Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

VII. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH (2/3)

Tulaihah gigih mengadakan perlawanan

Cerita mengenai kabilah Tayyi' dan Jadilah ini sampai juga kepada Tulaihah dan para pengikutnya di Buzakhah. Rasanya tidak perlu lagi disebutkan, betapa berita-berita itu membuat semangat dan kekuatan Tulaihah jadi menurun. Kendati begitu ia tetap gigih hendak mengadakan perlawanan bila diserang. Buat dia memang tak ada jalan lain daripada itu, didampingi oleh Uyainah bin Hisn memimpin tujuh ratus orang dari Fazarah. Dia sangat membenci Abu Bakr dan ingin sekali melumpuhkan kekuasaan Muslimin. Dalam Perang Ahzab dulu Uyainah inilah yang memimpin pasukan Fazarah. Ketika itu ia termasuk salah satu dari tiga kavaleri yang berusaha hendak menyerang Medinah setelah ada persetujuan antara Fazarah dengan Quraizah, dan dia juga yang hendak menyerbu Medinah tak lama setelah pihak Ahzab jatuh. Tetapi Rasulullah dapat menahan serangan mereka dan Uyainah ini yang lari dikejar dalam ekspedisi Zu Qarad. Sekalipun kemudian ia masuk Islam, tetapi masuk Islamnya karena menyerah kalah kepada kekuatan yang sudah tak dapat dilawan. Namun setelah Rasulullah wafat, ia tidak senang dengan kekuasaan Abu Bakr.

Sekalipun sudah ditinggalkan oleh Tayyi' dan Jadilah, Tulaihah tidak akan mundur dari "kenabiannya," sebab dia tahu benar, bila ia mundur Uyainah akan berbalik melawannya dan semua mereka yang di sekitarnya akan memberontak dan nyawanya terancam. Biarlah dia bertahan, dan dia akan menunggu Khalid dan pasukannya datang. Sesudah itu biarlah terjadi apa yang akan terjadi.

Tiba saatnya sudah Khalid harus bergerak menghadapi golongan murtad itu. Ia mengirim Ukkasyah bin Mihsan dan Sabit bin Agram al-Ansari sebagai perintis jalan. Keduanya termasuk pemuka dan pahlawan Arab yang berani. Mereka bertemu dengan Hibal2 saudara Tulaihah dan ia dibunuh. Mendengar dia dibunuh Tulaihah dan Salamah, saudaranya yang seorang lagi, keluar memeriksa dan mencari berita lebih lanjut. Salamah tidak menunda lagi ketika melihat Sabit, lalu dibunuhnya. Ukkasyah bertahan menghadapi Tulaihah tetapi Tulaihah meminta bantuan saudaranya, lalu Ukkasyah juga mereka bunuh. Setelah itu mereka kembali ke tempat semula.

Khalid datang dengan beberapa orang. Melihat kedua sahabat mereka dibunuh, mereka sangat terharu. Kata mereka: "Dua orang pemimpin dan pahlawan Muslim!" Melihat kesedihan sahabat-sahabatnya itu Khalid mengambil sikap untuk tidak menghadapkan mereka kepada musuh sebelum hati mereka tenang kembali. Karena itu ia mengajak mereka berbelok ke Tayyi'. Ia meminta Adi memberikan siapa saja anak buahnya yang dapat dikerahkan. Pihak Muslimin melihat jumlah pasukannya makin banyak dan dengan itu kekuatannya pun akan berlipat ganda. Mereka senang hati berangkat perang. Khalid memimpin mereka ke Buzakhah untuk menghancurkan Tulaihah tanpa menenggang-nenggang dan maju-mundur lagi.

Tayyi' memerangi Qais

Kabilah-kabilah Qais dan Banu Asad sudah siap berperang di sekeliling Tulaihah. Orang-orang Tayyi' yang bergabung dengan pasukan Khalid berkata: Kita minta kepada Khalid, cukup menghadapi Qais saja, sebab Banu Asad masih termasuk sekutu kami. Tetapi Khalid menjawab: Qais tidak lebih lemah dari keduanya. Yang mana dari mereka yang kamu sukai serbulah. Adi berkata: Kalau keluargaku terdekat meninggalkan agama ini, pasti kuhadapi mereka. Akan mundurkah aku menghadapi Banu Asad karena persekutuannya itu! Tidak, tidak akan kulakukan ! Khalid berkata: Memerangi keduanya juga suatu jihad. Janganlah kautentang pendapat kawan-kawanmu itu. Teruskan menghadapi salah satunya, dan pimpinlah mereka menghadapi lawan yang lebih kuat untuk diperangi. Dengan begitu Tayyi' akan menghadapi Qais, dan Muslimin yang lain menghadapi Banu Asad.

Ketika itu yang akan memimpin pertempuran ialah Uyainah bin Hisn di pihak Tulaihah, sementara Tulaihah sendiri tinggal dalam sebuah rumah dari bulu berselubung kain guna membuat ramalan buat mereka. Setelah terjadi pertempuran sengit dan Uyainah melihat kekuatan Khalid dan Muslimin, ia kembali kepada Tulaihah menanyakan: 'Sudahkah Jibril datang?' 'Belum,' jawab Tulaihah. Uyainah kembali dan terus bertempur lagi. Begitu melihat pertempuran itu berkobar luar biasa, ia kembali lagi kepada Tulaihah menanyakan: "Bagaimana? Jibril sudah datang?" Tulaihah menjawab: "Belum juga." "Sampai kapan? Sudah cukup lama kita menunggu !'" kata Uyainah.

Ketika ia kembali lagi ke medan pertempuran, pasukan berkuda Khalid sudah hampir mengepungnya dan mengepung anak buahnya. Ketika kembali lagi kepada Tulaihah dalam ketakutan ia mengulangi lagi pertanyaannya: "Sudah datangkah Jibril?" "Ya, sudah." "Apa katanya?" Tulaihah menjawab: "Dia berkata kepadaku: 'Kau punya pasukan unta seperti pasukannya dan sebuah cerita yang tak terlupakan.'"

Tidak tahan mendengar igauan itu Uyainah berteriak mengatakan: 'Allah sudah tahu bahwa akan terjadi suatu cerita yang tak terlupakan!' Kemudian ia berseru kepada golongannya: 'Hai Banu Fazarah, mari kita tinggalkan dia. Dia pembohong!'

Mereka pun pergi berlarian. Ketika itu ada sebuah rombongan lewat, mereka berseru kepada Tulaihah: "Apa yang kauperintahkan kepada kami?!" Waktu itu Tulaihah sedang menyiapkan kudanya dan seekor unta untuk istrinya, Nawar. Begitu melihat orang banyak mendatanginya dan memanggil-manggilnya, langsung ia menaiki kudanya dan membawa serta istrinya. Dengan demikian ia dan istrinya menyelamatkan diri, sambil berkata: "Barang siapa di antara kamu dapat berbuat seperti aku dan dapat menyelamatkan diri dan keluarganya, lakukanlah !"

Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari ke Syam dan kembali kepada Islam

Demikianlah perlawanan nabi palsu yang ditujukan kepada Abu Bakr itu berakhir. Bahkan sekaligus usahanya mengaku-aku nabi juga berakhir. Dia lari ke Syam dan mereka yang dulu mengatakan dia nabi kini mendustakannya. Kemudian ia mengambil tempat di Kalb dan menetap di sana. Kemudian ia kembali ke pangkuan Islam setelah diketahuinya bahwa kabilah-kabilah yang dulu menjadi pengikutnya telah kembali kepada agama yang benar itu. Setelah itu ia melakukan umrah ke Mekah semasa Khalifah Abu Bakr itu juga. Bila ia menyusuri pinggiran kota Medinah, ada orang yang menyampaikan kepada Abu Bakr tentang tempatnya itu, tetapi Abu Bakr mengatakan: "Akan kuapakan dia? Biarkan dia bebas. Allah sudah memberinya petunjuk kembali kepada Islam."

Setelah kemudian Umar bin Khattab menjadi Khalifah, Tulaihah datang dan ikut membaiatnya. Tetapi Umar masih menegurnya: "Kau sudah membunuh Ukkasyah dan Sabit! Aku samasekali tidak menyukaimu!"

"Amirulmukminin," kata Tulaihah, "Anda jangan risau karena dua orang yang sudah mendapat kehormatan dari Allah melalui tanganku ini, tetapi Allah tidak memberiku yang demikian melalui tangan mereka."

Umar menerima pembaiatannya itu. Kemudian katanya menanyakan: "Benar-benar penipuan. Sekarang apa lagi yang masih tinggal dari kedukunanmu itu?"

"Sekali atau dua kali hembusan saja lagi."

Kemudian ia kembali ke golongannya dan tinggal bersama mereka. Tetapi akhirnya tiba saatnya, ia juga ikut bertempur mati-matian bersama Muslimin yang lain dalam melawan Irak.

Khalid terus menumpas kaum murtad dan pembangkang

Setelah Uyainah bin Hisn pergi bersama kabilahnya Banu Fazarah dia mengumumkan di depan semua orang bahwa Tulaihah adalah pembohong, dan Tulaihah sudah lari membawa istrinya Nawar dengan menasihati orang supaya juga lari. Adakah itu pertentangan terakhir antara Khalid bin Walid dengan kabilah-kabilah yang di pihak Tulaihah, dan antara dia dengan kabilah-kabilah yang murtad di timur laut Semenanjung?

Kadang itu masih terlintas dalam pikiran, apalagi bila kita tahu bahwa Banu Asad kelompok Tulaihah itu sudah kembali kepada Islam dan tak ada dari mereka yang jatuh korban. Tetapi sebenarnya Khalid masih bermarkas di Buzakhah selama sebulan penuh. Dia terus membersihkan sisa-sisa anggota kabilah yang terpencar-pencar, yang masih murtad. Juga mereka yang bergabung dan membantu Umm Ziml dalam mengadakan pemurtadan dan pembangkangan terhadap Abu Bakr - termasuk orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin dengan melakukan pembunuhan. Mereka yang membangkang kepada Khalifah, seperti Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah bin Abdul Uzza as-Sulami dikirim ke Medinah sebagai tawanan sambil menunggu keputusan dari Abu Bakr.

Sebabnya sisa-sisa kaum murtad bertahan

Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad lainnya dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang terpencar-pencar itu, baik juga kita berhenti sebentar sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak kembali kepada Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad, kabilah Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang? Setelah terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh mereka akan menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan risalah Muhammad?

Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya. Orang-orang Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian Muhammad bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka sebenarnya memang banyak yang melihat beribadah kepada berhala-berhala itu sebagai suatu ironi dan sudah mereka tinggalkan; dan mereka beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi menurut anggapan mereka, ketentuan-ketentuan yang sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan terus terang kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab dalam nati mereka kecintaan kepada harta jauh lebih kuat daripada apa pun yang lain. Mereka akan tetap dalam Islam asal saja dibebaskan dari kewajiban salat dan kewajiban-kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka mengikuti Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak lain karena ingin meninggalkan segala yang diwajibkan Islam kepada mereka. Kalau mereka tetap bertahan , sesudah Tulaihah lari dan ingin menghadapi Khalid, soalnya karena mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan membuat Abu Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk melepaskan beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka harapkan dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai.

Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali hubungannya dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang badui dan orang-orang Arab pedalaman dan sebangsanya itu, sehingga kendati Tulaihah sudah lari mereka tidak membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah dulu sudah ada keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan Ansar yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan tunduk kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka menerima dengan senang hati. Tetapi seperti umumnya orang yang sudah kalah, mereka menerima terpaksa. Begitu dilihat ada kesempatan untuk membalas, kesempatan demikian tidak akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini mengingatkan mereka pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu. Ketika itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak tiba-tiba datang angin badai yang menerjang keras sekali menyebabkan mereka lari ketakutan.

Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk membalas dendam dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid, kalau-kalau mereka mendapat nasib lebih baik daripada masa Muhammad dulu, dan kalau-kalau kebebasan pribadi yang menjadi kedambaan orang-orang pedalaman itu dapat mereka peroleh kembali setelah dengan itu mereka merasa kehilangan gengsi. Sekiranya gerakan semua kabilah itu didorong oleh emosi sebagai orang-orang badui itu, niscaya kedudukan Khalid dan sahabat-sahabatnya akan terbentur juga. Tetapi kita sudah melihat bagaimana kabilah Tayyi' dulu ikut bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah diajak bicara oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan bergabung dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan. Kemudian sempat mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan ketakutan dan berakhir dengan kehancurannya. Peristiwa serupa kemudian terjadi juga setelah Tulaihah hancur dan disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu Fazarah. Setelah itu Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur, menunggu apa yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad. Setelah oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib buruk, Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi keluar."

Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah dilakukan Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di Buzakhah. Kembalinya mereka kepada Islam itu besar pengaruhnya terhadap kabilah-kabilah lain, sama seperti ketika Tayyi' kembali kepada Islam berpengaruh juga kepada Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya.

Sikap keras Khalid terhadap para pembunuh Muslimin

Khalid telah mengambil sikap keras terhadap berbagai kabilah yang telah membunuh Muslimin, dan sikap ini telah menimbulkan rasa gentar dalam hati mereka. Ketika mengadakan perdamaian dengan pihak Gatafan, Hawazin, Sulaim dan Tayyi', ia tak mau menerima mereka sebelum orang-orang yang melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap kaum Muslimin yang hidup di tengah-tengah mereka selama mereka masih murtad itu, dibawa serta. Setelah mereka dibawa para pengikut itu dimaafkan, tetapi pemimpin-pemimpinnya, di antaranya Qurrah bin Hubairah, diikat. Orang-orang yang telah memperlakukan kaum Muslimin secara kejam dijatuhi hukuman berat dengan membakar mereka lalu disungkurkan dari atas gunung ke dalam jurang, kemudian ditindih dengan batu, untuk dijadikan contoh bagi yang lain. Kecuali Qurrah bin Hubairah dan Uyainah bin Hisn dikirim kepada Abu Bakr sebagai tawanan bersama-sama dengan tawanan-tawanan lain, disertai sepucuk surat yang menyebutkan: "Banu Amir telah datang sesudah tadinya menentang dan sudah kembali kepada Islam setelah maju mundur. Takseorang pun dari mereka yang sudah memerangi atau mengajak damai yang saya terima sebelum mereka yang memusuhi Muslimin dibawa. Mereka sudah saya bunuh, dan saya kirimkan Qurrah dan kawan-kawannya kepada Anda."

Abu Bakr membenarkan tindakan Khalid

Abu Bakr tidak merasa kasihan terhadap mereka yang sudah dibunuh oleh Khalid. Bahkan ia melihat mereka sebagai musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya dan musuh agama. Ia menulis kepada Khalid: "Semoga Allah memberikan karunia yang lebih banyak kepadamu. Bertakwa dan takutlah kepada Allah dalam segala hal. Allah bersama mereka yang bertakwa dan mereka yang berbuat baik. Dalam urusan Allah, bersungguh-sungguhlah dan jangan memberi hati kepada mereka. Orang-orang yang telah membunuhi Muslimin jangan ada yang lolos dari hukuman mati dan hukuman berat secara terbuka. Dan barang siapa kaudapati menentang ketentuan Allah atau merintanginya yang kaupandang lebih baik dibunuh, bunuhlah." Itulah surat Abu Bakr, orang yang begitu lembut hati, begitu halus perangainya, kecuali bila sudah melihat hal-hal yang menimbulkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya.

Setelah Khalid menerima surat itu, ia meneruskan tindakan kekerasannya yang sudah dimulainya itu. Ia tinggal di Buzakhah selama sebulan sambil terus berusaha mencari orang-orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang dibakar, ada yang dilemparkan dari puncak-puncak gunung dan ada yang dirajam dengan batu.

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team