3. Langkah-langkah Pembebasan di Masa Usman
(2/4)
-
Peranan Amr
Kita tinggalkan jawaban itu dulu dan mari kita bersama
Amr di Fustat dan mengikutinya sampai ke markasnya di
benteng Babilon. Amr orang yang tahu benar segala akal bulus
pasukan Rumawi, dan bahwa mereka sekarang menjelajahi
kawasan Mesir Hilir, menjarah dan merampas, memperturutkan
segala nafsu kesenangan dengan sepuas-puasnya, sedang rakyat
Mesir semua dalam ketakutan menghadapi para penyerang yang
kejam itu. Penduduk tak mampu merintangi dan tidak pula
membantu mereka, kecuali sebagian kecil.
Ketika itu yang menjadi komandan pasukan di benteng
Babilon adalah Kharijah bin Huzafah. Kharijah berpendapat
agar Amr segera bertindak dalam menghadapi mereka sebelum
datang bala bantuan, kalau tidak rakyat Mesir akan merasa
kecewa terhadap pasukan Arab itu dan akibatnya mereka akan
bergabung dengan pasukan Rumawi. Kalau sudah demikian akan
sulit mengadakan perlawanan dan akan membawa akibat yang
tidak menyenangkan. Tetapi panglima yang cerdas piawai dan
cekatan itu lain lagi pendapatnya. Dia akan membiarkan
pasukan Rumawi tersebar di seluruh negeri, melakukan
tindakan sewenang-wenang sekehendak hatinya dan hidup
semaunya. Pada waktu itulah orang-orang Mesir akan makin
membenci mereka. Dalam menjawab permintaan Kharijah agar ia
segera menghadapi musuh itu ia menjawab: "Tidak, biarlah
mereka yang menghampiri saya. Mereka akan merampasi siapa
saja yang mereka jumpai. Mereka akan saling memperlihatkan
keburukan mereka sendiri." Kata-katanya ini menunjukkan
bahwa Amr memang lebih mengenal Rumawi daripada pihak Rumawi
sendiri. Ia tahu bahwa mereka memendam kebencian yang luar
biasa kepada orang-orang Mesir, sejak Mesir lepas dari
tangan mereka. Pasti mereka akan memperlakukan orang-orang
Mesir itu dengan cara yang sangat buruk.
Pasukan Rumawi sedang menjelajahi seluruh Mesir Hilir
tanpa menemui perlawanan. Kendati begitu mereka tidak
membiarkan orang-orang Mesir hidup damai. Kebalikannya,
segala yang ada pada mereka dirampas paksa dan mereka
diperlakukan dengan penghinaan yang sangat keji. Dalam pada
itu Amr bin As sedang mengatur pasukan dan persiapan
perangnya di Babilon. Setelah diketahuinya bahwa pasukan
Rumawi sudah mendekati Naqyus ia keluar dan sudah siap
hendak menghadang mereka. Ia memimpin 15.000 orang dengan
kepercayaan bahwa jika mereka tak dapat mengalahkan pasukan
Rumawi mereka akan terpukul mundur kembali ke Semenanjung
Arab dengan membawa malu yang tercoreng di kening karena
lari.
Sekarang kedua pasukan itu bertemu di bawah tembok-tembok
benteng Naqyus di tepi sungai. Setiap prajurit dari kedua
pihak - Rumawi dan Muslimin - sudah tidak ragu bahwa medan
hari ini adalah sangat menentukan. Siapa pun dari kedua kubu
itu yang menang berarti yang akan menguasai Mesir dengan
segala kemakmuran dan kekayaannya. Oleh karena itulah
pertempuran itu berjalan sengit luar biasa, kedua pihak
sudah bertempur mati-matian, kalah menang silih berganti.
Melihat sengitnya pertempuran yang sudah begitu memuncak ia
terjun ke tengah-tengah barisan itu; kuda dikendalikannya
dan dengan pedang di tangannya ia membabati setiap kepala
prajurit Rumawi yang dijumpainya. Sementara dia dalam
keadaan itu tiba-tiba kudanya terkena sasaran anak panah,
maka dia pun turun dan berjalan kaki sambil terus bertempur
dengan semangat tinggi bersama-sama pasukan infanteri. Dia
sudah memasang niat, menang atau mati syahid. Semangat
pasukan Rumawi dan komandannya tidak pula kurang dari
semangat pasukan Arab dan pemimpinnya itu. Sekarang pasukan
Arab sudah mulai kewalahan dan sebagian ada yang lari.
Melihat perbuatan mereka itu tekad Amr bertambah keras,
makin berani dia dan makin gigih untuk menang atau mati
syahid.
Melihat apa yang dilakukan pemimpin mereka itu, anak
buahnya yang berada di sekitarnya sekarang makin berani
terjun ke dalam kancah pertempuran yang sudah makin membara
itu. Pada saat-saat genting semacam itu kedua pihak
memperlihatkan berbagai macam kemampuan dan puncak
keberaniannya, sehingga apa yang dicatat oleh sejarah sudah
seperti cerita dongeng.
Haumal, syahid membawa
kemenangan
Diceritakan bahwa salah seorang panglima Rumawi dengan
senjata berlapis emas melihat orang-orang dari bangsanya dan
dari musuh yang terbunuh ia maju menyeruak barisan itu dan
mengajak pihak Arab berduel. Seseorang yang bernama Haumal
maju menyambut tantangan itu dan mereka berduel lama sekali
dengan dua tombak tanpa ada yang menang. Orang Rumawi itu
melemparkan tombaknya dan mencabut pedangnya yang disambut
juga demikian oleh Haumal. Begitu berani dan begitu pandai
mereka bertarung sehingga kedua pasukan itu berdiri di
belakang barisan masing-masing menyaksikan pemandangan
kepahlawanan yang sangat mengasyikkan itu. Kedua satria
perang itu sama-sama melompat dan saling menerkam dengan
pedang, kemudian ketika orang Rumawi itu hendak dengan
sekali terkam menyerang lawannya, Haumal segera menyambutnya
dengan pedangnya dan berhasil menghabisinya. Haumal
mengalami luka-luka berat yang sampai dibawa mati beberapa
hari kemudian.
Pertempuran kembali berkecamuk sesudah kematian pahlawan
Rumawi itu, dengan kedua pasukan yang kini berhadap-hadapan
dan melibatkan semua mereka. Pertarungan sengit pecah lagi.
Tindakan Haumal itu telah meningkatkan semangat baru dalam
jiwa pasukan Muslimin, nasing-masing mereka ingin punya
keberanian seperti Haumal. Maka terjunlah mereka menyerbu
musuh, ingin mati syahid dan melihat pintu surga sudah
terbuka bagi mereka. Pasukan Rumawi kini tak tahan lagi
menghadapi gempuran lawan. Mereka mulai patah semangat dan
sudah merasa kelelahan.
Mereka berbalik lari tanpa melihat kanan kiri lagi, lari
hendak kembali ke Iskandariah dan berlindung dari maut ke
dalam benteng-benteng kota itu. Tetapi pasukan Arab terus
mengejar mereka. Kemenangan yang telah diperolehnya telah
melipatgandakan kekuatan yang ada. Sedikit pun mereka tidak
ragu bahwa Allah akan menolong mereka dalam menghadapi
musuh.
Haumal meninggal beberapa hari setelah peristiwa Naqyus
itu dan jenazahnya dikirim oleh Amr ke Fustat dalam keranda
dan dikuburkan dalam sebuah upacara kehormatan luar biasa
bagi seorang pahlawan yang amat pemberani itu. Al-Maqrizi
mengatakan: "Amr meratapi sambil ikut mengusung kerandanya
sampai ke pemakaman di Muqattam." Amr kemudian kembali
setelah menunaikan kewajibannya yang terakhir kepada
pahlawan yang mati syahid ini. Sesudah itu ia berangkat
bersama angkatan bersenjatanya mengejar musuh yang sudah
kalah itu untuk kemudian mengepungnya di ibu kota yang besar
itu.
Dalam perjalanan mengejar musuh pihak Muslimin tidak
menemui kesulitan. Perjalanan mereka tidak teralangi oleh
keberanian musuh menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak
beberapa jalan. Orang-orang Kopti Mesir sudah cukup
menderita oleh kebengisan pasukan Rumawi, yang telah
merampok harta mereka di setiap desa yang mereka lalui,
sesudah pendaratan mereka di Iskandariah. Mereka tidak
melupakan penindasan agama yang dilakukan pihak Rumawi
selama bertahun-tahun sebelum Mesir dibebaskan pasukan Arab.
Juga mereka ingat bahwa pembebasan itu telah menyelamatkan
mereka dari berbagai penindasan.
Sesudah pasukan Rumawi hancur di Naqyus dan mereka lari
mencari perlindungan di benteng-benteng Iskandariah setelah
menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak jalan-jalan,
orang-orang Kopti penduduk desa itu bergegas tatkala melihat
pasukan Arab mengejar pasukan Rumawi yang kejam itu. Semoga
yang sudah dirusak pihak Rumawi segera mereka perbaiki dan
mereka memberikan bantuan kepada pasukan Arab berupa
perlengkapan dan bahan makanan, dengan memperlihatkan
kegembiraan atas bencana yang telah menimpa pihak Rumawi.
Pihak Arab makin merasa yakin akan hari depannya, dan bahwa
mereka tidak akan datang lagi menyerang dari belakang.
Amr sudah sampai di tembok-tembok Iskandariah. Pihak
Rumawi berlindung di dalam benteng-benteng itu menutup semua
pintu rapat-rapat. Mereka memasang beberapa manjaniq di
tingkat-tingkat atas dan menembaki siapa saja yang berani
mendekati kota. Amr merasa menyesal sekali tatkala tampak di
hadapannya ibu kota yang sudah memperkuat diri begitu kukuh.
Dia pikir bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan
membiarkan tembok-tembok itu tetap tegak tatkala pertama
kali ia membebaskan kota itu. Ia bersumpah, kalau Allah
memberikan kemenangan kepadanya tembok-tembok itu akan
dihancurkannya. Sekarang ia dan pasukannya bermarkas di
sebelah timur kota untuk mengepungnya dari suatu tempat,
antara laut dengan terusan Su'ban, sehingga tak ada lagi
orang yang akan dapat keluar dari sana.
Akan lamakah pengepungan itu berlangsung atau tidak?
Adakah Amr sudah memasang alat-alat pengepungan yang akan
dapat menerobos tembok-tembok itu kemudian memasuki kota?
Atau akan ada salah seorang penjaganya yang akan
mengkhianati Rumawi lalu membukakan pintu yang dijaganya
untuk Amr lalu pasukan Muslimin dapat masuk dari sana? Kita
tak mempunyai bukti-bukti sejarah yang meyakinkan, yang akan
menjelaskan kepada kita lamanya pengepungan itu, atau yang
memperkuat pengkhianatan [Ibn Bassamah] penjaga
pintu itu untuk memudahkan penyerbuan pasukan Muslimin ke
dalam kota sesudah tembok-tembok itu dihancurkan?
Sumber-sumber itu masih kacau, seperti umumnya peristiwa
perang yang terjadi masa itu. Sudah terdapat kata sepakat di
kalangan sejarawan bahwa pihak Arab memasuki kota itu dengan
paksa, bahwa mereka masuk dengan membunuh dan membakar, dan
bahwa sebagian pasukan Rumawi yang di kota melarikan diri ke
laut, bahwa sebagian mereka terbunuh di kota, dan
komandannya, Manuel yang kebirian itu termasuk di antara
yang terbunuh. Dengan terus membunuh dan mengambil rampasan
perang pasukan Arab masuk ke tengah-tengah kota dan sudah
tak ada lagi tentara yang akan dilawan. Ketika itulah Amr
memerintahkan agar mereka yang masih ada mengangkat tangan.
Setelah itu di tempat terselamatkannya pertumpahan darah itu
dibangun sebuah mesjid, yakni Masjid ar-Rahmah (Masjid Kasih
Sayang).
Pasukan Rumawi itu tunggang-langgang ke kapal-kapal
mereka, dan terus lari menyelamatkan diri melalui laut.
Setelah itu keadaan di kota Iskandariah aman kembali.
Penduduk Mesir pun kembali dari tempat mereka melarikan diri
ketika pasukan Rumawi memasuki kota itu.
Butler[34]
mengatakan bahwa Uskup Kopti, Benyamin termasuk yang juga
melarikan diri tapi kemudian kembali, dan bahwa dia yang
meminta kepada Amr agar memperlakukan orang Kopti itu
baik-baik karena perjanjian mereka dengan dia tidak mereka
langgar, dan bahwa meminta agar jangan membuat perjanjian
damai dengan pihak Rumawi dan bila dia mati agar dikuburkan
di gereja Yakhnas (Yohanas?).
Tetapi para sejarawan Arab mengatakan bahwa yang
mengajukan permintaan demikian itu kepada Amr itu adalah
Muqauqis. Dalam hal ini yang lebih tepat ialah bahwa
Muqauqis itu adalah Benyamin, sebab Muqauqis itu gelar,
bukan nama. Dengan demikian kedua sumber tersebut
sejalan.
Dengan begitu Amr telah membebaskan kembali Iskandariah,
dan selesailah sudah pengusiran pasukan Rumawi dari Mesir
untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah
sampai kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya
selang beberapa bulan. Dalam waktu yang begitu singkat Amr
telah mampu mencapai tujuannya. Dengan kembalinya Muslimin
dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat Mesir merasa
lega. Sebelumnya, pemerintahan itu buat mereka memang sudah
tidak asing lagi dan mereka sangat puas dengan keadilan yang
mereka rasakan. Sekarang mereka merasa senang dan tenteram
sekali setelah sebelum itu mereka melihat pihak Rumawi
menjarah harta mereka. Sebaliknya sekarang, yang mereka
lihat justru pasukan Muslimin mengembalikan harta mereka
yang dirampas itu kepada mereka, setelah berhasil merampas
kembali harta itu dari pasukan Rumawi.
Setelah keadaan kembali aman dan tenteram penduduk
desa-desa itu datang menemui Amr di ibu kota, dan kata
mereka: "Binatang ternak kami dan harta kami telah diambil
oleh Rumawi; kami tidak menentang Anda, kami setia kepada
Anda." Segala yang sudah diperoleh pasukan Muslimin itu oleh
Amr diperlihatkan kepada mereka, dan dimintanya kepada
mereka yang mengaku memiliki barang-barang itu membuktikan.
Kepada mereka yang dapat memperkuat pengakuannya itu dengan
bukti, barang-barang itu pun dikembalikan kepada mereka.
Sesudah itu, baik Amr maupun rakyat Mesir sudah tidak ragu
lagi bahwa kawasan Mesir kini sudah akan kembali seperti
semula ketika pertama kali dibebaskan. Dalam beberapa hal
mereka sudah mengenal baik siapa Amr. Dia akan mengatur
kebijakan dan menjalankan administrasi pemerintahan dengan
adil dan dengan pandangannya yang sudah dikenal baik oleh
penduduk.
Amr dan Sa'd
Dia dan rakyat Mesir samasekali tak dapat disalahkan jika
berkeyakinan demikian. Bagaimana Usman akan menarik Amr dari
Mesir padahal dia yang berhasil mengeluarkan Rumawi dari
Mesir? Tetapi Amr sudah membuat perhitungan dan keliru.
Usman lebih banyak akal dari dia. Dibiarkannya ia di Mesir
menunggu sampai Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh kembali dari
medan perang di Afrika. Dalam hal ini sumber-sumber itu
masih berbeda pendapat mengenai tahunnya, antara tahun 26
atau tahun 27 Hijri. Pada waktu itulah Usman akan membatasi
kekuasaan Amr hanya pada bidang kemiliteran, dan Abdullah
bin Sa'd yang akan menjalankan pemerintahan dan administrasi
keuangan. Amr melihat ini sebagai tantangan atas integritas
dan kejujurannya, dan suatu isyarat bahwa kalaupun dia
seorang panglima perang yang ulung, namun kebersihan
pribadinya masih diragukan. Karenanya keinginan Usman itu
ditolaknya dengan mengatakan: "Saya seperti orang yang
memegang dua tanduk sapi betina, orang lain yang memerah
susunya."
Dia kembali ke Mekah membawa dendam dalam hatinya kepada
Usman, seperti yang akan kita lihat pengaruhnya nanti.
Sebagai bukti untuk dendamnya ini, Abdullah bin Sa'd
mengirimkan hasil pajak Mesir itu, sementara Amr di Mekah,
lebih banyak dari yang dikirimkan oleh Amr. Kata Usman
ditujukan kepada Amr bin As: "Tahukah Anda bahwa tepung sari
itu ternyata memberi hasil sesudah Anda?" Dijawab oleh Amr:
"Dan anak unta yang baru disapih itu akan binasa!" Maksudnya
orang-orang Mesir telah dibebani pajak yang tak pernah ia
lakukan terhadap mereka.
Usman mengangkat Abdullah bin Sa'd untuk Mesir itu
sekembalinya dari perang di Afrika, dalam tahun 26 atau
tahun 27 Hijri. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa dia
memegang jabatan di Mesir itu sebelum ia berangkat ke
Afrika, dan bahwa perang itu baru selesai dalam tahun 28
atau tahun 30 Hijri, atau sesudah itu. Para narasumber
menyebutkan tahun-tahun itu tanpa dapat memastikan. Saya
yakin bahwa perang di Afrika berakhir sesudah Amr menumpas
pemberontakan orang-orang Rumawi di Mesir serta pengusiran
mereka yang kedua kalinya dari Iskandariah, dan bahwa
peristiwa itu terjadi pada akhir-akhir tahun 25 atau
permulaan tahun 26 Hijri. Keyakinan ini didukung oleh sekian
banyak sumber berikut alasannya. Usman tidak akan memecat
Amr dari Mesir lalu menunjuk Abdullah bin Sa'd untuk
langsung berangkat ke Afrika, tetapi yang lebih masuk akal
Amr tetap berada di Mesir untuk mengembalikan ketertiban di
kawasan itu, dan Abdullah bin Sa'd berangkat ke Afrika
supaya keberadaannya di Mesir tidak menimbulkan perselisihan
dengan Amr. Yang memperkuat keyakinan ini karena dalam
menghadapi pihak Rumawi di Mesir peranan Abdullah bin Sa'd
tak ada yang patut dicatat, dan mereka yang mengatakan bahwa
dia sudah menghadapi Rumawi sebelum tindakan Amr bin As itu
dapat dipastikan bahwa perlawanannya telah menemui
kegagalan.
Kita masih ingat bahwa Amr bin As pergi ke Sirenaika dan
ke Tripoli kemudian membebaskannya ketika Mesir masih di
bawah pemerintahan Umar. Dia akan meneruskan perjalanannya
untuk membebaskan Afrika, tetapi Umar melarangnya dan dia
disuruh kembali. Sesudah untuk kedua kalinya ia membebaskan
Mesir, Usman memerintahkan Abdullah bin Sa'd berangkat ke
Afrika dan dilengkapi dengan pasukan yang cukup kuat. Masih
terdapat perbedaan antara 10.000, 20.000 atau 40.000 orang.
Abdullah bin Sa'd melintasi Sirenaika dan Tripoli, yang
ketika itu sudah aman di tangan Muslimin. Ia sampai ke
Afrika dengan maksud hendak menyerangnya.
Afrika yang disebut oleh orang Arab waktu itu ialah
Afrika bagian utara yang membentang dari Tunis sampai ke
Tangier di Maroko. Semua kawasan ini berada di bawah
kekuasaan Rumawi, yang telah memperoleh pemerintahan otonomi
di bawah seorang pangeran dari Rumawi dengan pembayaran
pajak setiap tahun yang begitu besar kepada pihak Bizantium.
Ada yang mengatakan bahwa penguasanya ketika diserang
pasukan Arab itu bernama Gregory [atau Jirjir seperti
dalam sebutan at-Tabari, Ibn Asir dan yang lain]. Ia
telah mengambil tanggung jawab di tempat itu dari Bizantium,
dan mengumumkan dirinya sebagai kaisar.
Sesudah Abdullah bin Sa'd melintasi perbatasan Tripoli ke
Tunisia diadang oleh angkatan bersenjata Gregory di luar
kota Subaitilah (Sbeitla) dan ia tak dapat maju. Kekuatan
angkatan bersenjata ini besar sekali, yang oleh
sejarawan-sejarawan Arab disebutkan jumlahnya mencapai
120.000 atau 200.000 orang. Abdullah bin Sa'd masih terus
berusaha hendak mengecoh angkatan bersenjata itu, mencari
jalan untuk mencapai kemenangan, tetapi tidak juga berhasil.
Barangkali sudah berbulan-bulan ia dalam keadaan serupa itu,
tak mendapat kemenangan, juga pihak Rumawi tak dapat
mengalahkannya. Mungkin juga ia kadang maju untuk
menghadapinya, tetapi tak berhasil lalu mundur kembali ke
Tripoli, sekadar merihatkan anak buahnya sambil mengadakan
persiapan dan mengambil bahan makanan.
Selama beberapa bulan Abdullah bin Sa'd dalam keadaan
demikian itu, ia telah kehilangan kontak dengan Mesir dan
dengan Medinah. Sudah tentu Usman gelisah dan khawatir
kalau-kalau ia mendapat musibah. Ia segera menugaskan
Abdullah bin Zubair memimpin jemaah yang terdiri atas kaum
Mujahidin terkemuka, di antaranya terdapat beberapa orang
sahabat dan tabi'in.
Mereka berangkat sebagai bala bantuan kepada Abdullah bin
Sa'd untuk mendapat kemenangan dan menyelamatnya ia dan
pasukannya dari kehancuran. Ibn Zubair berangkat disertai
Abdullah dan Ubaidillah anak-anak Umar bin Khattab,
Abdur-Rahman bin Abu Bakr Siddiq, Abdullah bin Amr bin As
dan yang setara mereka. Mereka melintasi Tihamah dan Hijaz
ke Mesir, kemudian ke Sirenaika dan Tripoli hingga mencapai
tempat pasukan Abdullah bin Sa'd yang sedang dalam
pertempuran melawan pasukan Rumawi. Tatkala melihat
kedatangan mereka, pasukan Muslimin itu bertakbir. Hati
mereka merasa lega bahwa Allah telah mengizinkan mereka
mencapai kemenangan yang selama berbulan-bulan itu mereka
usahakan tidak juga berhasil.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ibn Zubair tidak
menemukan Abdullah bin Sa'd yang sedang memimpin pertempuran
itu. Ketika ia menanyakan, diperoleh berita bahwa dia sedang
bersembunyi dengan sangat berhati-hati. Soalnya ia mendengar
anak buah Gregory berseru: "Barang siapa dapat membunuh
Abdullah bin Sa'd akan memperoleh hadiah 100.000 dinar dan
akan dikawinkan dengan putrinya. Abdullah bin Sa'd khawatir
ada orang yang menyelundup dan membunuhnya. Ibn Zubair
datang menemui Abdullah bin Sa'd dan menyarankan agar dia
juga menyuruh orang dengan menyerukan: "Barang siapa dapat
membawa kepala Gregory kepadaku akan kuberi hadiah 100.000
dirham, akan dikawinkan dengan putriku dan akan kuangkat
menjadi penguasa negeri itu." Setelah saran itu dilaksanakan
oleh Abdullah, malah Gregory sendiri yang sekarang sangat
ketakutan.
Ibn Zubair tak habis heran karena sudah begitu lama
kemenangan itu belum diperoleh juga. Setelah dilihatnya
pasukan Muslimin yang setiap hari bertempur dari pagi sampai
tengah hari, dan bila tiba tengah hari tiap regu kembali ke
kemah masing-masing untuk kemudian melanjutkan lagi keesokan
harinya, yakinlah dia bahwa hal ini tak akan ada habisnya.
Ia pergi menemui Abdullah bin Sa'd di markasnya. "Jika
keadaan kita semacam ini," katanya, "akan lama sekali kita
berhadapan dengan mereka. Mereka akan selalu mendapat bala
bantuan dan negeri ini di bawah kekuasaan mereka, sedang
hubungan kita terputus dari Muslimin dan dari negeri kita.
Menurut hemat saya, kita tinggalkan saja beberapa pahlawan
Muslimin pilihan di kemah dalam keadaan siap siaga, dan kita
dengan sisa pasukan yang ada terus bertempur menghadapi
pasukan Rumawi sampai mereka merasa jemu dan sudah dalam
kelelahan. Bila mereka sudah kembali ke kemah mereka, begitu
juga pasukan kita, kita siapkan pasukan yang di kemah yang
belum ikut bertempur. Sementara mereka dalam keadaan
beristirahat, ketika itulah kita sergap mereka. Semoga Allah
memberikan kemenangan kepada kita."
Abdullah bin Sa'd setuju dengan pendapatnya itu. Ia
berunding dengan meminta pendapat sahabat-sahabat terkemuka
lain yang ternyata juga setuju. Keesokan harinya rencana itu
oleh Ibn Zubair dilaksanakan. Pahlawan-pahlawan Muslimin
dibiarkan dalam kemah dengan armada kuda yang sudah siap
tempur. Dia sendiri berangkat dengan sisa pasukan yang lain.
Sampai tengah hari itu mereka terus bertempur mati-matian
berhadapan dengan pasukan Rumawi. Sampai waktu lohor mereka
tidak dibiarkan beristirahat dan memaksa mereka terus
bertempur sehingga mereka merasa sudah benar-benar
kelelahan. Ibn Zubair kembali, dan pihak Rumawi yakin sudah
bahwa pertempuran baru akan dimulai lagi keesokan harinya.
Oleh karena itu, senjata mereka letakkan dan mereka pun
beristirahat.
Tetapi baru saja mereka melakukan itu, Ibn Zubair sudah
kembali lagi mendatangi mereka bersama-sama dengan
pahlawan-pahlawan Muslimin yang paginya tidak ikut
bertempur. Sekaligus mereka sekarang menyerbu sambil
mengucapkan kalimat syahadat dan bertakbir. Tidak sedikit
dari pihak mereka yang terbunuh, termasuk Gregory pemimpin
mereka juga dibunuh. Putrinya yang kini dijadikan sandera
menjadi milik salah seorang dari Ansar.
Sesudah mendapat kemenangan itu Abdullah bin Sa'd
berangkat ke Sbeitla, yang merupakan tempat istana raja.
Istana itu dikepung sampai akhirnya ditaklukkan. Dari sini
pasukan Muslimin mendapat harta rampasan yang tidak sedikit,
sehingga seorang anggota pasukan berkuda mendapat 3000 dinar
dan anggota yang berjalan kaki 1000 dinar. Dari Sbeitla ini
Abdullah bin Sa'd mengirim pasukannya sampai ke Gafsa.
Demikian juga dataran dan gunung Afrika itu oleh Muslimin
dibebaskan dan mereka merintis jalan untuk menyebarkan agama
Allah di sana. Abdullah bin Sa'd mengadakan perjanjian damai
dengan mereka atas dasar dua juta lima ratus dinar. Ada juga
sumber yang menyebutkan perjanjian damai itu atas dasar 300
qintar[35]
emas. Sesudah tinggal selama 15 bulan di Afrika Abdullah bin
Sa'd kembali lagi ke Mesir.
Ternyata kemudian penduduk Afrika itu menjadi orang Islam
yang baik sekali dan termasuk penduduk negeri yang sangat
setia dan taat. Dalam sebuah sumber disebutkan, sesudah
negeri itu dibebaskan oleh pihak Muslimin, Konstans, Kaisar
Rumawi itu mengirim seorang pejabat tinggi ke sana dan
tinggal di Carthago. Ia mengenakan pajak kepada rakyat
seperti jizyah yang mereka bayarkan kepada Muslimin. Tetapi
permintaannya itu mereka tolak karena ia tak memberikan
jaminan perlindungan kepada mereka, sehingga dengan demikian
ia tak akan mendapat masukan pajak.
Ada beberapa cerita yang beredar sehubungan dengan
rampasan perang yang diperoleh Arab saat membebaskan Afrika
itu. Dapat kita catat di antaranya, bahwa ketika Usman bin
Affan menugaskan Abdullah bin Sa'd untuk membebaskan Afrika
ia memperoleh seperlima bagian rampasan perang dari hak
baitulmal, sedang baitulmal berhak memperoleh seperlima dari
jumlah seluruh hasil rampasan perang yang diperoleh pasukan
Muslimin. Sesudah tugasnya selesai Ibn Sa'd membagikan empat
perlima hasil rampasan perang itu kepada anggota-anggota
pasukannya dan untuk dirinya seperlima dari yang seperlima
itu, dan empat perlimanya dikirimkan ke Medinah. Ketika
itulah sebuah delegasi dari pasukan yang telah membebaskan
Afrika itu berangkat menemui Usman dan mengadukan tindakan
Abdullah bin Sa'd yang telah menyisihkan bagian untuk
dirinya itu.
"Saya yang memberikan rampasan perang itu kepadanya dan
yang memerintahkan," kata Usman kepada mereka "Sekarang
terserah kepada kalian. Kalau kalian setuju biarlah begitu,
kalau kalian tidak senang batal." Ketika mereka menjawab:
"Kami tidak senang," dijawab oleh Usman: "Batallah itu."
Selanjutnya Usman menulis surat kepada Abdullah agar hasil
rampasan perang itu dikembalikan dan usahakan menempuh cara
yang terbaik dengan mereka. Dalam sebuah sumber disebutkan
pula bahwa tuntutan mereka tidak cukup hanya dengan
mengembalikan, tetapi kata mereka kepada Usman: "Pecatlah
dia! Kami tidak ingin dipimpin oleh orang yang sudah
melakukan tindakan semacam itu."
Sesudah itu Usman menulis surat kepadanya dengan
mengatakan: "Angkatlah seorang pengganti Anda untuk Afrika
yang Anda setujui dan mendapat persetujuan mereka, dan
seperlima rampasan perang yang dulu saya berikan kepada Anda
keluarkanlah untuk sabilillah, sebab mereka tidak senang
dengan pemberian itu." Abdullah bin Sa'd melaksanakan semua
perintah itu dan ia kembali ke Mesir.
Demikian menurut sumber Tabari. Tetapi Ibn Asir
mengatakan: "Seperlima (hasil rampasan perang) Afrika itu
dibawa ke Medinah dan dibeli oleh Marwan bin al-Hakam dengan
harga 500.000 dinar dan Usman menyerahkan itu kepadanya.
Inilah yang telah dijadikan pegangan dan yang terbaik
mengenai seperlima rampasan perang Afrika itu. Ada pula yang
mengatakan bahwa Usman yang telah memberikan seperlima
kepada Abdullah bin Sa'd, ada juga yang mengatakan bahwa
yang memberikan itu Marwan bin al-Hakam. Dengan ini terlihat
bahwa ia memberikan hasil rampasan perang kepada Abdullah
itu seperlima dari hasil perang yang pertama dan Marwan
memberikan seperlima dari hasil perang yang kedua, yang
dengan demikian Afrika seluruhnya sudah dibebaskan,
wallahualam."
Adanya keberatan terhadap Usman menjual seperlima hasil
rampasan perang kepada Marwan - kalau benar - karena dengan
itu Usman telah melanggar sunah Rasulullah dan kebijakan Abu
Bakr dan Umar. Pelanggaran ini telah pula merusak apa yang
dijanjikannya saat ia naik menjadi Khalifah untuk berpegang
pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta kebijakan kedua
penggantinya kemudian. Dengan menjual hasil rampasan perang
itu bukan saja tidak sejalan dengan sunah Rasulullah dan
kebijakan Abu Bakr dan Umar, tetapi hasil itu harus
dibagikan kepada Muslimin dalam bentuk apa adanya,
masing-masing mendapat bagian dengan cara yang
seadil-adilnya. Dapat ditambahkan bahwa Marwan adalah
saudara sepupu Usman, yang ketika itu sebagai wakil di
Ta'if. Ia baru memasuki Mekah sesudah kekhalifahan
Usman.
Abdullah bin Sa'd kembali ke Mesir sesudah membebaskan
Afrika. Masih ada perbedaan pendapat di kalangan para
narasumber, adakah Abdullah bin Sa'd sudah menunjuk seorang
pengganti yang akan mengurus umat Islam di Afrika atau
tidak? Tabari menyebutkan bahwa Usman sudah meminta kepada
Abdullah bin Sa'd untuk menunjuk seorang pengganti di
Afrika, dan menambahkan bahwa penduduk Afrika sendiri sudah
akrab dengan Islam dan memperlihatkan ketaatannya yang baik
sekali. Dari kata-kata ini dapat dimengerti bahwa dia memang
sudah menunjuk salah seorang pengganti dari kalangan
Muslimin yang tinggal di Afrika dan memberikan pelajaran
agama kepada penduduk yang sudah menganut Islam, dan hukum
Allah di kalangan mereka sudah dijalankan.
Tetapi Ibn Asir mengatakan bahwa: "Sesudah Gregory, yang
memerintah Afrika adalah seseorang dari Rumawi, tetapi
diusir oleh Uskup sesudah banyak terjadi kekacauan dan dia
pergi ke Syam yang diperintah oleh Mu'awiyah yang keadaannya
sudah kembali stabil. Orang ini melukiskan keadaan Afrika
kepada Mu'awiyah. Ia mengajukan permintaan untuk dikirim
bersama sepasukan angkatan bersenjata. Maka yang berangkat
bersama orang ini adalah Mu'awiyah bin Hudaij as-Sakuni.
Ketika ia sampai di Afrika di sana sedang berkobar
pertempuran dan Ibn Hudaij harus berhadapan dengan
orang-orang Afrika, tetapi ia berhasil mengalahkan
mereka."
Balazuri menyebutkan: "Setelah Abdullah bin Sa'd
mengadakan persetujuan dengan Uskup Afrika ia kembali ke
Mesir tanpa mengangkat siapa pun... Setelah Mu'awiyah bin
Abi Sufyan berkuasa ia mengangkat Mu'awiyah bin Hudaij
as-Sakuni untuk Mesir dan dalam tahun 50 ia mengirim Uqbah
bin Nafi' al-Fihri ke Afrika dan berhasil
menaklukkannya."
Yang dapat diringkaskan dari sumber-sumber ini ialah,
bahwa pasukan Muslimin cukup hanya mengusir pasukan Rumawi
dari Afrika, kemudian kekuasaan diserahkan kepada orang
Afrika sendiri sesudah Abdullah bin Sa'd mengadakan
persetujuan atas dasar jizyah. Orang Afrika banyak yang
masuk Islam, dan mereka tetap setia pada perjanjian yang
sudah dibuat sepanjang masa Usman dan pada masa Ali. Sesudah
timbul fitnah di kalangan Muslimin dan pertentangan makin
menjadi-jadi antara Ali dengan Mu'awiyah, perjanjian itu
dilanggar oleh pihak Afrika, baik oleh mereka yang sudah
masuk Islam atau yang tidak. Setelah keadaan kembali stabil
Mu'awiyah menyerahkan negeri ini kepada orang yang
menaklukkannya dan rakyat pun kembali lagi taat. Sejak itu
penduduk utara Afrika itu menjadi Muslim yang baik dan tetap
setia.
Inilah yang banyak mendapat dukungan dan diperkuat oleh
sumber-sumber itu. Yang sudah tidak lagi dipertentangkan
ialah bahwa kekuasaan Rumawi sudah menyusut dari Afrika
bagian utara sejak dibebaskan oleh pasukan Muslimin di masa
Usman, dan setiap usaha hendak berkuasa kembali ke
daerah-daerah itu sia-sia
belaka.[36]
Muslimin mempersiapkan armada
lautnya
Dengan dibebaskannya Afrika yang mencakup semua negeri di
pantai Laut Tengah, dari Antakiah di utara Syam, dan di
ujung timur Laut itu sampai ke ujung barat di Afrika bagian
utara, Kedaulatan Islam sudah makin luas. Mu'awiyah di Syam
yakin sudah bahwa pantai-pantai yang terbentang ribuan mil
itu tak mungkin aman dari serbuan mendadak pihak musuh dari
arah laut, kecuali jika Arab mempunyai armada laut yang
dapat menghadapi armada laut Rumawi, kalau mereka berusaha
hendak kembali ke bagian mana pun di daerah itu. Itulah
pokok pendapatnya sejak ia memerintah Syam dan mengetahui
Rumawi akan menyerang Antakiah dari arah laut.
Itu sebabnya dulu ia menulis surat kepada Umar
menerangkan tentang pulau Siprus yang begitu dekat ke Hims.
Katanya, bahwa anjing yang menggonggong dan ayam yang
berkokok di sana, akan terdengar dari desa di Hims. Tetapi
Umar tidak mengizinkan, seperti yang sudah kita sebutkan di
atas. Sesudah Usman naik dan Rumawi menyerang Mesir dari
laut, di samping itu pantai-pantai imperium itu sudah
membentang sampai ke seluruh Afrika bagian utara, Mu'awiyah
mengulangi lagi permintaannya kepada Usman untuk menyerang
Siprus dari laut.
Tetapi Usman juga masih khawatir. Kalau dia mengizinkan
berarti ia sudah menyalahi kebijakan Umar dan merusak
janjinya waktu dibaiat, dan dengan pelanggaran itu ia akan
dikecam orang.
Tetapi ia melihat permintaan Mu'awiyah itu suatu pikiran
yang baik dan mempunyai pandangan jauh, yang bila ditolak,
dari segi politik tentu salah. Karenanya ia menulis kepada
Mu 'awiyah: "Saya sudah melihat penolakan Umar ketika Anda
meminta pendapatnya untuk menyerang dari laut."
Tetapi Mu'awiyah masih juga mengulangi pendapatnya itu.
Sekali ini permintaannya dipenuhi, tetapi ia berkata: "Biar
orang memilih sendiri dan janganlah memaksa mereka yang
terbaik di antara mereka. Barang siapa memilih akan
menyerang dengan sukarela pakailah dan bantulah." Dengan
demikian Usman menentukan serangan melalui laut itu sukarela
buat yang berminat. Jadi dia tetap menjaga kebijakan Umar,
yang dalam pada itu ia tidak pula menolak masalah yang
dilihatnya sebagai pikiran yang baik dan jauh memandang ke
depan.
Armada yang pertama dalam sejarah
Islam
Tak lama sesudah menerima surat Usman Mu'awiyah segera
menyiapkan kapal-kapalnya untuk menghadapi perang itu.
Setelah Abdullah bm Sa'd bin Abi Sarh mengetahui adanya
persetujuan Usman dengan Mu'awiyah itu ia pun segera
menyiapkan beberapa kapal di pelabuhan Iskandariah, dan
membawa mereka yang secara sukarela mau berperang di laut.
Dengan demikian pihak Muslimin sudah mempunyai armada yang
tak kalah perkasa dari armada Rumawi. Di samping angkatan
daratnya Kedaulatan Islam kini mempunyai juga angkatan laut
di pantai-pantai Laut Tengah dan Laut Merah. Dari sini
persiapan sudah cukup untuk menghadapi pertempuran, yang
buat orang Arab sebelum itu memang tak pernah dikenal.
Sudah tentu tepat sekali pendapat Mu'awiyah untuk
membangun armada, menyerang Siprus dan membuat pangkalan di
laut untuk melindungi Kedaulatan Islam yang masih muda itu.
Kedaulatan ini makin lama makin berkembang, pantai-pantai
kini sudah bertambah luas. Buat Rumawi, untuk berkuasa
kembali di Mesir tak ada jalan lain kecuali melalui laut.
Kalau mereka sudah yakin bahwa armada mereka akan berhadapan
dengan kekuatan armada Muslimin seperti pasukan mereka di
beberapa medan perang dulu ketika berhadapan dengan kekuatan
pasukan Arab, hal ini akan mematahkan semangat mereka dan
dengan demikian pintu perluasan terbuka di depan Muslimin
sampai sejauh kekuatan dan angkatan bersenjata mereka dapat
bertahan.
Barangkali kalau Umar masih akan panjang umur dan
pantai-pantai yang dibebaskan itu sudah begitu luas, dia pun
akan berpikir seperti yang sekarang dipikirkan oleh Usman.
Saran Usman mengenai penyerangan di laut dengan cara
sukarela merupakan saran yang tepat sekali, sebab tidak akan
membuka peluang konflik dan tidak akan memberi jalan bagi
yang menentangnya. Oleh karena itu, pembangunan armada Islam
di Syam dan di Mesir ini cepat-cepat dilaksanakan.
Ternyata kemudian para sukarelawan yang datang
menyambutnya lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh
Usman dan Mu'awiyah, dan dalam waktu singkat armada
Kedaulatan Islam itu telah menjadi raja lautan yang
disegani. Armada ini kemudian menjadi alat yang sangat
penting untuk memperluas usaha pembebasan dan untuk
memperkuat tubuh Kedaulatan ini di kemudian hari.
Pulau Siprus terletak di timur laut Laut Tengah, tak jauh
dari Anatolia di bagian utaranya dan dari Syam di sebelah
timurnya. Tak ada laut yang memisahkan kedua pulau selain
sebuah terusan sempit. Di Siprus terdapat dua gunung barisan
yang ketinggian beberapa puncaknya lebih dari 3000 meter.
Kepulauan ini - sampai sekarang - terkenal karena kesuburan
dan buah-buahannya yang baik serta udaranya yang nyaman. Di
samping itu ia merupakan pangkalan perang yang kukuh sekali
menguasai seluruh Laut Tengah. Itu sebabnya selama beberapa
generasi pulau ini menjadi rebutan terus-menerus. Waktu itu
daerah-daerah ini berada di bawah kekuasaan Rumawi, dan
merupakan pulau pertama yang diserbu pasukan Muslimin di
Laut Tengah.
Berdasarkan peta Historical Atlas of the
Muslim Peoples oleh DR. R. Roolvink, Djambatan
- Amsterdam, 1957.
|
Catatan kaki:
34. Fathul 'Arab li
Misr.
35. Ukuran berat yang
dipakai di negeri-negeri Muslim waktu itu; jumlah satu
qintar sangat bervariasi. - Pnj.
36. Menurut Ibn Kasir
disebutkan bahwa sesudah membebaskan Afrika Usman bin Affan
mengeluarkan perintah untuk membebaskan Andalusia. Untuk itu
ia menugaskan kepada Abdullah bin Nafi' bin al-Hasin dan
Abdullah bin Nati' bin Qais. Ia menyebutkan bahwa
Konstantinopel dibebaskan sebelum Andalusia, atau Muslimin
membebaskannya pada masanya itu. Sedang al-Balazuri
mengatakan bahwa Tariq bin Ziyad, wakil Musa bin Nusair,
dialah yang pertama menyerang Andalusia, dan pendapat ini
yang sahih.
|