|
||
|
|
Memenuhi permintaan Musanna bin Harisah asy-Syaibani, Abu Bakr mengangkatnya sebagai komandan pasukan kaumnya untuk menghadapi Persia. Setelah menerima berita kemenangannya di Delta itu, Abu Bakr berpendapat akan mengirimkan bala bantuan agar ia meneruskan ekspedisinya. Itulah sebabnya ia memerintahkan Khalid bin Walid untuk mengumpulkan kembali anggota pasukannya dan berangkat menyusul Musanna. Sudah tentu dia yang akan bertindak selaku panglima. Iyad bin Ganm berangkat ke Dumat al-Jandal untuk menundukkan penduduk yang masih membangkang. Setelah itu meneruskan perjalanan ke kota Hirah di sebelah timur. Kalau ia sampai sebelum Khalid, maka dialah yang memerintah kota itu dan Khalid sebagai salah seorang panglimanya. Kalau Khalid yang sampai terlebih dulu, maka pemerintahan dan pimpinan militer di tangan Khalid dan dia sebagai salah seorang panglimanya.
Orang-orang Arab di Irak bekerja sebagai petani dan mengolah tanah, tetapi hasil yang menjadi bagiannya sedikit sekali. Sebagian besar hasil bumi itu jatuh ke tangan pejabat-pejabat Persia yang memperlakukan orang-orang Arab secara hina dan kejam. Abu Bakr sudah mengeluarkan perintah kepada para panglimanya di Irak agar petani-petani Arab itu diperlakukan dengan baik, dan jangan ada yang dibunuh atau ditawan, juga jangan memperlakukan mereka dengan cara-cara yang tak layak. Mereka juga sama-sama orang Arab, mereka mengalami penindasan di bawah cengkeraman Persia. Bila pasukan ini kelak tiba mereka harus sudah tak merasa lagi ada kezaliman. Keadilan harus sudah merata dirasakan oleh saudara sepupunya itu.
Itulah yang menjadi kewajiban Muslimin sesuai dengan perintah Allah, di samping kebijakan yang akan menjamin kemenangan bagi kaum Muslimin, dan setelah memperoleh kemenangan hendaknya jangan sampai terjadi kemunduran.
Anggota-anggota pasukan Khalid sudah makin berkurang jumlahnya, karena banyak yang terbunuh di Yamamah, seperti sudah disebutkan di atas, dan sebagian ada pula yang ingin kembali pulang kepada keluarganya. Khalid tidak akan memanggil mereka kembali karena Abu Bakr memang sudah mengizinkan mereka pulang. Jangan menugaskan orang yang terpaksa dan jangan pula ada orang yang pernah murtad dalam ekspedisi itu, sebelum Khalifah memberikan pendapatnya. Ketika Khalid meminta bala bantuan kepada Abu Bakr, maka yang diperbantukan kepadanya Qa'qa' bin Amr at-Tamimi. Dalam hal ini ada orang yang merasa heran, sehingga mereka berkata: Memakai orang yang pasukannya tak mampu menangkap satu orang pun. Abu Bakr menjawab: Selama masih ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalahkan. Demikian juga jawabannya ketika Iyad diperbantukan kepada Abd bin Auf2 al-Himyari. Ketika mengirim Qa'qa' itu ia menulis kepada Khalid "Mintalah bantuan orang-orang yang pernah memerangi kaum murtad dan orang yang teguh keislamannya sesudah Rasulullah saw. wafat"3
Tak lama setelah kembali Khalid menyusun pasukannya, terdiri atas delapan ribu orang dari suku Rabi'ah dan Mudar, di samping dua ribu yang sudah ada. Dengan jumlah sepuluh ribu itu kemudian ia berangkat. Sebelum itu pun sudah ada delapan ribu orang dipimpin oleh komandan-komandan pasukan Muslimin, dengan Musanna sebagai panglimanya.
Kalau sudah memasuki Irak perintah Abu Bakr kepada Khalid, supaya dimulai dari Ubullah di Teluk Persia. Ubullah adalah sebuah pelabuhan yang menjadi lalu lintas perdagangan ke India dan Sind, dan dari sana dikirim ke Irak. Masih ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Adakah pasukan Muslimin memasuki Ubullah dalam perang ini lalu kembali dan baru direbut lagi dari Persia pada zaman Umar bin Khattab, ataukah di masa Umar baru masuk ke kota ini? Tetapi para ahli menyebutkan bahwa ekspedisi pertama ke Irak ialah ekspedisi Hafir.4
Letak Hafir ini di perbatasan Sahara, tak jauh dari pelabuhan Kazimah. Ketika itu yang memerintah seluruh daerah adalah Ormizd mewakili Persia, dan di kalangan bangsawannya ia termasuk orang yang sudah mencapai kedudukan tertinggi. Bagi orang-orang Persia ketika itu topi5 dinilai menurut keturunan dan kesukuan. Orang yang sudah mencapai kedudukan tertinggi harga topinya seratus ribu, dan harga topi Ormizd sudah setinggi itu. Dalam berhubungan dengan orang-orang Arab Ormizd dikenal sebagai penguasa daerah yang paling jahat. Begitu bencinya orang kepadanya sampai namanya dijadikan peribahasa yang melambangkan kejahatan: "Lebih jahat dari Ormizd" dan "Lebih kafir dari Ormizd." Pangkal kebenciannya kepada Arab karena dahulu - saudara-saudara sepupunya di Semenanjung - sering melakukan penjarahan dan menyerang negeri-negeri yang berada di wilayahnya. Ia memerangi mereka di darat. Sedang di laut yang diperanginya orang-orang India, sebab kapal-kapal mereka datang ke pelabuhan itu dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyerupai perompakan.
Dengan melakukan perang di darat dan laut ini ia menganggap dirinya pelindung negeri itu dan sebagai kunci Persia.
Sekarang Khalid berangkat dari Yamamah menuju Irak dengan membawa sepuluh ribu tentara. Sesampai di perbatasan ia melihat Musanna dan pasukannya sedang menunggu. Di situlah Khalid membagi pasukannya menjadi tiga satuan, masing-masing diarahkan ke jalan yang semuanya nanti akan bertemu di Hafir. Satuan pertama dipimpin oleh Musanna bin Harisah asy-Syaibani, yang sudah diberangkatkan dua hari sebelum Khalid; regu kedua di bawah pimpinan Adi bin Hatim at-Ta'i yang berangkat sehari sebelumnya, dan Khalid sendiri di barisan terakhir. Sebelum itu Khalid memang sudah mengirim surat kepada Ormizd mengatakan:
"Kemudian daripada itu; terimalah ajaran Islam, Anda akan selamat. Atau tempatkanlah dirimu dan golonganmu sebagai zimmi6 dan membayar ketentuan jizyah. Kalau tidak, janganlah salahkan orang lain, tetapi yang salah Anda sendiri. Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."
Ormizd menerima surat itu sementara berita-berita tentang kaum Muslimin dan pasukannya sudah tersiar luas. Ia menulis surat kepada Raja Ardasyir (Ardashir) menyampaikan berita itu. Sementara itu ia sudah pula mengumpulkan pasukannya dan terus berangkat ke Kawazim untuk menghadapi Khalid di sana. Setelah mengetahui bahwa Khalid memerintahkan pasukannya berangkat ke Hafir, cepat-cepat ia mengerahkan pasukannya dan bermarkas di sebuah mata air di tempat itu. Khalid sudah datang ke sana dan memerintahkan agar menyerukan pasukannya turun di sana dan sekalian menurunkan barang-barangnya. Beberapa orang anggota pasukannya mengatakan bahwa mereka tak punya persediaan air.
"Turunlah dan letakkanlah barang-barang kalian di sini. Kemudian berjuanglah untuk menguasai mata air itu. Air akan menentukan ketahanan dan kehormatan kedua pasukan ini."
Ormizd berdiri di tengah-tengah pasukannya, didampingi di kanan kirinya oleh dua orang pangeran dari keluarga kerajaan di Persia, Kobad (Kavadh) dan Anusyagan. Ormizd berteriak: "Mana Khalid?!"
Ia menginginkan Khalid maju bertanding satu lawan satu. Karena dia sudah tahu tentang kepahlawanan Khalid di negeri Arab dan apa yang sudah dilakukannya, maka lebih yakin dia bahwa kalau dapat membunuh Khalid, berarti Persia memperoleh separuh kemenangan kalau tidak akan dikatakan itulah seluruh kemenangannya. Tetapi apa pula yang telah menggodanya ia ingin membunuh Khalid padahal Khalid seorang pahlawan yang tak terkalahkan?! Soalnya mudah saja. Dengan pengkhianatan tujuannya akan tercapai. Untuk itu ia perintahkan pasukan berkudanya, kalau mereka melihat Khalid maju, seranglah dia serentak dan bunuhlah.
Khalid mendengar ajakan Ormizd itu. Ia turun dari kudanya dan melangkah menuju kepadanya, maka bertemulah keduanya dan terjadilah dua kali duel. Ketika itulah pasukan berkuda Persia sudah siap menyerang hendak membunuh Khalid dan menyelamatkan Ormizd. Tetapi ketika itu juga Qa'qa' bin Amr menyerang mereka tanpa memberi kesempatan lagi. sementara itu Khalid sudah berhasil membantai Ormizd. Ketika itulah pasukan Muslimin mengadakan serangan balasan, dan pihak Persia melarikan diri. Oleh pasukan Muslimin mereka dikejar terus sampai malam hari.
Pihak Muslimin sudah sampai di Jembatan Besar Sungai Furat, letak kota Basrah yang sekarang, sementara Kobad dan Anusyagan terus lari tunggang langgang bersama sisa-sisa pasukannya.
Kemenangan berakhir di pihak Muslimin. Khalid memerintahkan Ma'qil bin Muqarrin al-Mazani agar pergi ke Ubullah untuk mengumpulankan harta dan tawanan-tawanan peran. Ma'qil segera melaksanakan tugas itu.7 Sedang Musanna mendapat perintah agar memburu pasukan Persia yang sudah kalah itu. Musanna bergegas mengejarnya, dan seolah ia tak ingin kehilangan jejaknya sebelum mencapai Mada'in.
Dalam perjalanan mengejar pasukan Persia itu Musanna sempat lewat di depan sebuah benteng yang dihuni oleh seorang putri bangsawan Persia yang oleh sejarawan-sejarawan Arab disebut "Benteng Perempuan." Untuk mengepung benteng ini diserahkannya kepada saudaranya, Mu'anna bin Harisah. Dia sendiri meneruskan perjalanan dan mengepung suaminya di bentengnya. Diporakporandakannya benteng itu dan ia berhasil membunuh penghuni di dalamnya. Harta benda yang ada dirampas sebagai rampasan perang. Kemudian ia meneruskan pengejaran memburu sisa-sisa pasukan itu. Putri bangsawan itu kemudian tahu apa yang telah menimpa suaminya. Ia mengadakan perundingan perdamaian dengan Mu'anna. Setelah masuk Islam putri itu kemudian kawin dengan Mu'anna.
Ekspedisi pertama oleh Khalid ke Irak ini disebut "Zat as-Salasil." Alasan penamaan ini, kata orang, bahwa pasukan Persia itu oleh pihak Persia saling diikat dengan rantai8 supaya tidak lari. Diceritakan juga bahwa rantai-rantai yang ditinggalkan pasukan itu oleh Khalid dikumpulkan, yang beratnya sama dengan muatan unta seribu ratl. Sebagian ahli yang masih meragukan kebenaran sumber ini, menamakan ekspedisi ini dengan "Ekspedisi Kazimah,"9 dihubungkan dengan nama desa terdekat dari tempat peristiwa itu.
Ekspedisi pertama ini meninggalkan dampak besar yang dapat membangkitkan semangat pasukan Muslimin. Tentara Persia sudah melihat sendiri mereka tak dapat bertahan menghadapinya, seperti orang-orang Arab dalam perang Riddah dulu. Ormizd sudah terbunuh di tangan Khalid. Kematiannya itu sangat melegakan hati semua orang Arab. Di samping itu, rampasan perang yang diperoleh luar biasa besarnya, yang tak pernah ada perolehan sebesar itu, sehingga setiap orang anggota pasukan berkuda memperoleh seribu dirham selain senjata.
Yang menambah gemilangnya kemenangan dalam perang ini karena Khalid melaksanakan sepenuhnya kebijakan Abu Bakr mengenai para petani Arab Irak itu. Orang-orang keturunan Persia yang ikut berperang, yang dulu membantu pihak Persia ditawan. Sedang petani-petani dibiarkan bebas tidak diganggu. Mereka yang tidak ikut berperang, diberi perlindungan sebagai zimmi.
Seperlima hasil rampasan perang itu oleh Khalid dikirim kepada Abu Bakr di Medinah, bersama-sama dengan topi Ormizd dan seekor gajah yang diperoleh pasukan Muslimin dalam perang itu. Penduduk Medinah, yang seumur hidupnya belum pernah melihat gajah, bahkan seluruh negeri Arab tak pernah melihat gajah, kecuali gajah yang dibawa Abrahah tatkala ia berusaha hendak menghancurkan Ka'bah. Ketika gajah itu dibawa berkeliling kota Medinah, penduduk terheran-heran melihat binatang sebesar itu. Di antara mereka ada yang merasa sangsi, bahkan perempuan-perempuan berkata: "Ini juga ciptaan Allah!?" Sebagian mereka membayangkan binatang itu buatan orang Persia! Tetapi Abu Bakr menganggap hewan ini tak ada gunanya, lalu dikembalikan ke Irak bersama pengawalnya.
Ekspedisi ini telah membangkitkan semangat pasukan Muslimin. Musanna asy-Syaibani meneruskan pengejarannya memburu pasukan Persia yang melarikan diri, seolah ia tak mau kehilangan jejak sebelum mencapai Mada'in. Sementara ia sedang mengintai mereka, datang berita bahwa sepasukan besar bala tentara Persia datang dari Mada'in untuk menghadapi Khalid dan pasukannya, sebab Raja Ardasyir ketika menerima surat Ormizd sudah memanggil Qarin10 anak Qaryanis, salah seorang bangsawan tinggi, untuk memimpin angkatan bersenjata sebagai bala bantuan yang diberangkatkan ke kota pelabuhan itu. Dalam perjalanan ke selatan itu Qarin bertemu dengan Kobad dan Anusyagan yang memimpin sisa-sisa serdadu yang sudah kalah. Qarin menghentikan mereka, ia berbicara dengan mereka yang akan membuat mereka merasa tenang. Kemudian ia menggabungkan pasukannya dengan pasukan mereka. Setelah itu mereka bermarkas di Mazar, di tepi kanal yang menghubungkan Tigris dengan Furat.
Sekarang Musanna yakin bahwa kalau pasukannya itu saja yang menghadapi bala tentara Persia yang begitu besar, ia akan hancur. Oleh karena itu ia mencari tempat bermarkas yang tak jauh dari Mazar. Ditulisnya surat kepada Khalid bin Walid menguraikan segala yang sedang dihadapinya. Setelah menerima kabar itu Khalid khawatir sekali Musanna akan berhadapan dengan pasukan Qarin lalu mengalahkannya. Ini akan melemahkan kekuatan pasukan Muslimin. Cepat-cepat Khalid berangkat dengan pasukannya. Dalam waktu singkat ia sudah sampai di Mazar. Rupanya Qarin memang sudah mengadakan persiapan matang untuk menyerang Musanna. Pasukan Musanna kini sudah tak tahu lagi apa yang akan ditentukan Allah terhadap mereka.
Beralasan sekali jika kemudian timbul rasa khawatir dalam hati Musanna dan pasukannya itu. Kehancuran Ormizd itu telah menimbulkan rasa dendam yang besar dalam hati pasukan Persia. Mereka datang semua dengan niat hendak membalas dendam. Mereka mengira, dengan hancurnya Musanna dan pasukannya yang kini jauh dari markas komando itu, tujuan mereka sudah akan tercapai .
Setelah Khalid sampai di Mazar pihak Persia takut juga meskipun kedatangannya itu tak sampai mengurangi semangatnya. Kobad dan Anusyagan sekarang melihat ada kesempatan baik untuk membalas kehancurannya di Hafir itu. Mereka hendak menghilangkan coreng di kening, hendak menebus rasa malu dan aib selama ini. Mereka bakar semangat pasukan yang dulu bersama-sama, mereka kerahkan ke medan pertempuran dengan mengobarkan api dendam yang tak pernah padam ke dalam hati pasukan itu. Dalam benak ketiga panglima ini terbayang, bahwa kalau mereka menyerang Khalid sebelum orang ini siap tempur, kemenangan terhadap pasukan Muslimin pasti di tangan mereka, dan akan dapat mengusir mereka kembali ke Semenanjung dengan kepala tersungkur. Segala harapan dalam angan-angan mereka untuk memerangi Kisra atau pasukannya akan terkikis.
Melihat persiapan pasukan Persia itu, Khalid tetap dengan rencananya yang dibawanya dari Jembatan Besar, dan dengan kekuatannya itu ia akan menyerang mereka. Musanna dan pasukannya melihat Khalid yang berada di depannya itu merupakan pertolongan Allah yang diberikan kepada mereka sebagai suatu mukjizat. Perasaan takut itu sekarang berubah menjadi yakin akan mendapat kemenangan. Maut akan dihadapinya dengan senyum, bukan dengan rasa takut. Memang henar apa yang dikatakan Khalid kepada Ormizd dulu: "Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."
Kedua belah pihak akhirnya bertempur berhadap-hadapan. Qarin, Kobad dan Anusyagan terbunuh di depan mata pasukannya sendiri. Pedang pasukan Muslimin memenggal leher serdadu-serdadu Persia itu dari segenap penjuru. Pasukan Persia yang sudah membayangkan akan memperoleh kemenangan bila berhadapan dengan Khalid temyata mereka lari lintang pukang mencari selamat, menuju ke kapal yang akan menyeberangkan mereka. Begitu banyak pasukan Muslimin menghadapi rampasan perang yang ditinggalkan musuh. Tetapi untuk mengejar terus, mereka terhalang oleh air.
Khalid tinggal di Mazar. Rampasan perang diserahkan kepada siapa pun yang telah mengusahakannya dan berapa pun jumlahnya, dan seperlimanya dibagikan kepada mereka yang telah benar-benar berjuang. Selama tinggal di Mazar, orang-orang keturunan Persia yang ikut berperang dan dulu membantu mereka ditawan. Para petani dan semua orang yang membayar pajak dibiarkan. Di antara mereka yang ditawan dalam peristiwa itu termasuk ayah Hasan Basri.11 termasuk di antara yang ditawan dalam peristiwa itu.
Setelah keadaan tenang kembali Khalid ingin mengamankan hubungannya dengan Teluk Persia. Ia mengangkat beberapa panglima atas pasukan yang tinggal di Hafir dan di Jembatan Besar dan mengangkat beberapa pejabat untuk mengurus pajak. Dia sendiri tetap tinggal di tempatnya memperhatikan berita-berita sekitar gerak gerik musuh.
Dia tidak mengira - sementara ia masih tinggal di dekat Teluk Persia - bahwa ia sudah akan dapat melumpuhkan kekuatan Persia di Irak. Dari Hirah jaraknya masih jauh. Hirah berada hampir di pertengahan jalan antara Teluk Persia dengan Mada'in. Di sebelah utara Mada'in di wilayah Persia itu masih banyak tentara Persia. Pasukan Muslimin sudah memperkirakan bahwa Persia akan meminta bantuan kabilah-kabilah Arab di Irak. Kabilah-kabilah ini tersebar di perbatasan-perbatasan Irak dan pedalaman, juga tersebar di Mesopotamia,12 yang kebanyakan penduduknya beragama Nasrani. Bagi Persia yang beragama Majusi mereka bukan masalah. Bilamana Muslimin datang dan mengajak mereka kepada Islam atau membayar jizyah, mereka beranggapan lebih baik tetap dengan kebebasan mereka itu. Sudah tentu mereka akan bergabung dan membantu pihak Persia. Semua ini adalah kemungkinan-kemungkinan yang terbayang dalam pikiran Jenderal jenius itu, dan sudah diperhitungkannya matang-matang.
Perhitungannya tidak meleset. Melihat pengalaman pahit di Hafir dan Mazar, pihak Persia memang berpikir akan meminta bantuan orang Arab untuk menghadapi orang Arab: 'yang akan menumpulkan besi juga.' Kisra sudah mengandalkan kabilah-kabilah Arab yang begitu banyak itu, di antaranya kelompok-kelompok besar yang terdiri dari kabilah Bakr bin Wa'il. Dengan demikian Persia mengundang mereka dan mengangkat seorang pemimpin dari mereka untuk ditugaskan ke Walajah. Tetapi supaya kebanggaan kemenangan tidak pada pemimpin kabilah itu, pihak Persia mengangkat seorang pemimpin yang paling hebat dari pihaknya sendiri, yaitu Bahman Jadhuweh sebagai pimpinan pasukan Persia yang ditugaskan mengikuti mereka dari belakang. Kabilah-kabilah Arab dari Hirah dan Walajah makin banyak yang bergabung dengan mereka, begitu juga pejabat-pejabat Persia yang berkemah di samping mereka. Bahman sebagai komandan pasukan Persia sudah menyusul dan sekarang bersama-sama dengan mempersiapkan diri untuk memerangi pasukan Muslimin.
Berita ini sampai kepada Khalid ketika ia di Mazar. Ia mengeluarkan perintah kepada para perwira dan pasukannya yang tinggal di Hir, Kazimah dan di tempat-tempat lain yang sudah dianggap aman di Irak, agar terus waspada, dan jangan merasa puas diri atas kemenangan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.
Sekarang Khalid memimpin pasukannya berangkat ke Walajah untuk menghadapi pasukan Kisra. Masing-masing pihak sudah sama-sama siap dengan kekuatan yang prima, sehingga beberapa lamanya kemenangan itu selalu silih berganti di antara mereka. Khalid dengan strateginya yang jenius memerintahkan dua orang panglima pasukannya agar selama dalam perjalanan mereka memisahkan diri dari dia dan bersembunyi di belakang musuh. Begitu terjadi pertempuran, sergaplah musuh itu dengan tiba-tiba. Tetapi rupanya pelaksanaannya terlambat dan mereka tidak segera muncul. Sementara barisan yang sekarang sedang bertempur - baik dari pasukan Muslimin atau lawan - kadang maju dan kadang mundur. Masing-masing mereka beranggapan bahwa daya tahan mereka sudah habis dan pertempuran tak akan mencapai tujuan.
Sementara mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba pasukan Muslimin yang bersembunyi itu muncul dari kanan kiri pasukan Kisra, sedang Khalid terus memperketat tekanan kepada mereka dari depan. Ketika itulah pasukan Persia dibuat porak poranda. Selama mereka melarikan diri itu Khalid menghantam mereka dari depan dan pasukan yang bersembunyi dari belakang. Tak seorang pun dari mereka melihat lagi kematian temannya. Mereka lari, begitu juga orang-orang Arab yang mendukung mereka. Dalam pada itu pedang pasukan Muslimin membabati leher mereka. Mereka yang masih selamat ditawan, termasuk keluarga dan pendukung-pendukung mereka.
Please direct any suggestion to Media Team