|
||
|
|
Khalid bin Sa'id bersama pasukannya dan kabilah-kabilah pedalaman di perbatasan Syam masih tinggal di Taima'. Pasukan Rumawi dalam jumlah dua kali lipat berikut kabilah-kabilah Arab yang bergabung kepadanya, berada di seberang perbatasan itu. Kedua pasukan yang saling berhadapan itu membuat gelisah dan sekaligus membangkitkan semangat pasukan Muslimin untuk menyerbu lawannya. Sesudah Khalid membaca surat Abu Bakr yang mengatakan, "Majulah dan jangan mundur, mintalah pertolongan Allah," cepat-cepat ia maju dengan pasukannya ke garis perbatasan untuk menghadapi lawan. Begitu pihak Rumawi dan sekutu-sekutunya melihat Khalid dan pasukannya mendekat, mereka tercerai-berai sambil meninggalkan markas mereka yang kemudian diduduki oleh Khalid dan pasukannya serta merampas segala yang ada di dalamnya. Ia menulis laporan kepada Abu Bakr. Dalam jawabannya Abu Bakr mengatakan: "Maju terus dan jangan menerobos masuk supaya tidak diserang dari belakang."
Khalid maju terus hingga mencapai Qastal di jalan ke Laut Mati. Ia dapat melumpuhkan pasukan Rumawi di pantai sebelah timur Laut itu sambil meneruskan perjalanan. Di sini semangat pasukan Rumawi dan penduduk Syam itu bangkit. Mereka mengumpulkan suatu kekuatan bersenjata berlipat ganda, lebih besar dari yang mereka lakukan di Taima'.
Berkumpulnya mereka itu dilihat oleh Khalid. Ia menulis surat kepada Abu Bakr meminta bantuan untuk meneruskan gerakannya yang sudah berjaya itu. Sementara itu pasukan Muslimin sudah mulai bergerak dari Medinah ke Syam untuk menyerbu Rumawi. Abu Bakr optimis sekali dengan perjalanan itu, penuh harapan akan mendapat pertolongan Tuhan. Keadaan Rumawi tidak lebih baik daripada Persia. Setelah dapat mengalahkan Persia pihak Rumawi hanyut dalam tidur nyenyak. Untuk menjaga perbatasan itu mereka serahkan kepada penduduk pedalaman, dan dalam sekian banyak kejadian penduduk pedalaman itu dapat memperlihatkan keperkasaannya. Keberanian memang juga sudah menjadi ciri khas mereka. Tetapi di antara mereka dengan pihak Rumawi itu tak ada pertautan ras dan bahasa seperti halnya dengan saudara-saudara sepupu mereka orang-orang Arab Muslimin itu. Juga kaum Nasrani Arab itu tidak sama dengan kaum Nasrani Rumawi. Mereka penganut gereja Ortodoks, sedang Kaisar Rumawi penganut gereja Katolik. Juga barangkali mereka melihat bahwa Heraklius yang sangat sedikit menerjunkan anak negerinya sendiri ke kancah peperangan itu, suatu bukti bahwa ia takut mereka akan mengalami kekalahan atau terbunuh. Oleh karena itu, dalam berperang kabilah-kabilah pedalaman Syam itu santai saja, dan Khalid bin Sa'id dibiarkan maju tanpa mendapat perlawanan yang berarti.
Pasukan Muslimin mana yang lebih cepat memberikan bala bantuan kepada Khalid? Dalam hal ini para ahli sejarah masih berbeda pendapat, begitu juga mengenai dimulainya penyerbuan Khalid ke Syam, seperti sudah kita sebutkan di atas. Bahwa Tabari menempatkan Khalid yang lebih dulu dan disetujui oleh Ibn al-Asir dan Ibn Khaldun dan yang lain yang sependapat dengan mereka, maka sambil mengikuti sumber Tabari dan kawan-kawannya itu kini kita kembali kepada sumber al-Waqidi, al-Azdi dan al-Balazuri.
Waktu itu Ikrimah bin Abi Jahl sedang bertolak dari Kindah dan Hadramaut melalui jalan Yaman dan Mekah. Setelah sampai di Medinah oleh Abu Bakr ia diperintahkan berangkat untuk membantu Khalid bin Sa'id. Ketika itu Ikrimah sudah membubarkan pasukannya yang dulu sama-sama bertempur di bagian selatan Semenanjung Arab, kemudian oleh Khalifah diganti dengan yang lain, dan mereka mendapat perintah berangkat ke Syam di bawah pimpinan Ikrimah. Itu sebabnya pasukan ini diberi nama Pasukan Pengganti (jaisy al-bidal). Sementara Zul-Kula' memimpin pasukan yang cepat-cepat dibawanya dari Yaman bersama Ikrimah ke Syam supaya Khalid bin Sa'id merasa tenang dan meneruskan perjalanannya. Sejak perang Riddah selesai Amr bin al-As tinggal di Quda'ah. Oleh Abu Bakr ia diminta memilih untuk tetap tinggal di tempatnya yang sekarang, atau akan berangkat ke Syam. Dalam suratnya Abu Bakr menulis: "Kuserahkan kepadamu, mana yang lebih baik untuk menjadi pilihanmu, kecuali jika engkau lebih menyukai tempatmu yang sekarang." Jawaban Amr: "Aku adalah salah satu anak panah Islam. Setelah Allah, engkaulah yang akan melepaskan dan yang akan mengumpulkannya kembali. Lihatlah mana yang lebih penting, lebih mendesak dan lebih utama. Lepaskanlah seperlunya, jika ada bahaya yang datang dari salah satu jurusan."
Khalifah menulis juga surat kepada Walid bin Uqbah seperti yang ditulisnya kepada Amr bin al-As, maka jawabannya ia memilih berjihad. Ketika itulah Abu Bakr menempatkan Amr sebagai gubernur di Palestina dan Walid sebagai gubemur Yordan.
Semua pasukan itu sekarang berangkat menuju Syam. Abu Bakr yakin Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka. Yang pertama sekali dapat menyusul Khalid bin Sa'id ialah Walid bin Uqbah. Ia menceritakan kepada Khalid tentang bala bantuan dan semangat Abu Bakr untuk membebaskan Syam itu, serta betapa gembiranya penduduk Medinah dengan kemenangan yang telah dicapai oleh saudara-saudaranya dalam melawan orang kulit putih. Khalid pun tentu merasa sangat bersuka cita. Ia memerintahkan pasukannya bersiap-siap untuk berangkat, supaya kelak dengan kemenangan itu akan membawa kebanggaan baginya, yang dalam melawan pihak Rumawi ia dapat menyamai Khalid bin Walid dalam melawan Persia. Ia memimpin pasukan Muslimin bersama Walid bin Uqbah menghadapi pasukan Rumawi yang dipimpin oleh panglima besarnya Bahan.1 Dalam hatinya ia berkata, bahwa dalam menghantam panglima ini, seperti Khalid bin Walid dulu ketika menghantam Ormizd dan menemui ajalnya seperti dia juga. Mengapa tidak, sekarang sudah datang pula Ikrimah dan Zul-Kula' sehingga kekuatannya sekarang benar-benar tangguh.
Sebenarnya jarak dengan pasukan Rumawi itu masih jauh, tetapi Bahan sudah mundur terlebih dulu menuju arah Damsyik. Khalid membuntutinya dari belakang menuju ke Marj as-Suffar yang terletak antara Waqusah dengan Damsyik, untuk membuat markas sebagai pusat komando. Sebenamya mundurnya Bahan itu hanya sekadar muslihat untuk mengecoh lawan supaya dapat terlihat dari belakang sehingga dengan demikian memungkinkan ia mengadakan pengepungan lalu menyerangnya dari belakang. Inilah yang diperingatkan Abu Bakr kepada Khalid. Tetapi karena dimabuk kemenangan dan ingin membanggakan diri ia lupa peringatan itu dan cepat-cepat dia meneruskan perjalanan. Begitu sudah berada di Marj as-Suffar ke arah timur Danau at-Tabariah (Tibarias), Bahan dan pasukannya berbalik dan mengepungnya, jalur perjalanan pulang dipotong. Ketika itu Bahan memergoki Sa'id bin Khalid bin Sa'id dalam sebuah satuan terpisah dari pasukan Muslimin yang lain. Ketika itulah mereka dibantai, termasuk Sa'id sendiri di barisan paling depan.
Mendapat berita anaknya sudah terbunuh dan melihat dirinya sudah terkepung, ia lari dengan kuda dan unta bersama satuan teman-temannya dengan meninggalkan pasukan Muslimin yang dipimpin oleh Ikrimah, yang juga sudah menarik diri ke belakang.
Khalid bin Sa'id baru berhenti dari larinya sesudah sampai di Zul-Marwah dekat Medinah. Abu Bakr mengetahui ia lari dalam kekalahan itu dan sedang menuju ke Medinah, tetapi Khalifah menahannya, dengan mengutus orang membawa surat dan ia dijumpai ketika berada di Zul-Marwah.
"Stop di tempatmu berada!" kata Abu Bakr dalam suratnya. "Memang, engkau ini pemberani, juga pengecut yang mau menyelamatkan diri dari jurang. Engkau tidak berani terjun menegakkan kebenaran dan tak punya kesabaran."
Khalid tinggal di Zul-Marwah bersama sisa-sisa tentara pelarian, terkulai dan sedih karena kematian anaknya dan kekalahan yang dideritanya. Dalam pada itu Abu Bakr berkata: "Rupanya Umar dan Ali lebih tahu tentang Khalid daripada aku. Kalau dulu pendapat mereka kuterima tentu dia dapat kuhindarkan."
Dengan larinya Khalid bin Sa'id itu jadi lemahkah semangat Abu Bakr untuk memasuki Syam? Tidak! Berita-berita yang diterimanya menyebutkan bahwa Ikrimah bin Abi Jahl dengan pasukan Muslimin lainnya melakukan gerakan-gerakan pengecohan, demikian juga Zul-Kula'. Kemudian mereka mundur ke perbatasan Syam dan memperkuat pertahanannya di sana sambil menunggu datangnya bala bantuan. Memang, mereka memang sangat memerlukan bantuan, dan bantuan ini akan mendatangkan kekuatan baru yang akan dapat menghilangkan segala akibat karena kekalahan Khalid bin Sa'id, dan pasukan Muslimin akan percaya kembali bahwa mereka akan memperoleh kemenangan. Kebalikannya, rasa takut dan gamang akan timbul dalam hati pasukan Rumawi.
Ketika itu Syurahbil bin Hasanah bersama Khalid bin Walid berada di Irak. Sementara itu berita-berita mengenai kemenangan, tawanan-tawanan perang dan bagian seperlima rampasan perang sudah pula sampai ke Medinah. Abu Bakr memerintahkannya berangkat ke Syam ke tempat Walid bin Uqbah yang sudah kembali bersama Khalid bin Sa'id. Syurahbil menghimpun kekuatan dari pasukan Khalid bin Sa'id dan Walid bin Uqbah, kemudian berangkat menyusul Ikrimah. Abu Bakr memanggil Yazid bin Abi Sufyan dan diserahi sebuah pasukan besar - sebagian besar warga Mekah - yang kemudian diberangkatkan bersama saudaranya, Muawiyah, lalu digabung dengan pasukan yang lain, yang dulu diserahkan kepada Khalid bin Sa 'id untuk menyerbu bersama dia. Di samping itu Khalifah membentuk sebuah pasukan besar yang pimpinannya diserahkan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan dia diangkat sebagai gubernur Hims. Pasukan ini sudah bermarkas di Jurf. Bila tiba saatnya kelak berangkat, Khalifah akan melepasnya seperti dulu ketika melepas pasukan Usamah seusai pelantikannya. Semua pasukan itu bertolak ke Syam, berjuang di jalan Allah.
Kita masih ingat ketika Abu Bakr melepas Usamah dengan suatu pesan yang oleh sejarah perang dicatat dengan huruf-huruf dari cahaya. Demikian juga yang diperbuat dengan pasukan ini. Katanya berpesan kepada mereka: "Segala sesuatu itu dapat dipersingkat. Barang siapa dapat melakukannya sudah cukup baginya (untuk mencapai tujuan). Barang siapa beramal karena Allah, Allah akan memberinya balasan yang cukup. Hendaklah kamu bersungguh-sungguh dan serba sederhana, karena kesederhanaan lebih mantap untuk mencapai tujuan. Ketahuilah, seseorang tak berarti beragama tanpa disertai iman, dan tiada pahala tanpa amal yang baik, dan tiada amal tanpa niat di hati. Ketahuilah, di dalam Kitabullah pahala sudah dijamin bagi orang yang berjihad di jalan Allah, dan ini harus menjadi kecintaan seorang Muslim yang harus diutamakan. Inilah perniagaan2 yang ditunjukkan Allah, dan dengan itu kita akan selamat dari nista, dan memberikan kehormatan di dunia dan akhirat."
Dan kepada Yazid bin Abi Sufyan katanya antara lain: "Jika engkau memimpin pasukanmu, hendaklah engkau bergaul dengan mereka dengan baik dan dahulukanlah yang baik untuk mereka dan berilah janji kepada mereka. Kalau engkau memberi wejangan kepada mereka, ringkaskanlah. Perkataan yang banyak akan saling terlupakan... Jika datang utusan-utusan musuhmu kepadamu hormatilah mereka tapi janganlah berlama-lama supaya tak mengetahui segala rahasia di tempat pasukanmu ... Jangan ada orang yang berbicara dengan mereka dari pihakmu selain engkau, dan kaulah yang harus mengatur pembicaraan mereka... Berjaga-jagalah malam hari dengan teman-temanmu sambil menunggu berita-berita yang dapat membukakan rahasia... Perlihatkanlah keberanianmu dalam pertempuran dan janganlah jadi penakut supaya teman-temanmu juga tak ada yang jadi penakut."
Abu Bakr merasa puas ketika melepas pasukan itu semua dengan keyakinan bahwa pertolongan Allah sudah dekat. Bagaimana tak akan merasa lega, anggota-anggotanya diambil dari pasukan inti kaum Muhajirin dan Ansar; lebih dari seribu orang sahabat-sahabat Rasulullah yang pernah bergaul dekat dan berjuang bersama-sama. Di antara mereka terdapat para veteran Badr, yang ketika itu Rasulullah berdoa kepada Allah untuk mereka: "Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa tidak lagi ada ibadah kepada-Mu," dan sebagai bala bantuan kemudian Allah mengirimkan para malaikat dan ditandai dengan turunnya ayat ini tentang mereka:
"Betapa sering pasukan yang kecil dapat mengalahkan pasukan yang besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang tabah." (Qur'an, 2. 249).
Apa pula artinya mereka dibandingkan clengan pasukan Khalid bin Walid yang telah menyerbu Irak dan membuat Persia cerai-berai! Pasukan ini terdiri dari sebagian kecil sisa-sisa pasukan Yamamah, dan sebagian besar dari penduduk Bahrain dan Oman yang dulu telah dikerahkan oleh Khalid untuk memerangi kaum murtad dan memperkuat tegaknya Islam di kawasan ini. Dapatkah mereka itu dibandingkan dengan orang-orang yang sudah pernah mengalami perang Badr, perang Hunain dan perang Uhud, dan diperkuat dengan belaian nafas Rasulullah sendiri semasa hidupnya!! Dapatkah mereka diukur dengan pahlawan-pahlawan Mekah, Medinah dan Ta'if yang begitu cemerlang, yang sudah mengalami asam garamnya peperangan! Kalau Khalid sudah dapat mengalahkan Persia dengan pasukan Arab bagian selatan, alangkah lebih layak pula Ikrimah, Abu Ubaidah, Amr bin al-As dan Yazid bin Abi Sufyan dengan pasukan Mekah dan Medinahnya untuk mengikis habis pasukan Rumawi itu!?
Abu Bakr tidak berlebihan ketika mengirimkan angkatan bersenjatanya ini ke Syam sesudah pasukannya mendapat kemenangan di Irak. Andaikata pasukan Muslimin di sana berhenti hanya sampai pada waktu Khalid bin Sa'id mengalami kekalahan, niscaya kemenangan yang sudah diperoleh di Irak itu akan jadi berantakan, dan Rumawi pasti akan menyerbu Semenanjung itu. Allah tak akan membenarkan Islam bersikap demikian berhadapan dengan kedua harimau itu. Hal itu tidak boleh terjadi selama Abu Bakr masih menjadi pengganti Rasulullah, dan tak boleh terjadi sekalipun di kota hanya tinggal dia seorang diri, seperti kata Abu Bakr sendiri saat timbul perbedaan pendapat dia dengan sahabat-sahabatnya pada waktu terjadi perang Riddah dulu.
Sementara itu para komandan pasukan Muslimin meneruskan perjalanan hingga sampai di Syam. Pasukan. Amr bin al-As tidak beranjak dari Arabah sejak dikirimkan oleh Abu Bakr. Abu Ubaidah sudah melewati Balqa' dalam perjalanannya ke Jabiyah setelah dapat menaklukkan orang-orang Arab Ma'ab dan kemudian diajak berdamai. Dalam pada itu Syurahbil pun sudah pula sampai di Yordan dan Yazid bin Abi Sufyan di Balqa'. Sebuah sumber menyebutkan bahwa ia telah saling berhadapan dengan angkatan bersenjata Rumawi dan orang-orang badui di Dazin dan ia berhasil mengalahkan mereka. Namun sumber-sumber itu masih saling berbeda pendapat: adakah perang yang terjadi dengan pasukan Muslimin itu di selatan Palestina, ataukah mereka maju terus tetapi tak menemukan pihak yang akan dihadapinya. Yang jelas mereka terus maju sampai mendekati pasukan Ikrimah, dan pasukan Rumawi dengan angkatan bersenjatanya tidak menghadapi mereka, bahkan dibiarkan mereka berhadapan dengan kabilah-kabilah pedalaman, dan bahwa segala peristiwa yang terjadi antara orang-orang Arab dengan pihak Rumawi di selatan Palestina itu terjadi kemudian pada zaman Umar bin Khattab.
Sungguhpun begitu, sumber-sumber yang simpang siur itu baru berakhir setelah pasukan Muslimin sudah bertemu dengan Ikrimah, sebab Abu Ubaidah sudah bermarkas di jalan yang menuju ke Damsyik dan Syurahbil bermarkas di dataran tinggi di puncak Gar (Gaur) di bagian atas kota Tabariyah dan Sungai Yordan. Sementara itu keberadaan Yazid di Balqa' merupakan ancaman bagi kota Busra (Basra) dan Amr di Arabah menjadi ancaman buat kota Hebron. Dalam keadaan serupa demikian para pimpinan pasukan itu saling bertukar pikiran mengenai apa yang harus mereka lakukan.
Pada mulanya pihak Rumawi tak begitu peduli kepada mereka. Bahkan terbayang oleh pihak Rumawi bahwa pihak Arab itu tak akan maju lebih dari apa yang sudah pernah dilakukan Muhammad dulu dalam perang Tabuk. Pasti mereka akan dapat dipukul mundur. Apalagi setelah Khalid bin Sa 'id kalah dan melarikan diri dari medan pertempuran, makin kuat keyakinannya dari yang selama itu mereka bayangkan. Mereka mengira bahwa berita-berita yang tersebar di kalangan mereka tentang pasukan Muslimin serta persiapannya memberikan bala bantuan kepada pasukan Ikrimah di perbatasan Syam itu tak akan mengejutkan mereka. Nasibnya tak lebih akan sama dengan nasib Khalid bin Sa'id. Tetapi setelah dilihat mereka maju terus ke daerah-daerah yang kita sebutkan di atas, baru mereka tersentak dari tidur yang nyenyak itu, dan keadaan itu tak dapat diremehkan begitu saja dan karena ternyata sekarang sudah sampai ke taraf membahayakan. Mereka sadar, bahwa jika mereka tak dapat menghadapinya dengan segala kekuatan yang ada, mereka akan mengalami nasib seperti Persia.
Itulah kenyataannya, pasukan Muslimin telah dapat membebaskan Syam, sama seperti dulu ketika membebaskan Irak. Untuk itu Heraklius mengerahkan kekuatan bersenjatanya besar-besaran, masing-masing ditempatkan untuk menghadapi pasukan Muslimin, sehingga mereka dapat bekerja sama dan akan mudah mengalahkan lawan dan mengusirnya dari negeri itu.
Mengenai keadaan kedua pasukan itu sumber tersebut mengatakan bahwa jumlah anggota pasukan Muslimin 30.000 orang atau sekitar itu, dan jumlah anggota pasukan Rumawi 240.000. Disebutkan bahwa anggota pasukan Ikrimah 6000 orang, dan anggota ketiga pasukan sisanya di bawah pimpinan Abu Ubaidah, Yazid dan Amr bin al-As masing-masing sebanyak antara 7000 sampai 8000 orang. Sedang pasukan Rumawi yang terbesar di bawah Theodorus, saudara kandung Heraklius, mencapai 90.000 orang ditempatkan berhadapan dengan Amr bin al-As.
Pasukan yang lain yang dihadapkan kepada Abu Ubaidah di bawah Caycar, anak Nestus sebanyak 60.000, sedang Darackis yang berhadapan dengan Syurahbil bin Hasanah berjumlah 40.000, dan Georgius,3 anak Theodorus menghadapi pasukan Yazid bin Abi Sufyan.
Gamang juga pasukan Muslimin melihat pasukan Iawan sebanyak itu. Mereka saling bertukar pikiran mengenai posisi itu. Di Iuar dugaan mereka akan menghadapi perlawanan dengan begitu teratur. Kemudian mereka pun tahu bahwa Heraklius memperkuat diri di Hims sambil mengikuti beritaberita peperangan dengan sangat cermat. Sejak diketahuinya kedatangan pasukan Muslimin ke daerah-daerah jajahannya itu, semua perhatiannya dicurahkan hanya untuk mempertahankan kekuasaan yang telah diperolehnya dari Persia. Sedang saudaranya, Theodorus, panglima pasukan yang sudah dapat menaklukkan Persia dan berturut-turut mendapat kemenangan, ditempatkan untuk memimpin serangan terhadap pasukan Muslimin dan membersihkan Palestina dari mereka, serta untuk memberi pelajaran kepada mereka, yang seumur hidup tak akan mereka lupakan.
Memang cukup gamang pasukan Muslimin ketika melihat pasukan-pasukan Rumawi dengan jumlah yang jauh lebih besar itu. Mereka segera teringat kepada Amr bin al-As dengan mengirim surat dan kurir meminta pendapatnya. Amr berpendapat mereka tak akan dapat menghadapi pasukan Rumawi dengan terpencar-pencar. Maka dalam balasannya mengatakan: "Menurut hematku kita harus bersatu. Alasan kita, seperti dalam keadaan kita ini, kita tak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Sebaliknya kalau kita terpencar-pencar, kita tak akan mampu menghadapi lawan yang cukup banyak itu."
Setelah itu surat dari Abu Bakr pun datang pula, yang isinya sama dengan pendapat Amr: "Kumpulkan dalam satu kesatuan. Dobraklah pasukan musyrik itu dengan pasukan kalian. Kamu adalah pejuang-pejuang di jalan Allah. Allah akan memberi pertolongan kepada siapa pun yang membela agama-Nya, dan akan menghancurkan siapa pun yang mengingkari-Nya. Kalian tak akan kalah hanya karena jumlah yang kecil, tetapi kekalahan itu akan menimpa yang berjumlah sepuluh ribu atau lebih karena dosa-dosa mereka. Jagalah diri kalian dari segala perbuatan dosa, Allah akan menolong kalian."
Sekarang pasukan Muslimin sepakat berangkat ke Yarmuk melalui jalan Damsyik. Semua kekuatan mereka disatukan di tepi sebelah kiri. Setelah dilihat oleh pasukan Rumawi, pasukan ini memusatkan kekuatannya ke sebelah kanan Sungai itu di bawah pimpinan Theodorus.
Sungai Yarmuk bersumber dari pegunungan Hauran dan mengalir deras ke perbukitan yang ketinggiannya beragam, ke dataran Gor di Yordan dan terus ke Laut Mati. Sekitar 30 atau 40 mil dari muara Yarmuk dengan Sungai Yordan, terletak Waqusah di dataran yang cukup luas dikelilingi pegunungan yang menjulang tinggi dari tiga jurusan. Pasukan Rumawi memilih dataran ini sebagai tempat mereka bermarkas setelah dilihatnya pasukan Muslimin yang besar itu makin membengkak. Setelah pasukan Rumawi tiba dan berada di tempat itu, pasukan Muslimin mulai menyeberang ke tepi kanan dan mencari dataran lain ke jalan pasukan Rumawi yang masih terbuka. Bagi pihak Rumawi tak ada jalan keluar lain kecuali yang ke arah mereka. Posisi itu dilihat oleh Amr bin al-As, dan dilihatnya juga pasukan Rumawi kini sudah terkepung. Ia berteriak: "Saudara-saudara, berita baik! Pasukan Rumawi sudah terkepung, dan jarang ada pasukan yang terkepung itu beruntung!"
Di bagian mana posisi baru ini masih mungkin terbuka?! Mungkinkah pasukan Muslimin menyerbu pasukan Rumawi di lembah itu lalu mengepung dan menumpas mereka? Atau pasukan Rumawi itu akan keluar lalu pasukan Muslimin yang menyerang untuk mengatasi kelebihan jumlah pasukan mereka? Kedua-duanya tak mungkin. Pasukan Muslimin akan menghadang jalan ke luar yang akan dilalui pasukan Rumawi dengan akibat mereka sendiri tak akan dapat keluar, tapi pihak Rumawi juga tak akan dapat keluar. Kalau pihak Rumawi mau keluar juga ke jalan itu, pasukan Muslimin akan memaksa mereka kembali ke lembah tersebut. Kalau pasukan Muslimin mau untung-untungan menyerbu juga, mereka akan mundur karena khawatir akan dikepung oleh pihak Rumawi dan mereka yang akan terpukul.
Demikian keadaan kedua pihak itu selama dua bulan penuh. Dalam pada itu pihak Muslimin yakin bahwa masih diperlukan bala bantuan untuk menunjang mereka. Untuk itu mereka membuat laporan kepada Abu Bakr menggambarkan situasi itu sambil meminta bala bantuan, supaya selama berbulan-bulan mereka tidak dalam keadaan serupa itu. Tentaranya akan merasa jenuh dan akan kehilangan kepercayaan untuk memperoleh kemenangan.
Lebih-lebih Abu Bakr, ia merasa jenuh dari para panglima pasukan di Syam itu. Tak terlintas dalam pikirannya bahwa Abu Ubaidah dan kawan-kawannya akan berada dalam situasi serupa itu. Ia tidak menduga bahwa pasukan Badr dalam jumlahnya yang lebih kecil yang. dulu dapat mengalahkan kaum musyrik Mekah, akan sabar menghadapi pihak Rumawi dalam keadaan demikian, berperang tidak, diam pun tidak.
Lama juga Khalifah memikirkan soal ini. Ia bermusyawarah dengan Umar bin Khattab, Ali bin Abi Talib dan pemikir-pemikir lain yang tinggal di Medinah. Sementara ia sedang berpikir-pikir itu tampak suatu kenyataan yang jelas sekali. Tak pernah pasukan Muslimin. memperoleh kemenangan karena jumlah yang besar, tetapi kemenangan itu selalu disebabkan oleh adanya pimpinan yang piawai dan iman yang kuat. Iman pasukan Muslimin di Syam tak akan berkurang; di antara mereka terdapat sahabat-sahabat Rasulullah yang mula-mula, kaum Muhajirin dan Ansar, di antaranya ada veteran Badr yang dulu membebaskan Mekah dan membawa kemenangan menghadapi kaum murtad. Kalau begitu, kelemahan ini tentu ada pada pimpinan. Untuk situasi demikian diperlukan seorang komandan yang berani, yang tak kenal basa-basi, tak kenal mundur dan tak takut mati. Abu Ubaidah, dengan segala kemampuannya itu, sangat halus perasaannya. Amr bin al-As, seorang ahli strategi yang sangat lihai, tetapi bukan pemberani. Ikrimah, orang yang pandai bertempur, pemberani tapi kurang cermat dalam membuat perhitungan, sedang komandan-komandan lain dalam pertempuran-pertempuran besar kurang berpengalaman. Di samping itu, para komandan itu semua, tak ada yang dapat mengungguli satu sama lain dalam arti mampu mengendalikan satu komando. Kenyataan ini tampak oleh Abu Bakr jelas sekali. Maka ia berkata kepada sahabat-sahabatnya itu:
"Dengan Khalid akan kubuat Rumawi melupakan bisikan setan."
Tak ada dari mereka yang menentang pendapat Khalifah ini. Situasi di Syam sudah sangat genting sehingga mereka semua tak boleh ragu untuk ikut memikul tanggung jawab. Di antara mereka itu mungkin ada yang berpendapat, bahwa dengan menghadapkan Khalid ke dalam situasi gawat seperti ini akan membuat dia menahan diri dan kesombongannya, setelah kemenangannya yang terus-menerus dalam Perang Riddah, dan sampai di puncaknya kemenangannya di Irak. Abu Bakr menulis kepada Khalid di Hirah dengan mengatakan: "Berangkatlah sampai ke tempat pasukan Muslimin di Yarmuk. Keadaan mereka sekarang sangat menyedihkan, hiburlah mereka. Janganlah sekali-kali engkau mengulangi perbuatanmu dulu. Tak ada yang akan dapat menghibur mereka seperti hiburanmu ini, insya Allah, dan yang dapat menghilangkan kesedihan itu tentu kau juga. Semoga berbahagia engkau dengan niat dan langkahmu itu. Laksanakanlah tugasmu, Allah akan menyempurnakan langkahmu. Janganlah sekali-kali engkau merasa bangga, engkau akan rugi sendiri dan akan gagal. Jangan sekali-kali berpamer dengan segala yang telah kaulakukan itu. Segala karunia ada pada Allah swt. dan Dia jugalah Yang akan memberi balasan."
Please direct any suggestion to Media Team