Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

16. Perang Nahawand (1/3)

Korespondensi Yazdigird dengan para pembesar Persia agar memberontak kepada Muslimin - 405; Pasukan Persia dipusatkan di Nahawand dan gemanya di Medinah - 406; Melepaskan Sa'd dari tugasnya di Kufah - 407; Nu'man diangkat sebagai kepala staf untuk menghadapi Persia di Nahawand - 410; Nahawand dikepung setelah delegasi kepada Firozan gagal - 413; Pasukan Muslimin memancing pasukan Persia keluar ke batas kota - 414; Pertempuran sengit segera dimulai - 416; Nu'man bin Muqarrin mati syahid, dan hancurnya pasukan Persia - 417; Matinya Firozan - 418; Kesedihan Umar atas kematian Nu'man - 420; Cerita tentang dua peti permata berlian - 421; Nahawand: Kemenangan dari segala kemenangan. Persia tak pernah mengadakan perlawanan lagi - 422

Korespondensi Yazdigird dengan para pembesar Persia agar memberontak kepada Muslimin

Sesudah mendengar dari Ahnaf bin Qais Umar berkata kepadanya: "Anda telah berkata yang sebenarnya kepada saya dan menjelaskan keadaan itu seperti apa adanya." Sesudah menerima berita mengenai Nahawand, sudah tidak boleh lagi ia maju-mundur. Wajar sekali bila berita-berita itu akan menghilangkan segala keraguan dalam hatinya.

Mendengar apa yang sudah menimpa Hormuzan dan pasukannya itu, pemimpin-pemimpin militer Persia di berbagai daerah merasa ketakutan, bahwa nasib serupa pasti akan menimpa mereka juga kalau mereka tetap berleha-leha dan bersikap lemah. Mereka segera mengadakan korespondensi dengan wakil-wakilnya agar mereka seia sekata dalam menangkis serangan musuh, yang selama beberapa tahun dulu tunduk di bawah kekuasaan Persia, dan yang karena kehebatannya, tak seorang dari mereka yang mampu mengangkat kepala. Tetapi sekarang mereka mau menyerang kita di istana kita sendiri, akan melebarkan sayap kekuasaannya sampai ke kawasan-kawasan yang begitu luas, kemudian mereka terus maju, seolah-olah siapa pun di muka bumi ini sudah tak mampu menghadapi kekuatan itu.

Persepakatan pertama yang dicapai oleh pemimpin-pemimpin pasukan itu menulis surat kepada Yazdigird, supaya bagindalah yang memimpin gerakan itu, agar yang lain bersatu dan berada di bawah satu panji. Kisra adalah lambang Persia dan ahli waris keagungan dan kemegahannya, maka bagindalah yang akan mengatur segalanya. Di segenap penjuru orang akan patuh kepadanya. Rakyatnya besar kecil tak ada yang akan berbeda pendapat dalam menerima perintahnya. Sejak pelariannya dari Mada'in Yazdigird sendiri memang sudah gelisah. Di seluruh kawasan ia berpindah-pindah tempat. Beberapa peristiwa telah memaksanya keluar dari Hulwan ke Ray, kemudian ke Isfahan, ke Istakhr dan selanjutnya ke Merv. Berita-berita mengenai pasukan Muslimin dari tahun ke tahun makin membuatnya gelisah. Setelah ada surat-surat dari para pemimpin pasukan dan melihat mereka sudah bersatu dengan semangat yang berapi-api hendak menangkis musuh, semangat mudanya kembali timbul menggantikan rasa putus asa menjadi harapan dan kegelisahannya berubah menjadi tenang. Ia menulis kepada semua warga Iran, yang di dataran dan di gunung-gunung, mengobarkan semangat mereka. Ia menulis ke Bab, Khurasan, Hulwan, Sijistan, Tabaristan, Jurjan, Damawand, Ray, Isfahan, Hamazan dan wilayah­wilayah serta kota-kota lain di kerajaannya. Ia mendorong semangat orang­orang Persia dan mengingatkan mereka bahwa serangan orang-orang Arab itu hanya seperti angin ribut saja, yang tak lama lagi akan berlalu, atau seperti awan sepintas yang akan segera berserakan. Berseraknya awan dan berlalunya angin itu terletak pada kebersatuan dan tekad mereka menghadapi musuh. Kalau bersatu dan tabah, akan mampu mereka mengusir musuh dari bumi mereka. Musuh akan mundur, akan jera dan menyesali perbuatannya.

Pasukan Persia dipusatkan di Nahawand dan gemanya di Medinah

Berita tentang Khuzistan dan Hormuzan itu sudah tersebar ke seluruh Persia. Semua orang, tua dan muda merasa tersentak. Setelah ada surat Kisra tersebut mereka segera memenuhi seruan itu. Setiap komandan mengirimkan pasukannya ke Nahawand, sehingga jumlah mereka mencapai 150.000, dipusatkan semua di bawah pimpinan Firozan. Sesudah mereka semua berkumpul dan pemimpin-pemimpin pasukan datang dari segenap penjuru, ia berpidato dengan mengatakan: "Muhammad yang membawa agama itu kepada orang-orang Arab tidak mengancam negeri kita. Kemudian datang Abu Bakr, juga bukan ancaman untuk Kerajaan kita, dan tidak mengganggu kita selain negeri­negeri Arab yang di balik Sawad. Sekarang datang Umar bin Khattab, yang sesudah lama berkuasa, ia menodai kehormatan kota dan mengambil negeri-negeri itu. Tidak cukup itu saja, ia malah menyerang pusat negeri kita dan merampas istana kerajaan kita, mencaplok Sawad dan Ahwaz. Dia akan menyerang kita kalau tidak kita serang, dan tidak akan berakhir sebelum semua pasukan di negeri kita ini terjun dan merebut kedua kota ini, Basrah dan Kufah, kemudian kita buatlah ia sibuk di negerinya sendiri."

Kata-kata itu disampaikan oleh para komandan itu kepada anggota­anggota pasukannya. Semangat mereka berkobar. Mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk menghadapi musuh. Mereka masing-masing sudah bersumpah tidak akan kembali ke tanah air sebelum membawa kemenangan untuk Kisra dan pasukannya. Berita ini pun berturut-turut sampai juga kepada Umar bin Khattab. Ia yakin bahwa kata-kata Ahnaf bin Qais memang benar. Tidak syak lagi bahwa jika ia tidak memberikan pukulan yang menentukan, pasukan Persia akan selalu membuat permusuhan. Adakalanya suatu saat mereka beruntung lalu menyerang lagi Irak-Arab dan kekuasaan Arab yang keberadaannya sudah dirasakan aman oleh Umar, tiba-tiba akan terancam oleh kekacauan lagi, bahkan mungkin hilang samasekali.

Melepaskan Sa'd dari tugasnya di Kufah

Umar makin sibuk memikirkan soal Irak dan nasibnya mengingat ada sebagian orang Arab yang sudah menetap di sana tampaknya mereka cenderung akan membuat kerusuhan. Kemakmuran yang sudah mereka rasakan membuat mereka mau saling bersaing. Mereka sudah tidak peduli akan segala persiapan pihak Persia yang hendak memerangi mereka. Sementara Sa'd bin Abi Waqqas mengirimkan berita­berita mengenai persiapan Yazdigird dan Firozan dengan pasukannya yang sudah dipusatkan di Nahawand itu kepada Amirulmukminin, tiba­tiba rombongan dari Kufah dipimpin oleh Jarrah bin Sinan al-Asadi memfitnah Sa'd dan mengadukannya kepada Umar dalam segala hal, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa salat Sa'd tidak becus. Umar menemui mereka di Medinah dan mendengarkan pengaduan itu. Ia berkata kepada mereka: "Bukti adanya bahaya yang kalian kemukakan itu, kalian mau membangkit-bangkitkan soal semacam itu, padahal musuh sudah bersiap-siap hendak memerangi kalian. Tetapi, demi Allah, hal ini tidak akan mengurangi perhatian saya untuk meninjau masalah kalian itu." Umar segera menunjuk Muhammad bin Maslamah untuk menyelidiki segala pengaduan yang dialamatkan kepada para wakilnya itu. Ia diutus ke Kufah untuk menanyai orang-orang mengenai segala yang dialamatkan kepada Sa'd itu. Tetapi mereka mengatakan: Yang kami ketahui baik-baik saja, dan kami tidak menginginkan dia harus diganti. Tak ada ia melakukan pelanggaran kecuali hanya mereka yang menuduhnya. Muhammad bin Maslamah kembali ke Medinah bersama Sa'd dan Jarrah bin Sinan dan kawan-kawannya. Umar mendengar dari semua pihak, dan tak ada tindakan Sa'd yang perlu mendapat sanksi. Tetapi sungguhpun begitu, dalam keadaan genting semacam itu, karena ia tidak ingin Sa'd meninggalkan tugasnya, sedang di Kufah ada orang yang mau membuat kekacauan, maka ia menanyakan, siapa yang menggantikan Anda di Kufah? Sa'd menjawab: Abdullah bin Abdullah bin Itban. Abdullah bin Itban ini orang yang sudah lanjut usia, seorang sahabat yang sangat dihormati. Umar setuju dengan penggantiannya di Kufah itu, dan menahan Sa'd tetap tinggal jauh di Medinah, tanpa ada cacat atau melakukan pengkhianatan. Kalau tidak karena Sa'd sudah melaporkan kepada Umar mengenai pemusatan pasukan Persia di Nahawand, ditambah lagi laporan lisan sesampainya di Medinah mengenai kesiapsiagaan mereka berperang, niscaya ia dikembalikan kepada tugasnya itu dan tidak akan menghiraukan segala pengaduan yang memang tak dapat dijadikan pegangan itu.

Ibn ltban mengirimkan berita-berita kepada Umar mengenai pasukan Persia itu yang isinya memperkuat laporan Sa'd tentang persiapan mereka. Khalifah bertambah prihatin dengan rencana mereka itu. Selanjutnya berita-berita yang serba seram dan mencekam itu terus berdatangan: Tentang kekuatan Persia yang dihimpun di bawah pimpinan Firozan yang sudah berangkat ke Hamazan, dan sudah meneruskan perjalanannya ke Hulwan, bahkan kini sudah menuju Kufah, tak lama lagi akan memasuki kota itu. Ya, apa yang akan diperbuat oleh Amirulmukminin? Dengan firasatnya yang tajam ia sudah dapat menangkap apa yang ada di balik berita-berita yang sangat berlebihan menggambarkan ketakutan itu, bahayanya dilukiskan begitu menyeramkan, dengan antisipasi yang hingga membayangkan segala rupa, membesar-besarkannya sampai berlipat ganda dari kenyataan yang sebenarnya. Tetapi yang jelas, Persia memang sudah berkumpul dan sudah siap. Kalau mereka tidak dihadapi dan didahului dengan kekerasan, mereka akan makin berani dan akan makin kuat. Mungkin juga keberanian mereka merupakan ancaman terhadap apa yang sudah diperoleh pasukannya di Khuzistan dan di Irak-Arab. Bahayanya memang besar, dan bersiap-siap untuk menghadapi mereka memang suatu tugas suci.

Umar bermaksud mengadakan musyawarah, seperti biasanya dalam menghadapi hal semacam itu. Tetapi muazin sudah berseru: Salat, salat!

Sesudah mereka berkumpul di Masjid, Umar naik ke mimbar dan ia menerangkan kepada hadirin apa yang telah disampaikan oleh wakil­wakilnya mengenai persiapan pihak Persia, berkumpulnya mereka serta besarnya jumlah musuh itu. Kemudian katanya: "Hari ini akan membawa akibat untuk hari esok. Saya bermaksud mengambil suatu keputusan. Dengarkanlah dan berikanlah pendapat kalian secara singkat. Janganlah kamu berselisih supaya kamu tidak kecewa dan kehilangan kekuatan. Bijaksanakah jika saya berangkat bersama mereka yang saya nilai mampu sampai ke suatu tempat antara kedua kota itu, dan saya akan mengerahkan mereka, di samping itu saya akan menjadi penyangga bagi mereka, sampai Allah memberikan kemenangan dan akan saya atur menurut kehendak saya?" Hadirin kemudian memberikan pendapat. Ada yang menyarankan agar Amirulmukminin sendiri yang memimpin angkatan bersenjata ke Irak, memanggil pasukan yang di Syam dan di Yaman untuk menghadapi Persia dan menyerang negeri mereka. Yang lain berpendapat lebih baik ia tetap tinggal di Medinah, dan mengirimkan pasukan yang dinilai mampu untuk menyerang Persia. Mereka ini orang-orang yang lebih berhati-hati, di antaranya Ali bin Abi Talib, ketika kemudian ia berkata. Katanya antara lain:

"Amirulmukminin, jika Anda kejutkan penduduk utara yang di sebelah utara mereka, pihak Rumawi akan mempengaruhi keluarga­keluarga mereka; kalau Anda kejutkan penduduk selatan yang di sebelah selatan mereka, pihak Abisinia yang akan mempengaruhi keluarga-keluarga mereka; dan kalau Anda keluar dari kota ini seluruh bumi ini akan menyerang Anda, dari ujung ke ujung, sehingga apa yang Anda tinggalkan di belakang Anda akan lebih penting daripada segala rahasia dan keluarga yang di depan Anda. Kedudukan Anda bagi orang Arab seperti untaian mutiara yang dapat merangkai dan mengikat. Kalau lepas akan berserakan semua dan akan hilang. Sesudah itu tidak akan pernah bersatu lagi. Kalau besok orang-orang Persia melihat Anda mereka akan berkata inilah pemimpin Arab dan basis orang Arab itu. Mereka akan makin serakah dan akan bersatu menghadapi Anda. Mengenai jumlah mereka yang Anda sebutkan, dulu yang kita perhitungkan dalam berperang itu bukanlah jumlah tenaga yang besar, tetapi kemenangannya. Tetaplah Anda tinggal di tempat Anda, dan tulislah surat ke Kufah; mereka itu pemimpin-pemimpin dan orang-orang Arab pilihan. Biarlah dua pertiga dari mereka berangkat dan satu pertiga tinggal; juga tulislah surat ke Basrah agar mereka mengirimkan bala bantuan."

Nu'man diangkat sebagai kepala staf untuk menghadapi Persia di Nahawand

Umar puas dan senang dengan pendapat Ali itu. Maka diumumkannya kepada orang banyak bahwa dia akan tetap tinggal di Medinah, dan angkatan bersenjatanya akan dikirimkan berturut-turut sebagai bala bantuan untuk menghadapi pihak Persia. Kemudian katanya: "Berikanlah pendapat kalian mengenai orang yang saya angkat memimpin perang ini, dan hendaknya dari orang Irak." Tetapi mereka menjawab: "Pendapat dan penilaian Anda akan lebih baik. Perhatikanlah pasukan Anda. Pihak Irak dan pasukannya sudah mengunjungi Anda, Anda yang sudah melihat dan menguji mereka." Umar menjawab: "Saya akan mengangkat orang yang akan memimpin mereka menjadi pelopor kalau bertemu besok, yaitu Nu'man bin Muqarrin!" Orang banyak berkata: Tepat, dialah orangnya!

Tugas itu diserahkan kepada Nu'man memang tepat. Kaum Muslimin sudah mengenalnya benar, dia seorang kesatria yang berani, tak pernah ragu dan tak kenal lari, sikapnya tenang, tak suka tergesa-gesa kecuali dalam keadaan terpaksa. Waktu dulu memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat ia menjadi sayap kanan Abu Bakr sehingga berhasil mereka dikalahkan di Zul-Qassah. Dalam perang Irak ia sepenuhnya mendampingi Khalid bin Walid sejak mulai keberangkatannya. Kemenangan selalu mengiringinya, seperti pada Khalid. Setelah Umar mengangkat Sa'd bin Abi Waqqas sebagai komandan pasukan di Irak, Nu'man di barisan depan bersama dia, ikut bertempur di Kadisiah dan ikut membebaskan Irak-Arab. Kemudian dalam perang Khuzistan ia mati-matian bertempur. Ketika ia ditempatkan sebagai wakil di Kaskar, ia menulis surat kepada Umar mengadukan Sa'd bin Abi Waqqas karena dia diberi tugas memungut pajak kharaj sedang dia lebih senang di medan perang. Umar lalu menulis kepada Sa'd: "Nu'man menulis surat kepada saya mengatakan Anda menugaskannya untuk memungut kharaj padahal dia tidak senang dengan pekerjaan itu; kesenangannya hanya di medan perang. Kirimkanlah ke tempat yang Anda pandang penting."

Sesudah Umar mengambil keputusan pengangkatannya untuk memerangi angkatan perang Persia di bawah pimpinan Firozan, ia menulis kepadanya: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Dari hamba Allah Umar Amirulmukminin kepada Nu'man bin Muqarrin. Salam sejahtera bagi Anda. Segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Dia. Amma ba'du. Saya mendapat laporan bahwa satuan-satuan angkatan bersenjata asing dalam jumlah besar sudah dipusatkan di Nahawand untuk memerangi kalian. Begitu sampai surat saya ini, dengan perintah Allah, dengan bantuan Allah dan pertolongan Allah, berangkatlah Anda bersama pasukan Muslimin yang di bawah pimpinan Anda. Janganlah Anda menginjak batu yang keras, agar anak buah Anda tidak kesakitan, janganlah hak mereka ditahan sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat dan janganlah ajak mereka memasuki rimba belantara. Saya lebih menyukai seorang Muslim daripada seratus ribu dinar. Berangkatlah langsung sampai mencapai Mah. Saya sudah menulis surat ke Kufah agar menyongsong Anda di sana. Kalau pasukan Anda sudah berkumpul, hadapilah Firozan dan satuan-satuan Persia dan asing lainnya yang bergabung dengan dia. Salam bagi Anda."

Kepada Abdullah bin Abdullah bin Itban dan kepada pimpinan Kufah sesudah Sa'd bin Abi Waqqas Umar menulis agar ia mengerahkan pihak Kufah bersama Nu'man bin Muqarrin begini dan begini. "Saya sudah menulis kepadanya agar berangkat dari Ahwaz ke Mah dan bergabung di sana untuk kemudian bersama-sama berangkat ke Nahawand. Saya sudah mengangkat Huzaifah bin Yaman untuk memimpin mereka sampai dapat bergabung dengan Nu'man. Dan kepada Nu'man pun saya sudah menulis: Jika terjadi sesuatu kepada Anda, maka pimpinan di tangan Huzaifah bin Yaman, dan jika terjadi sesuatu terhadap Huzaifah, maka pimpinan di tangan Nu'aim bin Muqarrin." Umar menyerahkan surat itu kepada Sa'ib bin Aqra' untuk dibawa ke Kufah, dan Sa'ib sendiri sebagai penanggung jawab rampasan perang. Umar berpesan kepadanya: "Jika Allah memberi kemenangan kepada kalian bagikanlah rampasan perang itu kepada mereka. Janganlah Anda mengecoh saya dan janganlah menyampaikan hal-hal yang sia-sia kepada saya. Jika mereka mendapat bencana, janganlah kita saling membuat kesulitan."

Pada hari yang sama ia menulis juga kepada Abu Musa Asy'ari agar memberangkatkan pasukan Basrah ke Mah di bawah pimpinan Nu'man bin Muqarrin, dan menulis kepada Salma bin Qain dan Harmalah bin Rabtah dan komandan-komandan pasukan yang lain yang ada di antara Persia dengan Ahwaz, "untuk membuat pasukan Persia itu lalai dari kalian, dan dengan demikian kalian dapat membuat pagar betis untuk rakyat dan negeri kalian, dan tetaplah berada di perbatasan Persia dengan Ahwaz sampai ada perintah dari saya." Maksud Umar dengan perintahnya itu hendak memutuskan bala bantuan Persia kepada pasukan Nahawand dan jangan sampai dengan itu Firozan bertambah kuat.

Dengan semua itulah Umar berjaga-jaga untuk menghadapi bahaya yang beritanya sudah datang berturut-turut. Ia sudah menyiapkan segala yang diperlukan di sekitarnya agar pasukan Muslimin dapat menghadapi pasukan Persia cukup tangguh tanpa merasa ragu. Pasukan itu sekarang berangkat ke Mah untuk bergabung dengan Nu'man bin Muqarrin. Mereka terdiri dari beberapa pahlawan yang cukup perkasa dan siap menghadapi mara bahaya, di antaranya ada yang sudah pernah mengalami perang Kadisiah, Mada'in dan lain-lain, dan ini akan menambah kebanggaan bagi mereka. Mereka yang belum ikut dalam perang Kadisiah juga akan segera ke Nahawand, sebelum menjadi kebanggaan yang lain dan mengunggulinya dalam perjuangan.

Tatkala sudah sampai di Hulwan Nu'man ingin memetik berita­berita mengenai pasukan Persia, kalau-kalau mereka sudah menyebarkan mata-mata sepanjang jalan itu yang patut mendapat perhatian. Tiga orang dilepas untuk merintis dan mengadakan penyelidikan, yaitu Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi, Amr bin Ma'di Karib az-Zabidi dan Amr bin Abi Sulma al-Mazani. Ketiganya berangkat melakukan perjalanan selama sehari penuh sampai malam. Amr bin Abi Sulma kembali dengan berita bahwa ia tidak melihat sesuatu. Tulaihah bin Khuwailid yang pergi sepanjang malam itu kemudian kembali. Ketika ditanya mengapa ia kembali, ia menjawab: Kami sudah mengadakan perjalanan selama sehari semalam tetapi kami tidak melihat sesuatu, dan saya khawatir kami akan sesat di jalan. Sementara Tulaihah tanpa pedulikan kedua sahabatnya itu meneruskan perjalanan sampai ke Nahawand. Ia berhasil mengetahui keadaan mereka serta berita-berita tentang mereka. Sekembalinya ia melapor kepada Nu'man bahwa ia tak melihat sesuatu yang perlu dikhawatirkan di Nahawand. Sesudah itu Nu'man mengumumkan ia akan segera berangkat. Ia memimpin pasukannya sampai ke dekat perbentengan musuh. Ketika itu pasukan Muslimin bertakbir tiga kali yang membuat pasukan Persia panik dan ketakutan.

Berita-berita mengenai pasukan Muslimin dengan kekuatan 30.000 orang yang sudah siap akan memeranginya itu sudah diketahui oleh Firozan, dan dia tidak menganggapnya enteng, juga dia tidak akan tertipu bahwa yang akan menghadapi mereka 150.000 orang yang sudah saling berjanji akan berjuang sampai mati, dengan pertahanan benteng­benteng yang kukuh. Ia sudah menyaksikan perang Kadisiah dan sudah melihat sendiri keberanian pasukan Arab itu yang membuatnya cukup gentar, kemudian berakhir dengan kekalahan, seperti Hormuzan yang akhirnya lari. Oleh karena itu ia mengirim utusan ke markas pasukan Muslimin, "agar pihak Muslimin mengirim orang untuk mengadakan pembicaraan dengan kami." Kemudian yang berangkat ke sana Mugirah bin Syu'bah. Ia pergi dengan melintasi medan-medan di sekeliling Nahawand, melewati tembok-tembok yang akhirnya sampai ke tempat Firozan.

Nahawand adalah sebuah kota besar terletak di Irak-Persia ­ antara Hulwan dengan Hamazan - sejauh sekitar 17 km. ke arah timur Hulwan dan 57 km ke arah barat Hamazan. Di tempat ini terdapat padang ternak yang luas, sungai-sungai dan kebun-kebun yang dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan hidup kepada penduduknya. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah benteng yang kukuh dengan dinding-dinding yang sangat kuat, dilindungi oleh pagar-pagar tembok yang tinggi dan kekar.

Ketika dipersilakan masuk, Mugirah berhadapan dengan Firozan yang sedang duduk di atas sebuah peterana dari emas dengan mahkota di kepala, dikelilingi oleh pengawal-pengawal, yang seolah-olah mereka itu setan-setan dengan sangkur dan tombak yang berkilat-kilat menyilaukan mata. Terjadi dialog antara kedua orang itu seperti dialog yang dulu pernah terjadi antara Yazdigird dengan delegasi Muslimin di Mada'in. Pembicaraan itu berakhir dengan kata-kata Firozan:

"Sebenarnya tak ada orang yang dapat merintangi saya untuk memerintahkan kepada pemanah-pemanah di sekeliling saya ini untuk menusuk kalian seperti sate dengan anak panah, kalau tidak karena akan mengotori kami dengan bangkai kalian. Kalau kalian enyah kami bebas dari kalian, kalau kalian menolak akan kami perlihatkan kepada kalian tempat-tempat kehancuran kalian." Selesai pertemuan itu Mugirah menceritakan segala penderitaan yang pernah dialami orang-orang Arab, sampai pada kata-katanya: "Sejak kedatangan Rasulullah kepada kami, Tuhan telah memberikan kemenangan kepada kami, sampai kemudian kami datang ke tempat kalian ini. Kami tidak akan kembali kepada penderitaan semacam itu sebelum kami mencapai apa yang ada pada kalian atau kami akan terus berperang sampai mati di bumi kalian ini."

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team