Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

16. Perang Nahawand (3/3)

Kesedihan Umar atas kematian Nu'man

Setelah itu Umar dengan beberapa orang sahabat keluar, ingin sekali mendapatkan berita yang sejelasnya mengenai hal itu. Perhatian mereka sekarang terarah ke jalan yang menuju ke Persia. Dari kejauhan mereka sudah melihat seorang penunggang kuda yang menurut harapan Usman bin Affan adalah Sa'ib bin Agra'. Sesudah berada dekat kepada mereka dan ia memberi salam, Umar menanyakan: "Apa kabar?" dijawab: "Kabar baik dan suatu kemenangan." Dilanjutkan dengan pertanyaan lagi oleh Umar: "Apa yang dilakukan Nu'man?" Kata Agra': "Kudanya tergelincir di genangan darah daerah musuh, maka dia terpelanting dan gugur sebagai syahid." Terharu oleh berita itu dengan rasa cemas Umar berkata: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Ia tak dapat menahan diri menangis terisak-isak seolah-olah peristiwa itu menimpa anaknya sendiri atau orang yang sangat disayanginya. Setelah kesedihannya terasa agak reda ia bertanya lagi kepada Sa'ib mengenai siapa saja yang terbunuh dari kalangan Muslimin, dijawab dengan menyebutkan beberapa nama orang penting di antara mereka. Kemudian katanya lagi: "Dan yang sebagian lagi orang-orang yang dikenal oleh Amirulmukminin." Dengan suara sedih yang masih tersendat di kerongkongan: "Bagi mereka bukan soal kendati Umar tidak mengenal mereka. Tetapi Allah mengenal mereka dan memberikan kehormatan kepada mereka sebagai syahid. Apa yang mereka lakukan pun tidak harus sepengetahuan Umar." Bersama-sama Sa'ib mereka berangkat kembali hingga memasuki kota Medinah. Seperlima harta rampasan itu dimasukkan ke dalam Masjid, dan Umar memerintahkan beberapa orang sahabatnya, di antaranya Abdur-Rahman bin Auf dan Abdullah bin Arqam, untuk bermalam di tempat itu dan keesokan harinya membagi-bagikannya kepada kaum Muslimin.

Cerita tentang dua peti permata berlian

Ketika pulang ke rumahnya Umar diikuti oleh Sa'ib. Ia memberitahukan mengenai kedua peti perhiasan berisi berlian yang tak ternilai harganya itu. Disebutkan juga bahwa permata dalam kedua peti itu oleh para pejuang disediakan khusus untuk Umar. Mengenai Sa'ib bin Agra' ini Tabari menyebutkan bahwa ia berkata: "Saya beritahukan kepadanya mengenai kedua peti itu. Tetapi dia berkata: Masukkanlah ke baitulmal. Nanti kita pikirkan; sepantasnya itu untuk pasukan Anda. Kemudian saya masukkan semua benda berharga itu ke baitulmal, dan saya segera kembali ke Kufah. Malam itu, ketika saya keluar dari Medinah Umar tinggal di rumahnya. Paginya ia mengutus orang menyusul saya. Dia baru dapat menyusul saya sesudah saya sampai di Kufah dan menderumkan unta saya, dia juga menderumkan untanya di kedua keting unta saya. Lalu dia berkata: Sepantasnya itu memang untuk Amirulmukminin. Dia mengutus saya untuk memanggil Anda, tetapi baru sekarang saya dapat menyusul Anda. Saya menukas: Apa dan mengapa? Saya tidak tahu, katanya. Kemudian kami berangkat sampai ke tempat Umar. Setelah melihat saya ia berkata: Ah! Apa urusan saya dengan anak Ibn Sa'ib, dan urusan anak Ibu Sa'ib dengan saya!1 Mengapa, Amirulmukminin? tanya saya. Dia menjawab: Yah! Begitu saya tidur ketika malam itu Anda pergi, para malaikat menyeret saya ke tempat dua peti yang menyala menjadi api sambil berkata: Akan kami selar Anda dengan nyala api kedua peti itu, maka saya berkata: Akan saya bagikan kepada kaum Muslimin. Maka sekarang bawalah kedua barang-barang itu dan juallah dan bagikanlah hasilnya kepada kaum Muslimin. Setelah itu kedua peti itu saya bawa dan saya simpan di mesjid Kufah. Para pedagang mendatangi saya, yang kemudian diberi oleh Amr bin Haris dengan harga dua juta. Kemudian dia membawanya ke daerah orang-orang asing lalu dijualnya dengan harga empat juta. Dan setelah itu penduduk Kufah tetap yang paling kaya."

Dalam sumber lain Tabari juga mengutip bahwa Sa'ib menyerahkan kedua peti perhiasan itu kepada Umar ketika memasuki rumahnya dan menceritakan duduk soalnya. Tetapi Umar berkata: Hai anak Mulaikah, banyak sekali ini padahal Anda tidak bersama mereka. Cepat, cepatlah, kembalilah Anda ke tempat Anda semula dan sampaikan kepada Huzaifah agar membagikan harta rampasan perang yang diberikan Allah kepada mereka. Sa'ib pulang kembali ke tempat Huzaifah dan barang-barang itu dijual dengan memperoleh harga empat juta, dibagikan di antara mereka yang telah diberi Allah harta rampasan perang itu. Setiap anggota pasukan berkuda mendapat empat ribu dirham, selain enam ribu yang sudah diperoleh sebelumnya.

Nahawand: Kemenangan dari segala kemenangan. Persia tak pernah mengadakan perlawanan lagi

Setelah kola Nahawand dibebaskan warga Medinah merasa gembira sekali. Tetapi yang sungguh gembira dengan kemenangan ini warga Kufah, sehingga oleh mereka diberi nama 'kemenangan dari segala kemenangan.' Mereka bersikap demikian barangkali karena prajurit­prajurit di medan pertempuran itu intinya dari orang-orang Kufah, atau karena Kufah lebih dekat ke medan pertempuran daripada Medinah. Warga Kufah lebih prihatin dan lebih cermat memperkirakan segala akibatnya daripada warga Medinah. Sesudah kemenangan itu pasti, kota itu dinamai demikian sebagai pertanda baik dan ungkapan rasa kepuasan dalam hati mereka alas kota mereka itu. Tetapi apa pun penyebabnya, kota Nahawand memang merupakan kemenangan dari segala kemenangan, karena sesudah itu pihak Persia tak pernah lagi berdaya. Bahkan pasukan Muslimin menyerangnya di pusat kota mereka sendiri serta menyingkirkan penguasa mereka dari semua kawasan itu. Di samping itu pemusatan pasukan mereka memang tak berarti apa­ apa menghadapi membanjirnya pasukan Muslimin ke sana, bahkan berakhir sampai terusirnya Kisra dari Persia sebagai pelarian, mencari bantuan dari mereka yang bukan keluarganya dan menyelamatkan diri ke tempat yang bukan negerinya sendiri. Akhirnya ia mati di tempat yang jauh, bukan di wilayah kerajaannya. Dia seolah-olah tak pernah ada dan bukan pula pihak yang berkuasa.

Tetapi kegembiraan Umar dengan terbebasnya Nahawand itu sudah melebihi warga Kufah. Ia sangat menghargai dan mengagumi ekspedisi ini, sehingga pemberian hagi para pejuang itu ditambah, setiap orang mendapat bonus seribu dirham di luar rampasan perang, sebagai penghormatan kepada mereka. Betapa ia tak akan begitu gembira mengingat angkatan bersenjata Persia di Nahawand sudah mengumpulkan semua pahlawannya dari pelbagai penjuru negeri itu, pembesar-pembesar dan para pangeran Persia semua sudah mengikat janji akan mengusir semua pasukan Arab dari bumi mereka, biar mereka dalam keadaan terkulai kembali pulang ke Semenanjung! Tetapi sekarang pahlawan-pahlawan militer itu malah melarikan diri, para pembesar dan pangeran-pangeran bertualang mencari perlindungan akibat kekalahan mereka yang sangat memalukan itu. Tetapi sia-sia. Bahkan yang kini mereka saksikan di ana sini hanya pasukan Arab yang berkuasa, yang lebih berpengaruh. Nama mereka dapat menggetarkan telinga dan jantung di seluruh wilayah Kisra, dari ujung utara ke ujung selatan, dari ujung barat sampai ke ujung timur.

Kita sudah melihat Hamazan dan penguasanya yang begitu cepat meminta damai karena ingin menyelamatkan diri tatkala melihat nasib Nahawand dan Firozan. Ketika itu Abu Musa Asy'ari sebagai pemimpin pasukan Basrah yang terlibat pertempuran dengan Nahawand. Sesudah pergi meninggalkan kota itu ia singgah di Dinawar, tinggal lima hari di sana, dan baru terjadi pertempuran pada hari terakhir. pertempuran itu belum selesai mereka sudah cepat-cepat meminta damai, dan berakhir dengan persetujuan membayar kharaj dan jizyah. Mereka meminta perlindungan untuk diri mereka, harta benda dan anak-anak mereka. Permintaan itu pun dikabulkan. Juga dengan pihak Sirawan Abu Musa mengadakan persetujuan seperti persetujuan dengan pihak Dinawar. Juga persetujuan dengan wakil dari Saimarah untuk tidak mengadakan pertumpahan darah, melepaskan tawanan perang, memaafkan semua orang tanpa pilih bulu, membayar jizyah dan pajak tanah serta membuka semua distrik di Mihrajan Qazaf. Huzaifah bin Yaman mengadakan persetujuan dengan Danbar orang Persia mengenai kota Mah, serta memberikan jaminan kepada penduduknya: "Keamanan dan keselamatan atas diri mereka, harta benda dan tanah mereka; tidak mencampuri urusan suatu agama, tidak merintangi mereka menjalankan syariat agama masing-masing; mempunyai hak kekebalan selama mereka membayar jizyah setiap tahun kepada pihak Muslimin yang menjadi penanggung jawab mereka serta harta dan nyawa setiap orang dewasa sesuai dengan kemampuannya; menyantuni musafir dan memperbaiki jalan, memperhatikan pasukan Muslimin yang lalu di tempat mereka, memberikan tempat kepada mereka selama sehari semalam, menaati segala perjanjian dan bersikap ikhlas. Jika mereka mengecoh atau menyimpang, maka lepaslah segala pertanggungjawaban kami terhadap mereka."

Karena kekalahan di Nahawand itu pasukan Persia telah dihinggapi rasa takut yang demikian rupa. Keadaan mereka makin kacau balau dan moral mereka pun berangsur merosot, maka dalam menghadapi keadaan mereka demikian itu tak ada jalan lain Umar harus segera mengambil langkah. Ia mengerahkan kekuatannya di wilayah-wilayah itu sampai mereka tunduk semua kepada kekuasaannya dan tak ada lagi sisa-sisa yang akan mengadakan perlawanan, dan jangan pula ada pangeran­pangeran mereka yang akan berangan-angan seperti yang dulu pernah terjadi. Oleh karena itu dia sendiri yang menyusun brigade-brigade untuk mereka yang diberi tugas menjelajahi seluruh kawasan Persia: pimpinan brigade Khurasan diserahkan kepada Ahnaf bin Qais, brigade Ardasyir dan Shapur kepada Mujasyi' bin Mas'ud as-Sulami, brigade Istakhr kepada Usman bin Abil-As as-Saqafi, brigade Darabgird kepada Sariah bin Zunaim al-Kinani, brigade Kirman kepada Suhail bin Adi, brigade Sijistan kepada Asim bin Amr dan brigade Mukran kepada Hakam bin Amr at-Taglabi - dengan perintah mereka harus bersiap­siap berangkat ke kota-kota dan kawasan-kawasan itu.

Seperti halnya kemenangan di Persia dengan Nahawand, begitu juga kemenangan di Irak-Arab dengan Mada'in. Setelah itu Yazdigird berusaha hendak mengadakan perlawanan di Ray, di Merv, di Istakhar, juga berusaha hendak mengadakan perlawanan di Mada'in. Bala bantuan telah dikirimkan kepadanya oleh para pangeran wilayah di Azerbaijan, Khurasan, Persia dan Mukran, dan mereka berusaha mendampinginya untuk membendung arus pasukan Muslimin serta untuk menjaga kehormatan tanah air mereka. Akan kita lihat bagaimana segala usaha mereka itu serta kegelisahan Yazdigird sendiri di tengah­tengah kawasan itu, demikian juga dengan keadaan pasukan Muslimin dalam menghadapinya, akan kita ringkaskan dalam bab berikut ini.

Catatan Kaki:

  1. Suatu ungkapan yang mengandung ejekan menasabkan seseorang kepada ibunya, bukan kepada bapanya. - Pnj.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team