|
Hubungan Sunnah-Syi'ah di Indonesia: Tauhid
sebagai Common Platform
Kembali ke dataran realitas di Indonesia. Masalah yang
ada kemudian adalah bagaimana mencari formulasi yang tepat
untuk dalam satu waktu mengambil apa yang baik dari Syi'ah
--seperti tradisi filsafat dan keilmuan yang cukup subur--
dan pada saat yang sama mampu menghindari bias negatif
konsep tersebut bagi kaum muslimin di Indonesia, dan secara
lebih umum bagi umat Islam seluruh dunia. Formulasi itu,
dalam skala dunia Islam, pernah dilakukan oleh Syaikh
Muhammad Syaltut, Grand Syaikh al Azhar. Namun, dikemudian
hari tampaknya, usaha tersebut mengalami kemacetan. Kita,
dalam upaya pendekatan mazhab, bisa saja menggunakan fiqh
ikhtilaf. Yakni dalam hal-hal yang sama kita saling
bahu-membahu. Dan dalam hal-hal yang berseberangan kita
saling memberikan toleransi. Menurut Prof. Dr. Hamid Algar
--seorang muslim Inggris, dan mengajar studi Islam dan
Persia di University of California-- selama ini, umat Islam
telah begitu banyak memberikan toleransi ke luar, terhadap
agama di luar mereka. Namun kurang memberikan toleransi ke
dalam antara sesama pemeluk Islam 68. Namun, dalam kasus
Syi'ah, kaum Ahlu Sunnah tentu akan amat-amat keberatan
untuk bertoleransi terhadap pengecaman dan pengkafiran para
sahabat. Dan dari pihak Syi'ah sendiri, seperti dikatakan
oleh S.H. Hossein Nasr, dalam pengantarnya atas buku
Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, Shi'te Islam, bahwa Syi'ah
juga sulit untuk bertoleransi jika toleransi itu berarti
harus mengesampingkan apa yang selama ini mereka yakini 69.
Namun, toh ada satu kesatuan yang kita miliki bersama, yaitu
tauhid70. Maka tauhid inilah yang kita harapkan dapat
menjadi common platform antara Sunnah dan Syi'ah. Sedangkan
dalam bentuk-bentuk praktekal. kita bisa menerapkan fiqh
muwâzanat dan fiqh awlawiyyat.
Wallahu a'lam.
Cairo, Juli 1997.
Catatan:
1 Seperti dikutip oleh Jalaluddin Rahmat dalam: Islam
Alternatif, Bandung, 1991, hal. 242.
2 Affan Gafar, Islam dan Negara, dalam majalah mingguan
TEMPO, 10 Oktober 1992.
3 Oleh karena itu, ketika menulis buku yang berisikan
kajian tentang Syi'ah, Jalaluddin Rahmat memberikan judul
bukunya tersebut Islam Alternatif.
4 Lihat wawancara Jalaluddin Rahmat dengan redaksi jurnal
Ulumul Qur'an, no. 4, vol. VI, tahun 1995.
5 Dawam Rahardjo, dalam jurnal Ulumul Qur'an, no. 2, vol.
V, th. 194.
6 Sca.
7 Beliau mengarang buku Antara Fakta dan Khayal Tuanku
Rao, Jakarta 1974.
8 Dengan tulisannya Shi'a Elements in Malay Literature,
dalam Sartono Kartodirdjo (ed) Profiles of Malay Culture
Historiography Religion and Politics, Jakarta 1976.
9 Dengan bukunya Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh, Banda
Aceh, 1968. Dengan bukunya Syi'ah dan Sunnah Saling Rebut
Kekuasaan Sejak Awal Sejarah islam di Kepulauan Nusantara,
Surabaya, 1983.
10 Sca.
11 Dr. Azyumardi Azra, Syi'ah di Indonesia: Antara Mitos
dan Realitas, dalam Jurnal Ulumul Qur'an, no. 4, Vol. VI,
tahun 1995.
12 Dr. Said 'Aqil Siraj, Latar Belakang Kultural dan
Politik Kelahiran ASWAJA, makalah disampaikan pada seminar
yang diadakan opleh Forum Silaturahmi Da'i se-Jakarta,
Sabtu, 11 Agustus 1995, di Tanjung Priok, hal. 18.
13 Lihat: Jurnal Ulumul Qur'an no.4, Vol.VI, tahun 1995,
dalam artikel Lembaga-lembaga Syi'ah di Indonesia.
14 Sca.
15 Lihat: Allamah M.H. Thabathaba'i, Shi'te Islam, edisi
bahasa Indonesia Islam Syi'ah Asal Usul dan Perkembangannya,
Jakarta, 1989, hal.32. Dr. Muhammad Tijani as Samawie
Asy-Syi'ah Hum Ahlu Sunnah, Beirut, 1993, hal. 17.
16 Asy-Syahrastani, Milal wa Nihal, Beirut, 1992, Vol.I,
hal.144. Ibn Khaldun, Muqaddimah, Beirut, 1993, hal.155. Dr.
Muhammad 'Imarah, Tayyarat Fikri al Islami, Kairo, 1991,
hal.199.
17 Dr. Muhammad 'Imarah, Tayyarat Fikri al Islami, Sca.
18 Dr. Nasy'at Abdul Jawwad Dlaif, Al Manhaj al Jadid fi
Syarh Jauharat Tauhid, Universitas al Azhar, tt, hal.93.
19 Scn. 16, hal. 37.
20 Dalam bukunya Asy-Syi'ah fi al Mizan, Beirut, 1989,
hal. 24.
21 Dalam Ashlu Syi'ah wa Ushuluha, Beirut, 199, hal. 116.
22 Sca.
23 Scn. 17, hal. 200
24 Scn. 18, hal.94
25 Lihat catatan yang diberikan Muhammad Muhyiddin Abdul
Hamid pada kitab Maqalat Islamiyyin wa Ikhtilaf al
Mushallin, karya Imam Abu al Hasan al Asy'ari, Beirut, 1990,
Vol. I, hal. 65.
26 Sca. hal.66
27 Lihat dalam 'Abbas 'Ali al Musawie, Syubhat Haula
Syi'ah, Beirut, 1991, hal.12
28 Tentang ini, dapat dibaca pada Musthafa Syak'ah, Islam
Bila Mazahib, Kairo, 1994, hal. 208, dan Abdullah bin Sa'id
al Junaid dalam buku Hiwar Hadi Baina Sunnah wa Syi'ah, Dar
al Manarah, tt. hal.12.
29 Antara lain oleh Muhammad Jawad al Mughniyyah, Scn. 20
hal. 314, Assayyid Muhammad 'Ali al Hasany, Dirasat fi
'Aqaid Syi'ah al Imamiyyah, Beirut, 1989, hal.20, Abbas 'Ali
al Musawie, Syubhat Haula Syi'ah, scn. 27, hal.35, Imam al
Khu'i al Bayan fi Tafisr al Quran, Beirut, 1974, hal.
200-220, dll.
30 Riwayat tentang tahrif al Qur'an, terdapat dalam kitab
hadist al Kafie yang disusun oleh Abu Ja'far Muhammad Ibn
Ya'qub al Kulayni al Razie (w.329/941). Kitab ini menurut
Abul Husain al Musawie dalam kitab al Muraja'at adalah kitab
Syi'ah yang paling bagus, tak meragukan dan paling otentik.
Diriwayatkan bahwa ketika kitab al Kafie tersebut disodorkan
kepada al Mahdi, dia berkomentar Haza Kafin li
Syi'atina-kitab ini mencukupi bagi syi' ah kita, maka tentu
saja apa yang tertulis di dalamnya dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan dan menilai apa dan bagaimana sikap Syi'ah
terhadap banyak hal.
31 Lihat: Al Kulayni, al Kafie, kitab al Hujjah, 1:414.
M.H. Thabathaba'i, al Mizan fi Tafsir al Qur'an, Beirut,
1991, Vol.4, hal. 72-73.
32 Tentang motivasi dan sejarah timbul sekte-sekte dalam
Syi'ah, dapat dibaca dalam al Hasan bin Musa an-Naubakhti,
Firaq asy-Syi'ah, Beirut, 1984, Syahrastani, Milal wa Nihal,
Scn. 16, hal. 144-219, Dr, Mushthafa asy-Syak' ah, Islam
Bila Mazahib, Scn. 28, hal.175-369.
33 Imam Abi Hasan al Asy'ari, Maqalat Islamiyyin wa
Ikhtilaf al Mushallin, Beirut, 1990, Vol.I, hal. 65.
34 Sca. hal.66
35 Sca. hal.66-88.
36 Sca. Hal.88-89
37 Sca. hal.88-105.
38 Menurut al Mas'udi dalam kitab Muruj al Dzahab,
beberapa pengarang kitab tentang doktrin, ideologi dan agama
seperti Muhammad bin harun al Warraq dan lain-lain
mengatakan bahwa pada masa mereka terdapat sebanyak 8 sekte
dalam Zaidiyyah.
39 Scn. 34, hal.140-145.
40 M.H. Al Kasyif al Githa, Ashlu Syi'ah wa Ushuluha,
Scn. 21, hal. 136.
41 Tentang kisah pembelotannya tersebut dapat dibaca
dalam bukunya Tsumma Ihtadaitu, London, 1989.
42 Lihat: Dr. Muhammad Tijani as-Samawie, asy-Syi'ah Hum
Ahlu Sunnnah, Beirut, 1993.
43 Lihat: Muhammad Mahfuz bin Abdullah At-Tarmasy, Manhaj
Dzawi Nadhar Syarh Mandzumat al 'Ilmi al Atsar, Beirut,
1981, hal.8. Muhammad Jamaluddin al Qasimi, Qawa'idu al
Hadist min Funun Mushthalah Hadist, Beirut, tt. hal.61.
44 Muhammad Ajjaj al Khatib, as-Sunnah Qabla Tadwin,
Beirut, 1981, hal. 16, Manna' al Qatht-than, Mabahits fi
Ulum al Hadist, Kairo, 1992, hal. 15.
45 Lihat: Muhammad 'Ali al Hasan, Dirasat fi 'Aqa'id
Syi'ah al Imamiah, Beirut, 1989, hal. 360. Juga M. Husein
Thabathaba'i, Shi'te Islam, edisi bahasa Indonesia, Islam
Syi'ah, scn. 16, hal. 113.
46 M.H. Husein al Kasyif Githa, Scn. 21, hal.145.
47 Scn. 45, hal. 360-363.
48 M.Husein Thabathaba'i, Scn. 16, hal. 113, Juga
Muhammad Jawwad al Mughniyyah, Asy-Syi'ah fi al Mizan, hal.
318.
49 Lihat: Muhyiddin al Musawie al Guhraify, Qawa'id al
Hadist, Beirut, 1986, hal. 24 dan Asy-Syi'ah fi al Mizan,
hal. 318.
50 Qawa'idul Hadist, Sca., hal. 27, Asyi'ah fi al Mizan,
hal. 319
51 Qawa'idul Hadist, sca. hal. 27-30.
52 Lihat: Asy-Syi'ah fi al Mizan, hal. 319.
53 Lihat: As-Sunnah baina Anshariha wa Khushumiha,
risalah doktoral fakultas Ushuluddin Universitas al Azhar,
Vol II, hal. 488.
54 As-Sunnah Baina Anshariha wa Khushumiha, sca. hal.
389, Asyi'ah fi al Mizan, hal. 317.
55 Sca.
56 Sca.
57 Scn. 53, hal. 489.
58 Sca.
59 Lihat: Asyi'ah fi al Mizan, hal.318.
60 Scn. 57.
61 Sca.
62 Lihat: At-Tarmasy, scn. 44 hal. 214.
63 Dr. Faruq Hammadah, al Manhaj al Islami fi al Jarh wa
Ta'dil, Rabat, 1982, hal. 185-186.
64 Untuk studi lebih lanjut tentang ini, silakan baca:
Muhammad bin Abdul Wahid Dliauddin al Maqdisi, Kitab
An-Nahyu 'An Sabbi Ashhab, Kairo, 1994.
65 Lihat: An-Naubakhti, scn. 33, hal. 22.
66 Lihat: Murtadla al 'Askari, Ma'alim Madrasatain,
Vol.I, Beirut, 1993, hal. 130-188. Juga Syubhat Haula
Syi'ah, Scn. 27 hal. 103 dst..
67 Syubhat Haula Syi'ah, sca. hal. 129-182.
68 Lihat: Majalah Ummat, no. 5 th. I/4
69 Lihat pengantar S.H. Nasr atas buku M.H. Thabathaba'i,
Shi'te Islam.
70 Penulis artikel ini menawarkan tauhid, tidak aqidah,
sebagai common platform, karena dalam salah satu konsep
aqidah Syi'ah terdapat point yang amat sensitif. Yaitu
konsep imamah. Dengan konsep ini, orang-orang yang tidak
mengakui dan mengimani ke-imamah-an sebagaimana dipahami
kaum Syi'ah akan secara otomatis tidak lengkap aqidahnya.
Konsekuensinya adalah: sebagian besar umat Islam di dunia
ini, yang tidak mempercayai konsep ini, secara otomatis
berada di luar main stream Islam [Syi'ah]. Dengan demikian,
konsep yang bisa diterima oleh kedua pihak sebagai common
platform yang sejuk, menurut hemat penulis adalah konsep
tauhid tersebut.
(sebelum,
sesudah)
Date: Sat, 22 Apr 2000 03:12:32 +0200
From: "alkattani" <alkattany@softhome.net>
|