Mitos-mitos
(Di dalam Kereta yang menuju Hamburg, 4 Desember
1985)
Dalam perjalanan untuk menyampaikan presentasi di Akademi
Pertahanan Angkatan Bersenjata Jerman di Hamburg Blanknitz,
aku membaca buku karya Kamal Shalibi yaitu, "Dari
Jazirah Arabia, Injil Datang" (London;1985). Ia
menggunakan pendekatan analisis bahasa terhadap nama-nama
daerah. Buku yang ditulis oleh Profesor Protestan asal
Libanon ini menyodorkan konsep menarik tentang sejarah
timbulnya Israel.
Berbeda dengan para pakar Injil konvensional, ia mengakui
keabsahan riwayat-riwayat historis yang terdapat pada kitab
suci (Injil). Hanya saja, ia berbeda dengan mereka dalam hal
daerah geografis tempat kejadian berlangsung.
Metode baru ini membawakannya pada kesimpulan bahwa
lokasi sejarah klan-klan Yahudi --awal sebelum tahun 500
SM-- berada di daerah antara Thaif dan Yaman Utara (di
Provinsi Asir, sekarang Arab Saudi). Ia berhasil membuktikan
bahwa rangkaian huruf-huruf sukun (mati) ratusan nama-nama
daerah pemukiman, sungai, dan gunung di Asir, bersesuaian
dengan padanannya yang terdapat dalam Injil. Begitu juga,
panjang jarak yang memisahkan antara satu tempat dan yang
lain cocok, seperti yang dilukiskan dalam Perjanjian Lama.
Sebaliknya, Shalibi tidak menernukan bukti kuat yang se
banding dengan Palestina.
Jika benar pernyataan bahwa materi-materi berbahasa
Ibrani dalam Injil diambil dari barat Jazirah Arabia, dalam
hal-hal yang berkaitan dengan akidah tauhid dan bahwa Nabi
Ibrahim dulu hidup di sana. Maka, riwayat-riwayat yang
dibawa Islam sekitar perintisan kota Mekah oleh Siti Hajar
dan pembangunan dinding Ka'bah pertama oleh Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail mendapat justifikasi (pembenaran) yang
mencengangkan.
Wajar jika para pakar Israel berusaha keras membantah
pendapat Shalibi ini. Mereka khawatir dasar perundangan
berdirinya negara Israel akan terusik. Penting pula bagi
suatu bangsa yang telah hidup di suatu daerah, lebih dari
2500 tahun, sampai ia mampu mendirikan suatu negeri yang
layak dihormati.
Para pengkritik Shalibi menunjukkan bahwa hanya ada
sedikit sekali nama-nama kuno yang sama di Palestina dan
selatan Hijaz. Walaupun bukti ini tidaklah mematikan, karena
adalah hal biasa bila para perantau selalu cenderung
menamakan kota-kota baru mereka dengan nama-nama kota yang
pernah mereka tinggali. Contohnya, Bismark, Dakota Utara,
Athena, dan Pennsylvania.
Yang lebih penting bahwa metode Shalibi telah
memungkinkan ia membuktikan kebenaran riwayat-riwayat
Al-Qur'an tentang nabi-nabi Yahudi, dan berkesimpulan bahwa
rekaman Al-Qur'an terhadap kejadian-kejadian dalam Injil
bukan hanya menukil isi Taurat yang terserak dan disebarkan
dari mulut ke mulut --sebagaimana kecenderungan sebagian
ilmuwan Barat. Shalibi berpendapat bahwa Al-Qur'an
mengandung teks-teks orisinal terhadap kejadian-kejadian
dalam Taurat.
Upaya Shalibi bukan hanya berhasil menyingkap lokasi
Orshelin I di daerah Asir (al-Sharim 35 km ke utara dari
Nimas) dan 'And (sebuah Oase Janiniyah pada Telaga Wadi
Bisya) semata, akan tetapi juga mampu menemukan lokasi Sodom
dan Gomorah, juga aliran asli sungai Yordan (lembah gunung
Sarat).
Jika analisis bahasa ini mampu membuktikan hujahnya, maka
Shalibi berhasil menyingkap banyak rahasia sejarah dalam
Injil dan Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat semua tradisi
yang menghubungkan akidah Musa dan Islam dengan "Bapak
Spiritual", Ibrahim sebagai penyatu. Apa pun yang terjadi,
Shalibi berkeyakinan penuh bahwa Ibrahim a.s. pernah hidup
di daerah Rijal Alama dan di selatan Thaif.
Dengan kata lain, hasil penelitiannya menambah kebenaran
ritus-ritus haji (Mekah, Arafat, Muzdalifah, dan Mina).
(sebelum, sesudah)
|