Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

VII. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH (1/3)

Tulaihah mendakwakan diri nabi - 100; Dugaan Tulaihah menerima wahyu - 101; Perintah Muhammad memerangi kaum murtad - 102; Politik Abu Bakr memecah-belah Tayyi' dengan sekutu-sekutunya - 103; Tayyi' melepaskan diri dari Tulaihah dan kembali kepada Islam - 104; Tulaihah gigih mengadakan perlawanan - 105; Tayyi' memerangi Qais - 106; Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari ke Syam dan kembali kepada Islam - 107; Khalid terus menumpas kaum murtad dan pembangkang - 108; Sebabnya sisa-sisa kaum murtad bertahan - 108; Sikap keras Khalid terhadap para pembunuh Muslimin - 110; Abu Bakr membenarkan tindakan Khalid - 111; Abu Bakr melindungi para tawanan yang dibawa ke Medinah - 111; Kisah tentang Qurrah bin Hubairah dan Alqamah bin Ulasah - 111; Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml - 113; Siapa Umm Ziml - 114; Khalid memerangi Umm Ziml - 115; Kaum murtad setelah hancurnya Tulaihah dan pengikut-pengikutnya - 115.

Kabilah-kabilah sebangsa Abs, Zubyan dan Banu Bakr serta mereka yang membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir dengan kehancuran yang memalukan, mereka bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah Tayyi', Gatafan, Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak di sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung. Mereka semua mengatakan seperti yang dikatakan oleh Uyainah bin Hisn dan kawan-kawannya dari Banu Fazarah: "Kami lebih menyukai nabi dari kedua sekutu ini - maksudnya Asad dan Gatafan - daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih hidup."

Mereka sudah yakin, bahwa Abu Bakr akan membuat persiapan dan akan menggempur mereka juga. Tetapi mereka tetap mau mengadakan perlawanan dan akan mengikuti Tulaihah, dengan memberontak kepada kekuasaan Medinah, mempertahankan kebebasannya dan menolak menunaikan zakat, yang mereka anggap sebagai upeti yang dibayar seorang pengikut kepada yang diikutinya. Ketika itu Tulaihah tinggal di Samira', kemudian pindah ke Buzakhah yang dikiranya lebih baik dan lebih kuat sebagai tempat berperang.

Tulaihah mendakwakan diri nabi

Sesudah Rasulullah wafat Tulaihah tidak lagi mendakwakan diri nabi. Ia melakukannya pada saat-saat terakhir dalam hidupnya. Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah. Seperti kedua rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri nabi, ia juga tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada penyembahan berhala. Paganisma itu oleh Muhammad sudah dikikis habis dari negeri Arab. Ajakan tauhid sudah meluas ke seluruh Semenanjung itu dan sudah meresap begitu kuat dalam hati sehingga setiap orang merasa malu jika masih berpikir tentang berhala dan menganggapnya sebagai impian kosong saja. Tetapi mereka yang menganggap diri nabi itu mendakwakan bahwa mereka juga menerima wahyu seperti yang diterima Muhammad, dan malaikat datang kepada mereka dari langit seperti yang juga datang kepada Muhammad. Di antara mereka ada pula yang berusaha meniru-niru Qur'an, yang menurut khayalnya juga diwahyukan kepadanya. Beberapa contoh sajak yang oleh sumber-sumber itu dihubungkan kepada mereka, sukar sekali dapat kita pastikan kebenarannya. Suatu hal yang tak masuk akal dan sukar dibayangkan bagaimana seseorang yang mendakwakan diri nabi akan mau menyiarkannya kepada orang ramai atas namanya, dan bagaimana pula orang akan menerimanya dan mengikutinya bila igauan serupa dikatakan wahyu dan firman Tuhan semesta alam.

Dugaan Tulaihah menerima wahyu

Cukup kiranya kalau kita baca apa yang katanya bahwa Tulaihah mendakwakan diri telah mendapat wahyu untuk membuat orang sangsi bahwa ada orang yang berdakwah demikian mendapat banyak pengikut, selanjutnya orang itu kemudian memegang peranan penting dalam Islam, yang masih dicatat oleh sejarah sebagai saksi tentang beberapa peristiwa perjuangan selama masa Umar bin Khattab. Di antara yang disebutkan oleh sumber-sumber tentang Tulaihah yang mendakwakan diri menerima wahyu itu kata-katanya ini (dalam bentuk sajak):

"Demi burung dara dan burung tekukur, demi burung pemangsa yang kelaparan, yang sudah diburu sebelummu beberapa tahun, raja kita pasti mengalahkan Irak dan Syam."

Kita sudah sering membaca mantra-mantra para dukun zaman jahiliah, dan semua itu masih kita ingat, bahwa Kuraisy memerangi Muhammad karena dia dikatakan seorang dukun dan bahwa yang diwahyukan kepadanya itu semacam mantra ini. Orang yang pernah hidup sezaman dengan Nabi sudah tahu benar, bahwa propaganda yang ditujukan yang maksudnya kepada Qur'an itu omong kosong. Di samping itu, buat semua orang dan buat orang Arab jelas sekali sudah, bahwa Qur'an adalah mukjizat Muhammad, yang tidak mungkin - baik manusia ataupun jin - akan mampu membuat serupa itu sekalipun mereka masing-masing saling tolong-menolong. Tulaihah dulu memang seorang dukun, sama seperti juga Aswad. Tetapi adakah mantra yang katanya wahyu itu termasuk mantra para dukun? Kalaupun benar demikian, artinya dukun-dukun itu termasuk tukang-tukang sulap yang luar biasa, dan segala yang berasal dari mereka itu adalah suatu kearifan, maka itulah yang telah merendahkan makna kearifan.

Benar tidaknya kata-kata itu konon berasal dari Tulaihah, berarti kita diajak menyetujui pandangan yang dalam sejarah sendiri tak pernah ada catatannya yang berarti buat kita. Apa yang sudah diceritakan kepada kita, hanya bahwa dia tak dapat menerima adanya ketentuan rukuk dan sujud dalam salat, dan katanya bahwa Allah tidak menyuruh orang menyurukkan mukanya ke debu atau membungkukkan punggung dalam salat. Kalaupun apa yang dikaitkan kepadanya itu benar, barangkali itu diambil dari cara-cara sembahyang orang-orang Nasrani.

Sebenarnya penyebab sedikitnya peninggalan Tulaihah, Musailimah dan yang semacamnya itu yang sampai kepada kita, itu sama dengan penyebab sedikitnya pengetahuan kita tentang berhala-berhala itu. Kaum Muslimin yang mula-mula sudah membuangnya dan tidak pernah memikirkan akan mencatat atau menceritakan semua itu. Juga orang-orang yang datang kemudian tidak menganggap perlu, kecuali jika dapat memperkuat agama yang benar ini.

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa yang dicatat oleh kaum Muslimin pada permulaan sejarah Islam itu hanya usaha Abu Bakr dalam mengumpulkan Qur'an, sedang pengumpulan sunah dan hadis baru dilakukan sesudah abad pertama Hijri. Orang-orang yang telah bekerja untuk itu pun tidak sedikit mengalami kesulitan. Yang meringankan mereka hanya karena dengan itu mereka sangat mengharapkan pahala dari Allah. Melihat keadaan yang demikian, tidak heran bila cerita-cerita tentang Tulaihah dan nabi-nabi palsu yang lain itu banyak yang kita sangsikan, apalagi kalau cerita-cerita itu tidak cocok dengan yang biasa dikenal mengenai tata nilai kehidupan orang Arab, di kota dan di pedalaman, dan tidak pula sejalan dengan segala peristiwa yang ada hubungannya dengan semua itu.

Perintah Muhammad memerangi kaum murtad

Sejak semasa Nabi masih hidup, Tulaihah di kabilah Banu Asad, Aswad di Yaman dan Musailimah di Yamamah sudah mendakwakan diri nabi. Muhammad telah mengutus Dirar bin Azwar kepada wakilnya di Banu Asad dengan perintah menangani siapa saja yang murtad. Markas Muslimin ketika itu di Waridat, sedang Tulaihah dan golongan bermarkas di Samira'. Jumlah kaum Muslimin sudah bertambah banyak, sebaliknya jumlah kaum murtad makin berkurang jumlahnya. Hal ini karena tersiarnya berita-berita tentang kemenangan pihak Muslimin di berbagai tempat, sehingga Dirar sudah bersiap-siap akan memerangi Tulaihah, tetapi tampaknya sudah didahului oleh yang lain yang ingin menghilangkan nabi palsu itu. Orang itu dibidik dengan senjata tetapi luncas dan tidak mengenai sasaran. Orang-orang di sekitar Tulaihah segera bergegas dan menyiarkan berita bahwa senjata itu tidak mempan terhadap nabi mereka.

Sementara Muslimin sudah siap-siap akan menghadapi situasi itu, tiba-tiba tersiar berita Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Mereka jadi gelisah dan jumlah mereka berkurang. Banyak di antara mereka yang lari kepada Tulaihah menjadi pengikut dan pendukungnya. Setelah kedua kabilah Abs dan Zubyan bergabung sesudah oleh Abu Bakr dihancurkan di Zul-Qassah, keadaan mereka makin kuat dan mereka mengira tak akan dapat dikalahkan.

Yang menambah lagi kekuatan Tulaihah karena beberapa kabilah lain bergabung pula dengan Abs dan Zubyan. Soalnya karena antara kabilah-kabilah Asad, Gatafan dan Tayyi' sudah mengadakan persekutuan sejak zaman jahiliah, sebelum Rasulullah diutus. Kemudian Asad dan Gatafan bersepakat menghadapi kabilah Tayyi' dan mengusirnya dari kampung halamannya. Hubungan antara mereka terputus. Setelah Rasulullah wafat Uyainah bin Hisn dari kabilah Fazarah berpidato di hadapan Gatafan dengan mengatakan: "Aku tidak mengenal lagi perbatasan Gatafan setelah kami putus dengan Banu Asad. Aku akan membaharui persekutuan antara kita yang sudah ada sejak dulu itu dan kita akan menjadi pengikut Tulaihah. Kami lebih menyukai nabi dari kedua sekutu ini daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih hidup." Pendapat Uyainah itu diikuti oleh golongannya. Dengan masuknya mereka itu, kedudukan golongan murtad itu makin kuat, sehingga kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka lari ke Medinah.

Kabilah-kabilah itu berkumpul di Buzakhah. Mereka mengumumkan kemurtadan dan perlawanan mereka terhadap kekuasaan Medinah. Abu Bakr mulai mempersiapkan dan mengatur beberapa brigade dan kemudian dikirim untuk menghadapi mereka serta kabilah-kabilah lain di Semenanjung itu, dengan disertai surat mengingatkan mereka bahwa mereka akan menghadapi perang jika tidak segera kembali ke pangkuan Islam. Khalid bin Walid memang sudah diberi tugas menghadapi Tulaihah, dan setelah itu untuk menghadapi Malik bin Nuwairah. Adakah ia disuruh cepat-cepat berangkat untuk menghadapinya dan menghadapi kabilah-kabilah yang lain itu? Tidak! Abu Bakr malah mengumumkan bahwa dia sendiri akan memimpin pasukan itu ke Khaibar untuk bergabung dengan Khalid dan membantunya dalam menghadapi gerombolan-gerombolan murtad itu.

Politik Abu Bakr memecah-belah Tayyi' dengan sekutu-sekutunya

Abu Bakr kemudian minta kepada Adi bin Hatim - yang sudah datang membawa zakat ke Medinah seperti disebutkan di atas - supaya menemui kabilahnya, Tayyi' untuk mengingatkan akibat sikap mereka yang berkeras dalam kemurtadannya itu. Khalid memang tidak langsung berangkat ke Buzakhah, melainkan pergi ke Aja' dan dia mengumumkan bahwa ia sedang menuju Khaibar untuk bergabung dengan pasukan Khalifah, dan dari sana kedua pasukan itu baru kemudian akan bertolak ke Buzakhah. Ketika Adi menyampaikan hal itu kepada kabilahnya, berita itu sudah luas tersiar.

Adi mengadakan perundingan dengan mereka agar kembali kepada Islam dan bersama-sama dengan Abu Bakr dalam satu barisan. Tetapi mereka menjawab: "Kita tidak akan menjadi pengikut Abul-Fasil." Abu al-Fasil1 adalah julukan yang dipakai oleh lawan Abu Bakr untuk mengejeknya. Ketika itu Adi berkata: "Mereka telah datang kepadamu dan akan menistakan perempuan-perempuan kamu dan kamu akan menjulukinya nanti dengan jantan besar. Terserah kepadamu sekalian." Disebutkan juga jumlah orang dan perlengkapan Muslimin yang akan membuat mereka gentar dengan diperlihatkan juga bahwa si Fasil itu ternyata memang benar-benar jantan.

Sebenarnya mereka tidak menyangsikan apa yang dikatakan Adi itu. Abu Bakr memang sudah menumpas Abs dan Zubyan berikut pembela-pembelanya ketika pasukan itu jauh dari dia di perbatasan Rumawi ! Buat apa mereka harus memerangi Abu Bakr, padahal yang diminta oleh Adi hanya supaya mereka berpegang teguh pada agama seperti pada masa Rasulullah! Maukah mereka begitu saja mempertaruhkan diri, anak-anak dan istri-istri menghadapi Khalid yang sudah cukup terkenal keras dan garang hanya untuk menggantikan Tulaihah dengan Abu Bakr?!

Tayyi' melepaskan diri dari Tulaihah dan kembali kepada Islam

Hal ini mereka diskusikan dengan sesama mereka, yang akhirnya disimpulkan bahwa apa yang dikatakan Adi itu benar; dia ikhlas dan jujur dalam memberikan pendapat dan nasihat. Setelah menemui Adi kembali mereka berkata: "Mari kita menemui pasukan itu dan tahan jangan menyerang sebelum orang-orang kita yang menyusul ke Buzakhah dapat kita keluarkan. Kalau kita menentang Tulaihah sementara mereka masih di tangannya, mereka akan dibunuh dan disandera."

Adi merasa senang dengan sikap mereka itu. Ia segera kembali ke Sunh dan setelah menemui Khalid ia berkata: "Khalid, tahan dulu sampai tiga hari. Ada lima ratus prajurit akan bergabung dengan pasukanmu. Kita akan sama-sama menghantam musuh. Ini tentu lebih baik daripada kau cepat-cepat melemparkan mereka ke dalam api dan disibukkan oleh mereka."

Buat Khalid ini bukan tidak diketahui. Dia adalah pakar dan kenal benar taktik perang. Bahwa keluarnya Tayyi' dari Tulaihah akan sangat melemahkan dan membuat porak-poranda pihak lawan. Oleh karena itu Khalid menahan diri selama tiga hari tidak berangkat. Sementara itu Adi pun kembali ke kabilahnya. Ternyata mereka memang sudah mengirim orang ke Buzakhah meminta bantuan pasukan untuk membantu pasukan Muslimin sebelum mereka menyerang Tulaihah. Dengan senang hati Tulaihah menerima alasan ini, dan mereka dibiarkan pergi ke Tayyi'. Setelah dibicarakan dan didiskusikan pandangan Adi itu mereka puas. Adi kembali membawa mereka yang sudah kembali ke pangkuan Islam itu kepada Khalid.

Sebelum Khalid berangkat ke Ansur hendak menemui kabilah Jadilah, sekali lagi Adi mengambil kesempatan berbicara dengan dia: "Kabilah Tayyi' itu seperti burung dan Jadilah salah satu sayap Tayyi'. Beri aku waktu barang beberapa hari lagi, kalau-kalau Allah masih akan menolong Jadilah."

Tanpa ragu lagi Khalid menyetujui permintaannya itu. Adi berangkat menemui suku Jadilah. Sementara masih di tengah-tengah mereka ia dibaiat. Kemudian ia kembali kepada Khalid bersama mereka yang sudah kembali kepada Islam, dan mereka menyusul Muslimin yang terdiri dari seribu anggota pasukan berkuda. Kalangan sejarawan menyebutkan: Adi adalah manusia terbaik dan merupakan berkah terbesar yang dilahirkan di bumi Tayyi'.

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team