|
XII. PEMBEBASAN IRAK1
(4/4)
Orang Irak menggunakan kesempatan
memberontak saat Khalid tak ada
Orang masih merasakan betapa hebatnya kemampuan dan bakat
pada seseorang itu; maka orang pun akan menundukkan kepala
ketika menghadapinya. Tetapi bila orang yang penuh bakat itu
sudah tak ada, dan dunia lengang, ia mulai mengangkat kepala
dan berusaha mencari keuntungan dalam peluang itu.
Demikian jugalah yang dilakukan oleh Hirah dan Irak
ketika Khalid tak ada di Dumat. Orang-orang Persia dan
orang-orang Arab yang mendukungnya mengira bahwa nasib baik
ada di pihak mereka dan inilah kesempatan yang baik sekali.
Banu Taglib membayangkan bahwa saatnya sekarang sudah tiba
untuk membalas kematian Uqqah. Bagi Qa'qa' tak ada cara lain
daripada melindungi apa yang sudah diperoleh pasukan
Muslimin dan tidak akan membiarkan mereka yang ada di
belakang perbatasan itu untuk menyerang.
Berita-berita itu sampai juga kepada Khalid. Tak tahan
lagi ia tinggal di Dumat. Dengan didahului Agra' bin Habis
bersama Iyad bin Ganm ia pun segera berangkat. Sesampainya
di Hirah ia meminta Iyad mengurus kota itu, dan Qa'qa'
dikerahkannya ke Husaid, tempat kaum pemberontak yang
terdiri atas orang-orang Persia dan Arab sudah mengikat
janji. Dia sendiri bersumpah akan menyergap Banu Taglib itu
di perkemahan mereka sendiri.
Khalid kembali ke Irak
Begitu mengetahui kedatangan Khalid pihak Irak terkejut
sekali dan nasib mereka kini jadi terbalik. Apa yang mereka
duga bahwa para penyerang dari Semenanjung itu akan
meninggalkan mereka seperti dulu, ternyata tidak demikian.
Semua ini tampak jelas di wajah mereka tatkala Qa'qa' pergi
ke luar kota Hirah untuk menyambut Khalid. Di tepi-tepi
jalan penduduk berdiri ingin melihat tentara Muslimin lalu
di depan mereka. Ketika melihat yang demikian kepada
teman-temannya mereka berkata:
"Mereka lewat di depan kita dan ini berarti suatu
kegembiraan sekaligus bencana."
Qa'qa' berangkat ke Husaid dengan mendapat dukungan
semangat dari Khalid. Pihak Persia tak dapat bertahan, malah
komandannya terbunuh dan anak buahnya segera lari. Tidak
sedikit rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin.
Anggota-anggota pasukan yang melarikan diri membayangkan
bahwa mereka akan dapat berlindung di benteng Khanafis
bersama-sama dengan orang-orang Persia yang ada di dalamnya.
Tetapi komandannya sudah lari lebih dulu begitu mendengar
kedatangan pasukan Muslimin. Sekarang tentara Muslimin tak
menjumpai seorang lawan pun yang akan diajak bertarung.
Semua berita itu sampai kepada Khalid. Ia menulis kepada
semua komandannya dengan janji pada malam dan waktu tertentu
akan berkumpul di kota Musayyakh, tempat kabilah Huzail yang
memberontak. Pada malam yang sudah dijanjikan itu mereka
berkumpul, lalu mengadakan serangan kepada kabilah-kabilah
itu sementara mereka sedang tidur. Begitu banyak korban
berjatuhan sehingga seperti kambing layaknya.
Di Musayyakh ini ada dua orang dari Muslimin yang membawa
surat kesaksian dari Abu Bakr tentang keislaman mereka yang
ikut terbunuh. Setelah berita kematian itu diterima Abu Bakr
ia membayarkan diat untuk kedua orang itu. Tetapi Umar tetap
menyalahkan Khalid dan hal itu dihubungkan pula dengan
terbunuhnya Malik bin Nuwairah dulu. Sebagaimana dulu Abu
Bakr membela Khalid, sekali ini juga ia membelanya dengan
mengatakan tentang kedua orang itu: "Begitulah risiko orang
yang berada dalam peperangan."
Sesudah Musayyakh ini sekarang tiba saatnya bagi Khalid
untuk memenuhi sumpahnya menyergap Banu Taglib. Untuk itu ia
memerintahkan kedua perwiranya, Qa'qa' dan Abu Laila supaya
berangkat terlebih dulu dan dijanjikan untuk menyerbu Banu
Taglib pada suatu malam yang sudah ditentukannya. Dengan
pedang terhunus ketiganya mengepung dari tiga jurusan, dan
tak seorang pun dari anggota tentara Banu Taglib yang dapat
meloloskan diri. Semua tawanan dan rampasan perang diambil.
Seperlima dikirimkan kepada Abu Bakr di tangan Nu'man bin
Auf asy-Syaibani. Seorang tawanan perempuan, Sabihah binti
Rabi'ah bin Bujair at-Taglibi diperistri oleh Ali bin Abi
Talib yang kemudian melahirkan dua anak, Umar dan
Ruqayyah.
Khalid mencapai perbatasan Irak dan
Syam
Berita-berita penyerbuan Khalid malam hari kepada
kabilah-kabilah di pemukiman mereka itu, sudah tersebar
luas. Demikian juga perempuan-perempuan dan gadis-gadis yang
menjadi tawanan, serta pembagian rampasan perang dan tawanan
perang kepada anggota-anggota pasukannya. Sekarang semua
kabilah sudah tak mampu lagi melawan Khalid. Peristiwa ini
membuat kabilah-kabilah di Irak jadi tak berdaya. Mereka
meletakkan senjata dan mengajak damai.
Khalid meneruskan perjalanan ke utara menyusuri pantai
Furat dan sekitarnya. Semua mereka tunduk dan mengakui
keunggulan Khalid. Setelah sampai di Firad, yaitu perbatasan
Irak dengan Syam, dalam perjalanan yang terus-menerus
mengadakan pembersihan dan peperangan itu, Khalid dan anak
buahnya turun untuk berbuka puasa Ramadan serta mengatur
pasukannya. Kita ikut turun bersama Khalid di Firad untuk
sekadar ber;stirahat sebentar.
Kota al-Firad ini lebih dekat ke utara Irak dan Syam.
Sekiranya Iyad bin Ganm bernasib baik lalu dapat menaklukkan
Dumah ketika kepergiannya yang pertama ke sana, niscaya
tujuan Khalid bukan ke utara, yang memang menjadi perhatian
Abu Bakr ketika ia memerintahkan Iyad memasuki Irak dari
sebelah utara, tetapi yang akan menjadi tujuannya ialah
utara Hirah. Bahwa pasukannya kini sudah mencapai ujung
perbatasan Syam dari bagian atasnya, itu adalah suatu
mukjizat yang tak terpikirkan oleh Khalifah - suatu
mukjizat, yang rasanya tak ada perempuan dapat melahirkan
anak semacam dia. Menghadapi Rumawi dari perbatasan Persia
itu sungguh suatu mukjizat yang luar biasa!
Khalid tinggal di Firad sampai selama sebulan penuh itu
sungguh suatu keberanian yang luar biasa, padahal batasnya
antara pasukannya dengan pasukan Rumawi yang bermarkas di
Syam itu hanyalah Sungai Furat! Tidakkah ia khawatir pasukan
Rumawi akan naik pitam melihat pasukan Khalid di depan
matanya lalu menyerangnya dan dengan demikian berarti ia
memperbanyak musuh? Musuh yang luar biasa pula! Persia di
sebelah timur, Rumawi di sebelah barat dan kabilah-kabilah
pedalaman yang masih memikul dendam, berada di segenap
penjuru. Setelah menumpas pemberontakan Irak, bukankah lebih
baik dia menarik pasukannya ke Hirah dan tinggal di tempat
itu sambil memperkuat kedaulatan Muslimin di sana?!
Tidak! Sekiranya itu yang dilakukannya berarti dia
seorang politikus yang akan membuat waktu sebagai
senjatanya, dengan menahan-nahan diri untuk mencari
kekuatan. Khalid paling tak sabar dengan waktu. Ia mengejek
sikap menahan-nahan diri, ia sangat membenci politik
mengulur-ulur waktu. Ia tak suka membiarkan sesuatu lalu
begitu saja. Apa artinya Persia, apa artinya Rumawi, juga
apa artinya tokoh-tokoh pedalaman dan kelompok-kelompok
mereka itu semua, betapapun banyaknya mereka di depan mata
Khalid yang begitu kuat, begitu garang, yang membuat hati
semua orang jadi gamang, membuat medan perang jadi goncang -
Khalid yang begitu cepat menyergap negeri orang! Memang, dia
memang mau tinggal di Firad itu, lalu mau apa; terserah
pihak Rumawi kalau mau menyerangnya.
Pihak Rumawi belum merasakan keberanian Khalid. Karenanya
kehadiran pasukan Muslimin lama-lama di depan mata mereka
cukup menjengkelkan. Darah mereka mendidih, dibakar pula
oleh orang-orang Persia dan Arab yang sudah pernah merasakan
betapa ngerinya menghadapi pukulan Khalid. Di dekat Firad
beberapa satuan Persia sudah ditempatkan, begitu juga
kabilah-kabilah Arab pedalaman yang terdiri atas Banu
Taglib, Banu Namir dan Banu Iyad. Mereka tersebar di segenap
penjuru. Semua mereka itu bergabung dengan Rumawi sambil
memberi dorongan dan bantuan kepada mereka. Mereka bergerak
sampai sudah mendekati Khalid yang hanya dipisahkan oleh air
sungai. Mereka mengirim pesan: kalian menyeberang ke tempat
kami, atau kami yang menyeberang ke tempat kalian. Khalid
menjawab: kalianlah menyeberang ke tempat kami. Sementara
sedang mereka menyeberang itu Khalid sudah menyusun siasat
dan strateginya. Pihak Rumawi berkata kepada
sekutu-sekutunya: berkelompoklah kalian masing-masing supaya
kita dapat mengenal yang baik dan buruk, dari mana
datangnya.
Ketika itu kedua pihak sudah berhadap-hadapan. Khalid
memerintahkan agar anak buahnya terus mengadakan tekanan dan
pasukan berkudanya supaya menggiring mereka dengan tombak,
dan bila mereka sudah terkumpul segera dihujani dengan
serangan serentak. Tetapi perlawanan Rumawi dan
sekutu-sekutunya itu tampaknya masih akan memperpanjang
pertempuran. Dengan demikian Khalid sempat membuat berbagai
macam muslihat dalam siasatnya itu, yang sebelum itu oleh
musuh-musuhnya tak pernah dikenal atau dialami. Ternyata
pihak Rumawi dan sekutu-sekutunya itu kabur. Mereka
melarikan diri, dan pasukan Muslimin mengejar mereka dari
belakang sambil terus menghantam habis-habisan. Semua
penulis sejarah menyebutkan jumlah mereka yang terbunuh dan
yang dalam pengejaran mencapai seratus ribu orang.
Usai pertempuran Khalid masih tinggal sepuluh hari lagi
di Firad. Setelah itu diumumkan agar pasukan kembali ke
Hirah. Pengumuman terjadi pada 5 Zulhijah tahun 12
Hijri.
Akan kembalikah Khalid dengan angkatan bersenjatanya dan
menetap di kota yang baru itu?
Dia punya kewajiban kepada Allah yang harus ditunaikan
lebih dulu. Setelah peristiwa di Firad itu ia merasa betapa
agungnya agama ini dan dia sudah tak dapat lagi menundanya.
Allah telah memberinya kemenangan di Yamamah, kemudian di
Irak, kedaulatan Persia pun sudah pula tunduk kepadanya,
selanjutnya di Firad dengan tunduknya Rumawi dan
kedaulatannya. Ia bersyukur kepada Allah seribu syukur. Maha
terpuji Dia, Mahaberkah nama-Nya! Tetapi cukupkah hanya
dengan bersyukur dan memuji atas segala kenikmatan yang
dikaruniakan Allah kepadanya itu? Bukankah baginya suatu
kewajiban kepada Allah bila ia melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, untuk menambah rasa syukur dan pujinya, meminta
ampun atas segala yang sudah lalu. Dia Maha Pengampun, Maha
Pengasih.
Setelah peristiwa Firad perasaan punya suatu kewajiban
itu terasa makin mendesak dalam diri Khalid, dan bertambah
lagi selama sepuluh hari ia tinggal di Firad itu. Kemudian
menjadi suatu kekuatan yang tak dapat dilawannya, bahkan ia
merasakan lebih lemah dari pasukan Rumawi, dari pasukan
Persia. Melihat jauhnya jarak dari Irak, tidak lepas dari
perhitungannya. Kesempatan itu akan digunakan oleh pihak
Persia untuk bersiap-siap menghasut dan membuat kekacauan.
Dengan itu mereka akan mengobarkan semangat yang dapat
menimbulkan bibit-bibit pemberontakan. Inilah yang harus
dicegah. Tetapi bagaimanapun ia tak akan mundur dari
niatnya, dan ia tak akan berpaling lagi hendak menunaikan
kewajiban agamanya kepada Allah.
Untuk menghindari hal ini, tak ada jalan lain bagi Khalid
ia harus menunaikan ibadah haji dan kembali ke Irak. Dalam
hal ini tak ada orang yang tahu selain stafnya yang dekat,
yang akan sama-sama berangkat dengan dia. Tetapi, ah!
Bukankah juga suatu kewajiban baginya harus melapor kepada
Khalifah dan menunggu izinnya? Kalau Khalifah tidak setuju,
di hadapan Allah ia tidak berdosa. Andaikata ia diizinkan
kemudian terjadi hal-hal yang tak diinginkan lalu Irak
memberontak, maka alangkah baiknya untuk Islam jika sesudah
pulang menunaikan ibadah haji ia berjuang lagi seperti
perjuangannya sesudah Dumah dulu! Kalau Khalifah tidak
mengizinkan, maka dengan batalnya itu hatinya tak akan
merasa tenteram. Jika demikian tak ada jalan lain buat dia
kecuali harus meneruskan niatnya dan melaksanakan ibadah
hajinya diam-diam tanpa setahu Abu Bakr dan siapa pun. Dia
yakin Abu Bakr akan memaafkannya dan ibadah hajinya akan
diberi pahala oleh Allah.
Diam-diam Khalid menunaikan ibadah
haji
Khalid memerintahkan pasukannya kembali ke Hirah dengan
perlahan-lahan dan memperlihatkan seolah ia berada di
barisan belakang. Dengan beberapa orang sahabat dekatnya ia
berangkat cepat-cepat ke Mekah, dengan mengambil jalan
pintas sekalipun lebih sukar dilalui. Bila di jalan yang
sukar ini ada rintangan? Untuk menempuh jalan itu tak
diperlukan penunjuk jalan. Buat dia apa perlunya penunjuk
jalan; dia sendiri anak Mekah, sudah tidak lagi memerlukan
penunjuk jalan. Semua jalan di tanah Arab yang mereka
ketahui untuk keperluan perdagangan sudah dia kenal. Dia
seorang panglima perang yang sudah menjelajahi semua pelosok
pedalaman, dari lembah-lembah dan gunung-gunung pasir,
sampai ke semua tanah datar dan dataran tingginya, sudah
dikenalnya semua.
Khalid tiba di Mekah. Begitu selesai melakukan manasik
haji, ia segera kembali. Kedatangannya ke Mekah itu tak
seorang pun ada yang tahu. Abu Bakr juga tidak tahu. Sebuah
sumber menyebutkan bahwa tahun itu Abu Bakr juga di Mekah
memimpin ibadah haji.
Khalid kembali cepat-cepat ke Hirah melalui jalan yang
sukar itu lagi, seperti keberangkatannya ketika itu ke
Mekah. Ia memasuki Hirah bersamaan dengan barisan belakang
yang datang dari Firad. Dengan demikian orang-orang Persia
dan Arab di Irak tak ada yang mengetahui kepergiannya untuk
menunaikan ibadah haji itu, juga selama itu tak ada
tanda-tanda bahwa dia tak ada di Irak.
Sekarang Khalid sudah merasa tenteram tinggal di Hirah.
Seolah terbayang olehnya bahwa dia sekarang sudah menunaikan
segala kewajibannya kepada Allah dan agama. Dengan demikian
kini ia dapat berkonsentrasi. Setelah barangkali kemudian ia
pergi ke Mada'in untuk menerobos ibu kota Kisra itu. Tetapi
takdir punya ketentuannya sendiri yang tak dapat ditembus
oleh manusia, kendati punya kekuatan, punya kekuasaan dan
ketangkasan seperti Khalid. Nasib telah menyertai Khalid
dengan kemenangan yang diberikan Allah kepadanya di Firad
dan menyerang Rumawi sampai ke jantung kerajaannya, demikian
juga ia menyerang Persia sampai ke jantung
kerajaannya.19
Disebutkan juga bahwa yang memimpin ibadah haji ketika
Khalid berangkat ke Mekah itu adalah Umar, dan Abu Bakr
dalam masa kekhalifahannya tak pernah memimpin ibadah haji.
Tetapi para sejarawan memperkuat bahwa Abu Bakr-lah yang
memimpin haji tahun itu. Mana pun yang benar dari kedua
sumber itu, yang jelas Abu Bakr tidak mengetahui
keberangkatan panglima besarnya itu ke haji, kecuali sesudah
semua orang kembali menunaikan ibadah haji dan sesudah
Khalid menetap di Hirah. Marahkah Khalifah kepada Khalid
karena pergi tanpa seizinnya? Adakah kemarahan itu akan
meninggalkan dendam dalam hati Abu Bakr? Itulah yang akan
kita lihat sebentar lagi.
Catatan kaki:
- Bahasa Arab fath atau jamak futuhat
harfiah berarti "pembukaan", hal membuka, dalam arti
majas sering dipakai mengartikan keberhasilan Nabi dan
para sahabat menyebarkan Islam di kalangan kaum musyrik.
Tetapi ini tidak sama dengan penaklukan dalam arti materi
atau harfiah. Arti yang sebenarnya pertama untuk membuka
hati dan pikiran terhadap kebenaran Islam; kedua, untuk
mengubah bentuk sejarah yang memungkinkan dakwah
mengatasi segala rintangan dan mencapai kalbu dan pikiran
manusia. Dasar utamanya ialah kedamaian rohani dan
perdamaian jasmani. Qur'an (48. 1-3): Sungguh Kami
telah memberikan kemenangan yang nyata kepadamu:
harfiah: membukakan kepadamu pembukaan yang nyata.
Turunnya ayat ini tak ada hubungannya deng:m kemenangan
fisik, tetapi dihubungkan dengan persetujuan perdamaian
Hudaibiyah. Selanjutnya para sejarawan Islam menggunakan
kata fath dan futuhat untuk penyebaran
ajaran Islam. Dalam terjemahan ini sering saya salin
dengan kata "pembebasan" dan yang searti, dengan semangat
yang sama, yakni membebaskan manusia dari segala anasir
syirik. Lihat juga Isma'il al Faruqi at. al.: The
Cultural Atlas of Islam (A).
- Dalam al-Kamil oleh Ibnul Asir Abd bin
Gaus.
- Al-Azdi membawa surat Abu Bakr kepada Khalid bin
Walid agar ia berangkat ke Irak. Ia pergi kepada Khalid
bersama kaum Muhajirin, Ansar dan Tabi'in. Setelah dibuka
dengan hamdalah dan salawat kepada Nabi dengan
mengingatkan perintah-perintahnya, surat itu berisi: "Aku
telah memerintahkan Khalid bin Walid berangkat ke Irak
dan jangan meninggalkan tempat itu sebelum ada perintah
dari aku. Berangkatlah kamu bersama dia dan janganlah
bermalas-malas, karena ini adalah langkah yang akan
mendapat pahala dari Allah bagi barang siapa yang bekerja
dengan niat yang baik dan ingin memperbanyak amal
kebaikannya. Kalau sudah sampai di Irak tetaplah tinggal
di sana sampai ada perintah lebih jauh dari aku. Cukuplah
Allah kiranya membantu kita di dunia dan akhirat.
Wassalamu alaikum warahmatullah."
Tetapi baik at-Tabari, Ibn Khaldun atau Ibn Asir tidak
menyebut-nyebut tentang surat ini.
- At-Tabari dan Ibn al-Asir menyebutkan juga adanya
perbedaan pendapat sekitar Ubullah ini. Dalam Futuhusy
Syam al-Azdi mengatakan bahwa Suwaid bin Qutbah
az-Zuhali pernah memerangi Ubullah tetapi mendapat
perlawanan keras. Sesudah Khalid tiba di Irak dan
menemuinya, mereka sepakat bahwa Khalid akan berpura-pura
meninggalkannya dan akan pergi menemui Musanna, dan akan
kembali lagi bila hari sudah malam. Dibayangkan oleh
pasukan Persia di Ubullah bahwa karena mereka mampu
memerangi Suwaid bin Qutbah, maka mereka akan datang
pagi-pagi keesokan harinya. Tetapi kemudian ternyata
Khalid yang menghadapi dan menghancurkan mereka. Cerita
semacam ini juga terdapat dalam Futuhul Buldan
oleh al-Balazuri.
- Qalansuwah, tutup kepala atau topi yang tinggi
semacam mahkota biasa dipakai oleh raja-raja, para
pendeta atau kepala-kepala suku; tiara (A).
- Bukan orang Muslim yang berada di bawah perlindungan
hukum Islam dengan segala hak dan kewajibannya (A).
- Kepergian Ma'qil ke Ubullah disangkal oleh beberapa
ahli sejarah. Seperti sudah disebutkan di atas, mereka
menyebutkan bahwa pasukan Muslimin menduduki daerah ini
baru pada masa Umar bin Khattab. Sejarawan lain
berpendapat bahwa memang pernah Ma'qil menduduki Ubullah,
tetapi kemudian direbut kembali oleh pihak Persia.
Setelah itu baru pada masa Umar tempat itu ditaklukkan
lagi. Mungkin saja sumber ini dikompromikan dengan apa
yang sudah kita sebutkan, bahwa Suwaid bin Qutbah itulah
yang menaklukkan Ubullah dengan bantuan Khalid. Ketika
itu tugas Ma'qil terbatas hanya untuk mengumpulkan
barang-barang dan tawanan perang, sesudah ekspedisi
Kazimah, sesuai dengan perintah Khalid.
- Silsilah, kata bahasa Arab: rantai, jamak
salasil; zat salasil, "yang dirantai" atau
"yang berantai." Agar jangan lari dan terus mengadakan
perlawanan, pasukan Persia itu oleh Ormizd dirantai. Ratl
ukuran berat, sekitar 3.000 kg. (A).
- Kazimah, menurut beberapa sumber, Kuwait sekarang
(A).
- Ejaan nama-nama ini sepenuhnya saya salin menurut
ejaan bahasa Arab, karena saya belum menemukan ejaan yang
umum dipakai dalam buku-buku sejarah (A).
- al-Hasan al-Basri (21-110 H., 642-728 M.) ulama
terkemuka ilmu kalam dan pemuka sufi terkenal, ayahnya
bernama Yasar, sumber lain menyebutkan bernama Habib
dikenal dengan Abul-Hasan; belajar dan dibesarkan di
Mekah kemudian pindah ke Basrah di Irak (A).
- Bainan-nahrain, harfiah, 'antara dua sungai',
yakni Mesopotamia; negeri purba terletak di Asia barat
daya antara Sungai Tigris dengan Furat; termasuk wilayah
Irak sekarang (A).
- Terjemahan terasa kurang tepat. Saya tak dapat
menerjemahkannya dengan lebih sempurna. Ada beberapa
kesulitan mengenai arti kata dan susunan bahasa yang
sebagiannya berupa permainan kata yang hanya dapat
dirasakan tanpa diterjemahkan (A).
- At-Tabari dan Ibn Asir, begitu juga yang lain
menyebutkan bahwa jumlah orang yang terbunuh di Ullais,
selain pasukan Muslimin, mencapai tujuh puluh ribu
orang.
- Dalam sejarah antropologi, Arab al-Aribah
ialah 1) Arab al-Ba'idah yakni Arab yang sudah
punah, termasuk kaum Ad dan Samud; 2); Arab asli yang
menggunakan bahasa Arab al-Ba'idah; Arab
al-Musta'arribah dari keturunan Qahtan di selatan,
menggunakan bahasa Arab yang sama. Arab
al-Musta'arribah Arab keturunan Nabi Ismail di
utara (A).
- Para sejarawan sepakat bahwa cerita-cerita tentang
Amr bin Abdul Masih, yang diberi nama Baqilah ini karena
ia menemui kaumnya dengan mengenakan dua helai selubung
hijau, lalu mereka berkata kepadanya: Hai, orang Hirah,
engkau hanya sayur hijau (baqilah berarti sayur).
Konon Baqilah ini yang pertama kali mengajak damai lalu
hal itu oleh kaumnya diserahkan kepadanya. Khalid menanya
kepada Amr:
"Berapa umurmu." Dijawab: "Seratus tahun."
"Apa yang paling mengesankan dalam pengalamanmu," tanya
Khalid lagi.
"Aku melihat sebuah desa yang teratur baik terletak
antara Damsyik dengan Hirah. Perempuan yang datang dari
Hirah hanya berbekal sekerat roti." Khalid tertawa.
"Dalam usiamu setua ini," kata Khalid lagi, "engkau masih
ingat semua itu? Engkau sudah pikun, Amr!"
Kemudian ia berkata kepada penduduk Hirah yang lain:
"Aku mendapat berita bahwa kamu ini orang-orang jahat,
penipu, licik! Mengapa kamu menyerahkan persoalanmu ini
kepada orang yang sudah pikun, yang tak tahu
asalnya?"
Amr pura-pura tidak mengerti dan ia ingin memperlihatkan
kepadanya tentang apa yang diketahui dan berpegang pada
kebenaran yang sudah diceritakannya. Lalu katanya:
"Demi yang sebenarnya, Jenderal. Aku tahu benar dari mana
aku datang." "Dari mana kau datang?" tanya Khalid.
"Dari perut ibuku." "Akan pergi ke mana?" "Ke depan."
"Apa itu?" tanya Khalid lagi. "Akhirat."
"Asal usulmu paling jauh dari mana?" "Dari keturunan
bapakku."
"Di mana engkau sekarang?" "Dalam bajuku."
"Engkau mengerti? "Sudah tentu."
Setelah Khalid melihat kearifan orang ini, ia berkata:
"Penduduk setempat lebih mengenal keadaan
lingkungannya."
"Jenderal, semut lebih tahu apa yang ada dalam rumahnya
daripada unta."
- Al-Balazuri menyebutkan nama orang itu
Khuraisam.
- Nama-nama Persia ini ejaannya mungkin sudah
diarabkan. Saya tidak menemukan ejaan asalnya (A).
- Mengenai pembebasan Irak serta perjalanan Khalid
untuk membebaskan Hirah ini berapa sumber sejarah
sependapat. Mengenai beberapa detail yang tidak sama
dalam sumber-sumber itu tidak mengubah rentetan peristiwa
ataupun kesimpulannya. Tetapi di luar itu masih terdapat
perbedaan. Apa yang kita sebutkan dalam bab ini mengenai
Anbar, Ain Tamr dan Firad, sejalan dengan at-Tabari, Ibn
al-Asir, Ibn Khaldun dan yang sependapat dengan mereka.
Sebaliknya al-Balazuri dalam Futuhul Buldan,
al-Azdi dan al-Waqidi dalam Futuhusy Syam
samasekali tidak menyebut-nyebut mengenai pertempuran
Firad itu. Yang mereka singgung bahwa Khalid hanya
menyerbu Anbar dan Ain Tamr tatkala ditugaskan dari Irak
oleh Abu Bakr sebagai komandan angkatan bersenjata
Muslimin di Syam.
|