Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

VII. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH (3/3)

Abu Bakr melindungi para tawanan yang dibawa ke Medinah

Tetapi dalam memperlakukan tawanan yang dibawa ke Medinah itu Abu Bakr tidak sekeras Khalid dalam menjalankan kebijakannya. Kita sudah melihat Uyainah bin Hisn serta dukungannya kepada Tulaihah dan tindakannya membunuhi kaum Muslimin, lalu bersama-sama dengan Qurrah dan tawanan yang lain dibawa ke Medinah dengan tangan diikat ke leher. Ketika itu anak-anak Medinah menjolokkan batang daun kurma sambil berkata kepadanya: Hai musuh Tuhan, kau jadi kafir sesudah beriman! Lalu dijawab: Sebenarnya aku tak pernah beriman kepada Allah. Sungguhpun begitu oleh Abu Bakr ia diselamatkan dari hukuman mati. Abu Bakr memperlakukannya demikian untuk menghindari bahayanya dan bahaya Banu Fazarah yang akan melakukan segala kejahatan.

Kisah tentang Qurrah bin Hubairah dan Alqamah bin Ulasah

Sekembalinya dari Oman menuju Medinah, Amr bin As pernah singgah kepada Qurrah bin Hubairah pemimpin Banu Amir. Dilihatnya Qurrah dan anak buahnya sedang maju mundur akan murtad. Ketika Amr akan meneruskan perjalanan Qurrah berbicara empat mata kepadanya: He, orang-orang Arab pinggiran itu tidak senang kepada kamu sekalian karena upeti itu. Kalau kalian dapat membebaskan mereka dari pengambilan harta mereka, mereka akan setia dan patuh kepada kalian. Kalau tidak, tak ada jalan lain mereka sepakat akan melawan kalian. Tetapi Amr menjawab: Kau sudah berbalik jadi kafir, Qurrah?! Kau mengancam dan menakut-nakuti kami dengan mereka itu? Ketika oleh Khalid Qurrah dikirim ke Medinah sebagai tawanan dan dihadapkan kepada Abu Bakr, ia berkata: Khalifah Rasulullah, saya seorang Muslim, dan keislaman saya itu sudah disaksikan oleh Amr bin As. Ketika singgah ke tempat saya, saya terima dia, saya hormati dan saya lindungi dia.

Abu Bakr memanggil Amr bin As dan menanyakan tentang Qurrah serta apa yang dikatakannya itu. Oleh Amr diceritakan. Setelah menyinggung soal zakat dan apa yang dikatakannya, Qurrah menyela sambil mengatakan: Cukup! Tetapi Amr berkata: Tidak, akan saya ceritakan semua yang kaukatakan. Selesai Amr menceritakan, Abu Bakr tersenyum dan Qurrah diselamatkan dari hukuman mati.

Politik Abu Bakr memberi maaf itu bukan berarti suatu kelonggaran atau ragu dari pihaknya, tetapi dimaksudkan untuk meredam segala gejolak; tujuan untuk kebaikan Islam dan Muslimin. Di luar itu Abu Bakr tidak mengenal sikap lemah jika sudah menyangkut soal risalah Muhammad. Ketika itu Alqamah bin Ulasah dari Banu Kalb masuk Islam kemudian murtad pada masa Rasulullah, kemudian ia bergabung dengan Syam. Setelah Muhammad wafat, ia datang cepat-cepat dan bermarkas di Banu Kalb. Bila beritanya itu sampai kepada Abu Bakr, ia mengutus Qa'qa' bin Amr dengan perintah berangkat untuk menyerangnya, kalau-kalau ia dapat membawanya atau membunuhnya, dengan pesan: Ingat bahwa hati akan terobati bila sudah dituntaskan, dan berbuatlah dengan caramu sendiri.

Qa'qa' berangkat dengan anak buahnya. Tetapi tidak berhasil menemui orang itu, karena ia sudah lari. Istri, anak-anaknya serta mereka yang tinggal di tempat itu semua kembali kepada Islam, dan mereka tidak mau membantu Alqamah. Bagaimanapun juga, Alqamah kemudian menemui Abu Bakr dan bertobat. Oleh Abu Bakr ia dilindungi dan dibebaskan dari hukuman mati, sebab dia tidak memerangi dan tidak melakukan pembunuhan terhadap kaum Muslimin.

Tetapi Abu Bakr tidak mau melindungi Fuja'ah Iyas bin Abd Yalail. Orang ini sudah datang menemui Abu Bakr dan berkata:

"Berilah aku senjata dan tugaskan menghadapi siapa saja dari kaum murtad."

Ia diberi senjata dan diberi tugas seperti yang sudah ditentukan oleh Abu Bakr. Tetapi senjata itu oleh Fuja'ah digunakan untuk menyerang kabilah-kabilah Sulaim, Amir dan Hawazin, baik yang Muslim maupun yang murtad, dan tidak sedikit dari kalangan Muslimin yang dibunuhnya. Melihat yang demikian Abu Bakr mengirim Turaifah bin Hajiz dalam satu pasukan untuk menyerang Fuja'ah dan kawan-kawannya, yang kemudian berhasil menangkap dan membawanya sebagai tawanan. Abu Bakr memerintahkan memasang api di Baqi' dengan kayu yang sebanyak-banyaknya. Orang itu kemudian dilemparkan ke dalamnya dan ia mati terbakar. Sekiranya Fuja'ah tidak sampai membunuhi Muslimin, niscaya ia tidak akan mengalami kematian yang begitu kejam, dan karena kejamnya itu pula Abu Bakr kemudian hari merasa menyesal: sekiranya yang demikian itu tidak terjadi.

Sebelum menyudahi bagian ini dengan peristiwa Umm Ziml, kita ingin membawa kisah Abu Syajrah bin Abdul Uzza, yang peristiwanya hampir sama dengan kejadian pada Uyainah, Qurrah dan Alqamah di atas. Abu Syajrah ini anak Khansa', penyair perempuan yang cukup terkenal karena sajak-sajak eleginya atau ratapannya terhadap kematian saudaranya, Sakhr. Orang ini juga seorang penyair dan menggabungkan diri dengan kaum murtad. Dengan sajak-sajaknya ia mengerahkan mereka untuk memerangi Muslimin. Di antaranya ia mengatakan:

Kutujukan tombakku kepada pasukan Khalid, sesudah itu aku berharap masih akan panjang umur.

Setelah usahanya hendak mengerahkan orang melawan Khalid tak berhasil dan melihat orang justru kembali kepada Islam, dia pun akhirnya kembali juga kepada Islam. Ia diterima oleh Abu Bakr dan dimaafkan bersama dengan yang lain. Pada masa Umar menjadi Khalifah, Abu Syajrah mendatanginya ketika Umar sedang membagi-bagikan sedekah kepada fakir miskin. Dia berkata kepada Umar: "Amirulmukminin, saya termasuk orang miskin." Siapa kau? tanya Umar. Setelah memperkenalkan diri, Umar berkata: Hai kau musuh Tuhan! Kau yang berkata hendak membidikkan tombakmu kepada Khalid dan kau masih ingin panjang umur? Kepala orang itu oleh Umar dilecut dengan cambuk, yang kemudian ia lari menuju untanya dan kembali kepada kabilahnya Banu Sulaim.

Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml

Berita-berita sudah tersiar luas tentang Abu Bakr yang memaafkan orang yang kembali kepada Islam setelah murtad itu. Kabilah-kabilah yang tadinya begitu keras membela Tulaihah sudah makin reda, kemudian mereka kembali kepada Islam setelah dikalahkan oleh Khalid. Tetapi sisa-sisa pasukan dari Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin, mereka bergabung dengan Umm Ziml Salma bint Malik dan mengikat suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati dalam menghadapi Khalid. Sudah tentu dendam lama yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin - yang setelah kekalahan mereka serta pengampunan yang telah diberikan oleh Abu Bakr tidak juga dapat meredakan - itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan. Kalau bukan karena dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar?

Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya.

Siapa Umm Ziml

Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbunuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Medinah. Setelah sembuh oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar. Konon katanya kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek. Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah Ummulmukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas. Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan ikut pula membantunya.

Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan. Setelah ia mati untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat. Melihat keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus berangkat menghadapi mereka.

Khalid memerangi Umm Ziml

Pertempuran sengit sekarang terjadi antara kedua pihak. Umm Ziml di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar terus bertempur, dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada beberapa rumah mereka yang hancur samasekali. Khalid melihat keberanian dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta bagi siapa yang dapat menusuk untanya. Pasukan berkuda Muslimin maju ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh orang-orang yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya. Sementara itu sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu sebelum pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh. Dengan demikian kekacauan segera dapat diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan dan keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang.

Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera cerai-berai, dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang. Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan. Apa pula yang akan mereka tunggu sekarang sesudah pemimpin-pemimpin mereka sudah habis semua berantakan!

Kaum murtad setelah hancurnya Tulaihah dan pengikut-pengikutnya

Belum cukupkah teladan yang diperlihatkan oleh Abu Bakr buat orang-orang Arab di seluruh Semenanjung itu untuk kembali kepada Islam? Mereka sudah melihat sendiri pasukannya menuju ke arah mereka dari segenap penjuru, dan setiap brigade akan berangkat ke mana saja diperintahkan oleh Khalifah Rasulullah. Mereka sudah mendengar berita-berita tentang Khalid bin Walid dan sudah tahu pula nasib Tulaihah. Sungguhpun begitu, mereka masih belum mau tunduk juga. Yang mereka lihat hanya kabilah Kuraisy yang mengibarkan benderanya dan menguasai orang-orang Arab itu. Kenapa tidak pada setiap kabilah ada seorang nabi yang dapat menolak Kuraisy, kalaupun tidak akan mengibarkan benderanya di semua kabilah?!

Kabilah-kabilah itu sudah lupa, juga mereka yang mendakwakan diri nabi lupa, bahwa Muhammad yang dari Kuraisy itu mengajak mereka kepada agama Allah, bukan menginginkan kekuasaan, tidak mengharapkan balasan dan terima kasih sekalipun. Ia melaksanakan tugasnya atas perintah Allah, dan selama sepuluh tahun ia sudah berjuang habis-habisan. Kerabatnya sendiri pun telah menyakitinya, Mekah seluruhnya memusuhinya, nyawanya dan nyawa orang-orang yang menjadi pengikutnya dalam bahaya selalu. Lawan-lawannya berkomplot hendak membunuhnya dan kaumnya sendiri mengusirnya dari kampung halaman. Dia pergi hijrah ke Medinah, sampai kelak Allah menghendaki agama-Nya tersebar ke segenap kawasan itu, para utusan datang kepada Nabi dari segenap penjuru menyatakan masuk Islam.

Mereka yang mendakwakan diri nabi lupa akan semua ini. Yang terbayang oleh mereka, bahwa Muhammad telah mencapai tujuannya dengan mudah. Juga mereka lupa, bahwa Muhammad mencapai itu dengan mengajak orang kepada kebenaran, sedang mereka mendakwakan diri nabi dengan jalan kepalsuan dan kebohongan. Oleh karena itu Abu Bakr tidak cukup hanya membersihkan Semenanjung bagian utara dari noda murtad, supaya mereka kembali kepada kesadaran. Tetapi penduduk selatan lalu menyombongkan diri dengan melakukan perbuatan dosa, mempertahankan permusuhan lama antara mereka dengan pihak Hijaz. Kenangan mereka pada peperangan-peperangan yang dulu juga, yang pernah dimenangkan oleh nenek moyang. Tetapi bila mereka masih tetap keras kepala mau bertahan dengan kemurtadannya, maka tak ada jalan lain harus dikembalikan kepada Islam, atau dengan mempertahankan cara hidup mereka itu, mereka akan hidup hina.

Kalau begitu, berarti Khalid harus pindah dari Buzakhah ke Butah, dan setelah itu pindah lagi ke Yamamah. Sudah menjadi suratan takdir juga bahwa pedang Khalid-lah yang harus mengembalikan kaum murtad itu kepada kebenaran. Dan apa yang sudah ditakdirkan, pasti terjadi juga.

Catatan kaki:

  1. Fasil dalam bahasa berarti 'anak unta atau sapi yang sudah disapih.' Abu al- Fasil, si anak unta, sebagai ejekan (A).
  2. Demikian al-Kamil oleh Ibn Asir menyebutkan. Tetapi at-Tabari dalam Tarikh-nya dan al-Qamus dan yang lain menyebutkan, bahwa Hibal anak Salamah bin Khuwailid, jadi kemenakan Tulaihah, bukan saudaranya.

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team