|
||
|
|
Semua peristiwa sejarah dunia Islam catatannya didasarkan pada hijrah Nabi dari Mekah ke Medinah. Rahasia diambilnya peristiwa besar ini sebagai permulaan sejarah Islam, karena waktu itulah permulaan Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya dalam menghadapi mereka yang memerangi risalahnya di tanah suci itu. Kemudian mereka melakukan perbuatan-perbuatan makar hendak membunuhnya. Dalam hijrah itu hanya Abu Bakr sendiri saja yang menemani Rasulullah. Dalam sakitnya yang terakhir dan ketika sudah tidak kuat lagi mengimami salat, Rasulullah meminta Abu Bakr bertindak memimpin salat itu menggantikannya. Ia tidak ingin tempat ini dipegang oleh Umar bin Khattab.
Dipilihnya Abu Bakr menemaninya ketika hijrah dan mengimami salat menggantikannya, karena Abu Bakr Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah, dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban. Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama Allah dan membela kaum Muslimin. Ia lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Di samping itu, di samping iman yang begitu teguh akhlaknya pun sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang lain, paling dekat dan akrab kepada mereka.
Jika demikian halnya, tidak heran bila Muslimin kemudian mengangkatnya sebagai pengganti Rasulullah. Memang, tidak heranlah dengan sikapnya itu ia membela Islam dan menyebarkan agama Allah di muka bumi ini. Dialah yang telah memulai sejarah lahirnya kedaulatan1 Islam, yang kemudian menyebar di timur dan di barat, ke India dan Tiongkok di Asia, ke Maroko dan Andalusia di Afrika dan Eropa, dan yang kemudian mengarahkan kebudayaan umat manusia ke suatu tujuan, yang pengaruhnya di seluruh dunia masih terasa sampai sekarang.
Selesai menulis kedua buku saya, Sejarah Hidup Muhammad dan Fi Manzilil-Wahy ("Di Lembah Wahyu,") terlintas dalam pikiran saya hendak mengadakan beberapa studi lagi mengenai sejarah kedaulatan Islam sejagat ini, serta sebab-sebab kebesaran dan kemundurannya. Tetapi dalam hal ini saya tergoda oleh suatu pemikiran bahwa kedaulatan Islam ini adalah hasil ajaran-ajaran dan tuntunan Nabi juga. Dalam melakukan studi sejarah Nabi saw. dan melihat hasil studi ini yang memang indah, yang sudah sepatutnya akan mengantarkan langkah umat manusia ke arah kebudayaan yang selama ini didambakan, maka dalam mengadakan studi kedaulatan ini serta perkembangannya, lebih besar lagi hasrat kita hendak mengambil teladan dan ajaran-ajaran Rasulullah sebagai pangkal bertolak. Hal ini akan mempermudah kita memperoleh pengetahuan baru mengenai kehidupan yang begitu cemerlang dan agung. Para ahli rasanya akan lebih puas dengan apa yang pernah saya imbau agar kita lebih mendalami kenyataan-kenyataan psikologis di samping rohani yang terkandung di dalamnya. Ilmu pengetahuan dengan segala sarananya, dengan segala dalil yang pernah dikemukakan, belum dapat membuktikan, juga tak dapat menafikan. Padahal itu merupakan dasar kebahagiaan hidup umat manusia dan sekaligus menjadi juru kemudinya.
Terdorong oleh pemikiran semacam itu, saya yakin bahwa pengenalan kita pada masa lampau dengan sendirinya akan memberikan gambaran masa depan, dan sekaligus membimbing upaya kita ke arah tujuan yang sesuai dengan kodrat kita sebagai manusia. Masa lampau, masa sekarang dan masa depan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Mengenal masa lampau adalah suatu langkah untuk menentukan diagnosis yang tepat masa sekarang serta mengatur masa yang akan datang. Sama halnya dengan pengetahuan seorang dokter mengenai masa lampau penyakit penderitanya, yakni langkah paling baik untuk membuat diagnosis serta cara pengobatannya.
Masa sekarang yang telah dilahirkan oleh kedaulatan Islam, dalam arti khusus meliputi semua bangsa berbahasa Arab, dan mereka yakin pula bahasa mereka mempunyai hubungan atau nasab dengan penduduk jazirah itu, dan Mesir merupakan pusat lingkaran bangsa-bangsa itu: dikelilingi oleh Palestina, Suria dan Irak di sebelah timur; Tripoli, Tunis, Aljazair dan Maroko di sebelah barat. Dalam arti umum, sekarang meliputi semua bangsa yang beragama Islam di Asia, Afrika dan Eropa. Sudah tentu studi tentang masa lampau kedaulatan Islam yang selalu mempersatukan bangsa-bangsa itu semua akan menjadi pusat perhatian bersama dan masing-masing yang melihat wajahnya ke masa empat belas abad silam itu akan tampak dalam studi ini. Dengan demikian akan kita ketahui pula faktor-faktor yang telah menyebabkan wajah itu ternoda sampai menjadi rusak, dan dengan pengetahuan itu kita an mencarikan jalan bagaimana wajah itu harus kita kembalikan kepada keagungannya semula, kepada keindahannya yang memang begitu cemerlang.
Sementara saya sedang memikirkan hal ini dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan itu, beberapa pihak yang pernah memperlihatkan rasa simpatinya terhadap buku Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) mendorong saya untuk membuat juga studi mengenai biografi pengganti-penggantinya yang mula-mula, dan secara khusus menulis biografi yang menyeluruh mengenai beberapa pahlawan Islam masa itu, untuk setiap orang ditulis sebuah biografi tersendiri. Kalaupun keinginan teman-teman itu memang menyenangkan saya dan juga berkenan di hati, saya sungguh prihatin atas apa yang mereka harapkan itu; suatu hal yang tak akan cukup upaya untuk menyelesaikannya, dan hanya akan menjadi beban yang berat bagi mereka yang sama-sama membantu.
Biografi Umar bin Khattab misalnya, yang banyak dibicarakan orang, karena mereka melihat bahwa sejarah Umar itu adalah titik gemilang dalam wajah sejarah Islam. Dalam hal ini saya berkata dalam hati: kalau begitu kenapa tidak saya mulai dengan sejarah Abu Bakr saja, dengan membuat studi dan mengemukakannya seperti yang sudah saya lakukan dengan Sejarah Hidup Muhammad? Abu Bakr, sahabat dekat Muhammad, orang yang paling banyak berhubungan dengan dia, di samping memang orang yang paling setia dan paling banyak mengikuti ajaran-ajarannya. Di samping itu ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, dan karena dia jugalah puluhan dan ratusan ribu Muslimin tersebar ke segenap penjuru. Juga, dengan segala kelembutannya itu dia adalah Khalifah pertama. Dialah yang telah memperkuat Islam kembali tatkala orang-orang Arab yang murtad mencoba mau menggoyahkan sendi-sendi Islam, di samping juga dialah yang telah merintis penyebaran Islam ke luar dan merintis pula kedaulatannya.
Jika terlaksana maksud saya menulis sejarah hidupnya seperti yang saya harapkan, kiranya saya sudah juga membuka jalan ke arah penulisan sejarah kedaulatan ini seluruhnya atau sebagiannya. Dengan demikian, apa yang dikehendaki Allah agar tujuan yang agung ini disampaikan, kiranya sudah saya penuhi, dan sekaligus memperlancar jalan buat mereka yang ingin meneruskan atau memulai dari pertama ke arah yang lebih sempurna.
Sekiranya usaha saya ini terhenti hanya pada sejarah hidup Abu Bakr saja, rasanya itu pun sudah cukup memadai dan dengan itu hati saya merasa senang juga. Untuk meyakinkan, cukup kiranya kita mengikuti apa yang terjadi pada masa Khalifah pertama itu. Apa yang diceritakan oleh para ahli sejarah mengenai kejadian-kejadian masa itu, dengan segala kebesaran jiwanya yang kita lihat, sungguh mengejutkan kita, bahkan mengagumkan sekali, atau lebih dari itu, menimbulkan rasa hormat. Malah saya khawatir kalau sampai hal itu dapat menjurus pada pemujaan. Kita memang tidak melihat jelas-jelas pengertian semacam itu dalam buku-buku lama mana pun. Tetapi jalannya segala peristiwa dalam sumber-sumber itu, kalaupun tidak sampai menerjemahkannya bulat-bulat, setidak-tidaknya sudah memperlihatkan semua kenyataan itu dengan jelas sekali.
Laki-laki yang begitu rendah hati itu, begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya, bergaul dengan orang-orang papa, dengan mereka yang lemah - dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang dahsyat sekali. Dengan kemampuan yang luar biasa dalam membina tokoh-tokoh serta dalam menampilkan posisi dan bakat mereka, ia tak kenal ragu, pantang mundur. Ia mendorong mereka terjun ke dalam lapangan yang bermanfaat untuk kepentingan umum, menyalurkan segala kekuatan dengan kemampuan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.
Kembali ingatan saya pada sejarah Abu Bakr sebelum menjadi Khalifah. Bila saya tampilkan kembali peranannya di samping Rasulullah, maka tampak ia dengan keagungannya itu dalam warna baru sebagai lingkaran cahaya kebesaran yang seimbang ketika ia berada di samping kebesaran dan keagungan Rasulullah. Tetapi semua itu baru tampak jelas di depan mata saya tatkala saya bandingkan dengan sahabat-sahabat Rasulullah yang lain serta pengikut-pengikutnya dari kalangan Muslimin. Betapa pula peranan mereka itu - di sisi kebesaran dan keagungannya - dengan peranannya pada masa risalah, dan ketika orang-orang Kuraisy begitu hebat memusuhi dan mengganggu Rasulullah, ketika terjadi peristiwa Isra, kemudian waktu hijrah, lalu dalam menghadapi intrik-intrik orang-orang Yahudi di Yasrib (Medinah)?!
Peristiwa-peristiwa itu saja rasanya cukup sudah untuk dijadikan dasar penulisan sejarah hidupnya, untuk dicatatkan namanya dalam sebuah catatan yang abadi.
Sungguhpun begitu, kebesaran Abu Bakr adalah kebesaran yang tanpa suara, kebesaran yang tak mau berbicara tentang dirinya, sebab, itu adalah kebesaran jiwa, kebesaran iman yang sungguh-sungguh kepada Allah dan kepada wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah saw.
Kemudian apa lagi! Kemudian jalannya peristiwa demi peristiwa pada masa Abu Bakr itu sudah menjadi saksi pula buat dia akan pendapatnya yang tepat serta pandangannya yang jauh. Ketika terpikir akan memasuki Persia dan Rumawi, setelah merasa lega melihat keadaan kaum Muslimin sudah lepas dari Perang Riddah di kawasan Arab, ia melihat prinsip persamaan dalam ajaran Islam itu sebagai kekuatan baru yang tak akan dapat dilawan baik oleh Persia maupun oleh Rumawi. Prinsip ini tentu akan menarik hati semua orang dalam kedua imperium itu, yang selama ini berjalan atas dasar kekuasaan pribadi atau menurut sistem rajaraja kecil dan atas perbedaan-perbedaan kelas. Betapapun besarnya persediaan dan perlengkapan manusia dan kekuatan pada kedua imperium itu, namun konsep persamaan dan keadilan akan lebih kuat dari segala kekuatan. Kedaulatan yang berlaku, yang didasarkan atas konsep ini, dengan asas keadilan, akan lebih menarik hati rakyat. Meskipun antara dia dengan sementara sahabat-sahabat terkemuka ada perbedaan pendapat, tetapi tidak sampai menghalangi maksudnya hendak menyerbu Irak dan Syam2. Perintah untuk menyerbu itu dikeluarkan dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan bantuan dan pertolongan selalu. Oleh karena itu ia berpesan kepada setiap pimpinan pasukan agar tetap berpegang teguh pada prinsip persamaan dan keadilan dan jangan menyimpang sedikit pun.
Dari celah-celah peristiwa yang telah diungkapkan oleh para ahli sejarah dahulu itu perangai demikian ini tampak jelas sekali, walaupun pemerintahan Abu Bakr itu waktunya sangat pendek. Ditambah lagi dengan apa yang ditulis oleh kalangan Orientalis, tampak lebih jelas lagi, seperti beberapa ulasan yang dapat kita baca dalam buku-buku mereka serta usahanya hendak menafsirkan beberapa peristiwa itu.
Perangai inilah, yang dalam waktu begitu pendek itu ia memikul tanggung jawab Muslimin, patut mendapat catatan tersendiri, dengan jati dirinya serta pembentukan pribadinya yang dapat dilukiskan secara lebih khas dan lengkap.
Memang saya sederhanakan tatkala saya sebutkan bahwa masa (periode) pemerintahan Abu Bakr punya jati diri dan bentuknya sendiri yang sempuma, yaitu dalam hubungannya dengan masa Rasulullah sebelum itu dan dengan masa Umar sesudahnya, yang ditandai dengan suatu ciri khas. Masa Rasulullah adalah masa wahyu dari Allah. Allah telah menyempurnakan agama itu untuk umat manusia, telah melengkapinya dengan karuniaNya dan dengan Islam sebagai agama yang dipilihkan-Nya untuk mereka.
Sedang masa Umar ialah masa pembentukan hukum yang dasar-dasarnya sudah ditertibkan dengan kedaulatan yang sudah mulai berjalan lancar. Sebaliknya masa Abu Bakr adalah masa peralihan yang sungguh sulit dan rumit, yang bertalian dengan kedua masa itu; namun berbeda dengan kedua masa itu. Bahkan berbeda dari setiap masa yang pernah dikenal orang dalam sejarah hukum dan ketertibannya serta dalam sejarah agama-agama dan penyebarannya.
Dalam masa transisi yang sangat kritis ini Abu Bakr dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang begitu besar sehingga pada saat-saat permulaan itu timbul kekhawatiran yang dirasakan oleh seluruh umat Muslimin.
Setelah semua itu dapat diatasi berkat kekuatan imannya, dan untuk waktu berikutnya Allah telah memberikan sukses dan kemenangan, datang Umar memegang tampuk pimpinan umat Islam. Ia memimpin mereka dengan berpegang pada keadilan yang sangat ketat serta memperkuat pemerintahannya sehingga negara-negara lain tunduk setia kepada kekuasaannya.
Memang, telah timbul kekhawatiran di kalangan umat melihat kesulitan yang dihadapi Abu Bakr itu. Sebabnya ialah wilayah Arab yang pada masa Rasulullah sudah tuntas kesatuannya, tiba-tiba jadi goncang begitu Rasulullah wafat. Bahkan gejala-gejala kegoncangan itu memang sudah mulai mengancam sebelum Rasulullah berpulang.
Musailimah bin Habib di Yamamah mendakwakan diri nabi dan mengirim delegasi kepada Nabi di Medinah dengan menyatakan bahwa Musailimah juga nabi seperti Muhammad dan bahwa "Bumi ini separuh buat kami dan separuh buat Kuraisy; tetapi Kuraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil." Juga Aswad Ansi di Yaman mendakwakan diri nabi dan tukang sihir, mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Setelah merasa dirinya kuat ia pergi ke daerah selatan lalu mengusir wakil-wakil Muhammad, lalu terus ke Najran. Ia hendak menyebarkan pengaruhnya di kawasan ini. Muhammad mengutus orang kepada wakilnya di Yaman dengan perintah supaya mengepung Aswad atau membunuhnya. Soalnya karena orang Arab yang sudah beriman dengan ajaran tauhid dan sudah meninggalkan penyembahan berhala; tak pernah membayangkan bahwa kesatuan agama mereka telah disusul oleh kesatuan politik. Malah banyak di antara mereka yang masih rindu ingin kembali kepada kepercayaan lamanya.
Itu sebabnya, begitu mereka mendengar Rasulullah wafat mereka menjadi murtad, dan banyak di antara kabilah itu yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Medinah. Mereka menganggap membayar zakat itu sama dengan keharusan pajak. Oleh karena itu mereka menolak.
Seperti jilatan api, cepat sekali pemberontakan itu menjalar ke seluruh jazirah Arab begitu Rasulullah wafat. Berita pemberontakan ini sampai juga kepada penduduk Medinah, kepada mereka yang berada di sekeliling Abu Bakr setelah mereka membaiatnya. Mereka sangat terkejut. Berselisih pendapat mereka apa yang harus diperbuat. Satu golongan berpendapat, termasuk Umar bin Khattab, untuk tidak menindak mereka yang menolak membayar zakat selama mereka tetap mengakui, bahwa tak ada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah. Dengan begitu barangkali mereka menghendaki agar tidak banyak musuh yang akan dapat mengalahkan mereka. Allah tidak memberikan janji kemenangan kepada mereka seperti yang diberikan kepada Rasulullah. Juga wahyu sudah tidak diturunkan kepada siapa pun lagi setelah Nabi dan Rasul penutup itu berpulang ke rahmatullah. Tetapi Abu Bakr tetap bersikeras, mereka yang menolak membayar zakat dan murtad dari agamanya harus diperangi. Dan itulah Perang Riddah3 yang telah menelan waktu setahun lebih.
Perang Riddah itu tidak hanya melibatkan ratusan orang dari pasukan Khalifah dan ratusan lagi dari pihak lawan, bahkan di antaranya sampai puluhan ribu dari masing-masing pihak yang terlibat langsung dalam pertempuran yang cukup sengit itu. Ratusan, bahkan ribuan di antara kedua belah pihak terbunuh. Pengaruhnya dalam sejarah Islam cukup menentukan. Andaikata Abu Bakr ketika itu tunduk pada pihak yang tidak menyetujui perang, sebagai akibatnya niscaya kekacauan akan lebih meluas ke seluruh kawasan Arab, dan kedaulatan Islam tentu tidak akan ada. Juga jika pasukan Abu Bakr bukan pihak yang menang dalam perang itu, niscaya akibatnya akan lebih parah lagi. Jalannya sejarah dunia pun akan sangat berlainan.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan ketika orang mengatakan, bahwa dengan posisinya dalam menghadapi pihak Arab yang murtad disertai kemenangannya dalam menghadapi mereka itu, Abu Bakr telah mengubah arah sejarah dunia. Tangan Tuhan jugalah yang telah melahirkan kebudayaan umat manusia itu dalam bentuknya yang baru.
Please direct any suggestion to Media Team