Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD (1/2)

Mengatakan bahwa Yerusalem yang suci bagi umat-umat Yahudi, Kristen dan juga umat Islam sebenarnya bukanlah tempat yang dikira oleh kebanyakan orang, nampaknya seperti sebuah pernyataan yang lancang dan pasti akan membakar hati segenap penganut yang taat dari ketiga agama besar tersebut. Saya tentunya tidak menyangkal bahwa kota Yerusalem seperti yang kita ketahui sekarang ini berhak mempunyai reputasi sebagai Kota Suci. Namun saya ingin mengemukakan bahwa ada sebuah Yerusalem lagi yang terletak di Arabia Barat, yang keberadaannya mendahului Yerusalem yang terdapat di Palestina, dan bahwa sejarah 'Yerusalem' sudah selayaknya bermula dari sini.

Kitab Bibel Ibrani mengatakan pada kita bahwa kerajaan 'Seluruh Israil' pada zaman Raja Sulaiman membentang 'dari Dan, bahkan sampai pada Beersheba' (Raja-raja I 4:25). Sudah nmenjadi anggapan umum bahwa Beersheba kini sebenarnya merupakan kota Bir Sab' di Palestina bagian selatan, dan kota Dan telah dikenali terletak di lokasi yang sama dengan reruntukan Tall al-Qadi, dekat hulu sungai Yordan yang sebagian besar berdasarkan pendapat bahwa kata qadi dalam bahasa Arab berarti 'hakim' (bahasa Ibraninya dn). Namun seperti yang telah saya tunjukkan pada Bab 4, Beersheba kemungkinan besar terletak di lokasi yang sama dengan desa Shaba'ah, kini di dataran tinggi Asir, di dekat kota Khamis Mushait. Mengenai kota Dan yang tertera dalam Bibel, paling-paling namanya bertahan di Arabia Barat dalam bentuk desa Danadinah (bentuk jamak dn dalam bahasa Arab) di dataran rendah Zahran dan di sebelah selatan Wadi Adam, seperti yang akan saya tunjukkan lebih jauh lagi pada Bab 10 dan 14.

Ibukota Sulaiman, yaitu Yerusalem, mestinya terletak antara kedua pemukiman tersebut, kemungkinan besar sebuah desa yang kurang dikenal, dengan nama Al Sharim ('l srym), di dekat kota Nimas, di sepanjang puncak Sarat Arabia Barat. Kemungkinan lain tempat tersebut juga dapat terletak beberapa kilometer lebih jauh ke arah selatan, di sekitar daerah Tanumah. 'Yerusalem' mungkin dapat bertahan terus sebagai nama desa Arwa ('rw) yang dikenali sehubungan dengan desa Al Salam (slm) di dekatnya, yang menghasilkan nama gabungan Arwa-Salam ('rw slm); bandingkan dengan yrwslm dalam Bibel, yang dimaksud sebagai Yerusalem).

Setelah Sulaiman wafat, kerajaan 'Seluruh Israil'-nya. Dibagi-bagikan kepada para keturunannya yang terus berkuasa di Al Sharim sebagai raja-raja 'Yudah'; serangkaian penguasa-penguasa lainnya dengan jelas menyebut diri mereka sebagai raja-raja 'Israil'. Akhirnya raja-raja 'Israil' tersebut mendirikan ibukota mereka di Samaria (dalam Bibel adalah Shomeron, atau smrwn) yang telah saya kenali sebagai desa Shimran (smrn) di dataran rendah wilayah Qunfudhah, dekat kaki Sarat. Dari ibukota mereka raja-raja 'Israil' itu menguasai sebuah wilayah yang mencakup bagian utara wilayah 'Yudah' sampai sejauh Taif.

Tetapi untuk sementara waktu perhatian saya terpusat pada Yerusalem; masalah yang lebih rumit mengenai penempatan 'Yudah' dan 'Israil' akan dibahas dalam bab berikutnya. Kitab Bibel Ibrani mengatakan bahwa Daud merampas Yerusalem dan 'benteng' Zion dari orang-orang Yebusit, dan memindahkan ibukotanya ke sana dari Hebron pada tahun kedelapan kekuasaannya sebagai raja Yudah (Samuel II 5:5-10). Dari kelima Hebron (hbrwn) yang kini masih ada dengan nama Khirban (hbrn, secara metatesis) di lerengan maritim Asir, saya kira ibukota Daud yang pertama kemungkinan besar adalah Khirban di wilayah Majaridah yang sekali waktu pernah merupakan Hebron-nya Abram, atau Abraham (lihat Bab 13). Hebron-nya Daud tak mungkin terletak di Palestina, karena di sana tampaknya tak terdapat tempat semacam itu.

Memang benar umat Yahudi dan Kristen secara tradional telah menempatkan Hebron menurut Bibel pada kota al-Khalil di daerah perbukitan di sebelah selatan Yerusalem Palestina. Apalagi karena tempat tersebut dihubungkan dengan karir Ibrahim (Abraham) yang disebut di dalam Qur'an (4:25) sebagai teman (bahasa Arabnya hlyl, disuarakan halil, atau 'Khalil) Tuhan, kaum Muslimin juga telah menerima penyamaan kalangan Yahudi dan Kristen terhadap al-Khalil dengan Hebron Ibrahim. Bagaimanapun juga, sama sekali tidak mungkin jika nama tempat al-Khalil berarti 'teman'. Kemungkinan besar al-Khalil adalah sebuah bentuk nama tempat Semit yang lebih tua yang telah diarabkan, yaitu hlyl (dari kata Ibrani hll, 'melubangi', bandingkan dengan kata Arab hll, 'menembus, melubangi, masuk ke dalam') yang berarti 'gua'. Dengan demikian kota di Palestina tersebut mestinya mengambil namanya dari sebuah gua yang terkenal di sekitar daerah itu (disebut oleh para ahli geografi Arab) yang ditahbiskan oleh tradisi-tradisi yang mendatang sebagai makam keramat Ibrahim. Namun di Asir kita menjumpai dukungan yang lebih jauh bahwasanya Khirban di wilayah Majaridah, di daerah pedalaman Qunfudhah, merupakan ibukota pertama Daud karena di sana kita menjumpai sejumlah nama tempat yang berhubungan dengannya. Nama-nama itu adalah: Gibeon (gb'wn), kini al-Jib'an (gb'n) dan Helkath-hazzurim (hlqt h-srym), kini al-Halq (hlq) dan al-Siram (srm'), semuanya terletak di sekitar daerah yang sama (lihat Samuel II 2:16).

Semua persamaan di atas dengan tepat mendukung pendapat saya bahwa Yerusalem mestinya adalah Al-Sharim yang terletak cukup jauh dari Khirban menuju puncak bukit ke arah timur di ketinggian Nimas, hanya terletak di seberang tebing curam Asir. Dalam halnya orang-orang Yebusit (h-ybw sy, genitif ybws) yang semula memegang kota tersebut, kemungkinan besar mereka adalah satu di antara sejumlah suku yang menghuni Arabia Barat kuno (lihat Bab 15). Tiga buah tempat di sana, di antara yang lain, jelas terus memakai nama-nama itu: desa Yabasah (ybsh) di Wadi Adam; lembah Wadi Yabs (ybs) atau Yubays (ybs) di sisi maritim wilayah Ghamid; dan desa Yabs (ybs) di wilayah Qunfudhah.

Jika saya telah berhasil membawa para pembaca sampai sejauh ini dalam masalah perubahan tempat menurut Bibel Ibrani dari Palestina ke Arabia Barat, ini sebagian besar karena saya telah dapat mengenali tidak hanya satu tetapi beberapa tempat yang disebutkan dalam sebutan-sebutan tertentu dalam Bibel sebagai terletak saling berdekatan di wilayah yang sama dengan tempat yang menurut keyakinan saya adalah lokasi berlangsungnya sejarah menurut Bibel. Namun mengenai masalah Yerusalem pembaca mungkin akan menuntut lebih banyak bukti-bukti yang lebih meyakinkan daripada yang dapat dihasilkan oleh studi toponimik. Maka dari itu, marilah kita memulai dengan pedudukan oleh Daud atas Yerusalem seperti yang dikisahkan dalam teks Ibrani Samuel II 5:6-10. Sampai kini para ahli Bibel belum puas dengan informasi yang diberikan oleh teks tersebut yang mereka anggap terlalu terbatas, mengingat bahwa teks tersebut membicarakan suatu kejadian sepenting sejarah bangsa Israil (contohnya, lihat Kraeling, hal 195-197). Namun kesalahannya bukan terletak pada cara yang secara tradisional dipergunakan guna membaca dan menafsirkannya. RSV, misalnya, menterjemahkannya sebagai berikut:

Dan raja itu beserta pasukannya pergi ke Yerusalem melawan orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy), penghuni-penghuni tanah itu, yang berkata kepada Daud, 'Engkau tak akan masuk ke dalam, hanya mereka yang buta dan pincang saja yang akan mengusirmu' - sambil berpikir, 'Daud tidak dapat masuk ke dalam' (l' tbw' hnh 'm hsyrk h-'wrym w-h-pshym l-'mr l' ybw' dwd hnh). Walaupun demikian, Daud merebut benteng Zion (w-ylkd dwd 't msdt sywn), yaitu Kota Daud. Dan Daud pun berkata pada hari itu 'Barangsiapa yang akan memukul orang-orang Yebusit, hendaklah ia menaiki terowongan air untuk menyerang mereka yang buta dan yang pincang, yang dibenci oleh jiwa Daud' (w-y'mr dwd b-ywm h-hw' kl mkh ybwsy w-yg b-snwr w-'t h-pshym w-'t h-'wrym sn'w nps dwd). Maka konon, 'mereka yang buta dan yang pincang tidak akan masuk ke dalam rumah' ('l kn y'mrw 'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Dan Daud pun menempati benteng itu (b-msdh), dan menamakannya Kota Daud. Dan Daud pun mendirikan kota itu (sbyb) secara berputar dari Millo menuju ke dalam (mn hmlw' w-byth, secara konvensional dibaca mn h-mlw' w-byth). Dan Daud pun menjadi lebih besar, karena Tuhan, Dewa dari semua tuan rumah berada bersamanya (w-yhwh 'lhy sb'wt 'mw).

Berbeda dengan terjemahannya, versi Ibrani yang orisinal tidak menyebutkan bahwa Daud dan pasukannya pergi ke Yerusalem 'melawan' orang-orang yang ada di sana; versi ini hanya mengatakan bahwa mereka pergi 'ke' orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy). Ini mungkin menunjukkan bahwa Daud belum tentu menaklukkan Yerusalem; karena kota tersebut telah ditundukkan oleh orang-orang Israil sebelumnya, pada zaman 'Hakim-hakim'. Pada waktu penjajahan, orang-orang Yebusit yang tinggal di Yerusalem diperbolehkan menetap di sana, dan mereka masih tetap berada di tempat itu sewaktu kitab Hakim-hakim ditulis, yang terjadi lama sesudah zaman Daud (lihat Hakim-hakim 1:8, 21, 21:25). Maka yang ditaklukkan oleh Daud setelah ia pergi 'ke' (bukan 'melawan') Yerusalem samasekali bukan Yerusalem. Tempat tersebut merupakan tempat lain, sebuah tempat yang dalam bahasa Ibrani bernama msdt sywn, biasanya diterjemahkan sebagai 'benteng' Zion. Kota msdh inilah, dan bukan Yerusalem, yang namanya diganti menjadi Kota Daud. Kini jelaslah bahwa msdh ini merupakan bagian wilayah kekuasaan Yebusit. Setelah ia mendudukinya Daud berkata, 'pada hari ini pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan' (harfiahnya 'pada hari ini semua orang-orang Yebusit kalah'). Ini jelas merupakan arti teks Ibrani yang orisinal: w-ylkd dwd 't msdt sywn w-ymr dwd b-ywm h-hw'kl mkh ybwsy).

Sebenarnya orang-orang Israil sebelum zaman Daud, setelah menduduki Yerusalem, telah mencoba untuk menundukkan daerah 'Selatan' (h-nqb), dan juga 'daerah perbukitan' (h-hr) dan 'dataran rendah' (h-splh) milik orang-orang Kanaan (Hakim-hakim 1:9), namun tanpa hasil. Dalam teks tersebut samasekali tidak dibahas mengenai penaklukkan atas daerah-daerah ini pada waktu itu. Inilah sebabnya mengapa Daud, sewaktu ia menduduki msdh, dapat mengumumkan 'pada hari ini pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan'. Msdh yang dipermasalahkan ini timbul dalam teks-teks Bibel lainnya sebagai hr sywn (Gunung Zion, atau 'bukit' Zion). Menurut pendapat saya tempat tersebut tidak mungkin kalau bukan punggung bukit wilayah Rijal Alma', di sebelah barat Abha dan di sebelah selatan Nimas, yang namanya sampai kini masih dipakai oleh satu di antara sejumlah pedesaannya, yaitu Qa'wat Siyan ('bukit' syn, dieja pada hakekatnya seperti dalam bentuk Bibelnya). Pada punggung bukit yang sama tersebut kini terdapat dua buah pedesaan, sebuah bernama Samad (smd) dan sebuah lagi bernama Umm Samdah ('m smdh, 'm yang pertama adalah kata sandang tertentu yang telah disahkan dari dialek Arab setempat). Msdh-nya sywn yang kemudian menjadi Kota Daud kemungkinan besar adalah desa yang kedua. Pada punggung bukit itu pula terdapat sebuah desa lagi yang kini bernama al-Hamil (hml). Ini tentunya adalah 'Millo' (hmlw') dalam teks yang sedang kita bahas ini, dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran dari nama menurut Bibel tempat tersebut diarabkan menjadi kata sandang tertentu yang berawalan, dari bentuk nama yang sama sekarang.

Dalam terjemahan RSV yang disebutkan di atas, ungkapan Ibrani w-ybn dwd sbyb mn hmlw' w-byth diterjemahkan sebagai 'dan Daud pun mendirikan kota itu secara berputar dari Millo menuju ke dalam'. Millo biasanya dimengerti sebagai 'Akropolis'-nya Yerusalem Palestina, seperti halnya Zion secara umum dimengerti sebagai 'benteng' Yerusalem yang sama tersebut, 'benteng' di sini adalah terjemahan standar msdh. Namun kata Ibrani sbyb sebenarnya berarti 'tembok', bukan 'kota itu secara berputar'. Yang didirikan Daud, setelah menduduki apa yang kini merupakan Umm Samdah di punggung bukit Siyan di Rijal Alma', adalah 'sebuah tembok hmlw'', dengan perkataan lain sebuah tembok yang membentang menuju 'ke dalam' (w-byth) dari desa yang kini adalah al-Hamil. Mungkin juga tembok itu didirikan 'dari al-Hamil dan byth', dan byth merupakan sebuah tempat lain di dekat al-Hamil yang namanya kini tidak ada lagi (bandingkan dengan al-Ba'thah, atau b'th, di wilayah Madinah; al-Batah, atau b'th di Wadi Adam; Bathyah atau btyh di sebelah timur laut Lith); seraya menantikan bukti-bukti yang lebih jauh, mustahil untuk lebih tepat dari ini. Jelaslah bahwa Daud bermaksud menjadikan desa Umm Samdah yang kini terletak di punggung gunung Qa'wat Siyan (atau Gunung Zion), sebagai ibukota kedua yang merupakan cabang Yerusalem --sebuah kompleks pertahanan yang meliputi Umm Samdah dan al-Hamil guna mempertahankan kerajaannya dari selatan. Inilah gambaran mengenai tempat tersebut dalam Mazmur 4S:13-14:

Kelilingilah Zion dan edarilah dia, hitunglah menaranya, perhatikanlah temboknya, jalanilah puri-purinya, supaya kamu dapat menceritakannya kepada angkatan yang kemudian.[1]

Di sini saya perlu menegaskan bahwa berlawanan dengan kesan yang telah ada, Kitab Bibel Ibrani samasekali tidak mengatakan bahwa Zion atau Kota Daud, yang jelas terdapat di sana, merupakan bagian dari Yerusalem.

Disebutkannya Zion secara bersamaan dengan Yerusalem dalam sejumlah sebutan menurut Bibel (contohnya Mazmur 102:21; 125:1, 2; 135:21; 147:12) tidak berarti menunjukkan jarak ataupun persamaan identitas geografis antara mereka.

Dari teks-teks Mazmur yang berbeda-beda (misalnya 65:1; 74:2; 76:2; 132: 13, 135:21) kita dapat menyimpulkan bahwa Zion atau 'Gunung Zion' di samping terletak pada punggung bukit yang sama dengan kota Daud, juga ditetapkan oleh Daud sebagai tempat suci, agaknya untuk menggantikan tempat suci 'Salem' (slm, lihat Bab 12, bukan 'Yerusalem'; lihat Mazmur 76:2). Maka dari itu lokasi tempat suci Zion, berbeda dengan kota Daud, mestinya ada pada ketinggian desa Qa'wat Siyan kini terdapat.

Akhirnya saya ingin mempertimbangkan sebuah alternatif dari pembacaan 'wr dan 'wrym pada Samuel 5:6-10 yang biasanya diartikan sebagai 'buta' dan psh dan pshym sebagai 'pincang'. Menurut terjemahan standar Bibel, orang-orang Yebusit mengejek Daud dengan sesumbar mengatakan bahwa mereka akan menyerahkan pertahanan Yerusalem pada mereka yang buta dan yang pincang di antara mereka; yang memberi kesan seolah-oleh Yerusalem benar-benar dipertahankan oleh orang-orang cacat saja. Kemudian Daud memerintahkan sebuah penyerangan terhadap mereka melalui terowongan air (b-snwr) dan kita diberitahu lebih jauh bahwa Daud menaruh kebencian terhadap orang-orang buta dan pincang, yang merupakan penyebab mengapa mereka dilarang masuk ke dalam 'rumah' (dianggap berarti tempat pemujaan Yerusalem) --sebuah regulasi yang tidak disahkan dalam teks-teks Bibel Ibrani lainnya. Akal pikiran yang sehat sendiri akan membuat kita ragu terhadap pembacaan tersebut, maka tidak mengherankan jika teks Ibrani yang bersangkutan menceritakan hal ini dengan cara yang lain. 'Wrym dan pshym paling tidak di dalam konteks ini bukanlah orang-orang 'buta' dan orang-orang 'pincang', melainkan mereka merupakan penghuni-penghuni suku di dua distrik pegunungan di bagian utara wilayah Jizan di sebelah selatan Rijal Alma' --nampaknya mereka adalah suku-suku yang sama yang gagal ditaklukkan oleh orang-orang Israil setelah pendudukan mereka atas Yerusalem sebelum zaman Daud (lihat di atas). Selanjutnya di wilayah orang-orang 'wrym, yang tentunya bernama 'wr, yang kini merupakan punggung bukit Jabal 'Awara, ('wr), di sebelah utara Jabal Harub, kini terdapat sebuah desa yang bernama Sarran (srn, yaitu metatesis dari kata Bibel snwr) sebuah kata yang dengan salah diartikan sebagai 'terowongan air' oleh para penterjemah. Selanjutnya wilayah orang-orang pshym yang mestinya bernama psh adalah daerah di sekitar desa yang kini bernama Suhayf (shyp) di punggung Jabal al-Hashr, di sebelah selatan Jabal Harub. Dengan demikian kita harus menafsirkan kejadian-kejadian yang berlangsung setelah datangnya Daud ke Yerusalem sebagai berikut:

Sewaktu Daud datang ke Yerusalem, orang-orang Yebusit setempat mengatakan padanya agar ia tidak menetapkan diri di sana sebelum ia menaklukkan suku-suku wilayah 'Awra' dan Suhayf di Rijal Alma'. Yang mereka berikan kepadanya adalah sebuah nasihat yang bijaksana, dan bentuk orisinalnya, yang tertulis dalam bahasa Ibrani tampaknya dituliskan dalam bentuk syair:

Mereka mengatakan pada Daud, 'Jangan datang ke mari; Jika engkau tidak mengenyahkan orang-orang wrym dan pshym, Daud tidak diperbolehkan datang ke mari'.[2]

Ini mendorong Daud untuk bergerak ke arah selatan guna melengkapi pendudukan atas wilayah Yebusit dengan jalan menduduki tempat yang kini bernama Umm Samdah di punggung Siyan di Rijal Alma'. Dari sana ia terus menuju ke selatan 'dan sampai di Sarran (w-yg' b-snwr) berdampingan dengan pshym dan 'wrym (w-'t h-pshym w-'t h-'wrym)'. Dari kedua suku pengacau ini tampaknya ada sebuah ungkapan populer yang bersifat mencela yang mengatakan bahwa mereka 'tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah' (harfiahnya, 'wr dan psh tidak akan memasuki rumah': dalam bahasa Ibraninya 'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Menurut teks Ibrani, agaknya mereka tidak menyenangi Daud:

'Mereka membenci orang yang bernama Daud itu (s'nw nps dwd); Oleh sebab itu itu konon ('l kn y'mrw) 'wr dan psh tidak diperkenankan masuk rumah'.

(sebelum, sesudah)


  Mencari Asal-usul Kitab Suci
  (The Bible Came from Arabia)
  Kamal Salibi
  Penerbit Pustaka Litera AntarNusa
  Jln. Arzimar III, Blok B No.7, Tel.(0251) 329026
  Bogor 16152
 
Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team