Usman bin Affan

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

3. Langkah-langkah Pembebasan di Masa Usman (2/4)

Anasir-anasir fitnah di kawasan Kedaulatan - 57; Pembebasan Azerbaijan - 58; Armenia - 61; Persia dan Rumawi di belakang pemberontakan Azerbaijan dan Armenia - 62; Perselisihan Kufah dengan Syam sekitar rampasan perang - 65; Orang-orang Rumawi di Iskandariah meminta bantuan Bizantium - 65; Upaya Rumawi merebut kembali kota Iskandariah dan Mesir - 68; Pasukan Rumawi mendarat di Iskandariah - 69; Peranan Amr - 70; Haumal, syahid membawa kemenangan - 72; Amr dan Sa’d - 75; Muslimin mempersiapkan armada lautnya - 82; Armada yang pertama dalam sejarah Islam - 83; Perang dengan Rumawi di Siprus - 85; Abdullah bin Qais, Laksamana pertama dalam Islam - 86; Kematian Abdullah bin Qais - 87; Pertempuran Laut - 88; Konstantin dibunuh orang-orang Sisilia - 90; Perang Sawari - 91; Beberapa wilayah Persia memberontak - 91; Irak, Syam dan Mesir stabil - 92; Rumawi tak berhasil kembali ke daerah-daerah jajahannya - 93; Kabilah-kabilah di Basrah dan Kufah - 94; Pelanggaran Khurasan, Jurjan dan Tabaristan - 98; Pembangkangan Istakhr dan Khurasan - 101; Yazdigird berusaha merebut kembali mahkotanya - 101; Kegigihan Yazdigird - 102; Pelarian dan matinya Yazdigird - 105; Hari-hari terakhir Yazdigird - 106; Berakhirnya Perlawanan Persia - 109; Kalah dan menang serta sebab-sebabnya - 110; Jasa terbesar berdirinya Kedaulatan Islam karena kuatnya iman - 112

Peranan Amr

Kita tinggalkan jawaban itu dulu dan mari kita bersama Amr di Fustat dan mengikutinya sampai ke markasnya di benteng Babilon. Amr orang yang tahu benar segala akal bulus pasukan Rumawi, dan bahwa mereka sekarang menjelajahi kawasan Mesir Hilir, menjarah dan merampas, memperturutkan segala nafsu kesenangan dengan sepuas-puasnya, sedang rakyat Mesir semua dalam ketakutan menghadapi para penyerang yang kejam itu. Penduduk tak mampu merintangi dan tidak pula membantu mereka, kecuali sebagian kecil.

Ketika itu yang menjadi komandan pasukan di benteng Babilon adalah Kharijah bin Huzafah. Kharijah berpendapat agar Amr segera bertindak dalam menghadapi mereka sebelum datang bala bantuan, kalau tidak rakyat Mesir akan merasa kecewa terhadap pasukan Arab itu dan akibatnya mereka akan bergabung dengan pasukan Rumawi. Kalau sudah demikian akan sulit mengadakan perlawanan dan akan membawa akibat yang tidak menyenangkan. Tetapi panglima yang cerdas piawai dan cekatan itu lain lagi pendapatnya. Dia akan membiarkan pasukan Rumawi tersebar di seluruh negeri, melakukan tindakan sewenang-wenang sekehendak hatinya dan hidup semaunya. Pada waktu itulah orang-orang Mesir akan makin membenci mereka. Dalam menjawab permintaan Kharijah agar ia segera menghadapi musuh itu ia menjawab: "Tidak, biarlah mereka yang menghampiri saya. Mereka akan merampasi siapa saja yang mereka jumpai. Mereka akan saling memperlihatkan keburukan mereka sendiri." Kata-katanya ini menunjukkan bahwa Amr memang lebih mengenal Rumawi daripada pihak Rumawi sendiri. Ia tahu bahwa mereka memendam kebencian yang luar biasa kepada orang-orang Mesir, sejak Mesir lepas dari tangan mereka. Pasti mereka akan memperlakukan orang-orang Mesir itu dengan cara yang sangat buruk.

Pasukan Rumawi sedang menjelajahi seluruh Mesir Hilir tanpa menemui perlawanan. Kendati begitu mereka tidak membiarkan orang-orang Mesir hidup damai. Kebalikannya, segala yang ada pada mereka dirampas paksa dan mereka diperlakukan dengan penghinaan yang sangat keji. Dalam pada itu Amr bin As sedang mengatur pasukan dan persiapan perangnya di Babilon. Setelah diketahuinya bahwa pasukan Rumawi sudah mendekati Naqyus ia keluar dan sudah siap hendak menghadang mereka. Ia memimpin 15.000 orang dengan kepercayaan bahwa jika mereka tak dapat mengalahkan pasukan Rumawi mereka akan terpukul mundur kembali ke Semenanjung Arab dengan membawa malu yang tercoreng di kening karena lari.

Sekarang kedua pasukan itu bertemu di bawah tembok-tembok benteng Naqyus di tepi sungai. Setiap prajurit dari kedua pihak - Rumawi dan Muslimin - sudah tidak ragu bahwa medan hari ini adalah sangat menentukan. Siapa pun dari kedua kubu itu yang menang berarti yang akan menguasai Mesir dengan segala kemakmuran dan kekayaannya. Oleh karena itulah pertempuran itu berjalan sengit luar biasa, kedua pihak sudah bertempur mati-matian, kalah menang silih berganti. Melihat sengitnya pertempuran yang sudah begitu memuncak ia terjun ke tengah-tengah barisan itu; kuda dikendalikannya dan dengan pedang di tangannya ia membabati setiap kepala prajurit Rumawi yang dijumpainya. Sementara dia dalam keadaan itu tiba-tiba kudanya terkena sasaran anak panah, maka dia pun turun dan berjalan kaki sambil terus bertempur dengan semangat tinggi bersama-sama pasukan infanteri. Dia sudah memasang niat, menang atau mati syahid. Semangat pasukan Rumawi dan komandannya tidak pula kurang dari semangat pasukan Arab dan pemimpinnya itu. Sekarang pasukan Arab sudah mulai kewalahan dan sebagian ada yang lari. Melihat perbuatan mereka itu tekad Amr bertambah keras, makin berani dia dan makin gigih untuk menang atau mati syahid.

Melihat apa yang dilakukan pemimpin mereka itu, anak buahnya yang berada di sekitarnya sekarang makin berani terjun ke dalam kancah pertempuran yang sudah makin membara itu. Pada saat-saat genting semacam itu kedua pihak memperlihatkan berbagai macam kemampuan dan puncak keberaniannya, sehingga apa yang dicatat oleh sejarah sudah seperti cerita dongeng.

Haumal, syahid membawa kemenangan

Diceritakan bahwa salah seorang panglima Rumawi dengan senjata berlapis emas melihat orang-orang dari bangsanya dan dari musuh yang terbunuh ia maju menyeruak barisan itu dan mengajak pihak Arab berduel. Seseorang yang bernama Haumal maju menyambut tantangan itu dan mereka berduel lama sekali dengan dua tombak tanpa ada yang menang. Orang Rumawi itu melemparkan tombaknya dan mencabut pedangnya yang disambut juga demikian oleh Haumal. Begitu berani dan begitu pandai mereka bertarung sehingga kedua pasukan itu berdiri di belakang barisan masing-masing menyaksikan pemandangan kepahlawanan yang sangat mengasyikkan itu. Kedua satria perang itu sama-sama melompat dan saling menerkam dengan pedang, kemudian ketika orang Rumawi itu hendak dengan sekali terkam menyerang lawannya, Haumal segera menyambutnya dengan pedangnya dan berhasil menghabisinya. Haumal mengalami luka-luka berat yang sampai dibawa mati beberapa hari kemudian.

Pertempuran kembali berkecamuk sesudah kematian pahlawan Rumawi itu, dengan kedua pasukan yang kini berhadap-hadapan dan melibatkan semua mereka. Pertarungan sengit pecah lagi. Tindakan Haumal itu telah meningkatkan semangat baru dalam jiwa pasukan Muslimin, nasing-masing mereka ingin punya keberanian seperti Haumal. Maka terjunlah mereka menyerbu musuh, ingin mati syahid dan melihat pintu surga sudah terbuka bagi mereka. Pasukan Rumawi kini tak tahan lagi menghadapi gempuran lawan. Mereka mulai patah semangat dan sudah merasa kelelahan.

Mereka berbalik lari tanpa melihat kanan kiri lagi, lari hendak kembali ke Iskandariah dan berlindung dari maut ke dalam benteng-benteng kota itu. Tetapi pasukan Arab terus mengejar mereka. Kemenangan yang telah diperolehnya telah melipatgandakan kekuatan yang ada. Sedikit pun mereka tidak ragu bahwa Allah akan menolong mereka dalam menghadapi musuh.

Haumal meninggal beberapa hari setelah peristiwa Naqyus itu dan jenazahnya dikirim oleh Amr ke Fustat dalam keranda dan dikuburkan dalam sebuah upacara kehormatan luar biasa bagi seorang pahlawan yang amat pemberani itu. Al-Maqrizi mengatakan: "Amr meratapi sambil ikut mengusung kerandanya sampai ke pemakaman di Muqattam." Amr kemudian kembali setelah menunaikan kewajibannya yang terakhir kepada pahlawan yang mati syahid ini. Sesudah itu ia berangkat bersama angkatan bersenjatanya mengejar musuh yang sudah kalah itu untuk kemudian mengepungnya di ibu kota yang besar itu.

Dalam perjalanan mengejar musuh pihak Muslimin tidak menemui kesulitan. Perjalanan mereka tidak teralangi oleh keberanian musuh menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak beberapa jalan. Orang-orang Kopti Mesir sudah cukup menderita oleh kebengisan pasukan Rumawi, yang telah merampok harta mereka di setiap desa yang mereka lalui, sesudah pendaratan mereka di Iskandariah. Mereka tidak melupakan penindasan agama yang dilakukan pihak Rumawi selama bertahun-tahun sebelum Mesir dibebaskan pasukan Arab. Juga mereka ingat bahwa pembebasan itu telah menyelamatkan mereka dari berbagai penindasan.

Sesudah pasukan Rumawi hancur di Naqyus dan mereka lari mencari perlindungan di benteng-benteng Iskandariah setelah menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak jalan-jalan, orang-orang Kopti penduduk desa itu bergegas tatkala melihat pasukan Arab mengejar pasukan Rumawi yang kejam itu. Semoga yang sudah dirusak pihak Rumawi segera mereka perbaiki dan mereka memberikan bantuan kepada pasukan Arab berupa perlengkapan dan bahan makanan, dengan memperlihatkan kegembiraan atas bencana yang telah menimpa pihak Rumawi. Pihak Arab makin merasa yakin akan hari depannya, dan bahwa mereka tidak akan datang lagi menyerang dari belakang.

Amr sudah sampai di tembok-tembok Iskandariah. Pihak Rumawi berlindung di dalam benteng-benteng itu menutup semua pintu rapat-rapat. Mereka memasang beberapa manjaniq di tingkat-tingkat atas dan menembaki siapa saja yang berani mendekati kota. Amr merasa menyesal sekali tatkala tampak di hadapannya ibu kota yang sudah memperkuat diri begitu kukuh. Dia pikir bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan membiarkan tembok-tembok itu tetap tegak tatkala pertama kali ia membebaskan kota itu. Ia bersumpah, kalau Allah memberikan kemenangan kepadanya tembok-tembok itu akan dihancurkannya. Sekarang ia dan pasukannya bermarkas di sebelah timur kota untuk mengepungnya dari suatu tempat, antara laut dengan terusan Su'ban, sehingga tak ada lagi orang yang akan dapat keluar dari sana.

Akan lamakah pengepungan itu berlangsung atau tidak? Adakah Amr sudah memasang alat-alat pengepungan yang akan dapat menerobos tembok-tembok itu kemudian memasuki kota? Atau akan ada salah seorang penjaganya yang akan mengkhianati Rumawi lalu membukakan pintu yang dijaganya untuk Amr lalu pasukan Muslimin dapat masuk dari sana? Kita tak mempunyai bukti-bukti sejarah yang meyakinkan, yang akan menjelaskan kepada kita lamanya pengepungan itu, atau yang memperkuat pengkhianatan [Ibn Bassamah] penjaga pintu itu untuk memudahkan penyerbuan pasukan Muslimin ke dalam kota sesudah tembok-tembok itu dihancurkan?

Sumber-sumber itu masih kacau, seperti umumnya peristiwa perang yang terjadi masa itu. Sudah terdapat kata sepakat di kalangan sejarawan bahwa pihak Arab memasuki kota itu dengan paksa, bahwa mereka masuk dengan membunuh dan membakar, dan bahwa sebagian pasukan Rumawi yang di kota melarikan diri ke laut, bahwa sebagian mereka terbunuh di kota, dan komandannya, Manuel yang kebirian itu termasuk di antara yang terbunuh. Dengan terus membunuh dan mengambil rampasan perang pasukan Arab masuk ke tengah-tengah kota dan sudah tak ada lagi tentara yang akan dilawan. Ketika itulah Amr memerintahkan agar mereka yang masih ada mengangkat tangan. Setelah itu di tempat terselamatkannya pertumpahan darah itu dibangun sebuah mesjid, yakni Masjid ar-Rahmah (Masjid Kasih Sayang).

Pasukan Rumawi itu tunggang-langgang ke kapal-kapal mereka, dan terus lari menyelamatkan diri melalui laut. Setelah itu keadaan di kota Iskandariah aman kembali. Penduduk Mesir pun kembali dari tempat mereka melarikan diri ketika pasukan Rumawi memasuki kota itu. Butler[34] mengatakan bahwa Uskup Kopti, Benyamin termasuk yang juga melarikan diri tapi kemudian kembali, dan bahwa dia yang meminta kepada Amr agar memperlakukan orang Kopti itu baik-baik karena perjanjian mereka dengan dia tidak mereka langgar, dan bahwa meminta agar jangan membuat perjanjian damai dengan pihak Rumawi dan bila dia mati agar dikuburkan di gereja Yakhnas (Yohanas?).

Tetapi para sejarawan Arab mengatakan bahwa yang mengajukan permintaan demikian itu kepada Amr itu adalah Muqauqis. Dalam hal ini yang lebih tepat ialah bahwa Muqauqis itu adalah Benyamin, sebab Muqauqis itu gelar, bukan nama. Dengan demikian kedua sumber tersebut sejalan.

Dengan begitu Amr telah membebaskan kembali Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan Rumawi dari Mesir untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan. Dalam waktu yang begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya. Dengan kembalinya Muslimin dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat Mesir merasa lega. Sebelumnya, pemerintahan itu buat mereka memang sudah tidak asing lagi dan mereka sangat puas dengan keadilan yang mereka rasakan. Sekarang mereka merasa senang dan tenteram sekali setelah sebelum itu mereka melihat pihak Rumawi menjarah harta mereka. Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin mengembalikan harta mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah berhasil merampas kembali harta itu dari pasukan Rumawi.

Setelah keadaan kembali aman dan tenteram penduduk desa-desa itu datang menemui Amr di ibu kota, dan kata mereka: "Binatang ternak kami dan harta kami telah diambil oleh Rumawi; kami tidak menentang Anda, kami setia kepada Anda." Segala yang sudah diperoleh pasukan Muslimin itu oleh Amr diperlihatkan kepada mereka, dan dimintanya kepada mereka yang mengaku memiliki barang-barang itu membuktikan. Kepada mereka yang dapat memperkuat pengakuannya itu dengan bukti, barang-barang itu pun dikembalikan kepada mereka. Sesudah itu, baik Amr maupun rakyat Mesir sudah tidak ragu lagi bahwa kawasan Mesir kini sudah akan kembali seperti semula ketika pertama kali dibebaskan. Dalam beberapa hal mereka sudah mengenal baik siapa Amr. Dia akan mengatur kebijakan dan menjalankan administrasi pemerintahan dengan adil dan dengan pandangannya yang sudah dikenal baik oleh penduduk.

Amr dan Sa'd

Dia dan rakyat Mesir samasekali tak dapat disalahkan jika berkeyakinan demikian. Bagaimana Usman akan menarik Amr dari Mesir padahal dia yang berhasil mengeluarkan Rumawi dari Mesir? Tetapi Amr sudah membuat perhitungan dan keliru. Usman lebih banyak akal dari dia. Dibiarkannya ia di Mesir menunggu sampai Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh kembali dari medan perang di Afrika. Dalam hal ini sumber-sumber itu masih berbeda pendapat mengenai tahunnya, antara tahun 26 atau tahun 27 Hijri. Pada waktu itulah Usman akan membatasi kekuasaan Amr hanya pada bidang kemiliteran, dan Abdullah bin Sa'd yang akan menjalankan pemerintahan dan administrasi keuangan. Amr melihat ini sebagai tantangan atas integritas dan kejujurannya, dan suatu isyarat bahwa kalaupun dia seorang panglima perang yang ulung, namun kebersihan pribadinya masih diragukan. Karenanya keinginan Usman itu ditolaknya dengan mengatakan: "Saya seperti orang yang memegang dua tanduk sapi betina, orang lain yang memerah susunya."

Dia kembali ke Mekah membawa dendam dalam hatinya kepada Usman, seperti yang akan kita lihat pengaruhnya nanti. Sebagai bukti untuk dendamnya ini, Abdullah bin Sa'd mengirimkan hasil pajak Mesir itu, sementara Amr di Mekah, lebih banyak dari yang dikirimkan oleh Amr. Kata Usman ditujukan kepada Amr bin As: "Tahukah Anda bahwa tepung sari itu ternyata memberi hasil sesudah Anda?" Dijawab oleh Amr: "Dan anak unta yang baru disapih itu akan binasa!" Maksudnya orang-orang Mesir telah dibebani pajak yang tak pernah ia lakukan terhadap mereka.

Usman mengangkat Abdullah bin Sa'd untuk Mesir itu sekembalinya dari perang di Afrika, dalam tahun 26 atau tahun 27 Hijri. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa dia memegang jabatan di Mesir itu sebelum ia berangkat ke Afrika, dan bahwa perang itu baru selesai dalam tahun 28 atau tahun 30 Hijri, atau sesudah itu. Para narasumber menyebutkan tahun-tahun itu tanpa dapat memastikan. Saya yakin bahwa perang di Afrika berakhir sesudah Amr menumpas pemberontakan orang-orang Rumawi di Mesir serta pengusiran mereka yang kedua kalinya dari Iskandariah, dan bahwa peristiwa itu terjadi pada akhir-akhir tahun 25 atau permulaan tahun 26 Hijri. Keyakinan ini didukung oleh sekian banyak sumber berikut alasannya. Usman tidak akan memecat Amr dari Mesir lalu menunjuk Abdullah bin Sa'd untuk langsung berangkat ke Afrika, tetapi yang lebih masuk akal Amr tetap berada di Mesir untuk mengembalikan ketertiban di kawasan itu, dan Abdullah bin Sa'd berangkat ke Afrika supaya keberadaannya di Mesir tidak menimbulkan perselisihan dengan Amr. Yang memperkuat keyakinan ini karena dalam menghadapi pihak Rumawi di Mesir peranan Abdullah bin Sa'd tak ada yang patut dicatat, dan mereka yang mengatakan bahwa dia sudah menghadapi Rumawi sebelum tindakan Amr bin As itu dapat dipastikan bahwa perlawanannya telah menemui kegagalan.

Kita masih ingat bahwa Amr bin As pergi ke Sirenaika dan ke Tripoli kemudian membebaskannya ketika Mesir masih di bawah pemerintahan Umar. Dia akan meneruskan perjalanannya untuk membebaskan Afrika, tetapi Umar melarangnya dan dia disuruh kembali. Sesudah untuk kedua kalinya ia membebaskan Mesir, Usman memerintahkan Abdullah bin Sa'd berangkat ke Afrika dan dilengkapi dengan pasukan yang cukup kuat. Masih terdapat perbedaan antara 10.000, 20.000 atau 40.000 orang. Abdullah bin Sa'd melintasi Sirenaika dan Tripoli, yang ketika itu sudah aman di tangan Muslimin. Ia sampai ke Afrika dengan maksud hendak menyerangnya.

Afrika yang disebut oleh orang Arab waktu itu ialah Afrika bagian utara yang membentang dari Tunis sampai ke Tangier di Maroko. Semua kawasan ini berada di bawah kekuasaan Rumawi, yang telah memperoleh pemerintahan otonomi di bawah seorang pangeran dari Rumawi dengan pembayaran pajak setiap tahun yang begitu besar kepada pihak Bizantium. Ada yang mengatakan bahwa penguasanya ketika diserang pasukan Arab itu bernama Gregory [atau Jirjir seperti dalam sebutan at-Tabari, Ibn Asir dan yang lain]. Ia telah mengambil tanggung jawab di tempat itu dari Bizantium, dan mengumumkan dirinya sebagai kaisar.

Sesudah Abdullah bin Sa'd melintasi perbatasan Tripoli ke Tunisia diadang oleh angkatan bersenjata Gregory di luar kota Subaitilah (Sbeitla) dan ia tak dapat maju. Kekuatan angkatan bersenjata ini besar sekali, yang oleh sejarawan-sejarawan Arab disebutkan jumlahnya mencapai 120.000 atau 200.000 orang. Abdullah bin Sa'd masih terus berusaha hendak mengecoh angkatan bersenjata itu, mencari jalan untuk mencapai kemenangan, tetapi tidak juga berhasil. Barangkali sudah berbulan-bulan ia dalam keadaan serupa itu, tak mendapat kemenangan, juga pihak Rumawi tak dapat mengalahkannya. Mungkin juga ia kadang maju untuk menghadapinya, tetapi tak berhasil lalu mundur kembali ke Tripoli, sekadar merihatkan anak buahnya sambil mengadakan persiapan dan mengambil bahan makanan.

Selama beberapa bulan Abdullah bin Sa'd dalam keadaan demikian itu, ia telah kehilangan kontak dengan Mesir dan dengan Medinah. Sudah tentu Usman gelisah dan khawatir kalau-kalau ia mendapat musibah. Ia segera menugaskan Abdullah bin Zubair memimpin jemaah yang terdiri atas kaum Mujahidin terkemuka, di antaranya terdapat beberapa orang sahabat dan tabi'in.

Mereka berangkat sebagai bala bantuan kepada Abdullah bin Sa'd untuk mendapat kemenangan dan menyelamatnya ia dan pasukannya dari kehancuran. Ibn Zubair berangkat disertai Abdullah dan Ubaidillah anak-anak Umar bin Khattab, Abdur-Rahman bin Abu Bakr Siddiq, Abdullah bin Amr bin As dan yang setara mereka. Mereka melintasi Tihamah dan Hijaz ke Mesir, kemudian ke Sirenaika dan Tripoli hingga mencapai tempat pasukan Abdullah bin Sa'd yang sedang dalam pertempuran melawan pasukan Rumawi. Tatkala melihat kedatangan mereka, pasukan Muslimin itu bertakbir. Hati mereka merasa lega bahwa Allah telah mengizinkan mereka mencapai kemenangan yang selama berbulan-bulan itu mereka usahakan tidak juga berhasil.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ibn Zubair tidak menemukan Abdullah bin Sa'd yang sedang memimpin pertempuran itu. Ketika ia menanyakan, diperoleh berita bahwa dia sedang bersembunyi dengan sangat berhati-hati. Soalnya ia mendengar anak buah Gregory berseru: "Barang siapa dapat membunuh Abdullah bin Sa'd akan memperoleh hadiah 100.000 dinar dan akan dikawinkan dengan putrinya. Abdullah bin Sa'd khawatir ada orang yang menyelundup dan membunuhnya. Ibn Zubair datang menemui Abdullah bin Sa'd dan menyarankan agar dia juga menyuruh orang dengan menyerukan: "Barang siapa dapat membawa kepala Gregory kepadaku akan kuberi hadiah 100.000 dirham, akan dikawinkan dengan putriku dan akan kuangkat menjadi penguasa negeri itu." Setelah saran itu dilaksanakan oleh Abdullah, malah Gregory sendiri yang sekarang sangat ketakutan.

Ibn Zubair tak habis heran karena sudah begitu lama kemenangan itu belum diperoleh juga. Setelah dilihatnya pasukan Muslimin yang setiap hari bertempur dari pagi sampai tengah hari, dan bila tiba tengah hari tiap regu kembali ke kemah masing-masing untuk kemudian melanjutkan lagi keesokan harinya, yakinlah dia bahwa hal ini tak akan ada habisnya. Ia pergi menemui Abdullah bin Sa'd di markasnya. "Jika keadaan kita semacam ini," katanya, "akan lama sekali kita berhadapan dengan mereka. Mereka akan selalu mendapat bala bantuan dan negeri ini di bawah kekuasaan mereka, sedang hubungan kita terputus dari Muslimin dan dari negeri kita. Menurut hemat saya, kita tinggalkan saja beberapa pahlawan Muslimin pilihan di kemah dalam keadaan siap siaga, dan kita dengan sisa pasukan yang ada terus bertempur menghadapi pasukan Rumawi sampai mereka merasa jemu dan sudah dalam kelelahan. Bila mereka sudah kembali ke kemah mereka, begitu juga pasukan kita, kita siapkan pasukan yang di kemah yang belum ikut bertempur. Sementara mereka dalam keadaan beristirahat, ketika itulah kita sergap mereka. Semoga Allah memberikan kemenangan kepada kita."

Abdullah bin Sa'd setuju dengan pendapatnya itu. Ia berunding dengan meminta pendapat sahabat-sahabat terkemuka lain yang ternyata juga setuju. Keesokan harinya rencana itu oleh Ibn Zubair dilaksanakan. Pahlawan-pahlawan Muslimin dibiarkan dalam kemah dengan armada kuda yang sudah siap tempur. Dia sendiri berangkat dengan sisa pasukan yang lain. Sampai tengah hari itu mereka terus bertempur mati-matian berhadapan dengan pasukan Rumawi. Sampai waktu lohor mereka tidak dibiarkan beristirahat dan memaksa mereka terus bertempur sehingga mereka merasa sudah benar-benar kelelahan. Ibn Zubair kembali, dan pihak Rumawi yakin sudah bahwa pertempuran baru akan dimulai lagi keesokan harinya. Oleh karena itu, senjata mereka letakkan dan mereka pun beristirahat.

Tetapi baru saja mereka melakukan itu, Ibn Zubair sudah kembali lagi mendatangi mereka bersama-sama dengan pahlawan-pahlawan Muslimin yang paginya tidak ikut bertempur. Sekaligus mereka sekarang menyerbu sambil mengucapkan kalimat syahadat dan bertakbir. Tidak sedikit dari pihak mereka yang terbunuh, termasuk Gregory pemimpin mereka juga dibunuh. Putrinya yang kini dijadikan sandera menjadi milik salah seorang dari Ansar.

Sesudah mendapat kemenangan itu Abdullah bin Sa'd berangkat ke Sbeitla, yang merupakan tempat istana raja. Istana itu dikepung sampai akhirnya ditaklukkan. Dari sini pasukan Muslimin mendapat harta rampasan yang tidak sedikit, sehingga seorang anggota pasukan berkuda mendapat 3000 dinar dan anggota yang berjalan kaki 1000 dinar. Dari Sbeitla ini Abdullah bin Sa'd mengirim pasukannya sampai ke Gafsa. Demikian juga dataran dan gunung Afrika itu oleh Muslimin dibebaskan dan mereka merintis jalan untuk menyebarkan agama Allah di sana. Abdullah bin Sa'd mengadakan perjanjian damai dengan mereka atas dasar dua juta lima ratus dinar. Ada juga sumber yang menyebutkan perjanjian damai itu atas dasar 300 qintar[35] emas. Sesudah tinggal selama 15 bulan di Afrika Abdullah bin Sa'd kembali lagi ke Mesir.

Ternyata kemudian penduduk Afrika itu menjadi orang Islam yang baik sekali dan termasuk penduduk negeri yang sangat setia dan taat. Dalam sebuah sumber disebutkan, sesudah negeri itu dibebaskan oleh pihak Muslimin, Konstans, Kaisar Rumawi itu mengirim seorang pejabat tinggi ke sana dan tinggal di Carthago. Ia mengenakan pajak kepada rakyat seperti jizyah yang mereka bayarkan kepada Muslimin. Tetapi permintaannya itu mereka tolak karena ia tak memberikan jaminan perlindungan kepada mereka, sehingga dengan demikian ia tak akan mendapat masukan pajak.

Ada beberapa cerita yang beredar sehubungan dengan rampasan perang yang diperoleh Arab saat membebaskan Afrika itu. Dapat kita catat di antaranya, bahwa ketika Usman bin Affan menugaskan Abdullah bin Sa'd untuk membebaskan Afrika ia memperoleh seperlima bagian rampasan perang dari hak baitulmal, sedang baitulmal berhak memperoleh seperlima dari jumlah seluruh hasil rampasan perang yang diperoleh pasukan Muslimin. Sesudah tugasnya selesai Ibn Sa'd membagikan empat perlima hasil rampasan perang itu kepada anggota-anggota pasukannya dan untuk dirinya seperlima dari yang seperlima itu, dan empat perlimanya dikirimkan ke Medinah. Ketika itulah sebuah delegasi dari pasukan yang telah membebaskan Afrika itu berangkat menemui Usman dan mengadukan tindakan Abdullah bin Sa'd yang telah menyisihkan bagian untuk dirinya itu.

"Saya yang memberikan rampasan perang itu kepadanya dan yang memerintahkan," kata Usman kepada mereka "Sekarang terserah kepada kalian. Kalau kalian setuju biarlah begitu, kalau kalian tidak senang batal." Ketika mereka menjawab: "Kami tidak senang," dijawab oleh Usman: "Batallah itu." Selanjutnya Usman menulis surat kepada Abdullah agar hasil rampasan perang itu dikembalikan dan usahakan menempuh cara yang terbaik dengan mereka. Dalam sebuah sumber disebutkan pula bahwa tuntutan mereka tidak cukup hanya dengan mengembalikan, tetapi kata mereka kepada Usman: "Pecatlah dia! Kami tidak ingin dipimpin oleh orang yang sudah melakukan tindakan semacam itu."

Sesudah itu Usman menulis surat kepadanya dengan mengatakan: "Angkatlah seorang pengganti Anda untuk Afrika yang Anda setujui dan mendapat persetujuan mereka, dan seperlima rampasan perang yang dulu saya berikan kepada Anda keluarkanlah untuk sabilillah, sebab mereka tidak senang dengan pemberian itu." Abdullah bin Sa'd melaksanakan semua perintah itu dan ia kembali ke Mesir.

Demikian menurut sumber Tabari. Tetapi Ibn Asir mengatakan: "Seperlima (hasil rampasan perang) Afrika itu dibawa ke Medinah dan dibeli oleh Marwan bin al-Hakam dengan harga 500.000 dinar dan Usman menyerahkan itu kepadanya. Inilah yang telah dijadikan pegangan dan yang terbaik mengenai seperlima rampasan perang Afrika itu. Ada pula yang mengatakan bahwa Usman yang telah memberikan seperlima kepada Abdullah bin Sa'd, ada juga yang mengatakan bahwa yang memberikan itu Marwan bin al-Hakam. Dengan ini terlihat bahwa ia memberikan hasil rampasan perang kepada Abdullah itu seperlima dari hasil perang yang pertama dan Marwan memberikan seperlima dari hasil perang yang kedua, yang dengan demikian Afrika seluruhnya sudah dibebaskan, wallahualam."

Adanya keberatan terhadap Usman menjual seperlima hasil rampasan perang kepada Marwan - kalau benar - karena dengan itu Usman telah melanggar sunah Rasulullah dan kebijakan Abu Bakr dan Umar. Pelanggaran ini telah pula merusak apa yang dijanjikannya saat ia naik menjadi Khalifah untuk berpegang pada Kitabullah dan sunah Rasulullah serta kebijakan kedua penggantinya kemudian. Dengan menjual hasil rampasan perang itu bukan saja tidak sejalan dengan sunah Rasulullah dan kebijakan Abu Bakr dan Umar, tetapi hasil itu harus dibagikan kepada Muslimin dalam bentuk apa adanya, masing-masing mendapat bagian dengan cara yang seadil-adilnya. Dapat ditambahkan bahwa Marwan adalah saudara sepupu Usman, yang ketika itu sebagai wakil di Ta'if. Ia baru memasuki Mekah sesudah kekhalifahan Usman.

Abdullah bin Sa'd kembali ke Mesir sesudah membebaskan Afrika. Masih ada perbedaan pendapat di kalangan para narasumber, adakah Abdullah bin Sa'd sudah menunjuk seorang pengganti yang akan mengurus umat Islam di Afrika atau tidak? Tabari menyebutkan bahwa Usman sudah meminta kepada Abdullah bin Sa'd untuk menunjuk seorang pengganti di Afrika, dan menambahkan bahwa penduduk Afrika sendiri sudah akrab dengan Islam dan memperlihatkan ketaatannya yang baik sekali. Dari kata-kata ini dapat dimengerti bahwa dia memang sudah menunjuk salah seorang pengganti dari kalangan Muslimin yang tinggal di Afrika dan memberikan pelajaran agama kepada penduduk yang sudah menganut Islam, dan hukum Allah di kalangan mereka sudah dijalankan.

Tetapi Ibn Asir mengatakan bahwa: "Sesudah Gregory, yang memerintah Afrika adalah seseorang dari Rumawi, tetapi diusir oleh Uskup sesudah banyak terjadi kekacauan dan dia pergi ke Syam yang diperintah oleh Mu'awiyah yang keadaannya sudah kembali stabil. Orang ini melukiskan keadaan Afrika kepada Mu'awiyah. Ia mengajukan permintaan untuk dikirim bersama sepasukan angkatan bersenjata. Maka yang berangkat bersama orang ini adalah Mu'awiyah bin Hudaij as-Sakuni. Ketika ia sampai di Afrika di sana sedang berkobar pertempuran dan Ibn Hudaij harus berhadapan dengan orang-orang Afrika, tetapi ia berhasil mengalahkan mereka."

Balazuri menyebutkan: "Setelah Abdullah bin Sa'd mengadakan persetujuan dengan Uskup Afrika ia kembali ke Mesir tanpa mengangkat siapa pun... Setelah Mu'awiyah bin Abi Sufyan berkuasa ia mengangkat Mu'awiyah bin Hudaij as-Sakuni untuk Mesir dan dalam tahun 50 ia mengirim Uqbah bin Nafi' al-Fihri ke Afrika dan berhasil menaklukkannya."

Yang dapat diringkaskan dari sumber-sumber ini ialah, bahwa pasukan Muslimin cukup hanya mengusir pasukan Rumawi dari Afrika, kemudian kekuasaan diserahkan kepada orang Afrika sendiri sesudah Abdullah bin Sa'd mengadakan persetujuan atas dasar jizyah. Orang Afrika banyak yang masuk Islam, dan mereka tetap setia pada perjanjian yang sudah dibuat sepanjang masa Usman dan pada masa Ali. Sesudah timbul fitnah di kalangan Muslimin dan pertentangan makin menjadi-jadi antara Ali dengan Mu'awiyah, perjanjian itu dilanggar oleh pihak Afrika, baik oleh mereka yang sudah masuk Islam atau yang tidak. Setelah keadaan kembali stabil Mu'awiyah menyerahkan negeri ini kepada orang yang menaklukkannya dan rakyat pun kembali lagi taat. Sejak itu penduduk utara Afrika itu menjadi Muslim yang baik dan tetap setia.

Inilah yang banyak mendapat dukungan dan diperkuat oleh sumber-sumber itu. Yang sudah tidak lagi dipertentangkan ialah bahwa kekuasaan Rumawi sudah menyusut dari Afrika bagian utara sejak dibebaskan oleh pasukan Muslimin di masa Usman, dan setiap usaha hendak berkuasa kembali ke daerah-daerah itu sia-sia belaka.[36]

Muslimin mempersiapkan armada lautnya

Dengan dibebaskannya Afrika yang mencakup semua negeri di pantai Laut Tengah, dari Antakiah di utara Syam, dan di ujung timur Laut itu sampai ke ujung barat di Afrika bagian utara, Kedaulatan Islam sudah makin luas. Mu'awiyah di Syam yakin sudah bahwa pantai-pantai yang terbentang ribuan mil itu tak mungkin aman dari serbuan mendadak pihak musuh dari arah laut, kecuali jika Arab mempunyai armada laut yang dapat menghadapi armada laut Rumawi, kalau mereka berusaha hendak kembali ke bagian mana pun di daerah itu. Itulah pokok pendapatnya sejak ia memerintah Syam dan mengetahui Rumawi akan menyerang Antakiah dari arah laut.

Itu sebabnya dulu ia menulis surat kepada Umar menerangkan tentang pulau Siprus yang begitu dekat ke Hims. Katanya, bahwa anjing yang menggonggong dan ayam yang berkokok di sana, akan terdengar dari desa di Hims. Tetapi Umar tidak mengizinkan, seperti yang sudah kita sebutkan di atas. Sesudah Usman naik dan Rumawi menyerang Mesir dari laut, di samping itu pantai-pantai imperium itu sudah membentang sampai ke seluruh Afrika bagian utara, Mu'awiyah mengulangi lagi permintaannya kepada Usman untuk menyerang Siprus dari laut.

Tetapi Usman juga masih khawatir. Kalau dia mengizinkan berarti ia sudah menyalahi kebijakan Umar dan merusak janjinya waktu dibaiat, dan dengan pelanggaran itu ia akan dikecam orang.

Tetapi ia melihat permintaan Mu'awiyah itu suatu pikiran yang baik dan mempunyai pandangan jauh, yang bila ditolak, dari segi politik tentu salah. Karenanya ia menulis kepada Mu 'awiyah: "Saya sudah melihat penolakan Umar ketika Anda meminta pendapatnya untuk menyerang dari laut."

Tetapi Mu'awiyah masih juga mengulangi pendapatnya itu. Sekali ini permintaannya dipenuhi, tetapi ia berkata: "Biar orang memilih sendiri dan janganlah memaksa mereka yang terbaik di antara mereka. Barang siapa memilih akan menyerang dengan sukarela pakailah dan bantulah." Dengan demikian Usman menentukan serangan melalui laut itu sukarela buat yang berminat. Jadi dia tetap menjaga kebijakan Umar, yang dalam pada itu ia tidak pula menolak masalah yang dilihatnya sebagai pikiran yang baik dan jauh memandang ke depan.

Armada yang pertama dalam sejarah Islam

Tak lama sesudah menerima surat Usman Mu'awiyah segera menyiapkan kapal-kapalnya untuk menghadapi perang itu. Setelah Abdullah bm Sa'd bin Abi Sarh mengetahui adanya persetujuan Usman dengan Mu'awiyah itu ia pun segera menyiapkan beberapa kapal di pelabuhan Iskandariah, dan membawa mereka yang secara sukarela mau berperang di laut. Dengan demikian pihak Muslimin sudah mempunyai armada yang tak kalah perkasa dari armada Rumawi. Di samping angkatan daratnya Kedaulatan Islam kini mempunyai juga angkatan laut di pantai-pantai Laut Tengah dan Laut Merah. Dari sini persiapan sudah cukup untuk menghadapi pertempuran, yang buat orang Arab sebelum itu memang tak pernah dikenal.

Sudah tentu tepat sekali pendapat Mu'awiyah untuk membangun armada, menyerang Siprus dan membuat pangkalan di laut untuk melindungi Kedaulatan Islam yang masih muda itu. Kedaulatan ini makin lama makin berkembang, pantai-pantai kini sudah bertambah luas. Buat Rumawi, untuk berkuasa kembali di Mesir tak ada jalan lain kecuali melalui laut. Kalau mereka sudah yakin bahwa armada mereka akan berhadapan dengan kekuatan armada Muslimin seperti pasukan mereka di beberapa medan perang dulu ketika berhadapan dengan kekuatan pasukan Arab, hal ini akan mematahkan semangat mereka dan dengan demikian pintu perluasan terbuka di depan Muslimin sampai sejauh kekuatan dan angkatan bersenjata mereka dapat bertahan.

Barangkali kalau Umar masih akan panjang umur dan pantai-pantai yang dibebaskan itu sudah begitu luas, dia pun akan berpikir seperti yang sekarang dipikirkan oleh Usman. Saran Usman mengenai penyerangan di laut dengan cara sukarela merupakan saran yang tepat sekali, sebab tidak akan membuka peluang konflik dan tidak akan memberi jalan bagi yang menentangnya. Oleh karena itu, pembangunan armada Islam di Syam dan di Mesir ini cepat-cepat dilaksanakan.

Ternyata kemudian para sukarelawan yang datang menyambutnya lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh Usman dan Mu'awiyah, dan dalam waktu singkat armada Kedaulatan Islam itu telah menjadi raja lautan yang disegani. Armada ini kemudian menjadi alat yang sangat penting untuk memperluas usaha pembebasan dan untuk memperkuat tubuh Kedaulatan ini di kemudian hari.

Pulau Siprus terletak di timur laut Laut Tengah, tak jauh dari Anatolia di bagian utaranya dan dari Syam di sebelah timurnya. Tak ada laut yang memisahkan kedua pulau selain sebuah terusan sempit. Di Siprus terdapat dua gunung barisan yang ketinggian beberapa puncaknya lebih dari 3000 meter. Kepulauan ini - sampai sekarang - terkenal karena kesuburan dan buah-buahannya yang baik serta udaranya yang nyaman. Di samping itu ia merupakan pangkalan perang yang kukuh sekali menguasai seluruh Laut Tengah. Itu sebabnya selama beberapa generasi pulau ini menjadi rebutan terus-menerus. Waktu itu daerah-daerah ini berada di bawah kekuasaan Rumawi, dan merupakan pulau pertama yang diserbu pasukan Muslimin di Laut Tengah.


Berdasarkan peta Historical Atlas of the Muslim Peoples oleh DR. R. Roolvink, Djambatan - Amsterdam, 1957.

Catatan kaki:

34. Fathul 'Arab li Misr.

35. Ukuran berat yang dipakai di negeri-negeri Muslim waktu itu; jumlah satu qintar sangat bervariasi. - Pnj.

36. Menurut Ibn Kasir disebutkan bahwa sesudah membebaskan Afrika Usman bin Affan mengeluarkan perintah untuk membebaskan Andalusia. Untuk itu ia menugaskan kepada Abdullah bin Nafi' bin al-Hasin dan Abdullah bin Nati' bin Qais. Ia menyebutkan bahwa Konstantinopel dibebaskan sebelum Andalusia, atau Muslimin membebaskannya pada masanya itu. Sedang al-Balazuri mengatakan bahwa Tariq bin Ziyad, wakil Musa bin Nusair, dialah yang pertama menyerang Andalusia, dan pendapat ini yang sahih.

(sebelum, sesudah)


Usman bin Affan
Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 978-979-8100-40-6
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak dan dijilid oleh P.T. Mitra Kerjaya Indonesia.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team