|
||
|
|
Barangkali kita masih ingat bahwa tatkala Abu Bakr bermaksud membebaskan Syam, ia meminta bantuan semua orang Arab dengan mengerahkan empat brigade ke sana. Yang pertama di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, yang kedua di bawah Ikrimah bin Abi Jahl, yang ketiga di bawah Yazid bin Abi Sufyan dan yang keempat di bawah Amr bin al-As. Setiap brigade dikhususkan untuk menyerang satu daerah di Syam. Kalau berkumpul, maka sebagai panglimanya atas mereka semua adalah Abu Ubaidah. Semua pasukan ini sudah menghadapi perlawanan dan kekuatan pihak Rumawi, sehingga memaksa mereka bersepakat akan berkumpul di tepi Sungai Yarmuk. Mereka tidak diberi kesempatan maju oleh pasukan Heraklius, tetapi berhenti hanya sampai di seberang pantai. Merasa kesal melihat pasukannya yang dingin, tidak bergerak, Abu Bakr menulis surat kepada Khalid bin Walid di Irak agar berangkat ke Syam memimpin semua pasukan itu. Sesampainya di Syam, ia tinggal selama sebulan lagi di pantai Yarmuk tanpa berhadapan dengan pasukan Rumawi. Sesudah Abu Bakr wafat dan Umar naik sebagai Amirulmukminin keadaan tetap dingin. Langkah pertama yang dilakukannya dalam pemerintahannya ia mengutus Mahmiyat bin Zanim dan Syaddad bin Aus mengantarkan surat kepada Abu Ubaidah mengenai pemecatan Khalid dari pimpinan angkatan bersenjata dan menyerahkannya kepada Abu Ubaidah seperti sebelum keberangkatannya dari Irak ke Syam.1
Sementara Mahmiyat bin Zanim dan Syaddad bin Aus sedang dalam perjalanan ke Syam membawa surat Umar mengenai pemecatan Khalid, Khalid sendiri sedang mengatur strategi untuk menghadapi dan menghancurkan pasukan Rumawi. Dia sudah tahu bahwa pihak Rumawi sedang bersiap-siap hendak menghadapinya. Maka disusunnya pasukannya ke dalam beberapa "batalion"2 seperti yang biasa dilakukan orang Arab sebelum itu, sebab yang terlihat tak ada yang lebih besar dari itu. Keesokan harinya ia bergerak dan bertemu dengan pasukan Rumawi. Pasukan Rumawi dapat dihancurkan dan segala impiannya ingin bertahan terus di Syam berakhir sudah.3
Ada pula sumber yang menyebutkan bahwa kedua utusan Umar yang membawa surat tentang pemecatan Khalid itu sampai di Syam pagi hari ketika sedang terjadi pertempuran yang menentukan itu, dan mereka menyampaikan surat Amirulmukminin itu kepada Abu Ubaidah tanpa mengumumkan isinya sebelum pertempuran selesai. Sesudah jelas kemenangan ada di pihak pasukan Muslimin Khalid diberi tahu dan disiarkan kepada semua pasukan. Barulah ia memegang pimpinan menggantikan posisi Khalid. Sumber-sumber lain menyebutkan bahwa selepas pertempuran pun Abu Ubaidah tidak mengumumkan isi itu. Ia berangkat ke Damsyik di bawah pimpinan Khalid. Baru setelah selesai semua dan diadakan perdamaian dengan yang bersangkutan, surat Amirulmukminin tersebut diumumkan. Ada juga beberapa sumber yang tidak sama dalam melangsir peristiwa-peristiwa ini, dengan menyebutkan bahwa Umar memerintahkan pemecatan Khalid dari segala jabatan dalam militer serta diadilinya ia mengenai hal-hal yang dialamatkan kepadanya dan dimintai pertanggungjawabannya.
Yang lebih dapat diterima menurut hemat saya, begitu Abu Ubaidah menerima berita ia tidak segera mengumumkan pemecatan Khalid, baik waktu pagi sedang dalam pertempuran di Yarmuk atau sesudah Khalid mendapat kemenangan. Ia merahasiakan berita itu selama beberapa hari sementara ia sedang mencari jalan apa yang harus dilakukannya dan bagaimana cara mengumumkan. Dalam pada itu orang sudah tahu bahwa Abu Bakr sudah wafat dan Umar yang kini menggantikan kedudukannya. Mereka saling berbeda pendapat, ada yang tidak senang dengan kepemimpinan Umar, ada juga yang dari kalangan Medinah sendiri. Setelah itu mereka tenang kembali dan menerima kenyataan, setelah diketahui bahwa hal itu sesuai dengan pesan Abu Bakr. Khalid memang sudah memperkirakan bahwa Umar tidak senang ia menjadi panglima pasukan di Syam, dan dia pasti dipecat. Hal ini dikatakannya kepada stafnya yang terdekat, atau barangkali juga kepada Abu Ubaidah sendiri. Saat itulah ia diberi tahu oleh Abu Ubaidah. Tetapi dia tidak marah. Bahwa pimpinan angkatan perang itu akan dipegang oleh Abu Ubaidah diterimanya dengan patuh. Begitu juga dulu, Abu Ubaidah dengan patuh menerima penunjukan Abu Bakr agar ia berada di bawah pimpinan Khalid ketika Abu Bakr memerintahkan Khalid berangkat dari Irak ke Syam.4 Orang pun tidak marah kepada Umar serta tindakannya memecat Khalid, karena mereka sudah tahu tentang posisi kedua orang itu sejak terjadinya peristiwa Malik bin Nuwairah dulu. Demikianlah perombakan dalam pimpinan militer itu selesai sesudah pertempuran yang dimenangkan oleh Khalid secara gemilang. Tidak ada pengaruh apa pun dalam kesatuan umat Islam dan pasukannya yang mungkin akan membawa akibat yang patut dikhawatirkan.
Inilah yang lebih dapat saya terima, yang saya simpulkan dari pelbagai sumber. Abu Ubaidah sudah menulis surat kepada Umar memberitahukan kemenangan di Yarmuk dalam menghadapi pasjukan Rumawi, dengan mengirimkan seperlima hasil rampasan perang, dan menyebutkan bahwa dia telah mengangkat Basyir bin Sa'd bin Ubai al-Himyari untuk Yarmuk, dan dia sendiri berangkat ke Marj as-Suffar hendak mengejar sisa-sisa tentara musuh yang kalah yang masih berserakan dan berkumpul di Fihl (Pella). Dia mendapat berita bahwa Heraklius dari Hims tempat kediamannya mengirimkan bala bantuan angkatan perangnya ke Damsyik. Tidak tahu dia, akan memulai dengan Damsyik atau dengan Fihl di Yordania.
Begitu menerima dan membaca surat Abu Ubaidah, Umar segera membalasnya: "Mulailah dengan Damsyik dan perjuangkanlah, karena kota ini benteng Syam dan jantung kerajaannya. Alihkanlah perhatian Fihl dari Anda dengan pasukan berkuda di hadapan mereka. Jika Allah memberi kemenangan sebelum Damsyik, itulah yang kita harapkan, kalau kemenangan di sana tertunda sampai Allah memberi kemenangan di Damsyik, biarlah yang merebut Damsyik turun ke sana. Anda sendiri serta para perwira meneruskan perjalanan hingga dapat menyerang Fihl. Jika Allah memberi kemenangan kepada kalian, berangkatlah bersama Khalid ke Hims (Emessa atau Horns) dan tempatkanlah Syurahbil dan Amr di Yordan dan Palestina."
Begitu surat Umar diterima, Abu Ubaidah mengirim sepuluh perwira ke Fihl dipimpin oleh Abu al-A'war as-Sulami. Dia sendiri dan Khalid bin Walid dengan kekuatan pasukan yang besar berangkat menuju Damsyik. Pihak Rumawi yang berlindung di Fihl sementara pengaruh Yarmuk serta bekas ketakutan yang masih membayang di wajah mereka, terasa sekali mencekam melihat pasukan Muslimin sedang menuju ke daerah mereka, cepat-cepat mereka melepaskan air danau Tabariah (Tiberias) dan Sungai Yordania ke tanah sekitarnya. Dengan tanah yang menjadi lumpur tak akan mungkin dapat dilalui pihak lawan. Pasukan Muslimin marah atas perbuatan musuhnya itu, terkepung berhenti di hadapan mereka, tak dapat maju di daratan berlumpur. Sementara mereka masih dalam keadaan demikian, saudara-saudara mereka sudah berhasil membebaskan Damsyik. Dengan demikian mereka dapat memberikan bala bantuan kepada mereka dengan kekuatan pasukan. Pasukan Muslimin sekarang bertambah kuat dan tambah berani.
Tidak heran pasukan Muslimin dapat membebaskan Damsyik dengan benteng-bentengnya yang begitu kukuh, ditambah pula dengan pasukan Rumawi yang begitu besar dikirimkan oleh Heraklius. Dulu ketika Allah memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin di Yarmuk, mereka berjalan di tanah dengan air yang sedang mengalir. Tetapi kesuburan dan lahan perkebunan yang ada tidak melebihi tempat-tempat subur yang ada di Medinah dan sekitarnya. Godaannya pun tidak sebesar Delta di Irak. Tatkala mereka dalam perjalanan dari Waqusah di Yarmuk ke Damsyik mereka melihat keindahan yang begitu memukau. Mereka melihat tanah-tanah Balqa' di selatan dengan lapangan rumput hijau yang membentang luas sejauh mata memandang, di sebelah utara terlihat tanah rumput gembala di dataran Golan, suatu pemandangan yang sungguh indah dan subur. Mereka juga melihat lahan-lahan pertanian gandum dan jawawut sela-menyela di antara padang rumput gembala itu, diselang-seling oleh pelbagai macam pepohonan, ada yang berbuah ada pula yang tidak, ada yang semerbak menyebarkan harumnya ke lingkungan sekitar. Sungai-sungai kecil dan kolam-kolam tempat penampungan air mengalir jernih, kadang berkilauan di permukaannya, kadang meluap serentak, mengairi perkebunan, pepohonan dan taman-taman yang indah, turun perlahan-lahan dari bukitbukit yang lereng-lerengnya ditutupi hamparan hijau, atau ditumbuhi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Dataran-dataran tinggi itu tampak jelas seperti bukit barisan di tengah-tengah wadi yang kadang membentang panjang dan kadang bergelombang naik turun. Keadaan yang memanjang atau bergelombang itu diselimuti oleh hamparan bungabunga yang semerbak dan sedap dipandang mata. Ditambah lagi dengan gadis-gadis "kuning,"5 seperti dalam ungkapan bahasa Arab lingkungan alam ini yang begitu indah, meliuk-liuk di atas dataran tinggi dan di antara lembah-lembah itu, pandangan terpadu dengan bentukbentuk tubuh yang langsing dan pipi mereka yang halus kemerah-merahan, menandakan sehat dan segar berisi. Mereka diciptakan oleh Maha Pencipta dalam bentuknya yang paling indah. Mereka itu para malaikat penghuni surga ini, yang sekarang sedang ditapaki orang-orang Arab di jalan menuju ibu kota yang kukuh itu. Di sana sini berdiri kota-kota yang dibangun oleh pihak Rumawi dan dibangun pula pentas-pentas dan arena-arena tempat pertunjukan serta bangunanbangunan gereja. Semua itu merupakan bangunan yang kebesaran dan keindahannya sangat memukau. Di sebelah sana, di perbatasan agak ke utara tampak gunung-gunung yang menjulang tinggi, yang puncaknya bermahkotakan salju, memperlihatkan keagungan, berwibawa seperti orang tua yang sudah tampak putih rambutnya. Pesona apa ini yang sampai begitu memukau, begitu gemilang! Adakah dorongan lain yang lebih kuat selain iman sehingga untuk itu mereka mau terjun mempertaruhkan segalanya! Dan bagi pasukan Muslimin kekuatan iman kepada Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih besar! Semua pesona itu telah menambah kekuatan iman dalam hati mereka, mendorong mereka cepat-cepat menuju ibu kota Syam, yang memang sangat mereka dambakan hendak menerobos benteng-bentengnya masuk ke pusat kota. Bahkan nama Damsyik itu sendiri memperbesar keinginan mereka hendak cepat-cepat membuat penyelesaian. Betapa memesonakan yang pernah mereka dengar dari saudara-saudara dan nenek moyang mereka dulu, yang dalam musim panas mengadakan perjalanan ke Syam! Betapa pula pembicaraan mereka tentang sejarahnya, orang-orang setanah air yang beragama Nasrani, yang datang berziarah ke Baitulmukadas (Yerusalem). Kemudian mereka pergi ke tempat bersemayamnya raja di Syam, merasakan nikmatnya peradaban di sana, membeli barang-barang hadiah yang tak ada taranya di kota suci di Palestina itu. Orang-orang Nasrani menceritakan sejarah negeri itu kepada mereka. Hasrat mereka ingin tahu makin besar, ingin menyaksikan dan menikmati taman-tamannya yang harum, air yang mengalir di sela-sela keteduhan yang rimbun serta buah-buahannya yang lezat, dengan segala keindahannya sekarang, lebih-lebih di masa silam. Damsyik termasuk salah satu kota tua di dunia kalaupun tidak akan dikatakan yang tertua.6 Beberapa abad silam tempat ini menjadi pusat penyembahan yang besar kaum pagan. Setelah datang agama Kristen, tempat ibadah pagan itu dijadikan gereja untuk pengikut-pengikut Almasih. Keagungan dan keindahannya tak ada yang dapat menandingi selain gereja Antakiah (Antioch), tempat ibadah Kristen terbesar di Syam, di samping bangunan-bangunan yang didirikan oleh kerajaan Rumawi, yang keagungan dan kemegahannya melebihi semua yang dapat ditangkap mata orang-orang Arab dalam perjalanan mereka ke sana itu. Bagaimana pasukan Muslimin tidak ingin secepatnya sampai ke sana! Apa lagi yang masih menyangsikannya bahwa mereka harus menguasainya setelah mereka dapat mengalahkan pasukan Rumawi di Yarmuk, dan puluhan ribu prajurit habis terbantai di medan perang atau tersungkur hancur di jurang Waqusah!
Pasukan yang berjaya hampir tidak mendapat perlawanan yang berarti. Dalam perang ini pihak Rumawi tak dapat berlindung seperti pasukan Persia yang berlindung di sungai-sungai dan mengalirnya air yang saling bersambung di Furat dan Tigris, sebab di Syam tak ada sungai semacam itu. Juga di pihak Rumawi tak ada yang mau terjun bertempur mati-matian seperti pasukan Persia, karena bagi Persia Irak besar sekali artinya, sedang Mada'in yang menjadi ibu kota para Kisra terletak di pantai Sungai Furat, sungai yang terbesar. Kebalikannya Syam yang merupakan wilayah kekuasaan Rumawi, ibu kotanya Konstantinopel jauh dari Baitulmukadas dan dari Damsyik. Pihak yang mempertahankan pun tak mempunyai semangat keagamaan yang bersedia mati demi Baitulmukadas. Sebelum itu Persia sudah pernah mengalahkan Rumawi dan menguasai Gereja Hari Kiamat7 dan Gereja Buaian.8 Dalam menghadapi perubahan yang menimpa para penguasa itu tidak ada yang menggerakkan hati penduduk negeri yang akan mengorbankan nyawa membela rumah-rumah ibadah itu. Kalau Heraklius sudah memukul mundur Persia dan merebut kembali Palestina, kekuasaan para pejabatnya di sana rata-rata tidak lebih baik dan tidak lebih lunak daripada kekuasaan Persia. Oleh karena itu sandaran Heraklius di negeri-negeri ini hanya kota-kota yang sudah diperkuat dengan benteng-benteng, seperti Damsyik, Hims dan Antakiah (Antioch), dengan mengandalkan pada benteng-benteng dan kuatnya pertahanan.
Pasukan Muslimin sudah sampai di al-Gutah,9 daerah subur selatan Damsyik, dan mereka maju dengan semangat yang makin tinggi. Mata mereka beradu pada dataran luas tempat berdirinya kota-kota penting dan yang tertua, yang seolah sebidang tanah surga yang dibawa turun oleh malaikat dari langit ke bumi: sungai-sungai yang mengalir, mata air yang memancar deras, pohon-pohon yang rindang, kebun-kebun anggur, tin, zaitun dan taman yang penuh bahagia. Di celah-celah daerah yang rindang dan teduh itu menyelir hembusan yang membawa keharuman yang segar, dengan rumah-rumah yang menjadi milik orang-orang kaya. Oleh Allah mereka telah diberi segala yang menyenangkan di dunia ini, menggambarkan apa dan siapa mereka yang dulu ada di tempat itu tuan-tuan yang sudah menikmati segala kesenangan dan dayang-dayang yang seperti bidadari. Mana pula keindahan yang begitu memesona itu, kenikmatan yang begitu melimpah yang dulu dilihat oleh orang-orang yang pernah menemani Khalid bin Walid ke Irak. Ketika itu mereka sudah melihat pesona dan segala godaan yang luar biasa! Kalau benar kata-kata Khalid di Irak dulu: "Tidakkah kalian lihat makanan ini yang setinggi gunung? Demi Allah, kalau hanya untuk mencari makan, dan bukan karena kewajiban kita berjuang demi Allah dan mengajak orang kepada ajaran Allah, pasti kita gempur desa ini sehingga hanya tinggal kita yang berkuasa di sini; dan orang-orang yang enggan berjuang seperti yang kalian lakukan ini, akan kita biarkan dalam kelaparan dan kekurangan." Kalau kata-kata ini layak untuk Irak satu kali, maka apa yang ada di Damsyik dan daerah subur sekitarnya itu lebih layak seribu kali. Apa yang mereka lihat di sini bukan makanan yang setinggi gunung, tetapi yang di luar dugaan kebanyakan mereka, makanan yang tak pernah terbayangkan dalam khayal, tak pernah terlihat mata, tak terdengar telinga dan tak pernah terlintas dalam pikiran.
Pasukan Muslimin melihat rumah-rumah dan istana-istana di daerah subur itu sudah-kosong dan sunyi. Yang terdengar hanya nyanyian burung-burung di taman-taman yang beraneka warna. Para penghuni rumah dan istana itu sudah meninggalkan tempat-tempat mereka untuk berlindung di pagar-pagar tembok kota yang kekar. Tentang kekukuhan dan kekekaran pagar-pagar tembok Damsyik itu memang sudah menjadi peribahasa. Dibangun dari batu-batu besar yang kuat, dengan ketinggian lebih dari enam meter dan tebal lebih dari tiga meter. Benteng-bentengnya pun dengan puncak-puncak yang tinggi dan kotak-kotak pengintai yang tak sedikit jumlahnya, tempat berlindung para pemanah dan para pemakai manjaniq10. Heraklius memang sudah makin memperkukuh tempat itu sesudah ada serangan pihak Persia ke sana, dengan harapan dapat menangkis setiap serangan kepada kerajaannya. Tembok-tembok itu dilengkapi dengan pintu-pintu yang kuat dan tangguh dan dapat ditutup rapat sehingga tak mungkin orang dapat masuk atau keluar. Di sekeliling tembok dipasang pula parit-parit dengan lebar lebih dari tiga meter, dialirkan ke dalamnya air Sungai Barada. Dengan demikian seluruh Damsyik itu sudah merupakan sebuah benteng dengan menara-menara di setiap penjuru. Tak mungkin ada penyerang yang dapat menerobos kecuali sesudah diadakan pengepungan lama yang akan membuat penghuninya menjadi lemah, kehilangan semangat dan memaksa mereka menyerah.
Abu Ubaidah sudah memperkirakan untuk menyerbu kota yang kukuh ini memerlukan pengepungan yang cukup lama. Maka diperintahkannya pasukannya membuka dan menempati gereja-gereja dan rumah-rumah daerah subur sekitar Damsyik itu. Diperkirakannya juga bahwa Heraklius sudah mengirim pasukan dari Hims atau Palestina untuk mengepung kekuatannya yang di sekitar Damsyik di antara benteng-benteng kota dengan kekuatan pasukan Rumawi. Abu Ubaidah memerintahkan Zul-Kula' al-Himyari menempatkan markasnya di suatu tempat antara Damsyik dengan Hims, sedang Alqamah bin Hakim dan Masruq al-Akki diperintahkan bermarkas di antara Damsyik dengan Palestina. Setelah merasa puas dengan strateginya itu para perwira dan pasukannya diperintahkan maju untuk mengepung ibu kota, sebagai persiapan untuk melancarkan serangan. Ia juga menunjukkan pintu mana yang harus menjadi bagian mereka masing-masing. Dia sendiri turun di Gerbang al-Jabiah, Amr bin As di Gerbang Tauma', Syurahbil bin Hasanah di Gerbang al-Faradis dan Yazid bin Abi Sufyan di Gerbang Kisan sedang Khalid bin Walid di Gerbang asy-Syarqi. Tak jauh dari Gerbang itu ada sebuah biara bernama Biara Saliba, yang oleh Khalid dijadikan tempat tinggalnya, dan kemudian disebut "Biara Khalid."
Pasukan Muslimin mulai menempatkan beberapa manjaniq dan "tank-tank"11 di sekitar kota dan mulai menyerang benteng-benteng kota itu. Tetapi benteng-benteng itu rupanya begitu kukuh sehingga dapat bertahan dari peralatan Arab dan segala macamnya yang masih bersahaja dan anggota-anggota pasukan yang digunakan pun belum begitu terlatih untuk menghadapi cara-cara pengepungan demikian. Oleh karenanya, setiap serangan mendapat perlawanan dan pengawal-pengawal "tank" manjaniq dipukul mundur dengan panah dan tombak. Ketika itu Nestas, gubernur kota itu dan Bahan panglima perangnya yakin sekali bahwa Heraklius tidak akan membiarkan ibu kota kerajaannya di Syam itu jatuh ke tangan musuh-musuhnya sementara ia tinggal tak jauh di Hims dengan pasukannya yang sangat besar, dan orang-orang Arab itu tidak akan bertahan lama dan akan melepaskan kepungannya pergi dari sana seperti yang sudah pernah dilakukan musuh-musuh sebelumnya. Keyakinan ini memperpanjang perlawanan mereka, dan pasukan Muslimin tidak pula dapat menembus kota. Sebenarnya Heraklius tidak menyalahi dugaan mereka. Dari Hims sudah dikirimnya beberapa pasukan sebagai bala bantuan ke Damsyik. Tetapi dalam perjalanan angkatan bersenjata ini dihadang oleh Zul-Kula' dan oleh pasukan berkuda dari Yaman, maka terjadilah pertempuran sengit antara keduanya. Pasukan Rumawi mundur kembali membawa kekalahan ke Hims. Mengetahui hal ini Nestas dan Bahan merasa gelisah sejenak, tetapi kemudian mereka kembali yakin akan kemampuan Damsyik untuk mengadakan perlawanan. Tak lama lagi musim akan dingin sekali, dan Arab anak-anak Sahara yang panas itu tidak akan tahan, dan akan kembali pulang ke kota mereka.
Tetapi keyakinan mereka tidak mengurangi hasrat mereka mengirim utusan kepada Heraklius meminta bala bantuan dipercepat, khawatir pengepungan itu masih akan lama dan semangat mereka akan lemah. Heraklius membalas bahwa ia akan mengirim bala bantuan dan menanamkan semangat kepada pasukannya agar tetap tabah mengadakan perlawanan. Surat Heraklius itu membangkitkan semangat mereka dan mereka akan tabah menghadapi dan mengadakan perlawanan terhadap serangan pasukan Muslimin, kendati mereka tidak akan menanggung risiko keluar dari pagar-pagar tembok kota untuk menghadapi pihak yang telah mengalahkan dan menghancurkan pasukan Rumawi di Yarmuk dulu. Perlawanan mereka cukup lama dan pasukan Muslimin pun tidak kurang pula lamanya mengepung mereka: ada yang mengatakan tujuh puluh hari, ada juga yang mengatakan empat bulan, yang lain mengatakan enam bulan. Selama waktu itu pasukan Muslimin terus memperketat pengepungannya. Sia-sia mereka menunggu datangnya bala bantuan Kaisar yang begitu lama. Musim dingin pun berlalu dan sekarang datang musim semi, pasukan Muslimin masih tidak beranjak dari pengepungannya. Sebaliknya pihak Rumawi sudah merasa makin lemah dan semangat mereka terasa makin dingin. Harapan mereka sudah buyar akan memperoleh bala bantuan dari Kaisar dan mengusir pasukan musuh. Mereka mulai berpikir hendak mengadakan pembicaraan dan perdamaian dengan pihak Muslimin.
Pasukan Muslimin akhirnya memasuki kota dan mengadakan perdamaian dengan mereka. Bagaimana mereka masuk? Dengan jalan kekerasan? Atau pihak Damsyik membukakan pintu-pintu gerbang? Siapa dari pihak Muslimin yang mengadakan perjanjian perdamaian, dan dengan cara apa diadakan? Di sini sumber-sumber masih saling berlawanan, malah masih kacau. Sumber yang lebih terkenal menyebutkan bahwa Khalid bin Walid yang tinggal di Gerbang asy-Syarqi tidak tidur dan tidak membuat orang tidur. Ia mempunyai mata-mata yang tajam sehingga segala apa yang terjadi di Damsyik tak ada yang terlewat. Suatu hari ia menerima laporan bahwa seorang panglima tinggi di kota itu mendapat anak. Karena gembiranya ia mengadakan pesta dan prajurit-prajurit pun ikut makan dan minum sehingga mereka lupa akan tugas mereka. Khalid sudah pula menyiapkan tali-temali dalam bentuk tangga dan laso12. Sesudah mulai larut malam. ia dan pasukannya yang dibawanya dari Irak bangun. "Kalau kalian mendengar suara kami bertakbir dari atas pagar-pagar tembok itu naiklah ke tempat kami," katanya kepada mereka. Ia melangkah maju dengan mengajak Qa'qa' bin Amr dan Maz'ur bin Adi dan yang semacamnya, yang sangat pemberani. Mereka menyeberangi parit dengan menggunakan kirbat-kirbat.13 Mereka melemparkan tali-temali itu ke kotak-kotak pengintai di atas pagar-pagar tembok lalu naik dengan memanjat tangga tali itu. Begitu mereka sudah memanjat dinding tali-tali sebagian ditarik dan dilemparkan ke kotak-kotak pengintai berikutnya di dalam kota dan mereka pun terjun. Khalid bersama beberapa orang lagi meluncur turun dan mereka berhenti di depan pintu gerbang dan cepat-cepat berusaha membukanya dengan pedang. Teman-temannya yang berada di atas dinding kini makin banyak. Setelah mendengar anak buah Khalid bertakbir, cepat-cepat mereka menyeberangi air itu dan memanjat tali-temali tangga menyusul teman-teman mereka di atas pagar tembok.
Pintu Gerbang Syarqi merupakan yang terkuat di Damsyik serta paling banyak airnya dan jalan masuknya paling kukuh. Oleh karena itu jumlah penjaganya tidak banyak. Khalid dan kawan-kawannya menyergap dan membunuh mereka saat mereka sedang lengah. Kunci-kunci pintu gerbang itu dibuka dengan pedang, dan yang tidak ikut naik memanjat pagar tembok menyerbu masuk ke dalam kota sambil bertakbir. Semua orang yang ada dalam ketakutan. Berita-berita sudah tersiar di kalangan mereka bahwa pasukan Muslimin telah menyerbu Gerbang Syarqi dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai di tempat itu. Ketika itu juga cepat-cepat mereka menyerbu ke gerbang-gerbang yang lain. Sesudah berhasil dibuka, dan perdamaian diadakan dengan Abu Ubaidah, mereka diberi jaminan keamanan, ia masuk dari Gerbang Jabiah. Dia tidak tahu apa yang sudah dilakukan Khalid. Setelah kemudian ia mengetahui ada pertumpahan darah, ia mengutus orang kepada Khalid agar tindakan demikian itu dihentikan, dan bahwa dia sudah mengadakan perjanjian perdamaian dan menjamin keamanan mereka. Khalid membantah bahwa dia membuka gerbang kota itu dengan paksa. Tetapi Abu Ubaidah adalah panglima pasukan, dan tak ada jalan lain Khalid harus mematuhi perintahnya dan harus diadakan perjanjian perdamaian dengan pihak didudukinya.
Demikian sumber-sumber yang paling terkenal mengenai pembebasan Damsyik. Kendati peristiwa-peristiwa ini terasa aneh, namun didukung oleh para sejarawan Arab dan kalangan orientalis karena pahlawannya Khalid bin Walid. Andaikata yang menjadi pahlawan bukan panglima jenius ini yang banyak mendatangkan berbagai keajaiban dalam perang niscaya semua sejarawan akan mengenyampingkan peristiwa itu. Bahkan untuk melaporkannya pun tak akan ada yang berani. Siapa selain Khalid yang tidak tidur dan membuat orang tidak tidur! Siapa selain dia yang mampu mengetahui segala rahasia yang ada di balik pagar tembok kota Damsyik, sehingga ia tahu betul bahwa ada seorang panglima tinggi mendapat anak dan dia mengundang orang dan pengawal-pengawal ikut berpesta makan minum sehingga melalaikan tugasnya? Dan siapa selain dia, yang sesudah pengepungan yang berlangsung selama tujuh puluh hari itu, atau empat bulan, atau enam bulan, yang berani menyeberangi parit bersama anak buahnya dengan menggunakan beberapa kirbat, dan memanjati pagar-pagar tembok dengan tali dan dia sendiri turun ke dalam pagar itu dengan mempertaruhkan diri ke dalam bahaya ketika fajar menyingsing?! Tetapi di medan perang Khalid memang suatu mukjizat, suatu keajaiban, seperti yang sudah kita lihat dalam Perang Riddah, dalam pembebasan Irak dan dalam Pertempuran Yarmuk. Tidak heran jika ini merupakan salah satu mukjizat yang telah memberikan keunggulan dan kemenangan dalam setiap pertempuran yang dihadapinya, sehingga ada kalangan sejarawan Arab dan orientalis yang mendukungnya.
Tetapi dukungan ini tidak bebas dari kritik dan kecaman orang. Mereka mengutip sumber-sumber lain yang lebih wajar dalam hal seperti peristiwa Damsyik ini. Misalnya, sumber-sumber yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah dengan pasukannya menyerang Gerbang Jabiah dan dibuka dengan kekerasan, sementara Khalid yang mengadakan persetujuan damai dengan pihak kota di Gerbang Syarqi. Setelah kedua panglima itu bertemu di dalam kota Damsyik perdamaian yang diadakan oleh Khalid itu diterima oleh Abu Ubaidah dan diperlakukan untuk seluruh kota. Sebenarnya sumber ini tidak berbeda dengan sumber yang pertama, kecuali yang berkenaan dengan mukjizat-mukjizat Khalid, seperti dia sudah mengetahui panglima Rumawi yang mengadakan pesta dan pengaruhnya terhadap para pengawal, memanjat pagar tembok dan tentang tali-temali. Andaikata soal mukjizat-mukjizat itu tidak disebut-sebut, dan katanya Khalid yang membuka Gerbang Syarqi dengan kekerasan dan Abu Ubaidah yang mengadakan persetujuan dengan pihak Gerbang Jabiah lalu terjadi perdamaian di seluruh kota, tentu kedua sumber itu tetap sejalan, artinya bahwa panglima-panglima Muslimin mengetahui bahwa pengepungan itu melemahkan mereka yang terkepung, lalu mereka sepakat menyerang semua gerbang kota. Sesudah pihak Damsyik melihat serangan pasukan Muslimin, terjadi perselisihan apa yang akan mereka perbuat. Lalu sebagian mereka membuka pintu-pintu gerbang itu dan yang sebagian lagi kemudian. Lalu panglima yang berikutnya membuka gerbang itu dengan paksa. Dengan demikian ada pasukan Muslimin yang masuk dengan cara damai, dan ada pula yang menyerbu tanpa menemui perlawanan. Maka terjadilah kemudian persetujuan damai untuk seluruh kota.
Please direct any suggestion to Media Team