VIII. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH
(2/3)
Malik setelah hancurnya Tulaihah
Sementara peristiwa Musailimah dan Sajah ini terjadi di
Yamamah, Khalid bin Walid naik ke Buzakhah dan mengadakan
serangan. Mereka yang sadar dan bertobat dikembalikan kepada
Islam, dan yang membunuh orang Islam atau memusuhinya
dijatuhi hukuman, dan berakhir dengan perang menghadapi Umm
Ziml hingga dapat diporakporandakan, seperti halnya dengan
pasukan Tulaihah yang akhirnya melarikan diri. Berita
tentang Khalid ini sudah tersebar luas, yang kemudian sampai
juga kepada Malik bin Nuwairah di Butah, yang membuatnya
gelisah dan kebingungan. Dia termasuk yang menolak zakat dan
bersama-sama dengan Sajah menentang Muslimin yang tinggal di
kalangan Banu Tamim. Dengan tindakan itu berarti mereka
telah melakukan permusuhan terhadap Muslimin, dan dengan
demikian boleh diserang. Sekarang apa yang harus mereka
lakukan setelah pasukannya dan pasukan Sajah mengalami
kegagalan dan kehancuran? Tetapi Waki', temannya, yang sudah
kembali kepada Islam dan mengeluarkan zakat, melihat Malik
telah salah bertindak. Sebaliknya Malik masih dalam
kebingungan: meninggalkan apa yang sudah dilakukannya itu
dan kembali kepada Islam bersama-sama dengan Abu Bakr
seperti ketika dengan Muhammad serta menunaikan kewajiban
salat dan zakat, ataukah akan tetap bertahan dengan Sajah
seperti sekarang. Segala persoalan memang di tangan
Allah!
Khalid memutuskan akan ke Butah dan
sikap Ansar
Tugas Khalid selesai sudah menghadapi Banu Asad dan
Gatafan serta kabilah-kabilah sekutunya yang masih tersisa
setelah mereka semua kembali kepada Islam dan tunduk kepada
pemerintahan Medinah. Sekarang dia memutuskan akan berangkat
ke Butah menghadapi Malik bin Nuwairah dan kawan-kawannya
yang masih ragu. Niatnya ini diketahui oleh Ansar. Dengan
agak maju mundur mereka berkata:
"Bukan ini yang ditugaskan Khalifah kepada kami. Kami
mendapat tugas, bila sudah selesai urusan di Buzakhah dan
sudah kita bebaskan negeri itu, kami diminta tinggal sampai
ada surat buat kami."
Khalid menjawab:
"Kalau itu yang ditugaskan kepada kalian, aku mendapat
tugas supaya meneruskan perjalanan. Di sini aku yang menjadi
komandan dan keputusan ada di tanganku. Sekalipun aku
menerima surat atau perintah tetapi aku melihat ada
kesempatan. Kalau kuberitahukan kesempatan itu akan hilang;
maka aku tidak akan memberitahukan sebelum aku dapat
menggunakan kesempatan itu..." Lalu ia pergi bersama
pasukannya, kecuali orang-orang Ansar, dan dia menuju
Butah.
Malik bin Nuwairah menasihati
kaumnya agar kembali kepada Islam
Kalangan Ansar sudah merasa jemu juga dengan keadaan
semacam itu. Mereka bermusyawarah, dan kemudian mengambil
keputusan hendak menyusulnya. Oleh karena itu mereka
berkata: Kalau Khalid beruntung, kamu tak akan ikut
mengalaminya; kalau dia dan pasukannya mendapat malapetaka
kalian akan dijauhi orang.
Kemudian mereka mengutus orang kepada Khalid memintanya
menunggu sampai mereka dapat menyusul dan pergi
bersama-sama. Setelah mereka di Butah tak seorang pun
dijumpainya. Malik bin Nuwairah telah melepaskan kaumnya ke
rumah masing-masing dan melarang mereka berkumpul.
"Hai Banu Yarbu'," katanya kepada mereka, "Dulu kita
telah menentang pemimpin-pemimpin sendiri kita tatkala
mereka mengajak kita; dan kita berusaha merintangi orang
jangan mengikuti mereka, tetapi ternyata tak berhasil.
Setelah kupertimbangkan, aku berpendapat sebaiknya kita
bersiap-siap tanpa terlalu banyak urusan. Hal ini sudah ada
yang mengurus. Janganlah kalian mencari-cari permusuhan
dengan golongan yang sudah diperlakukan dengan baik."
Dinasihatinya mereka agar kembali kepada Islam dan tinggal
di rumah masing-masing, dan dia sendiri pun pulang ke
rumahnya.
Karena di Butah Khalid tidak menemukan orang, pasukan itu
terpencar dan diperintahkannya supaya membawa orang yang
tidak mau memenuhi seruan Islam, dan kalau menolak supaya
dibunuh. Sedang pesan Abu Bakr, bila pasukan Muslimin
memasuki suatu pemukiman supaya menyerukan azan. Kalau
mereka menyambut seruan itu, janganlah mereka diganggu, dan
kalau tidak bunuhlah sebagian dan rampaslah. Jika kemudian
mereka menerima ajakan Islam, tanyakanlah tentang zakat,
kalau mereka setuju terimalah dari mereka, kalau menolak
perangilah mereka.
Pasukan Khalid membawa Malik
Pasukan itu membawa Malik bin Nuwairah dan beberapa orang
lagi dari Banu Yarbu' kepada Khalid. Dan yang seharusnya
terjadi setelah itu ialah jika Malik dan kawan-kawannya
menerima Islam, Khalid harus memperlakukan mereka sebagai
orang yang sudah tobat. Tetapi yang terjadi Khalid
memerintahkan supaya Malik dibunuh. Dan pembunuhan inilah
yang telah menimbulkan gejolak berkepanjangan di Medinah,
sebelum dapat diredakan. Dampak inilah yang berpengaruh
dalam kebijaksanaan Umar bin Khattab terhadap Khalid bin
Walid setelah kemudian ia memangku jabatan Khalifah. Itu
pula sebabnya, cerita-cerita sekitar kematian Malik bin
Nuwairah itu jadi berpanjang-panjang dan berlain-lainan.
Terbunuhnya Malik dan
cerita-cerita di sekitar ini
Konon pimpinan militer yang membawa Malik dan
teman-temannya itu berselisih pendapat: adakah Malik dan
golongannya itu mengakui Islam dan menyambut seruan azan,
atau mereka ingkar dan pura-pura tak peduli? Dengan mengacu
kepada Abu Qatadah al-Ansari yang menjadi salah. seorang
pimpinan pasukan itu at-Tabari menyebutkan bahwa ia
menceritakan bahwa setelah mendatangi mereka malam hari
mereka terkejut dan senjata pun mereka ambil. Kami berkata:
kami Muslimin. Mereka menjawab: Kami juga Muslimin. Lalu
kami berkata: mengapa kamu bersenjata? Mereka berkata kepada
kami: mengapa kamu juga bersenjata? Kami berkata: kalau
begitu letakkanlah senjata. Mereka pun meletakkan senjata.
Lalu kami salat, dan mereka pun salat.
Sampai di sini sumber-sumber itu masih senada. Dan dari
sini pula mulai timbul perbedaan. Abu Qatadah berkata:
mereka menyetujui zakat dan segala ketentuannya. Yang lain
berkata: Mereka tidak mengakui dan berkeras menolaknya. Apa
yang dilakukan Khalid menghadapi perbedaan antara
saksi-saksi mata itu, dan bagaimana ia mengambil
keputusan?
Terbunuhnya Malik dan kaumnya karena
salah paham
Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia memerintahkan supaya
Malik dan kawan-kawannya itu dipenjarakan sementara perkara
mereka akan diperiksa. Mereka dipenjarakan waktu udara malam
dingin sekali, makin larut malam udara makin dingin. Merasa
kasihan melihat mereka Khalid memerintahkan seraya berseru:
"Berikanlah pendiangan kepada tawanan-tawanan itu!" Dalam
bahasa suku Kinanah kata-kata itu berarti pembunuhan,
sementara pengawal-pengawal itu dari suku Kinanah tersebut.
Mendengar perintah itu mereka mengira bahwa yang dimaksudkan
Khalid supaya mereka dibunuh, lalu mereka dibunuh. Mendengar
ada ribut-ribut Khalid keluar. Tetapi mereka sudah dihabisi.
Maka ia berkata: "Jika Allah menghendaki sesuatu maka akan
terjadi juga."
Dialog Malik dengan Khalid
Sumber kedua menyebutkan bahwa Khalid mengundang Malik
berdiskusi untuk mengetahui kedua kesaksian itu, mana yang
benar: kesaksian entang keislamannya, atau tentang
kegigihannya mau jadi murtad atau menolak membayar zakat.
Sementara mereka berdiskusi itu Malik mengoreksi Khalid
dengan berkata: "Harapan yang diberikan teman kamu itu
karena ia berkata begini dan begini." Khalid menjawab:
"Bukankah dia termasuk temanmu?" Kemudian diperintahkan
supaya dia dan teman-temannya dibunuh.
Mengomentari percakapan antara Khalid dengan Malik itu
Abul-Faraj dalam al-Agani mengatakan sebagai berikut: "Ibn
Sallam berkata: Orang yang tidak menerima alasan Khalid
mengatakan bahwa Malik berkata kepada Khalid: "Atau dengan
itu engkau diperintah oleh temanmu itu - yakni Rasulullah
saw. - ia menginginkan kepahlawanan." Dan orang yang
menerima alasan Khalid mengatakan bahwa ia ingin
menghilangkan soal kenabian dengan alasan kata-kata dalam
puisi Malik sendiri:
Aku berkata ambillah harta kamu tanpa merasa takut
Tanpa melihat apa yang akan terjadi besok
Jika ada orang yang menakut-nakuti
Kita tolak dan kita katakan: agama adalah agama
Muhammad.
Yakni bahwa dia menolak membayar zakat dan berkata kepada
kaumnya, ambil sajalah harta kamu; agama itu agama Muhammad,
bukan agama Abu Bakr.
Tetapi Ibn Khallikan menyebutkan tentang percakapan kedua
orang itu sebagai berikut: "Maka Malik berkata, 'Aku dapat
menerima salat, tapi zakat tidak,' yang dijawab oleh Khalid,
'Engkau tidak tahu bahwa salat dan zakat satu sama lain tak
dapat dipisahkan?!'
'Sahabatmu itu memang mengatakan begitu,' jawab
Malik.
'Jadi engkau tidak melihatnya sebagai sahabatmu juga!'
Demi Allah! Aku memang sudah berniat memenggal lehermu.
Kemudian setelah mereka lama berdebat, Khalid berkata:
'Akulah yang akan membunuhmu.' 'Memang begitu perintah
sahabatmu itu?'
'Sungguh aku akan membunuhmu.' Lalu dikeluarkan perintah
dan dia pun dibunuh."
Sebagian ada yang lebih memperkuat sumber ini dari yang
pertama. Tetapi mereka yang memperkuat itu melihat ada
kelemahan dalam sumber itu. Mereka berpendapat bahwa jika
tidak lengkap akan bertentangan dengan sikap Khalid dalam
menghadapi Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu
Syajrah dan sebangsanya yang sudah kita ceritakan di atas.
Mereka dikirimkan kepada Abu Bakr untuk meminta pendapatnya.
Kesalahan Malik bin Nuwairah tidak lebih besar dari
kesalahan mereka; mengapa ia dibunuh dan tidak dikirimkan
kepada Khalifah, padahal kedudukannya di kalangan Banu Tamim
lebih penting daripada kedudukan siapa pun dari mereka!
Mempertalikan pembunuhan Malik dengan
Khalid yang mengawini istrinya
Puncak cerita itu menurut pendapat mereka bahwa Khalid
telah mengawini Umm Tamim, istri Malik pada hari
pembunuhannya itu dan bumi pun belum kering dari darahnya.
Ini samasekali bertentangan dengan tradisi Arab. Mereka
hendak mempertalikan pembunuhan Malik itu dengan perkawinan
Khalid dengan istrinya, dan menjadikan perkawinan itu
sebagai motif pembunuhannya. Mungkin mereka benar, tapi
mungkin juga salah.
Dalam kitab Tarikh-nya Ya'qubi menyebutkan: Malik bin
Nuwairah menemuinya dan berdiskusi, disertai istrinya.
Khalid kagum melihat istrinya itu, lalu katanya: "Aku tak
akan memperoleh apa yang ada padamu itu sebelum kubunuh
engkau. Ia melihat kepada Malik lalu membunuhnya dan
mengawini istrinya." Dalam al-Agani Abul-Faraj menyebutkan:
"Setelah Sajah mendakwakan diri nabi, Malik menjadi
pengikutnya, kemudian ia memperlihatkan diri bahwa dia
Muslim. Maka oleh Khalid ia dibunuh. Ada sekelompok sahabat
yang mengecam tindakannya itu, sebab setelah itu ia
mengawini istri Malik. Memang ada juga yang mengatakan bahwa
ia sudah mencintainya sejak zaman jahiliah. Karenanya ia
dituduh membunuh seorang Muslim supaya kemudian dapat
mengawini istrinya." Abul-Faraj juga menceritakan dengan
mengatakan "Muhammad bin Sallam berkata: "Suatu hari Yunus
mengatakan kepadaku sementara aku menggoda perempuan Tamim
itu untuk Khalid tetapi aku memaafkannya. Lalu katanya
kepadaku: Abu Abdullah, engkau belum mendengar tentang betis
Umm Tamim! Kata orang belum pernah ada orang yang melihat
betis seindah itu."
Sikap Laila tentang dialog Malik dengan
Khalid
Atas peristiwa ini kemudian terjalin cerita-cerita dengan
lukisan yang lebih menyerupai cerita rekaan karya sastra
daripada kejadian sejarah yang sebenarnya. Laila mendampingi
suaminya yang ketika itu sedang berdialog dengan Khalid.
Setelah didengarnya Khalid berkata kepada suaminya 'Akulah
yang akan membunuhmu', ia bersimpuh di kaki penakluk itu
mengharapkan ampun, dengan rambut yang sudah terurai ke
bahunya dan air mata bersimbah membasahi kelopak matanya,
sehingga sepasang mata itu tampak makin jelita. Khalid
menatap wajahnya yang cantik itu, sementara perempuan itu
mengerling kepadanya memohonkan belas kasihan, dengan
pandangan penuh cinta dan rasa kagum. Malik berteriak: 'Aku
pasti dibunuh!' Khalid menjawab, 'Bukan karena ini, tetapi
hukuman ini berlaku karena kekufuranmu.' Lalu
diperintahkannya agar orang itu dibunuh.
Bukan maksud kita hanya sampai pada cerita rekaan sastra
dengan segala pemeriannya itu saja, tetapi yang pasti Laila
memang mengagumi Khalid, dan karenanya sesudah itu Khalid
menahannya dan tidak melepaskannya kendati perkawinan itu
akan menimbulkan kesulitan buat dia sendiri.
Kemarahan Abu Qatadah
al-Ansari
Barangkali kita sudah dapat memperkirakan betapa besarnya
kesulitan itu bila kita mengetahui bahwa Abu Qatadah
al-Ansari sampai begitu marah karena perbuatan Khalid yang
membunuh Malik dan mengawini istrinya itu. Khalid
ditinggalkannya dan ia pergi ke Medinah, dengan bersumpah
tidak sekali-kali lagi mau berada di bawah satuan Khalid.
Kita tahu apa yang sudah disebutkan dalam sumber itu, bahwa
pasukan Khalid yang telah memenjarakan Malik dan
teman-temannya itu mereka itulah yang menghabiskan
riwayatnya tatkala mendengar penntah Khalid, "Berikanlah
pendiangan1 kepada tawanan-tawanan itu" dan bahwa
Khalid arah sekali karenanya, yang kemudian berkata: "Jika
Allah menghendaki sesuatu maka akan terjadi juga."
Sumber-sumber itu menambahkan bahwa Abu Qatadah menduga, apa
yang terjadi itu hanya muslihat Khalid saja, dan menemuinya
seraya berkata: "Inilah perbuatanmu," tetapi Khalid
membentaknya dan ia pun pergi ke Medinah.
|