu Bakr wafat pasukan Muslimin sedang berada di Yarmuk, dan bahwa pasukan Muslimin mendapat kemenangan di Yarmuk pada masa pemerintahan Umar, yakni ketika datang berita ke Syam tentang meninggalnya Abu Bakr dan pemecatan Khalid bin Walid dari pimpinan angkatan bersenjata serta penyerahannya kepada Abu Ubaidah bin Jarrah, bahwa sesudah itu atas perintah Umar mereka berangkat ke Damsyik, mengepungnya lalu membebaskannya. Kemudian sesudah perdamaian Damsyik mereka kembali ke Yordania untuk mengadakan pembersihan lalu mengadakan persetujuan dengan pihak Yordan seperti yang dibuat dengan Damsyik. Ini menurut sumber-sumber at-Tabari, Ibn Khaldun, Ibn Asir, Ibn Kasir dan mereka yang sejalan dengan pendapat ini. Tetapi Azdi, Waqidi dan Balazuri berbeda pendapat dengan Tabari mengenai urutan peristiwa-peristiwa dalam pembebasan Syam itu. Mereka mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa Ajnadain, Damsyik dan yang lain sebelum perang Yarmuk, dan yang lain berpendapat bahwa perang Yarmuk adalah yang terakhir di Syam. Memang sulit sekali kita mengambil keputusan yang tepat mengenai adanya perbedaan-perbedaan ini. Tabari sendiri menyebutkan adanya perbedaan ini dan ia tidak menentukan suatu pendapat. Misalnya ia mengatakan: "Muhammad bin Ishaq berkata: Pembebasan Damsyik tahun empat belas bulan Rajab. Pertempuran Fihl sebelum Damsyik, tetapi mereka berada di Damsyik sebagai pasukan yang meninggalkan komandannya di Fihl dan mereka dibuntuti oleh pasukan Muslimin, kendati Pertempuran Fihl itu terjadi tahun tiga belas bulan Zulkaidah. Sebaliknya Waqidi beranggapan bahwa pembebasan Damsyik tahun empat belas dan beranggapan bahwa Pertempuran Yarmuk dalam tahun lima belas dan bahwa Heraklius keluar dari Antakiah ke Konstantinopel dalam bulan Syaban tahun itu, setelah Pertempuran Yarmuk, dan bahwa sesudah itu dia tidak pernah mengalami suatu pertempuran lagi.

Rasanya tak perlu kita berlama-lama mengikuti perbedaan pendapat ini selama memang tidak mudah untuk menentukan pendapat yang pasti. Dalam bab ini kita sudah berpegang pada sumber Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia. Sebaiknya ini kita teruskan, selama hal ini tidak akan merusak apa yang kita inginkan mengenai pencatatan sejarah Kedaulatan Islam itu pada masa pemerintahan Umar. Pembebasan Damsyik itu baik terjadi sebelum Pertempuran Yarmuk atau sesudahnya, terjadinya pembebasan secara umum disepakati, kendati ada perbedaan mengenai tanggal dan beberapa uraiannya. Sumber Tabari dari Saif bin Amr dan dari mereka yang mengutipnya, bahwa Pertempuran Yarmuk terjadi dalam bulan Rajab tahun tiga belas (September 634) dan Damsyik dikepung pada bulan Syawal tahun itu juga, dan dapat dibebaskan pada permulaan tahun berikutnya (antara Desember 634 dengan permulaan musim semi tahun 635), sementara Pertempuran Fihl terjadi sesudah Damsyik pada musim panas tahun 635, kemudian menyusul kota-kota lain di Yordania.

Setelah Pertempuran Fihl itu Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berangkat ke Hims, sementara Hasyim bin Utbah kembali lagi ke Irak. Kita tinggalkan Abu Ubaidah dan Khalid, dan kita berangkat bersama pasukan Irak untuk menyaksikan perang Kadisiah, perang yang sangat menentukan yang telah membukakan pintu ke Mada'in bagi pasukan Muslimin, dan menurut semua ahli sejarah dianggap sebagai salah satu perang yang paling sengit yang telah mengantarkan sejarah dunia ke arah yang baru

Catatan Kaki:

  1. Dalam beberapa sumber yang dikutip oleh kalangan sejarawan tentang masa ini dan sesudahnya masih kacau, seperti sudah kita sebutkan, dan sudah kami kemukakan pendapat kami dalam Abu Bakr as-Siddiq bab ke-14, yakni mengenai pembebasan Syam pada masa Khalifah pertama itu. Sumber-sumber yang saling bertentangan itu membantah urutan peristiwa-peristiwa itu sehingga ada sebagian yang menyebutkan bahwa Yarmuk merupakan perang terakhir di Syam. Begitu juga halnya dengan pemecatan Khalid, adakah ia dipecat dari pimpinan angkatan bersenjata dengan tetap sebagai panglima pasukannya dan pasukan Abu Ubaidah, ataukah dari seluruh jabatannya dalam angkatan bersenjata? Seperti dalam Abu Bakr as-Siddiq di sini kami akan mengacu pada sumber at-Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia. Menurut hemat kami ini lebih mendekati kenyataan. Kalau perlu kami akan mengambil juga sumber al-Balazuri dan yang lain, yang bertentangan dengan at-Tabari yang kami sebutkan di atas.
  2. Karadis jamak kurdus dalam istilah sekarang kira-kira sama dengan "batalion" mengingat jumlahnya tiap kurdus kurang lebih sama dengan satu batalion. — Pnj.
  3. Pertempuran ini dengan terinci sekali sudah kami uraikan dalam Abu Bakr as-Siddiq.
  4. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketika surat pemecatan Khalid diterima oleh Abu Ubaidah mereka sedang mengepung Damsyik, dan merahasiakannya dari Khalid sampai sekitar dua hari setelah Damsyik direbutnya. Dalam al-Bidayah wan-Nihayah Ibn Kasir menyebutkan, bahwa ketika berita pemecatan oleh Umar disampaikan kepada Khalid, ia berkata kepada Abu Ubaidah: "Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda. Mengapa Anda tidak menyampaikannya kepada saya waktu berita itu Anda terima?" Abu Ubaidah menjawab: "Saya tidak ingin mengganggu Anda yang sedang berperang. Saya tidak mengharapkan kekuasaan, dan saya bekerja bukan untuk dunia. Saya tidak melihat akan hilang atau akan terputus, tetapi kita bersaudara. Apa salahnya orang digantikan oleh saudaranya sendiri, dalam agama dan dalam dunianya." Jawaban Abu Ubaidah ini mengingatkan kita kepada surat Khalid kepadanya tatkala Abu Bakr memerintahkannya memimpin pasukan Muslimin ke Syam menggantikan Abu Ubaidah. Dalam suratnya itu Khalid menulis: "Saya menerima surat dari Khalifah Rasulullah memerintahkan saya berangkat ke Syam, mengawasi dan memimpin pasukan di sana. Itu bukan atas permintaan saya, bukan keinginan saya, juga saya tidak menulis surat kepadanya untuk itu. Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda dalam keadaan Anda sekarang ini. Orang tidak akan melanggar perintah Anda, tidak akan menentang pendapat Anda dan tidak akan memutuskan sesuatu tanpa Anda. Anda salah seorang pemimpin Muslimin. Tak ada orang yang akan mengingkari jasa Anda dan kita masih selalu memerlukan pendapat Anda. Semoga Allah merampungkan tugas kebaikan kita semua sebagai suatu nikmat, dan Allah melimpahkan kasih-Nya kepada kita dan kita dijauhi dari azab neraka." Sudah tentu kerja sama dan saling pengentian antara para panglima Muslimin ini merupakan faktor yang paling penting dalam memberikan kemenangan.
  5. Dari banu al-asfar, sebutan bagi orang-orang Rumawi di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya (beberapa referensi). — Pnj.
  6. Dalam Lisanul 'Arab disebutkan bahwa nama kota Damsyik diambil dari nama pendirinya, Dimsyaq bin Kan'an atau Damascus. Para sejarawan mengatakan — dengan mengacu kepada Kitab Torat — bahwa Damsyik adalah sebuah kota besar pada masa Nabi Ibrahim ‘alaihis-salam, dan berada di bawah kekuasaan Mesir pada masa keluarga yang kedelapan belas, dan namanya terukir di bukit "al-'Ammariyah" dengan nama Dimasyqah.
  7. Gereja Anastasis (Kanisat al-Qiyamah). — Pnj.
  8. Church of the Nativity (Kanisat al-Mahd). — Pnj.
  9. Al-Gutah atau Gutat Dimasyq, nama tempat yang subur.dengan taman-taman dan mata air di selatan kota Damsyik. Dalam terjemahan selanjutnya disebut daerah subur sekitar Damsyik. — Pnj.
  10. Alat mesin perang digunakan untuk melempar batu-batu besar dan semacamnya ke arah lawan, biasa disamakan dengan ballista. —Pnj.
  11. Yakni dabbabah, dabba, melata, alat mesin perang, terbuat daripada kayu dan kulit, orang masuk ke dalamnya lalu mendekati benteng musuh yang dikepung untuk dilubangi atau dibongkar dan ia akan terlindung dari serangan yang datang dari atas (LA). — Pnj.
  12. Lasso, tali panjang penjerat yang dilemparkan untuk menangkap binatang atau manusia. — Pnj.
  13. Kirbat, pundi-pundi dari kulit yang biasa dipakai tempat air, susu dan sebagainya. — Pnj.
  14. Istana al-Khawarnaq dan as-Sadir dibangun oleh Sinimmar, seorang arsitek Rumawi. —Pnj.
  15. Beberapa sejarawan cenderung memperkuat bahwa Hasyim bin Utbah dipisahkan ke Irak sesudah perang Fihl. Dalam mendukung sumber ini sebagian mereka berpegang pada sejarah beberapa peristiwa di Irak dan Syam. Dalam menentukan waktunya itu secara cermat sukar sekali karena perbedaan yang ada di kalangan sejarawan sangat jauh.
  16. Tidak jelas nama apa ini. Ejaannya terasa aneh, baik untuk nama Arab atau nama Rumawi. Saya belum menemukan ejaannya yang tepat dalam huruf Latin. — Pnj.
  17. Para sejarawan menamakan pertempuran ini dengan "Perang Fihl" atau "Perang Baisan" atau "Peristiwa Lumpur."

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team