XIV. PEMBEBASAN SYAM (2/4)
Khalid merasa kesal dengan adanya
panggilan itu
Alangkah dalamnya isi surat itu menyentuh hati Khalid!
Sebenarnya ia masih ingin menetap di Irak sampai kelak dapat
memasuki Mada'in ibu kota Persia dan dapat menduduki takhta
Kisra dan pengganti-penggantinya. Sedikit pun ia tak ragu
akan mencapai maksudnya itu. Seluk-beluk Persia sudah
dijajaginya dan ia sudah mengetahui kekuatannya. Dapat
memasuki Mada'in itu adalah suatu kebanggaan yang tak ada
taranya. Apa artinya Yamamah, apa artinya Hirah, apa artinya
Hormuz dan semua kota Persia, dibandingkan dengan ibu kota
yang selalu menjadi incaran Kaisar Rumawi dan menjadi
incaran dunia dari segenap penjuru itu, dan dibandingkan
dengan Istana Kisra dan segala kemegahan kerajaannya! Jadi
sudah tentu Khalid merasa terganggu dan kesal juga dengan
surat Abu Bakr itu. Mungkin ini suatu kilah Umar bin Khattab
saja kepadanya. At-Tabari menyebutkan bahwa setelah membaca
surat itu Khalid berkata: "Ini perbuatan si kidal anak Umm
Sakhlah - yakni Umar bin Khattab - dia dengki kepadaku
karena aku yang membebaskan Irak." Atau barangkali ia
mengira bahwa Umar ingin menggantikan kedudukannya di Irak.
Kalau prasangka ini pernah terlintas dalam pikirannya,
barangkali dia tak salah dan tidak pula berdosa.
Tentang Abu Bakr ada disebutkan, bahwa ketika dalam
sakitnya yang terakhir ia berkata: "Tadinya aku berharap
sekiranya aku dapat mengirimkan Khalid bin Walid ke Syam dan
Umar bin Khattab ke Irak. Aku sudah menyediakan diri untuk
perjuangan di jalan Allah."
Abu Bakr sendiri memang sudah menduga Khalid akan
berperasaan demikian, dan akan berdampak dalam perilakunya.
Itu sebabnya ia pernah mengatakan kepada Khalid: "Janganlah
sekali-kali ngkau mengulangi perbuatanmu dulu," suatu
isyarat atas kepergiannya dulu menunaikan ibadah haji tanpa
meminta izin. Dan diingatkannya juga bahwa kewajibannya yang
pertama adalah melaksanakan perintah Khalifah, dan jangan
melakukan suatu perbuatan di luar kehendaknya. Besar sekali
dugaan bahwa Khalifah sudah memperkirakan Khalid akan merasa
terganggu bila meninggalkan Irak. Itulah sebabnya ia menutup
suratnya itu dengan nada demikian, dengan sanjungan dan
kebanggaannya kepada Khalid, dan dengan ancaman akan
mengalami kerugian dan kegagalan bila ia merasa pongah atau
pamer. "Segala karunia ada pada Allah subhanahu wa ta'ala,
dan Dia jugalah Yang akan memberi balasan."
Mengapa Abu Bakr menyerahkan tugas ini
kepada Khalid
Dengan begitu sebenarnya Abu Bakr ingin menghilangkan
segala prasangka dalam hati Khalid. Dimintanya agar Musanna
bin Harisah menggantikannya di Irak dengan separuh pasukan,
dan dia sendiri membawanya yang separuh lagi. Dan pada
penutup suratnya itu ditambahkan: "Jika Allah memberi
kemenangan kepada kalian, kembalikanlah mereka ke Irak
bersama engkau, dan teruskanlah pekerjaanmu."4
Jadi tak perlu dikhawatirkan akan datang orang yang namanya
Umar atau bukan Umar. Yang akan menggantikannya nanti
Musanna, dan kalau Allah memberi kemenangan kepada Khalid di
Syam, ia masih akan kembali ke Irak.
Khalid yakin sekali bahwa Allah memberikan kemenangan
kepadanya. Kalau berita-berita kedatangan pasukan Muslimin
sudah sampai ke sana, orang akan merasa lega bahwa yang akan
datang itu Saifullah Pedang Allah, dan dia tak dapat
dikalahkan. Taati sajalah perintah Abu Bakr dan hadapilah
pasukan Rumawi.
"Kalau dari kamu ada dua puluh orang yang sabar dan
tabah, mereka akan mengalahkan dua ratus; kalau dari kamu
ada seratus, mereka akan mengalahkan seribu orang kafir."
(Qur'an, 8. 65).
Itulah firman Allah tentang orang-orang beriman. Tak ada
keyakinan yang begitu kuat seperti keyakinan Khalid, dan tak
ada pedang seorang mukmin seperti Saifullah.
Pada saat kelak Khalid dapat mengalahkan Rumawi, itulah
hari yang amat bersejarah. Ketika itu Umar bin Khattab tidak
lagi akan berkata seperti yang dikatakannya dulu setelah
terbunuhnya Malik bin Nuwairah, dan setelah usai perang
Yamamah. Ketika itu tak ada lagi orang yang serakah
mau.menjadikan Irak sebagai sasaran keserakahannya. Bahkan
ia akan kembah ke Hirah dan bersiap-siap hendak masuk ke
Mada'in dan membuat porak poranda Istana Kisra dengan segala
isinya, kemudian dengan sesuka hati meneruskan serbuannya ke
tanah Persia itu.
Pasukan Khalid untuk Syam
Tetapi Khalid sudah memperkirakan apa yang akan
dihadapinya di Rumawi kelak. Lalu diajaknya sahabat-sahabat
Rasulullah yang dulu bersama-sama ke Irak, dipilihnya mereka
untuk menjadi pendampingnya, dan sebanyak itu pula mereka
yang dulu tidak mendampingi Rasulullah ditinggalkannya
bersama Musanna. Setelah itu ia mempertimbangkan sisanya,
lalu dipilihnya siapa dulu yang pernah datang kepada
Rasulullah, baik sebagai utusan atau bukan, dan yang lain
sebanyak itu pula orang-orang yang sederhana ditinggalkan
bersama Musanna, dan selebihnya dibagi dua. Melihat apa yang
dilakukannya itu Musanna berkata dengan nada marah:
"Aku hanya mau melaksanakan semua perintah Abu Bakr dalam
menemani separuh sahabat itu atau sebagiannya. Mengapa
kaulucuti aku dari mereka! Kemeangan yang kuharapkan hanya
dengan mereka itu!"
Melihat sikap Musanna itu Khalid agak maju mundur. Ia
dapat memahaminya dan berusaha hendak menyenangkan hatinya.
Setelah itu beberapa pahlawan yang sudah berpengalaman
dipertukarkan. Sungguhpun begitu Khalid memang masih
khawatir pasukan Muslimin di Irak itu setelah kepergiannya
akan berada dalam bahaya. Untuk itu ia berusaha supaya
perempuaan dan orang-orang yang lemah dipulangkan ke Medinah
agar tidak menjadi beban buat Musanna jika pihak Persia
melakukan serangan. Sesudah yakin ia dengan keberangkatan
itu, kini ia bersiap-siap dengan pasukannya untuk segera
bertolak ke Syam. Musanna pun mempersiapkan pula sebuah
kesatuan dan keluar mengantarkan Khalid sampai ke perbatasan
Sahara.
Jalan mana yang ditempuh
Khalid?
Jalan mana yang akan ditempuh Khalid supaya pihak Rumawi
melupakan bisikan setan? Jarak antara dia dengan Syam itu
ada sebuah gurun tandus yang tak pernah dilalui kafilah.
Untuk menaklukkannya penunjuk jalan orang yang sudah
berpengalaman pun akan tersesat! Atau akan menapak pedalaman
itu dari utara di perbatasan Ain Tamr yang berhadapan dengan
Syam? Itulah jalan terdekat di pedalaman. Tetapi
kabilah-kabilah Arab yang tinggal di perbatasan dengan Syam
itu semua menjadi pengikut Rumawi dan Kaisar. Ada kalanya ia
berjumpa dengan beberapa pasukan bersenjata yang menetap di
sana yang akan mengganggu perjalanannya. Atau menyusuri
negeri-negeri Arab kemudian mengambil jalan yang dulu
ditempuh oleh Ikrimah, Abu Ubaidah dan para komandan
sebelumnya? Kalau itu juga yang dilakukannya, sampainya
pasukan itu akan memakan waktu terlalu lama. Kalau begitu,
apa yang harus dilakukannya supaya terhindar dari perlawanan
musuh dan tidak memakan waktu terlalu lama?
Ke sana pikiran jenderal genius itu diarahkan. Pemikiran
orang-orang genius biasanya tidak dibimbing oleh logika tapi
oleh ilham. Bagi kita manusia biasa tak ada jalan lain
selain ikut saja di belakang jenderal genius yang sudah
diberi ilham itu, tak perlu lagi mengoreksi logikanya atau
menanyakan mengapa berbuat begitu? Buat apa kita menanyakan
atau mengoreksinya? Bukankah ia sudah membawa kita dari
suatu kemenangan kepada kemenangan yang lain? Sebelum itu
pun kita sudah terpesona, hati kita sudah terbawa saat kita
bersamanya melihat maut di depan mata kepala kita sendiri,
kemudian bersama dia pula kita keluar menyaksikan prahara
perang, dan kembali pulang membawa kemenangan dan kejayaan.
Baiklah kita serahkan saja pimpinan ini kepadanya dengan
hati terbuka. Dia Saifullah, pasti Allah
menolongnya.
Khalid menyeberangi Sahara ke Syam
Sebenarnya keberangkatan Khalid dari Irak ke Syam itu
lebih menyerupai cerita rekaan daripada cerita nyata yang
sebenarnya. Itulah yang paling mudah dan adil yang dapat
dikatakan tentang cerita yang sangat terkenal itu. Itu
sebabnya cerita ini sering dilalui begitu saja oleh para
ahli sejarah, yang lain cukup menyebutnya sepintas saja,
sedang Ibn Khaldun menyebut dengan ungkapan "katanya". Tak
ada yang merincinya sedemikian rupa seperti yang dilakukan
oleh Ibn Qutaibah dalam beberapa bukunya. Para pengkritik
Ibn Qutaibah menyebutkan bahwa dia seorang sejarawan dan
sastrawan yang sangat menyukai cerita-cerita. Tetapi
peristiwa-peristiwa yang pokok dalam cerita itu disebutkan
juga oleh Tabari, oleh Ibn al-Asir dan oleh kebanyakan buku
sejarah. Adakalanya yang disebutkan itu memang cukup
mengagumkan dan mempesonakan sekali. Namun segala tindakan
Khalid, genius perang dan seorang jenderal terbesar yang
pernah dikenal sejarah pada zamannya itu, tidak semuanya
tunduk pada kaidah-kaidah umum yang biasa berlaku bagi
jenderal-jenderal yang lain. Ditambah lagi dengan apa yang
sudah kita sebutkan berulang kali mengenai sumber-sumber
yang masih kacau pada masa Abu Bakr- sehubungan dengan kedua
peristiwa tersebut - rasanya kita dapat memahami semua
penulis sejarah itu, baik mereka yang memperkuat cerita yang
masyhur itu, yang melewatinya begitu saja ataupun yang ma ih
merasa ragu.
Disebutkan dalam cerita itu bahwa Khalid tidak melintasi
Sahara itu dari arah Ain Tamr ke utara Syam, kendati
jaraknya sangat pendek, karena masih khawatir adanya
kabilah-kabilah yang berlindung kepada Rumawi dan pasukan
yang nongkrong di samping imperium Kaisar itu. Itu sebabnya
ia dan pasukannya menyusuri Dumat al-Jandal, jalan yang
dilaluinya ketika dari Hirah ia bertolak memberikan bala
bantuan kepada Iyad bin Ganm.5 Dari Dumat
al-Jandal ia menempuh jalan Wadi Sirhan. Begitu sampai di
Quraqir pertama kali yang diserangnya kabilah Banu Kalb.
Kalau dia meneruskan perjalanan mengikuti Wadi Sirhan, ia
akan sampai ke Basra dalam waktu beberapa hari saja, dan
akan bergabung dengan pasukan Abu Ubaidah dan pasukan
Muslimin yang lain di Yarmuk. Tetapi dia sudah memperkirakan
akan bertemu dengan pasukan Rumawi sebelum sampai ke Basra
dan mereka akan menghadangnya sebelum mencapai tujuan atau
akan memperlama tinggal di sana. Karena itu ia berkata
kepada rekan-rekannya:
"Bagaimana aku dapat mencapai jalan dari belakang pasukan
Rumawi; kalau sampai terjadi kontak senjata dengan mereka
kita akan terhalang untuk memberi pertolongan kepada pasukan
Muslimin."
Jawaban mereka semua: "Yang kita ketahui hanya ada satu
jalan yang tak dapat dilalui tentara, karena yang lalu di
sana harus satu persatu. Hati-hatilah, jangan sampai
membahayakan pasukan Muslimin."
Tetapi Khalid sudah memutuskan akan menempuh jalan itu.
Ia berdiri dan berkata kepada rekan-rekannya itu:
"Kalian jangan silang pendapat dan keyakinan kalian
jangan sampai goyah. Ketahuilah bahwa bantuan itu datang
sesuai dengan niat kita, dan pahalanya sesuai dengan amal
perbuatan kita. Tidak pada tempatnya seorang Muslim akan
memperhatikan yang lain di samping pertolongan Allah."
Mendengar kata-katanya itu timbul semangat dalam hati
sahabat-sahabatnya itu. "Engkau laki-laki yang sudah
dikaruniai segala yang baik oleh Allah, maka terserah kau,"
jawab mereka.
Khalid meminta seseorang yang akan menjadi penunjuk
jalan. Kemudian didatangkan Rafi' bin Umairah at-Ta'i.
"Bawa mereka ini," kata Khalid kepadanya.
"Engkau tak akan mampu dengan membawa kuda dan
barang-barang itu," kata Rafi'. "Penunggang kuda yang hanya
seorang diri dikhawatirkan akan menghadapi bahaya besar.
Selama lima hari lima malam perjalanan tak akan bertemu
air."
Khalid menatap orang itu seraya katanya:
"Ini harus dilaksanakan. Perintahkan menurut
kemauanmu."
Sebelum itu Rafi' sudah mendengar percakapan Khalid
dengan sahabat-sahabat itu dan sudah menyaksikan ketetapan
hati mereka dengan dia. Rafi' yakin bahwa memang tak mungkin
lagi ia mengelak dari perintahnya.
"Kalau begitu, sediakan air yang banyak," kata Rafi'
kemudian. "Siapa yang dapat mengisikan telinga untanya
dengan air lakukanlah. Daerah-daerah itu adalah yang paling
berbahaya, kecuali jika orang mendapat pertolongan
Allah."
Setelah itu ia minta kepada Khalid supaya disediakan unta
yang gemuk-gemuk. Setelah unta-unta itu didatangkan
dibuatnya sedemikian rupa supaya hewan-hewan itu jadi haus.
Bila sudah benar-benar kepayahan karena haus, diberi minum
yang pertama, kemudian yang kedua kalinya. Setelah kantung
telinganya penuh, bibirnya diikat kuat-kuat supaya tidak
memamah biak.
Khalid segera berangkat dengan pasukannya, dipandu oleh
Rafi'. Selama lima hari dalam perjalanan, mereka berada di
tengah-tengah Sahara yang buas dan sunyi. Satu-satunya
sandaran sesudah kepada Allah, hanya kepada pemandu itu.
Setiap hari mereka masing-masing turun dari kudanya. Mereka
makan dan minum dari persediaan air yang mereka bawa,
kemudian membedah perut beberapa ekor unta yang mereka
jadikan tangki air. Air dikeluarkan dari perutnya dan semua
kuda diberi minum. Sesudah hari yang kelima Khalid memanggil
penunjuk jalannya itu: "Hai Rafi', bagaimana?!"
"Bagus," kata Rafi'. "Insya Allah kita tak akan kehausan.
Sudah ada mata air."
Sebenarnya Rafi' sedang menderita radang mata. Ia
memutar-mutarkan kepala ke kanan dan ke kiri.
"Hai kalian," kata Rafi' kemudian. "Lihat itu ada dua
tanda seperti sepasang ambing."
Setelah mereka sampai ke tempat itu ia berhenti dan
berkata lagi: "Lihat, kamu lihat ada pohon
'ausaj6 itu yang seperti bokong
laki-laki?
"Kami tidak melihat," kata mereka.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un," sahut Rafi'.
"Celakalah kalian kalau begitu, juga aku tak akan pedulikan
kalian. Lihatlah ke kanan dan ke kiri." Mereka semua
memperhatikan. Yang mereka lihat ada sebatang pohon yang
sudah dipotong dan yang tinggal hanya tunggul. Melihat itu
pasukan Muslimin bertakbir dan Rafi' juga ikut
bertakbir.
"Galilah sampai ke akarnya," kata Rafi'. Setelah mereka
gali tiba-tiba memancar air dari sebuah mata air. Mereka
semua minum guna menghilangkan rasa dahaga. Setelah mereka
yakin sudah semua dalam selamat, Rafi' berujar lagi "Aku tak
pernah ke tempat ini kecuali sekali semasa aku masih
anak-anak bersama ayah."
Khalid sampai di Syam
Khalid dan anggota-anggota pasukannya sempat minum ketika
sampai ke tempat ini. Juga di situ mereka melihat ada jalan
masuk ke Syam. Tatkala sebelum subuh Khalid sudah sampai di
Suwa, penduduk tempat itu diserangnya dari Bahra'. Melihat
pasukan Muslimin banyak orang yang ketakutan. Karena sudah
tak mampu lagi mengadakan perlawanan, mau tak mau mereka
menyerah. Penduduk Tadmur (Palmyra) segera menyerah setelah
mengadakan sedikit perlawanan. Khalid tidak menganggap perlu
untuk menyerang Damsyik. Kedatangannya hanya akan memberi
bala bantuan kepada angkatan bersenjata Muslimin yang
tinggal di Yarmuk. Ia menempuh jalan Huwarin tak jauh dari
sana. Sesampainya di Qusam ia mengajak damai penduduknya,
yaitu kabilah Quda'ah. Dari sana menyusur ke Azri'at dan
menyerang Banu Gassan yang ada di Marj Rahit.
Kemudian ia meneruskan perjalanan dan turun di sebuah
terusan di Bosra. Di tempat ini ia bertemu dengan Abu
Ubaidah bin al-Jarrah, Syurahbil bin Hasanah dan Yazid bin
Abi Sufyan. Khalid maju memimpin mereka menyerbu Bosra dan
Allah memberinya pula kemenangan. Setelah itu mereka semua
meneruskan perjalanan ke Palestina untuk memberikan bala
bantuan kepada Amr bin al-As di Arabah di dataran Gaur.
Khalid bermarkas di sebelah rekan-rekannya. Dengan demikian
pasukan Muslimin sudah tergabung semua di Yarmuk.
Demikianlah umumnya cerita tentang perjalanan Khalid dari
Irak ke Syam itu. Dan sudah kita lihat kisah ini lebih
menyerupai cerita rekaan, kendati penulis-penulis yang
kemudian juga banyak yang saling memperkuat. Ketika ia
menyeberangi gurun pasir yang tandus dengan penunjuk jalan
Rafi' bin Umairah itu, lebih menakjubkan lagi. Tetapi kita
masih dapat menerima keajaiban demikian ini, mengingat
pribadi Khalid sendiri lebih menakjubkan dari semua itu.
Meluncurnya Khalid dari Ain Tamr untuk memberi pertolongan
kepada Iyad bin Ganm di Dumat al-Jandal termasuk salah
satunya. Kepergiannya menunaikan ibadah haji dengan
diam-diam tanpa diketahui orang juga sangat menakjubkan.
Perang yang dilancarkannya di Yamamah dan membebaskan Irak
tidak pula kurang menakjubkan. Hebatnya lagi, karena untuk
mencapai keberhasilan dan kemenangan itu ia dapat menempuh
jarak yang terpendek dan terdekat. Padang tandus yang
dilaluinya itu menjauhkannya dari segala bahaya yang memang
ingin dihindarinya, dengan memperdekat langkah untuk
mencapai pasukan Muslimin. Tak heran jika cerita ini dapat
kita terima, juga tidak. mengherankan bila ia menempuh jalan
ini, sekalipun ini akan membingungkan pikiran kita.
Jumlah pasukan yang berangkat bersama
Khalid dari Irak
Ada beberapa penulis yang dapat menerima cerita ini ingin
menghilangkan segala yang tak masuk akal, dan masih
memperselisihkan jumlah tentara yang dibawa Khalid dari
Irak. Ada yang mengatakan sembilan ribu, ada pula yang
menyebutkan enam ribu, yang sebagian lagi berpendapat
delapan ratus, enam atau lima ratus orang. Sumber mengenai
yang pertama itu menyebutkan bahwa Khalid berangkat dengan
separuh pasukan yang di Irak sesuai dengan perintah Abu
Bakr. Jumlah tentara itu 18.000 orang atau sekitar itu.
Sebaliknya mereka yang menyebutkan jumlah anggota pasukan
itu di bawah seribu orang ingin memperkuat pendapatnya bahwa
tujuan perjalanan pasukan Khalid ke Syam hanya karena
kejeniusannya sebagai komandan. Tetapi pasukannya yang
menghadapi pasukan Rumawi tidak sedikit jumlahnya, dan bala
bantuan itu datang terus-menerus dari Medinah. Maka
perjalanan Khalid dengan sejumlah kecil pasukan itu
dimaksudkan supaya tidak mengganggu kecepatannya seperti
jika dengan jumlah besar untuk menolong siapa saja yang
menurut pendapat Khalifah perlu ditolong.
Sebagian lagi ada yang mengambil jalan tengah, bahwa
Khalid dari Irak sudah membagi dua pasukannya. Setelah
sampai di Quraqir dan bermaksud hendak melintangi gurun
pasir tandus itu ia pergi hanya dengan beberapa ratus orang,
dan pasukannya yang lain meneruskan perjalanan dari Wadi
Sirhan supaya dapat bergabung dengan pasukan Muslimin di
Bosra. Pendapat ini bukan mustahil meskipun bertentangan
bahwa kekhawatiran Khalid akan disambut oleh pasukan Rumawi
sehingga ia akan terhalang untuk menolong pasukan Muslimin.
Dan ini akan mencemarkan namanya bahwa dia mempertaruhkan
sebagian besar pasukannya untuk hal-hal yang tak perlu
terjadi, baik terhadap dirinya atau terhadap anggota pasukan
yang sudah dipilihnya itu untuk berangkat.
Apa pun pendapat orang tentang perjalanan Khalid dan
pasukan yang dibawanya dari Irak itu, yang jelas dia dapat
menyusul pasukan Muslimin di Yarmuk dan bersama-sama dengan
mereka mau menghadapi pihak pasukan Rumawi. Secara kebetulan
ia datang saat Heraklius sedang memperkuat pasukannya dengan
Bahan, panglimanya yang sangat perkasa itu, yang telah dapat
mengalahkan Khalid bin Sa 'id. Pihak Rumawi merasa begitu
gembira dengan kehadiran Bahan itu, seperti kaum Muslimin
dengan Khalid bin Walid.
Sekarang kedua kekuatan itu masing-masing mencari
kesempatan yang tepat untuk memulai menyerang guna
menentukan kemenangannya melawan musuh.
Sebenarnya situasi ini luar biasa gawatnya. Kegawatan ini
bukan karena perbedaan jumlah anggota pasukan, mengingat
jumlah pihak Muslimin tak lebih dari 40.000 orang sementara
pihak Rumawi 240.000; tetapi juga gawat karena perlengkapan
Rumawi lebih unggul dibandingkan dengan perlengkapan pasukan
Muslimin. Keunggulan demikian ini bukan yang biasa kita
lihat di kalangan militer masa kita sekarang, juga pasukan
Rumawi bukan lebih tahu dari orang-orang Arab tentang taktik
perang, tetapi keunggulan dalam jumlah itu akan mempertinggi
semangat keberanian, kendati dampaknya tak terlihat selama
dua bulan yang mereka lalui sejak pihak Muslimin dan pihak
Rumawi masing-masing mengumpulkan kekuatan di Yarmuk
itu.
Pangkal yang menjadi kelebihan pihak Muslimin terhadap
Rumawi ialah kekuatan moralnya yang begitu tinggi. Pasukan
Rumawi terdiri atas kelompok-kelompok badui yang tinggal di
Syam dan pasukan Heraklius sendiri yang dulu pernah
memerangi Persia. Di antara keduanya itu tak ada pertalian
yang dapat saling mengikat, tak ada idealisma yang dapat
dijadikan dasar perjuangan bersama. Tetapi di pihak
Muslimin, mereka semua terdiri atas orang-orang Arab, dan
mereka semua percaya bahwa dalam menyerang Rumawi itu mereka
berjuang di jalan Allah, dan barang siapa menemui ajalnya
dalam perjuangan itu akan mati syahid dan masuk surga,
dengan pengampunan dan keridaan Allah, dan jika tak sampai
mati syahid Allah akan mencatatnya sebagai pejuang. Di
samping itu ia akan mendapat pula barang rampasan perang,
yang juga memberi tambahan dorongan kepada mereka. Manalah
kiranya yang akan memperoleh kemenangan dari kedua kekuatan
itu: kekuatan jumlah atau kekuatan iman?! Kekuatan materi
atau kekuatan rohani?!
Hari berganti hari dan sudah berlalu satu minggu, dua
minggu dan tiga minggu. Kedua pasukan dalam posisinya
masing-masing, belum melihat kesempatan, siapa yang akan
mulai menyerang. Bagaimana Khalid akan dapat menahan diri
menghadapi situasi demikian? Sejak dulu ia memang tak pernah
sabar menghadapi situasi serupa itu. Merasa gamangkah dia
melihat jumlah pasukan Rumawi yang begitu besar, yang dulu
pernah dialami rekan-rekannya yang lain? Ataukah ia sedang
mempelajari situasi itu lalu memikirkan cara-cara untuk
mendapatkan kemenangan? Ataukah juga ada faktor-faktor lain
yang sangat mempengaruhi dirinya sehingga membuatnya selama
masa itu tak berbuat apa-apa untuk melakukan serangan?
Paling banyak yang disebutkan oleh sumber-sumber itu bahwa
pasukan Muslimin tak punya kesatuan komando, dan kedatangan
Khalid dari Irak hanya untuk memberikan bala bantuan kepada
teman-teman, bukan untuk memegang pimpinan atas mereka
semua. Bahkan azan untuk salat pun diserukan sendiri-sendiri
dalam markas masing-masing. Tiap komandan pasukan mengatur
strateginya sendiri pula sekadar jangan sampai ditarik
mundur. Dengan jumlah hanya 9000 orang Khalid juga tak akan
dapat mengadakan serangan seorang diri. Tak adanya kesatuan
ptmpinan ini memberi peluang pada pihak Rumawi untuk
mengadakan serang bertubi-tubi yang oleh pasukan Muslimin
masih dapat dipertahankan; tetapi pihak Muslimin sendiri tak
akan dapat mengadakan serangan balik.
Keadaan stagnasi dan bagaimana jalan
keluarnya?
Apa yang dapat dilakukan Khalid dalam situasi semacam
ini? Tak ada perintah Abu Bakr agar dia memegang pimpinan
angkatan bersenjata itu ketika ia ditugaskan berangkat dari
Irak ke Syam. Kalaupun ada permintaan demikian tentu
teman-temannya akan marah, dan di Medinah sendiri akan
timbul kegaduhan lawan-lawannya, terutama Umar bin Khattab.
Tetapi membiarkan situasi semacam itu di tepi Sungai Yarmuk
buat dia rasakan sebagai penghinaan dan akan menghilangkan
semangat pasukan Muslimin. Setiap hari pasukan Rumawi
melakukan kegiatan dan mengadakan perang-perangan.
Berita-berita memang menunjukkan, bahwa mereka sedang
bersiap-siap menghadapi pertempuran besar. Berita ini
diperoleh komandan pasukan dari teman-teman Khalid. Tak
dapatkah ia meyakinkan mereka agar pimpinan komando itu
disatukan? Tetapi dia tak percaya kepada siapa pun dari
mereka, selain kepada dirinya sendiri. Kalau yang dimintanya
Abu Ubaidah atau Amr misalnya, yang lain akan marah.
Gerangan apa yang harus dilakukannya?!
Berita-berita berdatangan terus-menerus tentang kesiapan
dan semangat pasukan Rumawi untuk berperang melawan pihak
Muslimin setelah kedatangan Bahan disertai sejumlah besar
rahib dan pastor. Mereka tinggal selama satu bulan
mengobarkan semangat: kalau orang-orang Arab yang kejam itu
tidak dikikis habis, berarti tanda kematian bagi agama
Nasrani. Bahkan berita yang sampai kepada pasukan Muslimin
bahwa pasukan Rumawi itu sudah akan menyerbu keesokan
harinya, dan bahwa Bahan sudah mengatur persiapan perang
sedemikian rupa, yang belum pernah terdengar sebelumnya.
Ketika itulah mereka panik dan berkumpul mengadakan
musyawarah, apa yang akan mereka lakukan.
Pidato Khalid menghadapi situasi
Mereka mulai bicara tentang pimpinan di kalangan mereka
serta tujuan mereka untuk menghadapi musuh. Mengenai
mobilisasi tentara tidak dibahas karena dalam mengatur
pasukan itu diserahkan kepada komandannya masing-masing.
Setelah tiba waktu Khalid berbicara, setelah membaca
hamdalah dan puji syukur kepada Allah ia berkata:
"Hari ini adalah hari yang akan ditentukan Allah, dan
bukan lagi waktunya untuk membangga-banggakan diri,
janganlah kamu berbuat durhaka. Ikhlaskanlah perjuangan kamu
dan tujukanlah amalmu hanya demi Allah semata. Hanya tinggal
hari ini yang akan menentukan nasib kita. Janganlah kalian
memerangi musuh yang sudah diorganisasi dan dimobilisasi
dengan baik, sedang kamu masing-masing berdiri
sendiri-sendiri dan terpencar-pencar. Yang demikian ini tak
dapat dibenarkan dan tidak layak. Orang yang di belakang
kamu kalau mengetahui seperti yang kamu ketahui tentu akan
melarang caramu ini. Kerjakanlah apa yang belum
diperintahkan kepada kamu tetapi menurut pendapat kamu
itulah pendapat pemimpin kamu dan orang yang
dicintainya."
Setelah mendengar apa yang disampaikan itu semua diam,
sejenak tak ada yang bicara. Apa yang dikatakannya itu
memang benar. Buktinya, sebelum kedatangannya sudah dua
bulan mereka tinggal di sana dan sebulan sesudah ia datang,
sedang mereka tak berbuat apa-apa berhadapan dengan Rumawi.
Pihak Rumawi sudah mengadakan persiapan dan mobilisasi.
Gerangan apa jadinya kalau mereka dapat mengalahkan pasukan
Muslimin atau memukul mundur, siapa yang akan memegang
pimpinan yang dijanjikan oleh Abu Bakr kepada para panglima
itu? Hims akan jatuh ke tangan siapa kalau tidak didahului
oleh Abu Ubaidah, dan Balqa' oleh Yazid? Akan bagaimana pula
nasib Jordan kalau tidak dibersihkan oleh Syurahbil dan
Arabah oleh Amr bin al-As? Kalau Rumawi sampai dapat
mengalahkan pasukan Muslimin, bagaimana para panglima itu
akan pulang ke Medinah sementara bala bantuan Ikrimah sudah
terputus di Medinah setelah kekalahan yang memalukan menimpa
Khalid bin Sa'id?!
Semua itu berkecamuk dalam benak para panglima setelah
mendengar pidato Khalid. Sejenak kemudian mereka berkata:
"Silakan! Bagaimana seharusnya?"
"Abu Bakr mengutus kita hanya karena ia berpendapat bahwa
kita akan saling mengalah," kata Khalid lagi. "Kalau dia
tahu apa yang sudah dan akan terjadi niscaya ia akan
menyertai kita. Keadaan ini sebenarnya lebih berat buat
pasukan Muslimin daripada apa yang telah menimpa mereka, dan
lebih menguntungkan kaum musyrik. Aku tahu bahwa keadaan
sudah menceraiberaikan kamu. Hati-hatilah! Setiap orang di
antara kita sudah ditentukan dengan satu negeri sendiri yang
tak akan berkurang jika ia tunduk kepada pemimpin-pemimpin
yang lain, juga pemimpin-pemimpin itu tak akan bertambah
jika mereka tunduk kepadanya. Pengangkatan sebagai amir di
antara kamu tidak akan membuat kamu berkurang dalam
pandangan Allah dan dalam pandangan Khalifah Rasulullah.
Marilah kita bersegera! Di pihak mereka sudah siap siaga.
Hari inilah yang terakhir. Kalau sekarang kita dapat
mendesak mereka mundur ke tempat perlindungan mereka, masih
akan dapat kita lakukan, tetapi kalau mereka sampai
mengalahkan kita, tak akan ada lagi peluang kita akan menang
setelah itu. Marilah kita bergantian memegang pimpinan.
Baiklah sebagian dari kita hari ini, yang lain besok dan
yang lain lagi lusa, sampai semua kamu mendapat giliran
memimpin. Untuk hari ini biarlah aku yang memegang
pimpinan."
Pertempuran hari pertama di bawah
pimpinan Khalid
Setelah mendengar kata-kata Khalid itu tanpa ragu lagi
mereka semua setuju. Untuk hari pertama pertempuran yang
akan memakan waktu lama ini mengapa tidak akan menyerahkan
pimpinan kepada Khalid? Ini merupakan salah satu pertempuran
yang akan berlanjut sampai tiga bulan dan akan memakan waktu
cukup lama sehingga hampir setiap orang di antara mereka
akan mendapat giliran memimpin sampai beberapa kali! Buat
mereka berita tentang persiapan pihak Rumawi untuk
membiarkan Khalid menghadapi pertempuran pertama bukan soal,
karena dia memang sudah menyediakan diri untuk itu. Tak ada
orang yang akan mengingkari kemampuannya menghadapi semua
itu; dia panglima perang Yamamah dan penakluk Irak.
Selama bulan ini tinggal di Syam Khalid sudah mengetahui
segala rahasia pasukan Rumawi sesuai dengan kepiawaiannya
yang begitu genius sehingga dapat menyusun rencana untuk
menghadapi dan mengalahkan mereka. Oleh karena itu ia segera
memobilisasi pasukannya ke dalam beberapa batalion, atau
kurdus7 menurut istilah para sejarawan. Setiap
batalion terdiri atas seribu orang. Batalion barisan tengah
diserahkan kepada Abu Ubaidah, batalion sayap kanan kepada
Amr bin al-As bersama Syurahbil bin Hasanah dan batalion
sayap kiri kepada Yazid bin Abi Sufyan. Pada setiap batalion
ada seorang komandan yang berani seperti Qa'qa', Ikrimah,
Safwan bin Umayyah dan yang semacamnya. Mobilisasi demikian
dalam taktik kemiliteran sebelum itu tak pernah dilakukan,
tetapi Khalid menerapkannya dengan katanya kepada
sahabat-sahabatnya:
"Jumlah pasukan musuh kita sudah banyak dan mereka kejam,
dan yang paling banyak terlihat di depan mata ialah jumlah
batalion."
Untuk segala pengumuman Khalid menugaskan kepada Abu
Sufyan yang ahli bercerita. Ia berpindah-pindah dari satu
batalion ke batalion yang lain sambil berkata: "Ingatlah,
kalian adalah pelindung-pelindung Arab dan pembela-pembela
Islam, sedang mereka para pelindung Rumawi dan
pembela-pembela syirik. Allahumma ya Allah, hari ini adalah
hari yang akan Kau-tentukan. Berikanlah kemenangan kepada
hamba-hamba Mu ini!"
|