XIV. PEMBEBASAN SYAM (3/4)
Besarnya pasukan karena pertolongan
Khalid mendengar seseorang berkata: "Alangkah besarnya
pasukan Rumawi dan alangkah kecilnya pasukan Muslimin!"
Mendengar kata-kata itu ia marah dan berteriak: "Tidak!
Alangkah kecilnya pasukan Rumawi dan alangkah besarnya
pasukan Muslimin! Pasukan itu menjadi besar karena mendapat
pertolongan dan menjadi kecil karena ditinggalkan (tak
mendapat pertolongan Allah), bukan karena banyaknya orang.
Demi Allah. sekiranya Asyqar ini sembuh dari luka di kakinya
sekalipun jumlah mereka sudah dua kali lipat." Al-Asyqar
ialah nama kudanya, yang dalam perjalanan di gurun tandus
itu berjalan tanpa ladam.
Kata-kata Khalid itu segera tersebar di dalam markas, dan
oleh prajurit-prajurit dibawa dari batalion ke batalion.
Sejak itu semangat mereka mulai lagi berkobar, timbul lagi
kerinduan ingin mati syahid. Bahkan kata-katanya ini sudah
menjadi buah bibir: "Pasukan itu menjadi besar karena
mendapat pertolongan dan menjadi kecil karena
ditinggalkan."
Mereka semua lalu teringat ketika dalam perang dulu dan
teringat juga sebelum itu ketika menghadapi perang bersama
Rasulullah. Betapa tak akan teringat sedang di antara mereka
ada seribu orang sahabat Rasulullah, seratus orang di
antaranya veteran Badr! Dan ini Khalid bin Walid, bukankah
dia yang telah membuat Persia porak poranda dan pasukan
mereka dihancurkan. Dibandingkan dengan pasukannya di Irak,
jumlah pasukan mereka ketika itu sama dengan jumlah pasukan
Rumawi! Jadi pertolongan itu pasti datang.
"Jika kamu menolong (perjuangan di jalan) Allah, Ia
akan menolong kamu dan mengukuhkan pijakan kakimu."
(Qur'an, 47. 7).
Timbul kekuatan baru dalam hati pasukan Muslimin,
kekuatan yang tak pernah mereka rasakan sejak mereka
menjejakkan kaki di Syam. Mereka yakin bahwa Khalid
menghendaki hari itu agar- dijadikan hari yang menentukan.
Juga mereka tahu bahwa bila Khalid sudah menentukan
kemauannya, kekuatan apa pun tak akan dapat merintanginya.
Dalam pada itu mereka melihat pihak Rumawi sudah
bersiap-siap akan terjun ke medan pertempuran sengit yang
sudah tentu tak akan dapat dielakkan. Kalau begitu, benar
juga apa yang dikatakan Khalid: Hari ini adalah hari yang
akan ditentukan Allah. Orang lebih senang mati syahid, dan
pintu surga akan terbuka baginya. Orang yang cinta mati akan
diberi hidup. Karenanya para pimpinan itu maju mengatur
barisannya: yang satu melantunkan syair, yang lain
mengucapkan kata-kata dan ada pula yang membawakan tamsil.
Mereka semua sudah tak sabar menunggu perintah menyerang
disertai tekad yang sudah membaja: menang atau mati.
Perang Yarmuk
Berita-berita tentang persiapan pasukan Muslimin sudah
sampai kepada pihak Rumawi, begitu juga berita-berita
tentang persiapan pasukan Rumawi sudah pula di tangan pihak
Muslimin, karena orang-orang badui daerah itu, sebagai
mata-mata dari kedua belah pihak, ada yang membawa
berita-berita itu dengan sembunyi-sembunyi. Dari orang-orang
badui itu Khalid sudah tahu segala rahasia pasukan Rumawi,
juga diketahuinya sebagian pimpinannya yang ketakutan ketika
mengetahui kedatangannya dari Irak. Georgius termasuk di
antara mereka yang paling ketakutan. Barangkali Georgius ini
orang Arab atau orang Rumawi yang sudah lama tinggal di
Syam, menguasai bahasa Arab dan sudah pernah mendengar
tentang kaum Muslimin. Tertarik juga hatinya kepada Khalid
tatkala mata-mata itu menyampaikan berita-berita tentang
kemenangannya. Juga Khalid sudah tahu siapa orang itu.
Setelah keluar perintah Bahan kepada pasukan Rumawi
supaya maju menyerbu barisan Muslimin, Georgius dan
pasukannya berada di garis depan. Ketika itu ia disambut
oleh Khalid dan diberinya jalan masuk, dia dan pasukannya.
Sebuah pasukan besar Rumawi yang mengira memerlukan bala
bantuan, mereka menghantam dan mengusir pasukan Muslimin
dari posisinya dan memaksanya mundur.
Dalam pada itu Ikrimah bin Abi Jahl dengan batalionnya
sudah di depan markas Khalid bin Walid. Melihat Georgius dan
pasukannya yang sudah menyerahkan diri itu ia merasa tenang.
Setelah melihat serangan pasukan Rumawi yang begitu besar
dan pasukan Muslimin dipukul mundur, darahnya mendidih. Ia
berteriak kepada pasukan Rumawi itu: "Aku sudah berperang
bersama Rasulullah di segala medan perang, sekarang akan
lari dari kamu!?" Kemudian ia berpaling kepada
sahabat-sahabatnya sambil berkata: "Siapa yang mau berikrar
mati bersamaku?!" Ketika itu juga tampil Dirar bin Azwar dan
Haris bin Hisyam bersama 400 orang terkemuka berikut para
panglimanya, di antaranya putra Ikrimah sendiri, Amr bin
Ikrimah, ikut berikrar bersama Ikrimah. Keempat ratus orang
yang sudah berikrar mati itu sama-sama terjun sekaligus ke
tengah-tengah pasukan besar Rumawi itu, dengan bertekad mati
di jalan Allah. Yang tampak di hadapan mereka ketika itu
hanya wajah-Nya, yang dengan cahaya-Nya pula menerangi jalan
menuju mati syahid dan surga.
Serangan itu membuat pasukan Rumawi goncang, dan yang
lebih menggoncangkan lagi ikut sertanya Georgius dan
pasukannya bergabung bersama pasukan Muslimin menyerang
mereka. Kini mereka yakin bahwa ia berkhianat dan bergabung
dengan pihak musuh.
Melihat pasukan besar Rumawi itu mundur, Khalid
memerintahkan pasukannya agar maju semua. Tetapi pihak
Rumawi rupanya menyambutnya dengan suatu serangan yang tiada
kepalang dahsyatnya. Ketika itulah pasukan Muslimin yakin
akan binasa kecuali bila mendapat pertolongan. Iman mereka
kepada Allah makin kuat, dan iman ini menambah kekuatan
mereka untuk maju menyerang. Ketika itu Khalid terjun ke
barisan depan dengan mengayunkan pedangnya ke pihak lawan
dan sekaligus membabati mereka satu persatu. Begitu tinggi
semangat pasukan Muslimin saat itu sehingga kaum perempuan
ikut pula terjun bersama kaum laki-lakinya. Juwairiyah putri
Abu Sufyan memegang peranan yang akan mengingatkan orang
pada peranan ibunya Hindun dalam perang Uhud dulu.
Pihak Rumawi bertempur mati-matian
Pihak Rumawi memang sudah bertempur mati-matian. Mereka
membantai setiap Muslim yang jatuh ke tangan mereka. Oleh
karenanya pertempuran jadi makin sengit, yang berlangsung
sepanjang hari. Ikrimah dan mereka yang sudah bersama-sama
berikrar mati tak seorang pun ada yang beranjak mundur,
setapak pun, setelah mereka berikrar mempersembahkan hidup
untuk Allah. Dengan demikian mereka dalam pertempuran sengit
yang terus-menerus dari awal sampai akhir. Setelah matahari
terbenam, kekuatan Rumawi sudah mulai lemah, wajah-wajah
pahlawan mereka mulai tampak lesu. Khalid melihat mereka
akan melarikan diri untuk mendapatkan jalan keluar. Tetapi
ke mana mereka hendak lari, di belakang mereka jurang, di
depan pasukan Muslimin.
Khalid memperkirakan larinya mereka itu akan makin
memperlemah kawan-kawannya sendiri. Khalid memerintahkan
anak buahnya agar mereka diberi jalan yang menuju ke lembah.
Begitu melihat ada jalan untuk menyelamatkan diri, pasukan
berkuda Rumawi itu lari cerai-berai kian ke mari. Ketika
itulah Khalid dengan pasukan berkudanya menghantam pasukan
infantri Rumawi dan menyerbu tempat perlindungan mereka.
Pasukan Rumawi mundur terus. Tetapi di belakang mereka ada
jurang Waqusah, dan seperti dinding yang roboh dari
dasarnya, mereka ramai-ramai berjatuhan terjerumus ke
dalamnya. Pasukan Muslimin terus mengadakan tekanan supaya
mereka terus mundur. Akhirnya kelompok demi kelompok mereka
berjatuhan ke dalam jurang itu. Demikianlah terjadi
bertubi-tubi, sehingga konon mereka yang terbunuh mencapai
seratus ribu, dan ada pula yang menyebutkan seratus dua
puluh ribu orang.
Hari itu Theodorus, saudara Heraklius juga terbunuh, di
samping sejumlah besar perwira Rumawi yang juga terbunuh.
Yang masih selamat dari maut di antaranya Caycar dan
beberapa orang bangsawan Rumawi lainnya. Setelah melihat apa
yang telah menimpa teman-teman itu, mereka menyelubungkan
diri dengan burnus8 lalu menundukkan
kepala dan duduk di mana saja mereka berada. Mereka juga
kemudian terbunuh. Bagi mereka, maut itu untuk melepaskan
diri dari aib. Sementara itu Bahan sudah lolos melarikan
diri dengan tujuan masih akan menghadapi pihak Muslimin
dalam pertempuran-pertempuran lain, yang sebenarnya akan
berakhir dengan nasib yang tidak lebih baik dari nasibnya di
Yarmuk ini. Pasukan Rumawi sudah hancur berantakan. Pasukan
Muslimin sekarang memasuki kemah mereka, dan Khalid sendiri
tinggal di ruangan yang ditempati Theodorus. Semua yang ada
dalam markas pasukan Rumawi itu menjadi barang rampasan
perang. Setiap anggota pasukan berkuda mendapat seribu dan
lima dirham dari harta rampasan perang itu. Dari dalam
ruangan yang ditempati saudara kandung Kaisar selama tiga
bulan itu, yang berakhir setelah kedua pasukan Muslimin dan
Rumawi saling berhadapan, Khalid melepaskan pandangannya ke
medan pertempuran, medan yang kini telah ditinggalkan lari
oleh pihak Rumawi sehingga tampak lengang dan sunyi. Khalid
kemudian mengalihkan pandangannya ke langit, ia menyatakan
rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah
diberikan kepadanya itu.
Ikrimah dan anaknya di antara para
syuhada yang gugur di Yarmuk
Di pihak Muslimin jumlah tentara yang terbunuh dalam
pertempuran Yarmuk itu juga tidak sedikit, mencapai tiga
ribu orang. Di antara mereka terdapat sahabat-sahabat besar,
para panglima terpandang dan yang sudah pernah berjuang
mati-matian. Demikian juga yang dialami Ikrimah bin Abi Jahl
dan anaknya Amr. Selama pertempuran itu mereka mengalami
luka di sekujur badan. Keesokan harinya keduanya dibawa
kepada Khalid di ruangan Theodorus itu. Khalid meletakkan
kepala Ikrimah di pangkuannya dan kepala Amr bin Ikrimah di
betisnya, kemudian ia mengusap kedua wajah mereka sambil
meneteskan air ke tenggorokan sampai akhirnya mereka menemui
ajal sebagai syahid. Sementara anak panah yang mengenai mata
Abu Sufyan oleh Abu Hasymah dikeluarkan.
Heraklius keluar dari Hims
Dengan pertempuran Yarmuk itu segala harapan Rumawi untuk
mempertahankan Syam habis sudah. Begitu Heraklius mendengar
pasukannya mengalami kekalahan, ia segera meninggalkan
markasnya di Hims itu. Dengan maksud menjadikan kota ini
sebagai penyekat dengan pasukan Muslimin, dia mengangkat
seorang penguasa di tempat ini, seperti yang sudah
dilakukannya sebelum itu di Damsyik. Pasukan Muslimin
sendiri begitu menyelesaikan tugas di Yarmuk, segera pula
berangkat ke Yordan. Semua anggota tentara pelarian Rumawi
dibersihkan dari sana. Setelah itu mereka menyusul ke
Damsyik untuk mengepung kota itu.
Menurut sumber at-Tabari dan kalangan yang berpendapat
sama, pengepungan dan jatuhnya kota Damsyik yang berlanjut
sampai jatuhnya Syam, terjadi pada masa Khalifah Umar.
Umar memecat Khalid sebagai panglima
angkatan bersenjata
Kisah mengenai Yarmuk ini tidak hanya sampai pada sumber
beritanya yang berurutan, kendati masih saling bertentangan.
Berita itu menyebutkan bahwa Mahmiyah bin Zanim datang
sebagai utusan dari Medinah setelah pertempuran itu dimulai.
Ia diterima oleh para perwira dan ketika ditanya apa yang
terjadi, dijawab bahwa bala bantuan untuk mereka sedang
dalam perjalanan. Kemudian mereka mengantarkannya kepada
Khalid. Sambil menyerahkan sepucuk surat ia berbisik
kepadanya bahwa Abu Bakr telah berpulang. Khalid menerima
surat itu, kemudian menyimpannya ke dalam tabung anak
panahnya. Ia khawatir beritanya akan tersebar di kalangan
tentara. Isi surat itu tentang penggantian Umar bin Khattab
sebagai Khalifah dan perintah pemecatan Khalid sebagai
panglima angkatan bersenjata, serta menggantikannya dengan
Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Setelah Khalid menyelesaikan
tugasnya dan sudah dapat mengalahkan Rumawi ia mundur dari
jabatannya itu dan Abu Ubaidah tampil menggantikan
kedudukannya.
Sumber-Sumber berita itu saling bertentangan sekalipun
berurutan. Bertentangannya itu bukan pada dipecatnya Khalid
- suatu hal yang sudah biasa - tetapi pada caranya seperti
yang kita gambarkan itu. Para ahli kebanyakan memperkuatnya,
dan yang sebagian menyebutkan bahwa soal pemecatan atas
Khalid itu bukan dengan cara serah terima, melainkan diambil
alih oleh Abu Ubaidah lalu dirahasiakan sampai usai
pertempuran, dan hal itu diberitahukan kepada Khalid setelah
Damsyik dikepung. Yang lain lagi berpendapat bahwa Abu
Ubaidah baru memberitahukan setelah pembebasan Damsyik.
Setelah semua itu selesai ia memberitahukan tentang pimpinan
militer yang kini di tangannya itu dan tentang pemecatan
Khalid.
Pemecatan Khalid oleh Umar bin Khattab sebagai panglima
angkatan bersenjata di Syam sebagaimana disebutkan oleh
Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia itu memang
menimbulkan keheranan juga. Khalid bukanlah komandan pasukan
di Syam di luar pasukan yang dibawanya sendiri dari Irak,
dan Abu Ubaidah pun dalam sumber itu hanya komandan
pasukannya sendiri, demikian juga Amr bin al-As, Yazid bin
Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah. Tetapi bahwa Khalid
sebagai komandan angkatan bersenjata dalam perang Yarmuk itu
atas kesepakatan semua komandan. Andaikata tidak diperoleh
kemenangan pada hari pertama itu, niscaya pada hari keduanya
pimpinan itu akan berada di tangan yang lain, dan pada hari
berikutnya di tangan yang berikutnya lagi. Untuk
menghilangkan keheranan kita dengan dipecatnya Khalid oleh
Umar itu kita terdorong untuk mencari sumber lain selain
Tabari dan yang sebangsanya itu.
Sumber lain tentang pembebasan Syam
Akan kita lihat bahwa al-Azdi, al-Waqidi dan al-Balazuri
berbeda dengan at-Tabari. Juga mengenai kronologinya sekitar
peristiwa pembebasan Syam itu berbeda, dan perbedaan
kronologi ini terjadi juga antara sesama mereka. Disebutkan
peristiwa-peristiwa di Ajnadain, Damsyik dan yang lain,
kejadiannya sebelum perang Yarmuk, dan kejadian Yarmuk
itulah yang terakhir. Sumber-sumber itu akan kita kemukakan
secara ringkas tapi tak sampai mengganggu, dan akan kita
lukiskan apa yang terkandung di dalamnya dan apa yang
sejalan atau yang bertentangan dengan at-Tabari.
Sumber-sumber itu menyebutkan bahwa Allah telah memberi
ketetapan hati kepada Abu Bakr untuk membebaskan Syam
setelah selesai Perang Riddah, dan bahwa di perbatasan itu
tak ada samasekali pasukan Muslimin. Kemudian pada suatu
pagi ia memanggil para pemuka di Medinah. Ia menyampaikan
kepada mereka pendapatnya yang sudah merupakan pegangannya
itu. Sesudah mereka yakin mengenai apa yang sudah kita
sebutkan di atas itu, ia mengeluarkan perintah kepada
pasukan Muslimin di Yaman dan di tempat-tempat lain agar
meminta bantuan mereka untuk menyerang Rumawi di Syam.
Sementara menunggu kedatangan mereka ini ia menyiapkan
pasukannya dari penduduk Medinah, Mekah dan Ta'if serta
daerah-daerah sekitarnya. Untuk itu telah diangkat empat
brigade masing-masing di bawah Yazid bin Abi Sufyan, Abu
Ubaidah bin al-Jarrah, Mu'az bin Jabal dan Syurahbil bin
Hasanah. Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa untuk tiap
daerah Palestina atau Syam Abu Bakr mengangkat seorang amir
(komandan) dan komando tertinggi di tangan orang yang di
daerahnya terjadi perang.
Sumber lain menyebutkan bahwa dia mengangkat Abu Ubaidah
sebagai panglima semua pasukan itu, dan Yazid bin Abi Sufyan
sesudahnya.9 Ketika itu persiapan pasukan ini
untuk berangkat sudah selesai tatkala Zul-Kula' al-Himyari
dan pemimpin-pemimpin para kabilah Yaman lain yang terdiri
dari Mazhij, Tayyi' dan Asad datang. Abu Bakr ketika itu
melepas Yazid bin Abi Sufyan dan pasukannya untuk Syam dan
diikutsertakan pula Zam'ah bin al-Aswad dan ia memberi
amanat seperti yang sudah kita sebutkan di atas.
Kota Medinah ketika itu penuh sesak oleh orang-orang yang
berdatangan dari segenap penjuru Semenanjung Arab. Abu Bakr
keluar kota sampai di Saniyatul Wada' dan dari sana pasukan
itu diberangkatkan ke Syam. Khalid bin Sa'id bin al-As
bergabung dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah yang lebih
diutamakannya daripada saudara sepupunya Yazid bin Abi
Sufyan, mengingat dia sudah lebih dulu dalam Islam, di
samping dia adalah kepercayaan umat seperti diucapkan oleh
Rasulullah saw. Kemudian ikut juga pasukan Yaman dengan
membawa istri dan anak-anaknya berangkat bersama kaum
Muhajirin dan Ansar membanjiri padang sahara yang terbentang
luas itu. Setelah mereka berangkat, datang pula pasukan dari
Yaman dan negeri-negeri Arab yang lain yang dikirim oleh Abu
Bakr untuk menyusul mereka yang sudah lebih dulu, supaya
menggabungkan diri ke pasukan mana saja yang disukainya.
Waktu itu Heraklius di Palestina tatkala ada berita
pasukan Muslimin berangkat hendak menyerang negerinya.
Segera ia mengumpulkan semua kepala pemerintahan dan
mengerahkan mereka untuk memerangi "orang-orang berkaki
ayam, telanjang dan kelaparan" itu yang hendak melanda
negeri mereka. Katanya kepada mereka: "Aku akan mengawasi
kalian, akan kuberi bala bantuan kepadamu berupa pasukan
berkuda dan tentara. Aku telah mengangkat beberapa komandan
untuk kamu maka taatilah mereka." Kemudian ia pergi dari
Palestina ke Damsyik kemudian ke Hims selanjutnya ke
Antakiyah (Antioch). Ia membakar semangat orang dan berkata
seperti yang dikatakannya waktu itu kepada penduduk
Palestina. Ia tinggal di Antakiyah dengan maksud mengadakan
persiapan untuk menghadapi pasukan Muslimin.
Sementara itu Abu Ubaidah sudah sampai di kawasan Syam
melalui Wadi al-Qura dan Hijr. Begitu ia memasuki Ma'ab ia
disambut dengan perlawanan oleh pasukan Rumawi; tetapi
segera ia dapat membuat mereka kucar-kacir. Sesampainya di
Jabiyah Abu Ubaidah mendapat kabar bahwa Heraklius sudah
mempersiapkan pasukan Rumawi untuk menghadapi pasukan
Muslimin dalam jumlah orang dan perlengkapan yang belum
pernah dialami orang sebelumnya. Melihat keadaan ini ia
menulis kepada Abu Bakr meminta pendapat dan bala bantuan.
Demikian juga Yazid bin Abi Sufyan menyebutkan dalam
suratnya bahwa penarikan mundur Heraklius ke Antakiyah itu
suatu pertanda bahwa ia ketakutan dan terkejut. Abu Bakr
senang menerima surat Yazid itu dan dibalasnya dengan
memberikan semangat. Tetapi balasannya kepada Abu Ubaidah
agak bernada teguran. Dalam kedua surat itu Abu Bakr
menyebutkan bahwa ia siap mengirimkan bala bantuan berlipat
ganda dari yang diberikan Heraklius kepada para komandannya
itu.
Khalifah menulis kepada penduduk Mekah mengajak mereka
bermusyawarah. Tetapi Umar marah dan ia berpendapat mengajak
mereka bermusyawarah itu berarti mempersamakan mereka dengan
kaum Muslimin yang mula-mula. Tetapi penduduk Mekah
menyalahkan Umar, di antaranya seperti dikatakan oleh
Ikrimah bin Abi Jahl: "Kalau dalam permusuhan dengan kami
yang kalian jumpai dulu soal zakat, maka sekarang kalian
bukanlah orang yang lebih keras dari kami dalam menghadapi
orang-orang. yang meninggalkan agama ini dan memusuhi kaum
Muslimin."
Selama itu orang-orang Arab dari segenap penjuru di luar
sudah mulai mengalir ke Medinah, ingin juga mendapat bagian
ikut menyerbu pihak Rumawi. Oleh Abu Bakr mereka dikumpulkan
dan menugaskan Amr bin al-As untuk memimpin mereka dan orang
yang datang dari Mekah.
"Bukankah aku yang menjadi penanggung jawab mereka?"
tanya Amr. "Engkau penanggung jawab atas siapa saja yang
bersamamu di sini," jawab Khalifah. "Kalau kalian sudah
menyatukan diri dalam perang, maka komandan (amir) kamu
adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah."
Setelah tiba saatnya Amr akan berangkat, ia pergi menemui
Umar bin Khattab dan dimintanya Umar supaya bicara dengan
Abu Bakr agar dialah yang dijadikan komandan di Syam.
"Aku tidak akan membohongi engkau," kata Umar. "Aku
samasekali tak akan membicarakan soal itu dengan Abu Bakr.
Menurut hemat kami, kami lebih mengutamakan Abu Ubaidah
daripada engkau."
Amr masih mendesak dengan mengatakan, bahwa dalam soal
kedudukan dan jasa dia tidak kurang dari Abu Ubaidah untuk
dijadikan panglima di atas dia. Tetapi apa yang dikatakannya
itu tidak mengubah pendapat Umar. Malah ia berkata:
"Sadarlah engkau, Amr! Engkau akan berada di bawah
pimpinannya. Orang yang mencari-cari ingin menjadi pemimpin
hanyalah karena soal kehormatan di dunia. Amr, hendaklah
engkau takut kepada Allah. Kalau tidak karena Allah,
janganlah kau dengan usahamu itu sengaja kaucari.
Berangkatlah dengan pasukanmu itu. Kalau sekali ini bukan
engkau yang memegang pimpinan, insya Allah tak lama lagi
engkaulah yang akan memegang pimpinan teratas."
Amr merasa puas dan dia berangkat dengan pasukannya ke
Syam dengan dilepaskan dan diberi nasihat oleh Abu Bakr.
|