|
VII. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH
(3/3)
Abu Bakr melindungi para tawanan yang
dibawa ke Medinah
Tetapi dalam memperlakukan tawanan yang dibawa ke Medinah
itu Abu Bakr tidak sekeras Khalid dalam menjalankan
kebijakannya. Kita sudah melihat Uyainah bin Hisn serta
dukungannya kepada Tulaihah dan tindakannya membunuhi kaum
Muslimin, lalu bersama-sama dengan Qurrah dan tawanan yang
lain dibawa ke Medinah dengan tangan diikat ke leher. Ketika
itu anak-anak Medinah menjolokkan batang daun kurma sambil
berkata kepadanya: Hai musuh Tuhan, kau jadi kafir sesudah
beriman! Lalu dijawab: Sebenarnya aku tak pernah beriman
kepada Allah. Sungguhpun begitu oleh Abu Bakr ia
diselamatkan dari hukuman mati. Abu Bakr memperlakukannya
demikian untuk menghindari bahayanya dan bahaya Banu Fazarah
yang akan melakukan segala kejahatan.
Kisah tentang Qurrah bin Hubairah
dan Alqamah bin Ulasah
Sekembalinya dari Oman menuju Medinah, Amr bin As pernah
singgah kepada Qurrah bin Hubairah pemimpin Banu Amir.
Dilihatnya Qurrah dan anak buahnya sedang maju mundur akan
murtad. Ketika Amr akan meneruskan perjalanan Qurrah
berbicara empat mata kepadanya: He, orang-orang Arab
pinggiran itu tidak senang kepada kamu sekalian karena upeti
itu. Kalau kalian dapat membebaskan mereka dari pengambilan
harta mereka, mereka akan setia dan patuh kepada kalian.
Kalau tidak, tak ada jalan lain mereka sepakat akan melawan
kalian. Tetapi Amr menjawab: Kau sudah berbalik jadi kafir,
Qurrah?! Kau mengancam dan menakut-nakuti kami dengan mereka
itu? Ketika oleh Khalid Qurrah dikirim ke Medinah sebagai
tawanan dan dihadapkan kepada Abu Bakr, ia berkata: Khalifah
Rasulullah, saya seorang Muslim, dan keislaman saya itu
sudah disaksikan oleh Amr bin As. Ketika singgah ke tempat
saya, saya terima dia, saya hormati dan saya lindungi
dia.
Abu Bakr memanggil Amr bin As dan menanyakan tentang
Qurrah serta apa yang dikatakannya itu. Oleh Amr
diceritakan. Setelah menyinggung soal zakat dan apa yang
dikatakannya, Qurrah menyela sambil mengatakan: Cukup!
Tetapi Amr berkata: Tidak, akan saya ceritakan semua yang
kaukatakan. Selesai Amr menceritakan, Abu Bakr tersenyum dan
Qurrah diselamatkan dari hukuman mati.
Politik Abu Bakr memberi maaf itu bukan berarti suatu
kelonggaran atau ragu dari pihaknya, tetapi dimaksudkan
untuk meredam segala gejolak; tujuan untuk kebaikan Islam
dan Muslimin. Di luar itu Abu Bakr tidak mengenal sikap
lemah jika sudah menyangkut soal risalah Muhammad. Ketika
itu Alqamah bin Ulasah dari Banu Kalb masuk Islam kemudian
murtad pada masa Rasulullah, kemudian ia bergabung dengan
Syam. Setelah Muhammad wafat, ia datang cepat-cepat dan
bermarkas di Banu Kalb. Bila beritanya itu sampai kepada Abu
Bakr, ia mengutus Qa'qa' bin Amr dengan perintah berangkat
untuk menyerangnya, kalau-kalau ia dapat membawanya atau
membunuhnya, dengan pesan: Ingat bahwa hati akan terobati
bila sudah dituntaskan, dan berbuatlah dengan caramu
sendiri.
Qa'qa' berangkat dengan anak buahnya. Tetapi tidak
berhasil menemui orang itu, karena ia sudah lari. Istri,
anak-anaknya serta mereka yang tinggal di tempat itu semua
kembali kepada Islam, dan mereka tidak mau membantu Alqamah.
Bagaimanapun juga, Alqamah kemudian menemui Abu Bakr dan
bertobat. Oleh Abu Bakr ia dilindungi dan dibebaskan dari
hukuman mati, sebab dia tidak memerangi dan tidak melakukan
pembunuhan terhadap kaum Muslimin.
Tetapi Abu Bakr tidak mau melindungi Fuja'ah Iyas bin Abd
Yalail. Orang ini sudah datang menemui Abu Bakr dan
berkata:
"Berilah aku senjata dan tugaskan menghadapi siapa saja
dari kaum murtad."
Ia diberi senjata dan diberi tugas seperti yang sudah
ditentukan oleh Abu Bakr. Tetapi senjata itu oleh Fuja'ah
digunakan untuk menyerang kabilah-kabilah Sulaim, Amir dan
Hawazin, baik yang Muslim maupun yang murtad, dan tidak
sedikit dari kalangan Muslimin yang dibunuhnya. Melihat yang
demikian Abu Bakr mengirim Turaifah bin Hajiz dalam satu
pasukan untuk menyerang Fuja'ah dan kawan-kawannya, yang
kemudian berhasil menangkap dan membawanya sebagai tawanan.
Abu Bakr memerintahkan memasang api di Baqi' dengan kayu
yang sebanyak-banyaknya. Orang itu kemudian dilemparkan ke
dalamnya dan ia mati terbakar. Sekiranya Fuja'ah tidak
sampai membunuhi Muslimin, niscaya ia tidak akan mengalami
kematian yang begitu kejam, dan karena kejamnya itu pula Abu
Bakr kemudian hari merasa menyesal: sekiranya yang demikian
itu tidak terjadi.
Sebelum menyudahi bagian ini dengan peristiwa Umm Ziml,
kita ingin membawa kisah Abu Syajrah bin Abdul Uzza, yang
peristiwanya hampir sama dengan kejadian pada Uyainah,
Qurrah dan Alqamah di atas. Abu Syajrah ini anak Khansa',
penyair perempuan yang cukup terkenal karena sajak-sajak
eleginya atau ratapannya terhadap kematian saudaranya,
Sakhr. Orang ini juga seorang penyair dan menggabungkan diri
dengan kaum murtad. Dengan sajak-sajaknya ia mengerahkan
mereka untuk memerangi Muslimin. Di antaranya ia
mengatakan:
Kutujukan tombakku kepada pasukan Khalid, sesudah itu aku
berharap masih akan panjang umur.
Setelah usahanya hendak mengerahkan orang melawan Khalid
tak berhasil dan melihat orang justru kembali kepada Islam,
dia pun akhirnya kembali juga kepada Islam. Ia diterima oleh
Abu Bakr dan dimaafkan bersama dengan yang lain. Pada masa
Umar menjadi Khalifah, Abu Syajrah mendatanginya ketika Umar
sedang membagi-bagikan sedekah kepada fakir miskin. Dia
berkata kepada Umar: "Amirulmukminin, saya termasuk orang
miskin." Siapa kau? tanya Umar. Setelah memperkenalkan diri,
Umar berkata: Hai kau musuh Tuhan! Kau yang berkata hendak
membidikkan tombakmu kepada Khalid dan kau masih ingin
panjang umur? Kepala orang itu oleh Umar dilecut dengan
cambuk, yang kemudian ia lari menuju untanya dan kembali
kepada kabilahnya Banu Sulaim.
Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada
Umm Ziml
Berita-berita sudah tersiar luas tentang Abu Bakr yang
memaafkan orang yang kembali kepada Islam setelah murtad
itu. Kabilah-kabilah yang tadinya begitu keras membela
Tulaihah sudah makin reda, kemudian mereka kembali kepada
Islam setelah dikalahkan oleh Khalid. Tetapi sisa-sisa
pasukan dari Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin, mereka
bergabung dengan Umm Ziml Salma bint Malik dan mengikat
suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan
sampai mati dalam menghadapi Khalid. Sudah tentu dendam lama
yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin - yang
setelah kekalahan mereka serta pengampunan yang telah
diberikan oleh Abu Bakr tidak juga dapat meredakan - itulah
yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat
perjanjian mengadakan perlawanan. Kalau bukan karena dendam
yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang
membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan
kebohongannya terbongkar?
Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin
yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun
silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung
dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian
dijadikan panji dan benderanya.
Siapa Umm Ziml
Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbunuh pada
masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika
itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah.
Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri
luka berat dan dibawa langsung ke Medinah. Setelah sembuh
oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah
memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan
tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini
termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama,
dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu
Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya
dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar. Konon
katanya kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing
unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek.
Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah Ummulmukminin
kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia
pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap
terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk
menuntut balas. Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga
menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk
memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan
ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati
dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn
dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi
kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain
ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan.
Setelah ia mati untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan
anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan
kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah
memerangi Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia
berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka
untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya
orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah
kelompok besar dan kuat. Melihat keadaan ini, Khalid yang
memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat
dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus
berangkat menghadapi mereka.
Khalid memerangi Umm Ziml
Pertempuran sengit sekarang terjadi antara kedua pihak.
Umm Ziml di atas untanya membakar semangat para pengikutnya
agar terus bertempur, dan mereka pun menerjang maju tak
peduli lagi, sehingga ada beberapa rumah mereka yang hancur
samasekali. Khalid melihat keberanian dan kekukuhan
perempuan ini memang luar biasa dengan terus memeranginya
mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta bagi
siapa yang dapat menusuk untanya. Pasukan berkuda Muslimin
maju ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi
oleh orang-orang yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati
untuk melindunginya. Sementara itu sudah ada seratus orang
yang mati di sekitar untanya itu sebelum pasukan berkuda
Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah kemudian mereka
sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan dan
perempuan itu terbunuh. Dengan demikian kekacauan segera
dapat diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat
kekuatan dan keberaniannya serta upayanya mengerahkan
orang.
Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml
dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh, mereka patah
semangat dan segera cerai-berai, dan tanpa melihat
kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang. Dengan demikian
api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan kaum
murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan. Apa pula
yang akan mereka tunggu sekarang sesudah pemimpin-pemimpin
mereka sudah habis semua berantakan!
Kaum murtad setelah hancurnya
Tulaihah dan pengikut-pengikutnya
Belum cukupkah teladan yang diperlihatkan oleh Abu Bakr
buat orang-orang Arab di seluruh Semenanjung itu untuk
kembali kepada Islam? Mereka sudah melihat sendiri
pasukannya menuju ke arah mereka dari segenap penjuru, dan
setiap brigade akan berangkat ke mana saja diperintahkan
oleh Khalifah Rasulullah. Mereka sudah mendengar
berita-berita tentang Khalid bin Walid dan sudah tahu pula
nasib Tulaihah. Sungguhpun begitu, mereka masih belum mau
tunduk juga. Yang mereka lihat hanya kabilah Kuraisy yang
mengibarkan benderanya dan menguasai orang-orang Arab itu.
Kenapa tidak pada setiap kabilah ada seorang nabi yang dapat
menolak Kuraisy, kalaupun tidak akan mengibarkan benderanya
di semua kabilah?!
Kabilah-kabilah itu sudah lupa, juga mereka yang
mendakwakan diri nabi lupa, bahwa Muhammad yang dari Kuraisy
itu mengajak mereka kepada agama Allah, bukan menginginkan
kekuasaan, tidak mengharapkan balasan dan terima kasih
sekalipun. Ia melaksanakan tugasnya atas perintah Allah, dan
selama sepuluh tahun ia sudah berjuang habis-habisan.
Kerabatnya sendiri pun telah menyakitinya, Mekah seluruhnya
memusuhinya, nyawanya dan nyawa orang-orang yang menjadi
pengikutnya dalam bahaya selalu. Lawan-lawannya berkomplot
hendak membunuhnya dan kaumnya sendiri mengusirnya dari
kampung halaman. Dia pergi hijrah ke Medinah, sampai kelak
Allah menghendaki agama-Nya tersebar ke segenap kawasan itu,
para utusan datang kepada Nabi dari segenap penjuru
menyatakan masuk Islam.
Mereka yang mendakwakan diri nabi lupa akan semua ini.
Yang terbayang oleh mereka, bahwa Muhammad telah mencapai
tujuannya dengan mudah. Juga mereka lupa, bahwa Muhammad
mencapai itu dengan mengajak orang kepada kebenaran, sedang
mereka mendakwakan diri nabi dengan jalan kepalsuan dan
kebohongan. Oleh karena itu Abu Bakr tidak cukup hanya
membersihkan Semenanjung bagian utara dari noda murtad,
supaya mereka kembali kepada kesadaran. Tetapi penduduk
selatan lalu menyombongkan diri dengan melakukan perbuatan
dosa, mempertahankan permusuhan lama antara mereka dengan
pihak Hijaz. Kenangan mereka pada peperangan-peperangan yang
dulu juga, yang pernah dimenangkan oleh nenek moyang. Tetapi
bila mereka masih tetap keras kepala mau bertahan dengan
kemurtadannya, maka tak ada jalan lain harus dikembalikan
kepada Islam, atau dengan mempertahankan cara hidup mereka
itu, mereka akan hidup hina.
Kalau begitu, berarti Khalid harus pindah dari Buzakhah
ke Butah, dan setelah itu pindah lagi ke Yamamah. Sudah
menjadi suratan takdir juga bahwa pedang Khalid-lah yang
harus mengembalikan kaum murtad itu kepada kebenaran. Dan
apa yang sudah ditakdirkan, pasti terjadi juga.
Catatan kaki:
- Fasil dalam bahasa berarti 'anak unta atau sapi yang
sudah disapih.' Abu al- Fasil, si anak unta, sebagai
ejekan (A).
- Demikian al-Kamil oleh Ibn Asir menyebutkan. Tetapi
at-Tabari dalam Tarikh-nya dan al-Qamus dan yang lain
menyebutkan, bahwa Hibal anak Salamah bin Khuwailid, jadi
kemenakan Tulaihah, bukan saudaranya.
|