|
7. Pembebasan Damsyik dan Pembersihan Yordania
(3/3)
Perdamaian Tabariah sampai Busyra
Waktu pasukan Muslimin sudah selesai dengan Pertempuran
Fihl, Abul-A'war masih mengepung Tabariah. Syurahbil keluar
dari Fihl bersama Amr bin As dan pasukannya menuju Baisan
(Scythopolis) untuk mengadakan pengepungan. Tetapi pihak
Baisan di setiap tempat sudah memperkuat diri dan berusaha
hendak membendung pasukan Muslimin. Mereka melakukan itu
karena sudah tahu bahwa Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah
sudah kembali ke Damsyik dan akan mengadakan perjalanan
dengan pasukannya ke Hims, bahwa Abul-A'war masih mengepung
Tabariah dan bahwa kekuatan pasukan Muslimin terbagi-bagi di
beberapa tempat di Syam. Angkatan bersenjata yang masih
tinggal di sana untuk mengepung mereka bukan tidak bisa
dibendung. Tetapi perlawanan mereka tidak lama dan sebentar
lagi mereka akan terpaksa menyerah dan menerima perdamaian
seperti perdamaian Damsyik. Soalnya, secara moral keadaan
mereka sudah amat lemah karena nasib yang menimpa mereka di
Yarmuk, kemudian di Damsyik dan Fihl. Di samping itu
penduduk Syam tidak begitu memusuhi pasukan Muslimin dalam
arti mau membantu pihak Rumawi dalam mengadakan perlawanan.
Pihak Rumawi memerintah mereka dengan kekerasan dan tangan
besi sehingga tak ada yang mau mendukungnya atau
mengharapkan tetap bertahan. Penduduk Syam sendiri terdiri
dari kabilah-kabilah Arab dan Nasrani. Sudah lama ikatan
serumpun dan ikatan seagama bersaing di antara mereka.
Mereka orang-orang Arab, seperti kaum Muslimin, dan juga
kaum Nasrani, seperti orang-orang Rumawi. Sesudah melihat
kelemahan Heraklius serta kepengecutan istananya dan
kekalahan perwira-perwiranya, sebagian mereka berpihak
kepada orang-orang Arab Muslim dan ditunjukkannya kepada
mereka titik-titik kelemahan Rumawi, di samping kemenangan
yang begitu berkilauan menyilaukan mata mereka dan membuat
orang begitu kagum kepada pemenangnya dan ikut bergabung
kepadanya.
Pengalaman pihak Tabariah (Tiberias) juga sama dengan
yang dialami oleh pihak Baisan. Meminta kepada Abul-A'war
untuk berdamai dengan Syurahbil. Maka mereka pun
dipertemukan dengan panglima itu lalu diadakan persetujuan
perdamaian seperti yang dilakukan dengan pihak Baisan
menurut perdamaian Damsyik, yakni membagi dua rumah-rumah di
kota-kota dan sekitarnya dengan kaum Muslimin dan yang
separuh lagi buat mereka; membayar jizyah per tahun satu
dinar tiap kepala dan sejumlah tertentu hasil gandum menurut
kadar tertentu tanahnya. Demikian juga Azri'at (Dar'a atau
Edrei), Amman, Jarasy, Ma'ab (Moab) dan Busra (Bostra)
mengikuti cara-cara di atas dan mengadakan persetujuan
perdamaian seperti dengan mereka dulu. Demikian juga dengan
Yordania, Hauran sampai ke pedalamannya. Dan penguasa
Muslimin yang membangun pasukan di kota-kota setuju
menyerahkan kepengurusan administrasinya kepada warga
setempat, dengan syarat administrasi itu harus dilaksanakan
secara adil dan tidak berat sebelah.
***
Menghadapi ancaman Perang Kadisiah
Sekarang apakah kita akan mengikuti Abu Ubaidah bin
Jarrah dan Khalid bin Walid dalam perjalanan ke Hims,
ataukah mengikuti Hasyim bin Utbah dan Qa'qa' bin Amr dan
pasukan Irak untuk melihat bagaimana ketentuan Allah yang
berlaku terhadap Musanna dan anak buahnya yang tinggal
bersama dia, dan kita menyaksikan Kadisiah bersama Sa'd bin
Abi Waqqas? Dengan kata lain: Kita akan mengikuti angkatan
bersenjata Muslimin dalam membebaskan Syam hingga Allah
memberi kemenangan di seluruh Syam, atau akan berpindah ke
Irak mengikuti berita-beritanya sampai pembebasannya
selesai? Ada ahli sejarah yang berpihak pada yang pertama,
yang sebagian lagi memilih yang kedua. Dalam hal ini kita
akan lebih cenderung mengikuti yang kedua dan kita akan
berpindah ke Irak, supaya kawasan Kedaulatan Islam berada di
bawah mata kita dan mengikutinya secara utuh. Kita akan
melihat di depan mata kita sendiri terkuak sedikit demi
sedikit, ke timur dan ke barat. Ini lebih tepat buat kita
menilai perjuangan Muslimin yang mula-mula dulu dalam
menghadapi dua raksasa sekaligus, Persia dan Rumawi, juga
lebih cocok untuk mengetahui politik Umar, untuk mengetahui
bagaimana ia menghadapi peristiwa-peristiwa besar yang
datang bertubi-tubi itu, bagaimana pula ia memik.ul beban
pemerintahan di Medinah dan di seluruh Semenanjung Arab
untuk menambah ketenteraman hidup bagi orang-orang Arab itu
dan semangat. pembebasan yang telah melimpahkan kekayaan
Persia dan Rumawi kepada mereka, hal yang tak pernah
terlintas dalam pikiran mereka dalam zaman mana pun
sepanjang sejarah mereka.
Tetapi sebelum kita pindah ke Irak bersama Hasyim bin
Utbah dan kawan-kawannya, di sini kita perlu merenung
sejenak, seperti yang kita sebutkan dalam biografi Abu Bakr
tentang adanya perbedaan kalangan sejarawan sekitar urutan
sejarah mengenai peristiwa-peristiwa pembebasan di Syam.
Kita sudah melihat segala peristiwa dalam bab itu bahwa
ketika Abu Bakr wafat pasukan Muslimin sedang berada di
Yarmuk, dan bahwa pasukan Muslimin mendapat kemenangan di
Yarmuk pada masa pemerintahan Umar, yakni ketika datang
berita ke Syam tentang meninggalnya Abu Bakr dan pemecatan
Khalid bin Walid dari pimpinan angkatan bersenjata serta
penyerahannya kepada Abu Ubaidah bin Jarrah, bahwa sesudah
itu atas perintah Umar mereka berangkat ke Damsyik,
mengepungnya lalu membebaskannya. Kemudian sesudah
perdamaian Damsyik mereka kembali ke Yordania untuk
mengadakan pembersihan lalu mengadakan persetujuan dengan
pihak Yordan seperti yang dibuat dengan Damsyik. Ini menurut
sumber-sumber at-Tabari, Ibn Khaldun, Ibn Asir, Ibn Kasir
dan mereka yang sejalan dengan pendapat ini. Tetapi Azdi,
Waqidi dan Balazuri berbeda pendapat dengan Tabari mengenai
urutan peristiwa-peristiwa dalam pembebasan Syam itu. Mereka
mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa Ajnadain, Damsyik dan
yang lain sebelum perang Yarmuk, dan yang lain berpendapat
bahwa perang Yarmuk adalah yang terakhir di Syam. Memang
sulit sekali kita mengambil keputusan yang tepat mengenai
adanya perbedaan-perbedaan ini. Tabari sendiri menyebutkan
adanya perbedaan ini dan ia tidak menentukan suatu pendapat.
Misalnya ia mengatakan: "Muhammad bin Ishaq berkata:
Pembebasan Damsyik tahun empat belas bulan Rajab.
Pertempuran Fihl sebelum Damsyik, tetapi mereka berada di
Damsyik sebagai pasukan yang meninggalkan komandannya di
Fihl dan mereka dibuntuti oleh pasukan Muslimin, kendati
Pertempuran Fihl itu terjadi tahun tiga belas bulan
Zulkaidah. Sebaliknya Waqidi beranggapan bahwa pembebasan
Damsyik tahun empat belas dan beranggapan bahwa Pertempuran
Yarmuk dalam tahun lima belas dan bahwa Heraklius keluar
dari Antakiah ke Konstantinopel dalam bulan Syaban tahun
itu, setelah Pertempuran Yarmuk, dan bahwa sesudah itu dia
tidak pernah mengalami suatu pertempuran lagi.
Rasanya tak perlu kita berlama-lama mengikuti perbedaan
pendapat ini selama memang tidak mudah untuk menentukan
pendapat yang pasti. Dalam bab ini kita sudah berpegang pada
sumber Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia.
Sebaiknya ini kita teruskan, selama hal ini tidak akan
merusak apa yang kita inginkan mengenai pencatatan sejarah
Kedaulatan Islam itu pada masa pemerintahan Umar. Pembebasan
Damsyik itu baik terjadi sebelum Pertempuran Yarmuk atau
sesudahnya, terjadinya pembebasan secara umum disepakati,
kendati ada perbedaan mengenai tanggal dan beberapa
uraiannya. Sumber Tabari dari Saif bin Amr dan dari mereka
yang mengutipnya, bahwa Pertempuran Yarmuk terjadi dalam
bulan Rajab tahun tiga belas (September 634) dan Damsyik
dikepung pada bulan Syawal tahun itu juga, dan dapat
dibebaskan pada permulaan tahun berikutnya (antara Desember
634 dengan permulaan musim semi tahun 635), sementara
Pertempuran Fihl terjadi sesudah Damsyik pada musim panas
tahun 635, kemudian menyusul kota-kota lain di Yordania.
Setelah Pertempuran Fihl itu Abu Ubaidah dan Khalid bin
Walid berangkat ke Hims, sementara Hasyim bin Utbah kembali
lagi ke Irak. Kita tinggalkan Abu Ubaidah dan Khalid, dan
kita berangkat bersama pasukan Irak untuk menyaksikan perang
Kadisiah, perang yang sangat menentukan yang telah
membukakan pintu ke Mada'in bagi pasukan Muslimin, dan
menurut semua ahli sejarah dianggap sebagai salah satu
perang yang paling sengit yang telah mengantarkan sejarah
dunia ke arah yang baru
Catatan Kaki:
- Dalam beberapa sumber yang dikutip oleh kalangan
sejarawan tentang masa ini dan sesudahnya masih kacau,
seperti sudah kita sebutkan, dan sudah kami kemukakan
pendapat kami dalam Abu Bakr as-Siddiq bab ke-14, yakni
mengenai pembebasan Syam pada masa Khalifah pertama itu.
Sumber-sumber yang saling bertentangan itu membantah
urutan peristiwa-peristiwa itu sehingga ada sebagian yang
menyebutkan bahwa Yarmuk merupakan perang terakhir di
Syam. Begitu juga halnya dengan pemecatan Khalid, adakah
ia dipecat dari pimpinan angkatan bersenjata dengan tetap
sebagai panglima pasukannya dan pasukan Abu Ubaidah,
ataukah dari seluruh jabatannya dalam angkatan
bersenjata? Seperti dalam Abu Bakr as-Siddiq di sini kami
akan mengacu pada sumber at-Tabari dan mereka yang
sependapat dengan dia. Menurut hemat kami ini lebih
mendekati kenyataan. Kalau perlu kami akan mengambil juga
sumber al-Balazuri dan yang lain, yang bertentangan
dengan at-Tabari yang kami sebutkan di atas.
- Karadis jamak kurdus dalam istilah sekarang kira-kira
sama dengan "batalion" mengingat jumlahnya tiap kurdus
kurang lebih sama dengan satu batalion. Pnj.
- Pertempuran ini dengan terinci sekali sudah kami
uraikan dalam Abu Bakr as-Siddiq.
- Beberapa sumber menyebutkan bahwa ketika surat
pemecatan Khalid diterima oleh Abu Ubaidah mereka sedang
mengepung Damsyik, dan merahasiakannya dari Khalid sampai
sekitar dua hari setelah Damsyik direbutnya. Dalam
al-Bidayah wan-Nihayah Ibn Kasir menyebutkan, bahwa
ketika berita pemecatan oleh Umar disampaikan kepada
Khalid, ia berkata kepada Abu Ubaidah: "Semoga Allah
memberi rahmat kepada Anda. Mengapa Anda tidak
menyampaikannya kepada saya waktu berita itu Anda
terima?" Abu Ubaidah menjawab: "Saya tidak ingin
mengganggu Anda yang sedang berperang. Saya tidak
mengharapkan kekuasaan, dan saya bekerja bukan untuk
dunia. Saya tidak melihat akan hilang atau akan terputus,
tetapi kita bersaudara. Apa salahnya orang digantikan
oleh saudaranya sendiri, dalam agama dan dalam dunianya."
Jawaban Abu Ubaidah ini mengingatkan kita kepada surat
Khalid kepadanya tatkala Abu Bakr memerintahkannya
memimpin pasukan Muslimin ke Syam menggantikan Abu
Ubaidah. Dalam suratnya itu Khalid menulis: "Saya
menerima surat dari Khalifah Rasulullah memerintahkan
saya berangkat ke Syam, mengawasi dan memimpin pasukan di
sana. Itu bukan atas permintaan saya, bukan keinginan
saya, juga saya tidak menulis surat kepadanya untuk itu.
Semoga Allah memberi rahmat kepada Anda dalam keadaan
Anda sekarang ini. Orang tidak akan melanggar perintah
Anda, tidak akan menentang pendapat Anda dan tidak akan
memutuskan sesuatu tanpa Anda. Anda salah seorang
pemimpin Muslimin. Tak ada orang yang akan mengingkari
jasa Anda dan kita masih selalu memerlukan pendapat Anda.
Semoga Allah merampungkan tugas kebaikan kita semua
sebagai suatu nikmat, dan Allah melimpahkan kasih-Nya
kepada kita dan kita dijauhi dari azab neraka." Sudah
tentu kerja sama dan saling pengentian antara para
panglima Muslimin ini merupakan faktor yang paling
penting dalam memberikan kemenangan.
- Dari banu al-asfar, sebutan bagi orang-orang Rumawi
di Asia Kecil, Konstantinopel dan sekitarnya (beberapa
referensi). Pnj.
- Dalam Lisanul 'Arab disebutkan bahwa nama kota
Damsyik diambil dari nama pendirinya, Dimsyaq bin Kan'an
atau Damascus. Para sejarawan mengatakan dengan
mengacu kepada Kitab Torat bahwa Damsyik adalah
sebuah kota besar pada masa Nabi Ibrahim
alaihis-salam, dan berada di bawah kekuasaan Mesir
pada masa keluarga yang kedelapan belas, dan namanya
terukir di bukit "al-'Ammariyah" dengan nama
Dimasyqah.
- Gereja Anastasis (Kanisat al-Qiyamah).
Pnj.
- Church of the Nativity (Kanisat al-Mahd).
Pnj.
- Al-Gutah atau Gutat Dimasyq, nama tempat yang
subur.dengan taman-taman dan mata air di selatan kota
Damsyik. Dalam terjemahan selanjutnya disebut daerah
subur sekitar Damsyik. Pnj.
- Alat mesin perang digunakan untuk melempar batu-batu
besar dan semacamnya ke arah lawan, biasa disamakan
dengan ballista. Pnj.
- Yakni dabbabah, dabba, melata, alat mesin perang,
terbuat daripada kayu dan kulit, orang masuk ke dalamnya
lalu mendekati benteng musuh yang dikepung untuk
dilubangi atau dibongkar dan ia akan terlindung dari
serangan yang datang dari atas (LA). Pnj.
- Lasso, tali panjang penjerat yang dilemparkan untuk
menangkap binatang atau manusia. Pnj.
- Kirbat, pundi-pundi dari kulit yang biasa dipakai
tempat air, susu dan sebagainya. Pnj.
- Istana al-Khawarnaq dan as-Sadir dibangun oleh
Sinimmar, seorang arsitek Rumawi. Pnj.
- Beberapa sejarawan cenderung memperkuat bahwa Hasyim
bin Utbah dipisahkan ke Irak sesudah perang Fihl. Dalam
mendukung sumber ini sebagian mereka berpegang pada
sejarah beberapa peristiwa di Irak dan Syam. Dalam
menentukan waktunya itu secara cermat sukar sekali karena
perbedaan yang ada di kalangan sejarawan sangat
jauh.
- Tidak jelas nama apa ini. Ejaannya terasa aneh, baik
untuk nama Arab atau nama Rumawi. Saya belum menemukan
ejaannya yang tepat dalam huruf Latin. Pnj.
- Para sejarawan menamakan pertempuran ini dengan
"Perang Fihl" atau "Perang Baisan" atau "Peristiwa
Lumpur."
|