Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

VIII. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH (1/3)

Banu Tamim dan perkampungannya - 117; Keberatan menunaikan zakat pada masa Nabi - 117; Kedatangan Sajah kepada Tamim - 118; Sebab kedatangan Sajah dari utara Irak - 118; Sikap Banu Tamim terhadap Islam setelah kedatangan Sajah - 119; Sajah dan Malik bin Nuwairah - 120; Hancurnya Sajah di Nibaj - 121; Berangkat ke Yamamah - 121; Perkawinan Musailimah dengan Sajah - 122; Dua sembahyang dicabut untuk kaumnya sebagai maskawin - 122; Tentang Sajah yang aneh - 123; Malik setelah hancurnya Tulaihah - 123; Khalid memutuskan akan ke Butah dan sikap Ansar - 124; Malik bin Nuwairah menasihati kaumnya agar kembali kepada Islam - 124; Pasukan Khalid membawa Malik - 125; Terbunuhnya Malik dan cerita-cerita di sekitar ini - 125; Terbunuhnya Malik dan kaumnya karena salah paham - 126; Dialog Malik dengan Khalid - 126; Mempertalikan pembunuhan Malik dengan Khalid yang mengawini istrinya - 127; Sikap Laila tentang dialog Malik dengan Khalid - 128; Kemarahan Abu Qatadah al-Ansari - 128; Percakapan Abu Qatadah dengan Abu Bakr - 129; Umar bin Khattab mendukung Abu Qatadah di depan Khalifah - 129; Kemarahan Umar atas perbuatan Khalid - 130; Sikap Umar terhadap Khalid setelah menjadi Khalifah - 131; Mutammam setelah pembunuhan saudaranya - 131; Perbedaan pendapat Abu Bakr dengan Umar - 132; Pendapat Umar dan alasannya - 132; Pendapat Abu Bakr dan alasannya - 132; Perintah Abu Bakr kepada Khalid - 133.

Banu Tamim dan perkampungannya

Letak perkampungan Banu Tamim berdekatan dengan Banu Amir ke arah selatan, berseberangan dengan Medinah dan arah timur yang membentang ke arah Teluk Persia, dan di bagian timur laut bersambung dengan muara sungai Furat (Euphrate). Pada zaman jahiliah dan pada masa Nabi, Banu Tamim ini menduduki tempat terhormat, karena keberanian dan kemurahan hatinya yang sudah menjadi ciri khasnya serta keunggulan kaum lelakinya sebagai pahlawan dan penyair. Sejarah sudah mencatat peristiwa-peristiwa penting yang diperankan oleh cabang-cabang kabilah ini, seperti Banu Hanzalah, Darim, Banu Malik dan Banu Yarbu', yang selanjutnya dapat dibaca dalam buku-buku sastra dan biografi yang ditulis oleh para sejarawan terkemuka.

Keberatan menunaikan zakat pada masa Nabi

Hubungan para kabilah itu dengan muara Furat dan Teluk Persia menyebabkan saling berpindahnya penduduk Semenanjung dengan penduduk Irak, dan yang menyebabkan juga adanya hubungan mereka dengan Persia. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang kemudian menganut agama Nasrani meskipun sebagian besar masih tetap menyembah berhala. Setelah Islam tersebar di kalangan mereka, mereka tetap berpegang pada kebebasan mereka sendiri - hati belum senang menerimanya. Oleh karena itu mereka merupakan kabilah yang memelopori penolakan membayar zakat tatkala Rasulullah mengutus para pemungut zakat ke tempat itu. Banu Anbar dari cabang kabilah Tamim cepat-cepat mengambil panah dan pedang ketika didatangi oleh pengumpul zakat 'usyr.

Setelah Uyainah bin Hisn berangkat atas perintah Nabi. Di antara mereka itu ada yang dibunuh dan ditawan. Sebuah delegasi yang terdiri dari pemuka-pemuka mereka kemudian datang ke Medinah dan masuk ke dalam mesjid dengan memanggil-manggil Nabi dari luar biliknya. Mereka meminta para tawanan itu dikembalikan dan menyebutkan juga peristiwa mereka dengan Nabi di Hunain dulu serta kabilah mereka yang terpandang di kalangan orang-orang Arab. Tiba waktu salat Nabi keluar menemui mereka. Mereka mengatakan bahwa kedatangan mereka itu hendak berlomba dengan Nabi. Tetapi setelah ternyata bahwa ahli pidato Nabi lebih unggul ahli pidato mereka, penyairnya lebih unggul dari penyair mereka dan suaranya lebih nyaring dari suara mereka, mereka masuk Islam. Semua tawanan oleh Nabi dibebaskan dan dikembalikan kepada kaumnya. Peristiwa ini membuat mereka sangat gembira.

Ketika Rasulullah wafat ada beberapa orang wakil Nabi di Banu Tamim, di antaranya Malik bin Nuwairah yang memimpin Banu Yarbu'. Para wakil itu berselisih pendapat mengenai apa yang harus diperbuat setelah mereka mendapat berita bahwa Nabi telah wafat: akan menunaikan zakat itu kepada Abu Bakr, ataukah akan membagi-bagikannya di antara sesama mereka. Persaingan mereka ini tampak jelas sekali dalam perselisihan itu. Bahkan persaingan ini mengakibatkan terjadinya saling bunuh di antara mereka. Yang sebagian mengakui kekuasaan Medinah dan yang sebagian lagi menentang.

Malik bin Nuwairah termasuk orang yang membagikan zakat itu dan ia menganggap Abu Bakr tidak berhak memungutnya. Dengan begitu berarti ia sudah membuat permusuhan dengan Muslimin dan patut diperangi.

Kedatangan Sajah kepada Tamim

Sementara mereka sedang berselisih tiba-tiba datang Sajah bint Haris dari barat laut Mesopotamia di Irak bersama-sama sekelompok orang Taglib dengan membawa pasukan tentara dari kabilah Rabi'ah, Nimr, Iyad dan Syaiban. Sajah ini dari kelompok Yarbu' yang masih termasuk Banu Tamim: Orang-orang Taglib di Irak masih pernah paman dari pihak ibu. Ia kawin dengan kalangan mereka dan tinggal di tengah-tengah mereka pula, dan menganut agama Nasrani bersama beberapa orang di antara mereka. Seperti juga orang-orang Yahudi dan Nasrani, ia menaruh dendam kepada Muhammad dan kepada pengikutnya, sama halnya dengan pihak Persia dan Rumawi. Dia memang perempuan cerdas, menempatkan diri sebagat dukun dan tahu bagaimana memimpin kaum laki-laki. Setelah ia mendengar Muhammad sudah wafat, ia mendatangi golongannya dan kabilah-kabilah di sekitarnya dengan tujuan hendak mengerahkan mereka menyerbu Medinah dan memerangi Abu Bakr.

Sebab kedatangan Sajah dari utara Irak

Beberapa sejarawan berpendapat - adakalanya benar juga pendapat mereka - bahwa kedatangan Sajah dari Irak utara ke Semenanjung Arab yang diikuti oleh orang-orangnya dan kabilah-kabilah sekitarnya, bukan karena kedukunannya atau karena ambisi pribadi, tetapi karena dorongan pihak Persia dan pejabat-pejabatnya di Irak, supaya pemberontakan di Semenanjung itu makin berkobar. Maksudnya untuk mengembalikan kekuasaan Persia di beberapa tempat yang sudah mulai menurun setelah Muhammad menempatkan Bazan sebagai wakilnya di Yaman, dan yang sebelum itu sebagai penguasa Kisra.

Adakalanya yang juga dibenarkan ialah sumber para sejarawan yang berpendapat bahwa Sajah adalah satu-satunya perempuan yang mendakwakan diri nabi, sedang biasanya, pada setiap zaman perempuan-perempuan semacam itu digunakan sebagai mata-mata dan alat propaganda. Jadi kehadirannya di tanah Arab itu hanya untuk menyebarkan propaganda pembangkangan, kemudian kembali ke Irak dan tinggal menetap di sana.

Tidak heran bila Persia memperalatnya untuk menimbulkan pemberontakan di tanah Arab. Sebelum itu Persia memandang kawasan itu ringan, tak perlu diperangi dengan pasukan bersenjata, walaupun harus dikembalikan kepada keadaan semula yang terisolasi, sebelum kekuasaan Muhammad dan sebelum Islam berkembang di sana. Tak ada yang lebih tepat untuk mencapai tujuan itu selain harus mengikis habis agama baru ini, yang telah membuat penduduk tahu harga diri, kendati pihak Persia tidak menghargainya.

Sikap Banu Tamim terhadap Islam setelah kedatangan Sajah

Sajah datang ke Semenanjung ini karena terpengaruh oleh keadaan itu. Wajar saja bila yang menjadi tujuannya yang utama kedatangannya ke daerah itu ialah kaumnya sendiri, yakni Banu Tamim. Kedatangannya ini sangat mengejutkan mereka, yang saat itu sedang berselisih antara sesama mereka: satu kelompok berpendapat zakat harus ditunaikan dan taat kepada Khalifah Rasulullah, yang sekelompok lagi berpendapat sebaliknya, dan ada pula kelompok-kelompok yang dalam kebingungan. Akibat perselisihan itu kemudian timbul perkelahian antara sesama mereka, kadang keras dan kadang lunak.

Suku Banu Tamim yang melihat kedatangan Sajah ini dan mengetahui maksudnya hendak memerangi Abu Bakr, permusuhan antara kaum murtad dengan Islam makin marak. Mereka yang masih bertahan dalam Islam merasa lebih menderita dari sebelumnya. Sekarang dia dengan pasukannya yang besar gegap gempita dibandingkan dengan kelompok-kelompok mereka yang saling berselisih. Mereka merasa dikejutkan dengan kedatangannya yang tiba-tiba sekali itu dan mengumumkan kepada mereka kenabiannya dan mengajak mereka beriman kepadanya. Tentang perempuan ini, adakah mereka juga akan berkata seperti yang dikatakan Uyainah bin Hisn tentang Tulaihah?: "Seorang nabi perempuan dari Banu Yarbu' lebih baik daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, tetapi Sajah masih hidup," yang dengan begitu mereka akan menjadi pengikut perempuan itu dan bersama-sama memerangi Abu Bakr dan kaum Muslimin, - ataukah biarkan saja dia sendiri memerangi Abu Bakr? Mungkin dia akan hancur dan kerusuhan dapat dibasmi, atau dia yang akan menang yang juga kemenangan mereka, sebab mereka masih termasuk keluarga dekatnya. Kemenangan dan kenabiannya itu akan menjadi kebanggaan mereka juga.

Sajah dan Malik bin Nuwairah

Sajah sekarang memimpin pasukannya di perbatasan Banu Yarbu'. Pemimpin kabilah itu, Malik bin Nuwairah, dipanggilnya dan diajaknya berkompromi. Diberitahukannya juga maksudnya hendak menyerbu Medinah. Ajakan berkompromi itu oleh Malik disambut tetapi dimintanya agar ia membatalkan niatnya hendak menyerang Abu Bakr dan diajaknya ia memerangi mereka yang berselisih dengan pihaknya di daerah Banu Tamim itu. Sajah tampaknya senang dengan pendapatnya itu, dan katanya: "Ya, terserah pendapatmu dan orang-orang yang bersamamu. Tetapi aku perempuan Banu Yarbu'. Kalau dia seorang raja, maka dia raja kamu sekalian." Bagaimana Sajah cepat-cepat berbalik dari niatnya semula dan menyetujui pendapat Malik? Tak ada sumber yang dapat memberi penjelasan kepada kita mengenai rahasia perubahan itu. Tetapi sumber-sumber yang ada menyebutkan bahwa Malik adalah orang terpandang, pahlawan dan penyair. Ia sangat membanggakan diri, seperti kaumnya, punya pengikut cukup besar, sedap budi bahasanya dan pandai bergaul. Mutammam bin Nuwairah, saudaranya, yang sebagai penyair kedudukannya lebih penting dari Malik, tetapi matanya buta sebelah dan bermuka buruk. Pernah ia ditawan oleh salah satu suku, dibelenggu dan dilemparkan ke halaman. Berita itu sampai kepada Malik. Dia datang dengan kendaraannya ke tempat itu menemui mereka. Setelah memberi salam, mengajak mereka bicara, tertawa-tawa dan membacakan sajak-sajak, mereka senang sekali, begitu senangnya mereka sehingga Mutammam dibebaskan tanpa tebusan. Pada zaman jahiliah Mutammam juga pernah ditawan oleh Banu Taglib. Kemudian datang Malik hendak menebusnya. Setelah melihat Malik, wajahnya yang tampan menarik perhatian mereka. Setelah diajak bicara, tutur katanya juga menarik. Tawanan pun itu akhirnya dibebaskan tanpa mau menerima tebusan.

Adakah Sajah juga merasa puas dengan rupa dan kata-kata Malik, seperti yang dilakukan oleh paman-pamannya dari Banu Taglib dan pendukung-pendukungnya yang lain? Kita sebutkan semua ini untuk mengartikan jauhnya jarak antara Sajah dengan Musailimah. Benar tidaknya cerita-cerita itu, yang jelas Sajah telah mengundang pemuka-pemuka Banu Tamim. Tetapi, kecuali Waki', dari pihak mereka tak ada yang mau berkompromi dengan Malik. Oleh karena itu Sajah dengan pasukannya dan pasukan Malik dan Waki' menyerang satuan-satuan mereka dan mereka segera terlibat dalam pertempuran yang mengakibatkan banyak jatuh korban dari kedua belah pihak, dan yang sebagian saling menahan tawanan perang. Kemudian mereka damai kembali dan dilanjutkan dengan saling menukar tawanan. Perdamaian pun kembali pada Banu Tamim.

Hancurnya Sajah di Nibaj

Dengan memimpin pasukan Mesopotamia itu niat Sajah bangkit lagi hendak menghadapi Abu Bakr. Tetapi Malik dan Waki' sudah berdamai dengan kaumnya setelah melihat kebencian mereka yang telah menjadi pengikut nabi palsu itu. Sajah sudah sampai di Nibaj. Di sini ia berhadapan dengan Aus bin Khuzaimah dan Sajah dapat dikalahkan. Kemudian mereka saling bertukar tawanan dan diajaknya berdamai dengan syarat tak boleh ke Medinah menyeberangi daerah Aus. Pada waktu itu pemimpin-pemimpin Semenanjung itu berkumpul dan mereka berkata:

"Apa perintahmu kepada kami. Malik dan Waki' sudah berkompromi dengan kaumnya dan mereka tidak akan membela dan membiarkan kita melalui daerah mereka. Mereka sudah mengadakan perjanjian dengan kami."

Tetapi Sajah menjawab: "Yamamah."

Mereka mengingatkan, bahwa pengaruh pihak Yamamah sangat kuat dan bahwa pengikut Musailimah besar. Di sini ada cerita beredar yang menyebutkan bahwa dalam hal ini Sajah berkata: "Tugas kamu berangkat ke Yamamah, Berjalanlah beriring seperti merpati, Itulah perang yang sengit, Setelah itu kamu tak akan menyesal."

Tak ada jalan lain setelah dibacakan sajak mantra yang mereka kira wahyu itu, selain harus tunduk.

Berangkat ke Yamamah

Kenapa ia berbalik akan pergi ke Yamamah setelah kaumnya sendiri, Banu Tamim, mengkhianatinya dan mengkhianati perjalanannya hendak menyerbu Abu Bakr? Tak adakah orang-orang di sekitarnya yang mau memberikan pendapat kepadanya? Ataukah mereka memang sudah percaya pada kenabiannya dan segala kekonyolan yang dikatakannya wahyu itu dan mereka tidak lagi ragu mengikutinya?

Sebenarnya segala cerita tentang Sajah ini memang aneh semua. Segala yang diceritakan orang mengenai dirinya lebih menyerupai cerita-cerita rekaan. Disebutkan bahwa setelah ia dan pasukannya sampai di Yamamah,Musailimah takut dan khawatir, bahwa bila ia sibuk menghadapinya, ia akan dikalahkan oleh pasukan Muslimin atau oleh kabilah-kabilah berdekatan. Karenanya ia memberikan hadiah kepada Sajah yang dikirimkan sebagai tanda meminta keamanan untuk dirinya sampai ia datang menemui perempuan itu. Sajah dan pasukannya berhenti di sebuah mata air dan Musailimah diizinkan datang. Setelah datang dengan empat puluh orang dari Banu Hanifah, ia berbicara berdua dengan Sajah dan ia mengatakan kepada Sajah, bahwa tadinya ia berpendapat bumi ini separuh untuk Kuraisy, tetapi orang-orang Kuraisy itu kejam. Oleh karena itu, biarlah separuh bumi ini untuk Sajah.

Perkawinan Musailimah dengan Sajah

Musailimah membacakan sebuah sajak yang sangat menyenangkan hati perempuan itu. Dia pun membalasnya dengan sajak serupa. Setelah itu mereka berdua berbincang-bincang lama sekali. Ternyata Sajah sangat mengagumi Musailimah dan mengagumi tutur katanya yang serba manis. Rencananya mengenai kaumnya juga menarik perhatiannya, dan dengan begitu akhirnya ia mengakui keunggulannya. Setelah Musailimah menawarkan agar kenabiannya digabung saja dengan kenabian Sajah dan mengadakan ikatan perkawinan antara keduanya, hatinya goyah juga dan lamaran itu pun diterima.

Sekarang Sajah pindah ke kemah Musailimah dan tinggal bersama selama tiga hari. Setelah kembali kepada masyarakatnya sendiri, Sajah mengatakan bahwa ia melihat Musailimah benar, dan karenanya ia menikah dengan laki-laki itu.

Dua sembahyang dicabut untuk kaumnya sebagai maskawin

Tetapi setelah kaumnya tahu perkawinan itu tanpa maskawin, mereka berkata kepada Sajah: "Kembalilah kepadanya. Tidak baik orang seperti kau kawin tanpa maskawin." Setelah Sajah kembali, Musailimah menutup pintu bentengnya dan hanya mengutus orang menanyakan apa maksudnya. Kemudian ia mencabut dua macam sembahyang demi menghormati Sajah, sembahyang malam dan sembahyang subuh. Dengan demikian persoalan mereka berdua selesai dengan ketentuan separuh penghasilan Yamamah akan dibawa oleh Sajah dan yang separuh lagi akan dikirim sesuai dengan isi persetujuan. Sajah membawa penghasilan itu kemudian ia kembali ke Mesopotamia. Beberapa orang ditinggalkan di tempat itu untuk membawa yang separuh lagi. Tetapi orang-orang itu hanya sekadar menunggu kedatangan pasukan Muslimin yang kemudian menyerang Musailimah dan membunuhnya. Selama itu Sajah tetap di Taglib hingga kemudian dipindahkan oleh Muawiyah ke Banu Tamim tatkala terjadi musim paceklik dan dia tinggal di sana sebagai seorang Muslimah yang baik hingga matinya.

Tentang Sajah yang aneh

Demikianlah cerita tentang Sajah bint Haris. Seperti saya sebutkan di atas, yang memang aneh sekali ceritanya. Adakah yang lebih aneh daripada petualangannya yang keluar dari Mesopotamia untuk memerangi Abu Bakr, kemudian begitu cepat membatalkan niatnya setelah berbicara dengan Malik bin Nuwairah. Setelah itu berbalik pergi ke Yamamah hendak menemui Musailimah lalu kawin dengan laki-laki itu dan kembali lagi ke daerahnya, dan selanjutnya tinggal dengan sesama kaumnya seolah ia tak pernah keluar dari lingkungannya itu dan tak pernah kawin dengan orang luar!

Tetapi apa yang terjadi dengan Musailimah lebih aneh lagi. Kalaupun benar ia telah kawin dengan perempuan itu, tentu itu merupakan suatu bukti kemahirannya dalam politik serta kepandaiannya merajuk hati orang. Ia sudah ingin melepaskan diri dari Sajah guna melapangkan jalan dalam memerangi kabilah-kabilah di sekitarnya dan Muslimin yang diutus oleh Abu Bakr untuk memeranginya. Dilihatnya perempuan itu begitu lemah dan sifat betinanya cukup menggoda hatinya. Setelah perempuan itu menyerah dan mengikutinya, ditinggalkannya begitu saja.

Sebenarnya pembicaraan perempuan ini dengan Malik bin Nuwairah kemudian dengan rekannya yang mengaku nabi itu, membuktikan bahwa di samping ia pandai membaca sajak-sajak mantra dalam kapasitasnya sebagai dukun, juga sebagai perempuan ia sangat lemah lembut. Kebalikannya Musailimah, seorang laki-laki bersosok kecil, kerdil, tampangnya tidak menarik selain tutur katanya yang manis, tidak banyak tertarik pada perempuan atau pada kecantikannya. Oleh karena itu, salah satu ketentuan yang diterapkan pada kaumnya ialah barang siapa mempunyai anak laki-laki tak boleh ia mendekati istrinya kecuali jika anak itu mati. Kalau anaknya meninggal, ia boleh mencampuri istrinya untuk memperoleh anak lagi. Maka barang siapa sudah mempunyai anak laki-laki, semua perempuan diharamkan buat dia!

***

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team