MYSKAT CAHAYA ILAHI
Kata cahaya adalah metafora yang diungkapkan Al Qur'an,
dalam menjelaskan keadaan jiwa atau hati yang telah
mendapatkan wahyu atau ilham. Dimana wahyu atau kata-kata
Tuhan diungkapkan kedalam bahasa manusia, dengan meminjam
kata 'cahaya', sebab wahyu sendiri tidak bisa diungkapkan
dengan bahasa manusia. Wahyu adalah bahasa Allah, yang
berbeda dengan bahasa manusia. Namun wahyu atau ilham bisa
dipahami oleh orang yang menerimanya, bahkan hewan dan
alampun mampu memahami bahasa Allah.
Didalam Mu'jam Alfadzil Qur'anil Karim, yang diterbitkan
oleh Majma'ul Lughah Al Arabiyah, kata 'ilham' ditafsirkan
dengan:"Disusupkannya kedalam hati perasaan yang sensitif
yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara kesesatan
dan petunjuk", dan mungkin hal ini dijaman kita sekarang ini
dikenal dengan istilah dhomir (kata hati). Didalam kamus Al
Muhith disebutkan: "Al hamahu khaira (Allah mengilhamkan
kebaikan) yakni: Allah mengajarkan kepadanya.
Dengan alasan inilah saya memberikan judul "Berguru
Kepada Allah" pada bab ini. Dan dengan demikian kita sudah
menjurus kepada hal yang lebih penting lagi didalam
perjalanan kita kali ini. Disamping kita sudah berbekal ilmu
kema'rifatan, yaitu mengenal dzat, sifat dan af'al Allah,
kita hendaknya melakukan komunikasi kepada Allah serta
melakukan pemasrahan diri secara total. Kepasrahan adalah
menggantungkan sikap jiwa untuk patuh kepada Allah dengan
segenap syari'at yang telah ditentukan, agar kita
mendapatkan cahaya keimanan yang lebih dalam.
Firman Allah Swt didalam surat An Nuur: 35 - 38:
"Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya adalah seperti lubang yang didalamnya ada
pelita. Pelita itu didalam kaca. Dan kaca itu laksana
bintang yang berkilauan yang dinyalakan dengan minyak pohon
yang diberkati, yaitu minyak zaitun yang bukan dari timur
dan tidak (juga) dari barat. Minyaknya hampir menerangi
sekalipun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya. Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, (yaitu)
dirumah-rumah, Allah memerintahkan untuk memuliakan dan
menyebut nama-Nya, bertasbih didalam rumah itu pada waktu
pagi dan petang, (yaitu) laki-laki yang tidak dilalaikan
perniagaan dan jual beli darimengingat Allah, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka takut akan hari yang
berguncang padanya hati dan penglihatan, supaya Allah
membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan dan menambah (lagi) karunia-Nya. Dan Allah memberi
rezeki kepada siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan tiada
terbatas".
Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya seperti lubang
yang tak tembus, yang didalamnya ada 'pelita' besar. Cahaya
itu bersemayam didalam hati orang-orang yang terpilih dan
dikehendaki-Nya. Dengan cahaya itu Allah membimbing dan
menuntun hatinya mampu memahami ayat- ayat Allah
nasehat-nasehat Allah. Allah-lah yang akan 'menghantar' jiwa
kita melayang menemui-Nya dan yang akan menunjukkan 'jalan
ruhani' kita untuk melihat-Nya secara 'nyata'. Dengan
'cahaya-Nya', kita bisa membedakan petunjuk dari syetan atau
dari Allah swt.
Firman Allah:
"Wahai orang-orang beriman jika kamu bertaqwa
kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan bagimu furqan
(pembeda) ". (Al An Faal, 8: 29)
Yang dimaksud dengan 'furqan' adalah cahaya yang
dengannya, kita semua bisa membedakan antara yang haq dan
yang bathil.
Dan firman Allah:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang berbuat kebaikan" (Al Mu'minuun, 29: 69)
Ayat ini menunjukkan bahwa bersungguh-sungguh atau
bermujahadah dijalan Allah, memiliki pengaruh didalam
memberi 'hidayah' atau 'cahaya' kepada manusia menuju
jalan-jalan Allah, yaitu jalan kebenaran.
Firman Allah:
"Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan bagimu jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yang tidak disangka-sangka ..." (Ath
Thalaaq, 65:2-3).
Dengan demikian maka jelaslah pada ayat-ayat diatas,
memberikan kepada kita 'syarat' untuk mendapatkan 'cahaya'
atau 'hidayah', hendaklah melakukan amalan-amalan yang
diwajibkan dan disunnahkan, yaitu melakukan dzikrullah',
baik berdiri, duduk, maupun berbaring. Sebab didalam setiap
peribadatan itu merupakan 'cara' untuk menginat 'Allah'.
Dan menyebabkan 'Allah' menyambut ingatan kita, dengan
sambutan kasih sayang serta memberinya 'cahaya' penerang
bagi hatinya yang merelakan dan membuka untuk menerima Allah
sebagai junjungannya, dengan ditandai rasa tenang yang luar
biasa.
Untuk lebih jelasnya, saya akan lanjutkan perjalanan
rohani kita, pada bab "Membuka
Hijab". Pada bab itu akan saya jelaskan secara konkrit,
masalah-masalah rohani atau fenomena kerohanian yang
menjebak perjalanan kita seperti istijrad, kemampuan kasyaf,
dan penyembuhan yang digandrungi oleh para pemburu
'kesaktian'. Dimensi- dimensi fisik maupun psikis akan anda
temui pada bab tersebut. Insya Allah !!!
Subject: [dzikrullah] Berguru Kepada Allah 5/5
Date: Thu, 11 May 2000 05:24:00 -0000
From: "sangkan " <patrap1@yahoo.com>
|