VII. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH
(2/3)
Tulaihah gigih mengadakan
perlawanan
Cerita mengenai kabilah Tayyi' dan Jadilah ini sampai
juga kepada Tulaihah dan para pengikutnya di Buzakhah.
Rasanya tidak perlu lagi disebutkan, betapa berita-berita
itu membuat semangat dan kekuatan Tulaihah jadi menurun.
Kendati begitu ia tetap gigih hendak mengadakan perlawanan
bila diserang. Buat dia memang tak ada jalan lain daripada
itu, didampingi oleh Uyainah bin Hisn memimpin tujuh ratus
orang dari Fazarah. Dia sangat membenci Abu Bakr dan ingin
sekali melumpuhkan kekuasaan Muslimin. Dalam Perang Ahzab
dulu Uyainah inilah yang memimpin pasukan Fazarah. Ketika
itu ia termasuk salah satu dari tiga kavaleri yang berusaha
hendak menyerang Medinah setelah ada persetujuan antara
Fazarah dengan Quraizah, dan dia juga yang hendak menyerbu
Medinah tak lama setelah pihak Ahzab jatuh. Tetapi
Rasulullah dapat menahan serangan mereka dan Uyainah ini
yang lari dikejar dalam ekspedisi Zu Qarad. Sekalipun
kemudian ia masuk Islam, tetapi masuk Islamnya karena
menyerah kalah kepada kekuatan yang sudah tak dapat dilawan.
Namun setelah Rasulullah wafat, ia tidak senang dengan
kekuasaan Abu Bakr.
Sekalipun sudah ditinggalkan oleh Tayyi' dan Jadilah,
Tulaihah tidak akan mundur dari "kenabiannya," sebab dia
tahu benar, bila ia mundur Uyainah akan berbalik melawannya
dan semua mereka yang di sekitarnya akan memberontak dan
nyawanya terancam. Biarlah dia bertahan, dan dia akan
menunggu Khalid dan pasukannya datang. Sesudah itu biarlah
terjadi apa yang akan terjadi.
Tiba saatnya sudah Khalid harus bergerak menghadapi
golongan murtad itu. Ia mengirim Ukkasyah bin Mihsan dan
Sabit bin Agram al-Ansari sebagai perintis jalan. Keduanya
termasuk pemuka dan pahlawan Arab yang berani. Mereka
bertemu dengan Hibal2 saudara Tulaihah dan ia
dibunuh. Mendengar dia dibunuh Tulaihah dan Salamah,
saudaranya yang seorang lagi, keluar memeriksa dan mencari
berita lebih lanjut. Salamah tidak menunda lagi ketika
melihat Sabit, lalu dibunuhnya. Ukkasyah bertahan menghadapi
Tulaihah tetapi Tulaihah meminta bantuan saudaranya, lalu
Ukkasyah juga mereka bunuh. Setelah itu mereka kembali ke
tempat semula.
Khalid datang dengan beberapa orang. Melihat kedua
sahabat mereka dibunuh, mereka sangat terharu. Kata mereka:
"Dua orang pemimpin dan pahlawan Muslim!" Melihat kesedihan
sahabat-sahabatnya itu Khalid mengambil sikap untuk tidak
menghadapkan mereka kepada musuh sebelum hati mereka tenang
kembali. Karena itu ia mengajak mereka berbelok ke Tayyi'.
Ia meminta Adi memberikan siapa saja anak buahnya yang dapat
dikerahkan. Pihak Muslimin melihat jumlah pasukannya makin
banyak dan dengan itu kekuatannya pun akan berlipat ganda.
Mereka senang hati berangkat perang. Khalid memimpin mereka
ke Buzakhah untuk menghancurkan Tulaihah tanpa
menenggang-nenggang dan maju-mundur lagi.
Tayyi' memerangi Qais
Kabilah-kabilah Qais dan Banu Asad sudah siap berperang
di sekeliling Tulaihah. Orang-orang Tayyi' yang bergabung
dengan pasukan Khalid berkata: Kita minta kepada Khalid,
cukup menghadapi Qais saja, sebab Banu Asad masih termasuk
sekutu kami. Tetapi Khalid menjawab: Qais tidak lebih lemah
dari keduanya. Yang mana dari mereka yang kamu sukai
serbulah. Adi berkata: Kalau keluargaku terdekat
meninggalkan agama ini, pasti kuhadapi mereka. Akan
mundurkah aku menghadapi Banu Asad karena persekutuannya
itu! Tidak, tidak akan kulakukan ! Khalid berkata: Memerangi
keduanya juga suatu jihad. Janganlah kautentang pendapat
kawan-kawanmu itu. Teruskan menghadapi salah satunya, dan
pimpinlah mereka menghadapi lawan yang lebih kuat untuk
diperangi. Dengan begitu Tayyi' akan menghadapi Qais, dan
Muslimin yang lain menghadapi Banu Asad.
Ketika itu yang akan memimpin pertempuran ialah Uyainah
bin Hisn di pihak Tulaihah, sementara Tulaihah sendiri
tinggal dalam sebuah rumah dari bulu berselubung kain guna
membuat ramalan buat mereka. Setelah terjadi pertempuran
sengit dan Uyainah melihat kekuatan Khalid dan Muslimin, ia
kembali kepada Tulaihah menanyakan: 'Sudahkah Jibril
datang?' 'Belum,' jawab Tulaihah. Uyainah kembali dan terus
bertempur lagi. Begitu melihat pertempuran itu berkobar luar
biasa, ia kembali lagi kepada Tulaihah menanyakan:
"Bagaimana? Jibril sudah datang?" Tulaihah menjawab: "Belum
juga." "Sampai kapan? Sudah cukup lama kita menunggu !'"
kata Uyainah.
Ketika ia kembali lagi ke medan pertempuran, pasukan
berkuda Khalid sudah hampir mengepungnya dan mengepung anak
buahnya. Ketika kembali lagi kepada Tulaihah dalam ketakutan
ia mengulangi lagi pertanyaannya: "Sudah datangkah Jibril?"
"Ya, sudah." "Apa katanya?" Tulaihah menjawab: "Dia berkata
kepadaku: 'Kau punya pasukan unta seperti pasukannya dan
sebuah cerita yang tak terlupakan.'"
Tidak tahan mendengar igauan itu Uyainah berteriak
mengatakan: 'Allah sudah tahu bahwa akan terjadi suatu
cerita yang tak terlupakan!' Kemudian ia berseru kepada
golongannya: 'Hai Banu Fazarah, mari kita tinggalkan dia.
Dia pembohong!'
Mereka pun pergi berlarian. Ketika itu ada sebuah
rombongan lewat, mereka berseru kepada Tulaihah: "Apa yang
kauperintahkan kepada kami?!" Waktu itu Tulaihah sedang
menyiapkan kudanya dan seekor unta untuk istrinya, Nawar.
Begitu melihat orang banyak mendatanginya dan
memanggil-manggilnya, langsung ia menaiki kudanya dan
membawa serta istrinya. Dengan demikian ia dan istrinya
menyelamatkan diri, sambil berkata: "Barang siapa di antara
kamu dapat berbuat seperti aku dan dapat menyelamatkan diri
dan keluarganya, lakukanlah !"
Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari
ke Syam dan kembali kepada Islam
Demikianlah perlawanan nabi palsu yang ditujukan kepada
Abu Bakr itu berakhir. Bahkan sekaligus usahanya mengaku-aku
nabi juga berakhir. Dia lari ke Syam dan mereka yang dulu
mengatakan dia nabi kini mendustakannya. Kemudian ia
mengambil tempat di Kalb dan menetap di sana. Kemudian ia
kembali ke pangkuan Islam setelah diketahuinya bahwa
kabilah-kabilah yang dulu menjadi pengikutnya telah kembali
kepada agama yang benar itu. Setelah itu ia melakukan umrah
ke Mekah semasa Khalifah Abu Bakr itu juga. Bila ia
menyusuri pinggiran kota Medinah, ada orang yang
menyampaikan kepada Abu Bakr tentang tempatnya itu, tetapi
Abu Bakr mengatakan: "Akan kuapakan dia? Biarkan dia bebas.
Allah sudah memberinya petunjuk kembali kepada Islam."
Setelah kemudian Umar bin Khattab menjadi Khalifah,
Tulaihah datang dan ikut membaiatnya. Tetapi Umar masih
menegurnya: "Kau sudah membunuh Ukkasyah dan Sabit! Aku
samasekali tidak menyukaimu!"
"Amirulmukminin," kata Tulaihah, "Anda jangan risau
karena dua orang yang sudah mendapat kehormatan dari Allah
melalui tanganku ini, tetapi Allah tidak memberiku yang
demikian melalui tangan mereka."
Umar menerima pembaiatannya itu. Kemudian katanya
menanyakan: "Benar-benar penipuan. Sekarang apa lagi yang
masih tinggal dari kedukunanmu itu?"
"Sekali atau dua kali hembusan saja lagi."
Kemudian ia kembali ke golongannya dan tinggal bersama
mereka. Tetapi akhirnya tiba saatnya, ia juga ikut bertempur
mati-matian bersama Muslimin yang lain dalam melawan
Irak.
Khalid terus menumpas kaum murtad dan
pembangkang
Setelah Uyainah bin Hisn pergi bersama kabilahnya Banu
Fazarah dia mengumumkan di depan semua orang bahwa Tulaihah
adalah pembohong, dan Tulaihah sudah lari membawa istrinya
Nawar dengan menasihati orang supaya juga lari. Adakah itu
pertentangan terakhir antara Khalid bin Walid dengan
kabilah-kabilah yang di pihak Tulaihah, dan antara dia
dengan kabilah-kabilah yang murtad di timur laut
Semenanjung?
Kadang itu masih terlintas dalam pikiran, apalagi bila
kita tahu bahwa Banu Asad kelompok Tulaihah itu sudah
kembali kepada Islam dan tak ada dari mereka yang jatuh
korban. Tetapi sebenarnya Khalid masih bermarkas di Buzakhah
selama sebulan penuh. Dia terus membersihkan sisa-sisa
anggota kabilah yang terpencar-pencar, yang masih murtad.
Juga mereka yang bergabung dan membantu Umm Ziml dalam
mengadakan pemurtadan dan pembangkangan terhadap Abu Bakr -
termasuk orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin dengan
melakukan pembunuhan. Mereka yang membangkang kepada
Khalifah, seperti Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan
Abu Syajrah bin Abdul Uzza as-Sulami dikirim ke Medinah
sebagai tawanan sambil menunggu keputusan dari Abu Bakr.
Sebabnya sisa-sisa kaum murtad
bertahan
Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad
lainnya dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang
terpencar-pencar itu, baik juga kita berhenti sebentar
sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak kembali kepada
Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad, kabilah
Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang?
Setelah terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh
mereka akan menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan
risalah Muhammad?
Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya.
Orang-orang Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian
Muhammad bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka
sebenarnya memang banyak yang melihat beribadah kepada
berhala-berhala itu sebagai suatu ironi dan sudah mereka
tinggalkan; dan mereka beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tetapi menurut anggapan mereka, ketentuan-ketentuan yang
sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak
memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan
diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan
terus terang kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab
dalam nati mereka kecintaan kepada harta jauh lebih kuat
daripada apa pun yang lain. Mereka akan tetap dalam Islam
asal saja dibebaskan dari kewajiban salat dan
kewajiban-kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka
mengikuti Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak
lain karena ingin meninggalkan segala yang diwajibkan Islam
kepada mereka. Kalau mereka tetap bertahan , sesudah
Tulaihah lari dan ingin menghadapi Khalid, soalnya karena
mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan membuat Abu
Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk melepaskan
beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka
harapkan dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai.
Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali
hubungannya dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang
badui dan orang-orang Arab pedalaman dan sebangsanya itu,
sehingga kendati Tulaihah sudah lari mereka tidak
membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah dulu sudah ada
keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan Ansar
yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan
tunduk kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka
menerima dengan senang hati. Tetapi seperti umumnya orang
yang sudah kalah, mereka menerima terpaksa. Begitu dilihat
ada kesempatan untuk membalas, kesempatan demikian tidak
akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini mengingatkan mereka
pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu. Ketika
itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak
tiba-tiba datang angin badai yang menerjang keras sekali
menyebabkan mereka lari ketakutan.
Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk membalas
dendam dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid,
kalau-kalau mereka mendapat nasib lebih baik daripada masa
Muhammad dulu, dan kalau-kalau kebebasan pribadi yang
menjadi kedambaan orang-orang pedalaman itu dapat mereka
peroleh kembali setelah dengan itu mereka merasa kehilangan
gengsi. Sekiranya gerakan semua kabilah itu didorong oleh
emosi sebagai orang-orang badui itu, niscaya kedudukan
Khalid dan sahabat-sahabatnya akan terbentur juga. Tetapi
kita sudah melihat bagaimana kabilah Tayyi' dulu ikut
bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah diajak bicara
oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan
bergabung dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan.
Kemudian sempat mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan
ketakutan dan berakhir dengan kehancurannya. Peristiwa
serupa kemudian terjadi juga setelah Tulaihah hancur dan
disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu Fazarah. Setelah itu
Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur, menunggu apa
yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad. Setelah
oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib buruk,
Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi
keluar."
Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah
dilakukan Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di
Buzakhah. Kembalinya mereka kepada Islam itu besar
pengaruhnya terhadap kabilah-kabilah lain, sama seperti
ketika Tayyi' kembali kepada Islam berpengaruh juga kepada
Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya.
Sikap keras Khalid terhadap para
pembunuh Muslimin
Khalid telah mengambil sikap keras terhadap berbagai
kabilah yang telah membunuh Muslimin, dan sikap ini telah
menimbulkan rasa gentar dalam hati mereka. Ketika mengadakan
perdamaian dengan pihak Gatafan, Hawazin, Sulaim dan Tayyi',
ia tak mau menerima mereka sebelum orang-orang yang
melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap kaum Muslimin
yang hidup di tengah-tengah mereka selama mereka masih
murtad itu, dibawa serta. Setelah mereka dibawa para
pengikut itu dimaafkan, tetapi pemimpin-pemimpinnya, di
antaranya Qurrah bin Hubairah, diikat. Orang-orang yang
telah memperlakukan kaum Muslimin secara kejam dijatuhi
hukuman berat dengan membakar mereka lalu disungkurkan dari
atas gunung ke dalam jurang, kemudian ditindih dengan batu,
untuk dijadikan contoh bagi yang lain. Kecuali Qurrah bin
Hubairah dan Uyainah bin Hisn dikirim kepada Abu Bakr
sebagai tawanan bersama-sama dengan tawanan-tawanan lain,
disertai sepucuk surat yang menyebutkan: "Banu Amir telah
datang sesudah tadinya menentang dan sudah kembali kepada
Islam setelah maju mundur. Takseorang pun dari mereka yang
sudah memerangi atau mengajak damai yang saya terima sebelum
mereka yang memusuhi Muslimin dibawa. Mereka sudah saya
bunuh, dan saya kirimkan Qurrah dan kawan-kawannya kepada
Anda."
Abu Bakr membenarkan tindakan
Khalid
Abu Bakr tidak merasa kasihan terhadap mereka yang sudah
dibunuh oleh Khalid. Bahkan ia melihat mereka sebagai
musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya dan musuh agama. Ia menulis
kepada Khalid: "Semoga Allah memberikan karunia yang lebih
banyak kepadamu. Bertakwa dan takutlah kepada Allah dalam
segala hal. Allah bersama mereka yang bertakwa dan mereka
yang berbuat baik. Dalam urusan Allah, bersungguh-sungguhlah
dan jangan memberi hati kepada mereka. Orang-orang yang
telah membunuhi Muslimin jangan ada yang lolos dari hukuman
mati dan hukuman berat secara terbuka. Dan barang siapa
kaudapati menentang ketentuan Allah atau merintanginya yang
kaupandang lebih baik dibunuh, bunuhlah." Itulah surat Abu
Bakr, orang yang begitu lembut hati, begitu halus
perangainya, kecuali bila sudah melihat hal-hal yang
menimbulkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Khalid menerima surat itu, ia meneruskan tindakan
kekerasannya yang sudah dimulainya itu. Ia tinggal di
Buzakhah selama sebulan sambil terus berusaha mencari
orang-orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Di antara
mereka ada yang dibakar, ada yang dilemparkan dari
puncak-puncak gunung dan ada yang dirajam dengan batu.
|