Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

15. Perluasan dalam Pembebasan Persia (3/3)

Hormuzan dibawa ke Medinah dan percakapannya dengan Umar

Sementara Umar sedang memikirkan hal ini, dan beristikharah kepada Allah apa yang hendak dilakukannya, Anas bin Malik dan Ahnaf bin Qais dengan beberapa orang sedang dalam perjalanan dari Tustar menuju tempat Amirulmukminin dengan membawa Hormuzan berikut seperlima rampasan perang. Sesudah mendekati kota Medinah mereka mengenakan kepada Hormuzan pakaiannya yang dari sutera bertatahkan emas serta mahkotanya di kepala yang juga bertatahkan mutiara dan permata berlian, di tangannya sebatang tongkat dari emas murni berhiaskan yakut dan mutiara, supaya dilihat oleh Umar dan penduduk ibu kota Islam itu contoh tentang keagungan sia-sia yang menjadi perhiasan para pembesar Persia.

Sampai di Medinah mereka langsung menuju ke tempat kediaman Umar. Tetapi mereka diberitahu bahwa Umar sudah pergi ke Masjid4 sedang menerima sebuah delegasi dari Kufah. Mereka pun berangkat memburunya ke Masjid tetapi juga tidak melihat Umar di sana. Melihat mereka, anak-anak Medinah mengerti maksud kedatangan mereka itu, lalu diberitahukan bahwa Amirulmukminin sedang tidur di beranda kanan Masjid dengan menggunakan mantelnya5 sebagai bantal. Ketika tadi duduk dengan delegasi Kufah Umar mengenakan mantel itu. Setelah delegasi pergi dibukanya mantelnya dan dipakainya sebagai bantal dan ia pun tidur. Ahnaf dan Anas bersama Hormuzan kembali lagi diikuti oleh anak-anak dan penonton-penonton lain yang terperangah melihat seorang pangeran Persia dengan pakaian kebesaran serupa itu. Ingin puas melihat pemandangan demikian, mereka mengikutinya terus dari belakang. Setelah memasuki Masjid mereka melihat ke sekeliling. Mereka melihat Umar, dan di Masjid itu memang tak ada orang lain, baik yang tidur atau yang jaga, selain Umar. Mereka duduk diam-diam tidak ingin mengganggu Umar. Hormuzan tidak paham maksud mereka dengan gerak-gerik yang berturut-turut datang dan pergi itu, sebab dia tidak mengerti apa yang mereka perkatakan. Setelah ia melihat rnereka tenang-tenang saja dan tak ada orang di Masjid itu selain orang yang sedang tidur, dengan sebatang cambuk di tangannya. Terbayang oleh Hormuzan bahwa mereka akan salat dulu sebelum menemui raja. Yang terlintas dalam pikirannya bahwa Umar saat itu Umar yang sedang di istananya dikelilingi oleh para pejabatnya. Raja perkasa ini, yang pasu­ kan-pasukannya telah menundukkan Persia dan Rumawi pasti istananya dijaga oleh pengawal-pengawal. Betapapun kata orang tentang kesederhanaan hidupnya, tetapi tidak akan sampai sejauh itu, sehingga raja yang sederhana ini tidak merasa perlu ada kantor-kantor untuk mengurus administrasinya. Tentu ada sebuah istana bagi seorang Amirulmukminin dan pengurus rumah tangga raja yang mengatur waktu dan jadwal kerjanya! Ia melihat Ahnaf bin Qais memberi isyarat kepada orang yang sedang berbisik-bisik agar menahan suara supaya tidak mengganggu Khalifah yang sedang tidur. Kepada salah seorang yang mengerti bahasanya Hormuzan menanya: Di mana Umar? Mereka menjawab sambil menunjuk kepada orang yang sedang tidur itu: Itu dia. Apa yang dilihat Pangeran Persia itu tak pernah terlintas dalam pikirannya. Setelah diam sejenak ia bertanya: Mana pengawalnya, mana pengiringnya? Mereka menjawab: Tanpa pengawal, tanpa pengiring, tanpa ekretaris dan tanpa ruang istana. Hormuzan bertambah heran dan berkata kepada orang-orang di sekitarnya atau kepada dirinya: "Pantasnya dia seorang nabi, atau sekurang-kurangnya menjalankan tugas para nabi." Karena suara bisik-bisik itu Umar terbangun lalu duduk. Melihat Pangeran di dekatnya dengan pakaian dan tongkat kebesaran yang bertatahkan permata berlian itu ia berkata: Hormuzan?! Mereka menjawab: Ya. Setelah memperhatikan orang itu dan pakaiannya, Umar berkata: "Semoga Allah menjauhkan aku dari api neraka dan aku berlindung epada Allah. Alhamdulillah, Dia telah menundukkan semua ini dan pengikut-pengikutnya kepada Islam. Saudara-saudara Muslimin, berpegang teguhlah pada agama ini dan tuntunan Nabi kita dan janganlah kalian hanyut dalam kemewahan dunia ini, sebab besar sekali daya tariknya." Delegasi yang datang dari Tustar itu berkata: "Ini Raja Ahwaz, ajaklah dia bicara." Umar menjawab: "Tidak! Lepaskan dulu pakaian kebesarannya." Bagaimana Amirulmukminin akan berbicara dengan orang yang telah membunuhi pahlawan-pahlawan Muslimin dengan pakaian kebesaran raja semacam ini, yang mungkin akan berakhir dengan hukuman mati?

Mereka melepaskan semua pakaian Hormuzan kecuali penutup badan, kemudian diganti dengan pakaian tebal. Setelah dilihatnya dalam pakaian itu, ia berkata: "Heh Hormuzan ! Bagaimana pendapat Anda tentang bencana pengkhianatan dan akibatnya?" Hormuzan menjawab: "Umar, dulu kita sama-sama di zaman jahiliah dan Tuhan membiarkan kita bebas, maka kami dapat mengalahkan kalian, karena Dia tidak bersama kita. Setelah kemudian Dia bersama kalian, maka kalian yang mengalahkan kami." Tetapi Umar berkata: "Di zaman jahiliah kalian mengalahkan kami karena kalian bersatu dan kami tercerai-berai. Sekarang apa alasan kalian dengan berkali-kali membangkang?" Melihat kemarahan di mata Umar ketika mengajukan pertanyaan itu Hormuzan berkata: "Saya khawatir Anda akan membunuh saya sebelum saya menjelaskan."

"Jangan khawatir," kata Umar. Hormuzan meminta air dan setelah air dibawakan dalam sebuah tempat minum tebal, ia berkata: "Kalaupun saya harus mati karena kehausan saya tidak akan dapat minum dengan cara seperti ini." Lalu dibawakan air dalam wadah yang akan menyenangkannya. Ia menerimanya dengan tangan gemetar seraya berkata: "Saya khawatir akan dibunuh sementara saya sedang minum air ini." Tetapi Umar berkata: "Tidak apa, minumlah sampai selesai." Hormuzan membalikkan bejana itu dan menumpahkan semua air yang di dalamnya.

"Bawakan lagi buat dia," kata Umar. "Jangan dia terbunuh dalam keadaan haus."

"Saya tidak memerlukan air," kata Hormuzan. "Tetapi maksud saya dengan itu ingin mendapat jaminan keamanan."

Ketika itu antara dua orang itu terjadi dialog. Ahnaf bin Qais dan Anas bin Malik juga kemudian campur tangan. Umar tampaknya agak keras. Tabari dan Ibn Kasir mengutip percakapan berikut ini:

Umar: Saya yang akan membunuh Anda.

Hormuzan: Anda sudah menjamin keamanan buat saya.

Umar: Anda bohong.

Anas bin Malik: Benar, Amirulmukminin, keamanannya sudah Anda jamin.

Umar: Celaka Anda, Anas. Saya menjamin keamanan orang yang sudah membunuh Majza' ah dan Bara'. Sekarang carilah jalan keluarnya, atau Anda yang akan terkena sanksi.

Anas: Kata Anda: Tidak apa sampai dia menjelaskan kepada saya, dan kata Anda lagi: Tidak apa, minumlah sampai selesai.

Ahnaf bin Qais dan orang-orang di sekitarnya memperkuat kata­kata Anas itu. Semua mereka mengatakan bahwa Amirulmukminin sudah menjamin perlindungan kepada Hormuzan. Umar menatapnya marah seraya berkata: "Kalian mengecoh saya. Tidak, saya tidak akan tertipu, kecuali oleh seorang Muslim." Ketika itu Hormuzan menyatakan masuk Islam. Kemudian Umar membagikan kepadanya dua ribu dan ia ditempatkan di Medinah.

Balazuri meriwayatkan sebuah percakapan dari Anas bin Malik yang didasarkan kepada Marwan bin Mu'awiah dari Hamid dan dari Anas, katanya: "Setelah kami mengepung Tustar, Hormuzan turun dan saya diutus oleh Abu Musa membawanya kepada Umar. Umar berkata kepadanya: Bicaralah. Dia menjawab: Bicaranya orang hidup atau orang mati. Dia berkata: Tidak apa, bicaralah. Lalu kata Hormuzan: Kami orang-orang Persia, di antara kita Tuhan tidak membiarkan kami menghabiskan kalian dan membunuhi kalian. Tetapi sesudah Tuhan bersama kalian kami tidak lagi berdaya menghadapi kalian. Kata Umar: Bagaimana pendapatmu, Anas? Saya menjawab: Saya meninggalkan kekuatan yang tangguh dan musuh yang serakah. Kalau Anda bunuh dia, mereka akan putus asa, dan dia yang terberat untuk kita hadapi; kalau Anda biarkan dia hidup, mereka akan lebih serakah dalam hidup ini. Umar berkata: Anas, Allah Mahasuci. Dia pembunuh Bara' bin Malik dan Majza'ah bin Saur as-Sadusi? Saya berkata: Tak ada alasan Anda membunuh dia. Dia berkata: Mengapa? Anda sudah diberi sesuatu, Anda sudah mendapat sesuatu dari dia? Saya jawab: Tidak! Tetapi Anda mengatakan kepadanya: Tidak apa. Ia berkata: Kapan? Bawalah saksi ke mari bersama Anda atau akan saya mulai hukuman dengan Anda. Begitu saya keluar dari tempat dia, saya bertemu dengan Zubair bin Awwam. Dia masih ingat, seperti saya, dan menjadi saksi saya. Maka Hormuzan pun dibebaskan dan kemudian ia masuk Islam dan Umar memberikan bagiannya."

Mugirah bin Syu'bah yang bertindak sebagai penerjemah Hormuzan kepada Umar dan dari Umar kepada Hormuzan ini, penguasaannya berbahasa Persia tidak sepandai Zaid bin Sabit. Umar meminta Yazid untuk bertindak sebagai penerjemah. Dalam kata-kata Hormuzan itu Umar tidak menemukan jawaban mengenai pelanggarannya yang berkali-kali terhadap perjanjian dengan pihak Muslimin. Oleh karena itu Umar menujukan kata-katanya kepada delegasi yang membawanya dari Tustar dengan menanyakan kepada mereka: "Barangkali pihak Muslimin yang melakukan pelanggaran terhadap kaum zimmi, dan karenanya mereka membangkang kepada kalian? Anggota-anggota delegasi itu menjawab: Kami tetap setia pada perjanjian dan kami perlakukan dengan baik. Umar bertanya lagi: Mengapa mereka membangkang? Masing-masing anggota delegasi itu terus berusaha untuk menemukan penyebab timbulnya pembangkangan itu padahal pihak Muslimin sudah begitu menaati isi perjanjian. Tak ada dari alasan-alasan itu yang dapat memuaskan hati Umar. Ketika itulah Ahnaf bin Qais berkata: "Amirulmukminin, saya ingin menjelaskan bahwa Anda melarang kami berkelana di kota-kota itu, dan Anda menyuruh kami membatasi apa yang ada di tangan kami saja. Raja Persia itu masih hidup di tengah-tengah mereka dan mereka masih akan bersaing dengan kita selama raja mereka masih ada. Tidak akan ada dua raja berkumpul lalu sepakat sebelum salah satunya harus keluar. Saya sendiri berpendapat kami tidak akan melakukan tindakan apa pun kecuali jika mereka membangkang dan berkhianat. Raja mereka itulah yang membakar semangat dan mendorong mereka. Dan memang demikian itulah keadaan mereka hingga Anda mengizinkan kami berkelana di kota-kota mereka dan kami turunkan raja mereka dari takhta dan rakyatnya pun kini hidup terhormat. Ketika itulah hilang harapan rakyat Persia, dan hidup mereka pun tenang."

Dengan tekun Umar mendengarkan kata-kata Ahnaf itu, dan lama sekali ia menekur. Kemudian katanya: "Anda telah berkata yang sebenarnya kepada saya dan menjelaskan keadaan itu seperti apa adanya." Pembicaraan Ahnaf diberitahukan kepada Hormuzan dan dia pun mengakui. Umar makin yakin dan percaya kepadanya. Tetapi dalam pada itu berita-berita mengatakan bahwa di Nahawand sedang diadakan mobilisasi untuk memerangi Muslimin. Tentu saja Amirulmukminin tidak akan meragukan kebenaran berita itu. Ia tak perlu bersikap maju­mundur. Politiknya untuk tetap bertahan di perbatasan Irak sudah tidak mungkin. Mau tak mau peristiwa-peristiwa itu memaksanya ia harus meninggalkan politiknya itu. Inilah yang mendorongnya untuk kemudian mengadakan perluasan sampai ke Persia, dan Yazdigird dikeluarkan dari seluruh kawasan itu.

Hormuzan kemudian tinggal di Medinah dan menjadi orang Islam yang baik. Malah ia berada di dekat Umar selalu dan memberikan pendapatnya. Setelah Umar terbunuh Hormuzan dituduh ikut mengambil bagian dan mengatur rencana pembunuhan itu. Ubaidillah bin Umar yang merasa yakin dengan itu, akhirnya Hormuzan dan Jufainah dibunuhnya. Hal ini nanti akan kita uraikan lebih lanjut dan akan kita bahas dampaknya.

Dan sekarang, mari kita kembali ke Persia untuk melihat apa yang terjadi di sana, bagaimana pihak Nahawand mengadakan persiapan untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Muslimin. Kita akan melihat bagaimana Umar menyusun politik barunya serta politik perluasannya dalam pembebasan itu. Ia telah berhasil menguasai seluruh Persia dan seluruh Mesir.

Catatan Kaki:

  1. Arbak atau Arbuk, terletak di sekitar Ramahormuz, ada juga yang mengatakan Arbaq. Dalam beberapa kitab yang membicarakan hal ini mengubahnya dengan menyebut Arbal.
  2. Hamzah al-Asfahani menceritakan bahwa di Khuzistan terdapat banyak sekali sungai, dan yang terbesar Sungai Tustar. Di atas sungai ini di pintu Tustar Raja Shapur membuat syazarwan, sehingga air dapat naik dan mengalir ke dalam kota, yang letaknya memang lebih tinggi dari tanah. Panjang syazarwan ini sekitar satu mil. dibuat dari batu-batuan yang kuat dan tiang-tiang besi dan dasarnya dilapisi timah.
    Catatan: Kata syazarwan tidak terdapat kamus-kamus bahasa Arab. lbn Khaldun dalam Muqaddimah-nya ketika membicarakan sejarah Ka'bah menggunakan kata ini untuk dasar bangunannya, dan A. J. Wensinck dalam The Shorter Encyclopedia of Islam (sub verbo "Ka'bah") mengatakan bangunan dasarnya terbuat dari pualam. - Pnj.
  3. Lihat Abu Bakr as-Siddiq h. 175-6. - Pnj.
  4. Semua ejaan mesjid yang ditulis dengan Masjid, berarti Masjid Nabawi di Medinah. - Pnj.
  5. Burnus, sejenis mantel bersambung dengan tutup kepala. - Pnj.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team