Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

10. Pasukan Muslimin di Irak (3/3)

Membangun Irak demi kesejahteraan

Umar tetap bersikeras dengan pendapatnya bahwa buat dia cukup hanya sampai di Irak dan ia akan mengusir Persia dari perbatasannya. Ketika itu Persia sudah tidak memperhatikan Irak karena sedang sibuk dengan pergolakan yang terjadi di Istananya, di samping segalanya memang sudah tidak terurus dan keserakahan pribadi-pribadi yang hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan di Irak juga menjadi kacau, semua fasilitas umum rusak, produksi dan hasil bumi terlantar. Sekarang Umar ingin mencurahkan perhatiannya pada usaha perbaikannya. Ia mengerahkan pembantu-pembantunya untuk memperbaiki prasarana jalan, mengatur pengairan (irigasi) supaya air dapat mencapai setiap sudut tanah pertanian yang produktif. Jembatan-jembatan besar kecil diperbaiki. Semua bangunan yang roboh atau rusak akibat perang di segenap penjuru negeri diperbaiki kembali. Ahli-ahli bangunan orang Persia yang tinggal di Irak merupakan tenaga yang paling tepat untuk melaksanakan pekerjaan ini.

Sesudah mereka melihat pemerintahan Muslimin di negeri ini sekarang stabil, dan Kisra sendiri sudah tidak mampu mengembalikan kekuasaannya, ditambah lagi keamanan, ketenteraman dan keadilan yang begitu merata, maka mereka pun merasa lebih baik bekerja sama dengan penguasa sekarang demi kebaikan Irak dan rakyatnya.

Pengaruh kebijakan Umar dalam kehidupan di Irak

Dengan selesainya semua perbaikan ini pemerintah baru sekarang terasa sudah makin mantap. Pembesar-pembesar Persia sendiri yang tinggal di Irak sebagai kaum zimmi dan melihat harta kekayaan mereka sudah dikembalikan kepada mereka akibat pembangunan ini, justru membuat mereka bertambah kaya. Para petani juga merasakan kemakmuran itu telah membuat mereka hidup lebih aman dan lebih senang. Orang-orang Arab dari kabilah-kabilah yang tinggal di sekitarnya melihat pemerintahan bangsanya ternyata lebih baik daripada Persia, dan keadilan lebih merata. Semua pihak merasa puas dengan sistem yang oleh Amirulmukminin diperkenalkan sebagai dasar pemerintahannya itu. Mereka lebih tekun mengembangkan harta mereka, lebih rajin mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Untuk apa mereka memusatkan pikiran ke soal yang lain padahal mereka tahu kekuatan Musiimin di setiap tempat di dekat mereka selalu siap menumpas segala macam usaha yang hendak mengobarkan pemberontakan.

Usaha mencari rezeki dan kekayaan memang menjadi pendorong semua orang Irak. Sebaliknya para prajurit yang datang itu merasa sudah cukup senang dengan pemberian yang mereka terima. Tetapi mereka satu sama lain masih saling iri dan bersaing. Kita sudah melihat bagaimana orang Basrah iri hati terhadap penduduk Kufah karena letak dan besarnya kekayaan kota itu. Kabilah-kabilah yang tinggal di kedua kota ini saling bersaing dan saling berbangga-bangga, karena watak dasar kabilah memang mendorong mereka ke arah yang demikian. Ditambah lagi kesenjangan yang ada makin memperkuat semangat mereka. Mereka melihat Umar membeda-bedakan mereka dan lebih mengutamakan Kuraisy daripada yang lain, mengangkat kedudukan kaum Muhajirin dan Ansar melebihi yang lain. Ini juga yang mendorong mereka melakukan tipu muslihat terhadap orang-orang yang lebih mendapat tempat dalam hati Khalifah. Muslihat itulah pula yang sampai mengaitkan Sa'd bin Abi Waqqas kepada hal-hal yang memang tak pernah dikatakannya ketika ia membuat pintu gedung itu. Ada lagi golongan yang melaporkan Sa'd kepada Umar, bahwa salatnya tidak becus. Umar mengutus orang untuk menanyakan kepada penduduk tentang kebenaran berita tersebut. Setelah diketahui bahwa ia mengimami salat seperti dilakukan oleh Rasulullah, ia berkata: Abu Ishaq,11 itu hanya tuduhan orang kepada Anda! Demikian rupa muslihat penduduk Kufah itu kepada Sa'd bahwa katanya pada suatu hari ia berkata di hadapan mereka: Ya Allah, janganlah ada seorang amir12 pun yang menyenangi mereka, dan janganlah pula ada amir yang mereka senangi. Tetapi seolah-olah Allah telah mengabulkan doa Sa'd. Setiap ada pemimpin di Kufah pasti oleh penduduk difitnah kepada Khalifah. Soalnya karena pemimpin itu memandang mereka saling menipu dan saling mengobarkan permusuhan. Maka ia berusaha menumpas fitnah mereka itu, lalu berbalik, merekalah yang mengadukannya kepada Amirulmukminin.

Pengaruh persaingan antara penduduk Kufah dengan penduduk Basrah dan Muslimin yang lain di Irak tak ada yang perlu dikhawatirkan akan membawa akibat pada pemerintahan Umar. Semua Muslimin sebenarnya tentara yang siap dipanggil ke medan perang setiap saat. Ketika itulah persaingan mereka akan mereda. Lalu rakyat hanya menantikan berita-berita, apa yang terjadi, menguntungkankah atau merugikan. Segala kegiatan pembangunan yang sudah begitu membahana di seluruh Irak membuat semua orang sudah begitu sibuk sehingga tidak mau lagi mereka mendengarkan berita-berita tentang persaingan itu. Di samping itu, Umar yang begitu tegas dan keras, adalah juga orang yang sangat bijaksana dan penuh kasih. Sikap kerasnya itu tidak akan membiarkan timbulnya kerusuhan, sikap bijaksana dan kasih sayangnya tidak akan membiarkan orang yang merasa dirugikan mengeluh. Dengan demikian, keadaan di Irak.tetap berjalan tenang dan menyenangkan, tidak sampai mengganggu Khaiifah, juga tidak mengganggu kaum Muslimin yang lain.

***

Sementara Sa'd bin Abi Waqqas berangkat dari Kadisiah ke Mada'in dan menugaskan para perwiranya ke Jalula, Tikrit dan Mosul, di samping untuk membangun kota Kufah dan Basrah, dan keadaan di seluruh Irak tenang dan aman, — perwira-perwira lain seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Khalid bin al-Walid, Yazid bin Abi Sufyan, Amr bin al-As, Syurahbil bin Hasanah dan yang lain serta para prajuritnya, semua sedang berjuang menghadapi pasukan Rumawi di Syam. Dalam pada itu Umar bin Khattab berpindah-pindah dari Medinah ke Baitulmukadas (Yerusalem) kemudian ke Damsyik. Sekarang kita pun akan berpindah pula ke Syam menemani mereka. Kita akan melihat bagaimana pelaksanaan kesatuan orang-orang Arab di selatan Semenanjung itu sampai ke pedalaman Samawah.

Catatan Kaki:

  1. Ma Baina an-Nahrain, harfiah, 'antara dua sungai', yakni daerah Mesopotamia, negeri purba terletak di Asia barat daya antara Sungai Tigris dengan Sungai Furat; dari kata bahasa Yunani mesos, tengah, dan potamos, sungai — termasuk wilayah Irak sekarang. Untuk selanjutnya dalam terjemahan ini dipakai nama Mesopotamia. — Pnj.
  2. Selanjutnya dalam bab ini secara silih berganti nama ini disebut juga Ctesiphon. — Pnj.
  3. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pasukan Muslimin tinggal di Mada'in untuk beberapa hari, kemudian Hasyim bin Utbah berangkat ke Jalula ketika mendapat berita pasukan Persia sudah berkumpul di sana. Kami berpendapat sumber ini masuk akal mengingat persiapan pihak Persia dan adanya bala bantuan Yazdigird dari Hulwan. Ditambah lagi bahwa Sa'd tidak akan mengirim angkatan bersenjatanya ke Jalula tanpa ada perintah yang tegas dari Umar. Memang demikian itulah siasat al-Faruq Umar sebagaimana juga siasat Abu Bakr. Sa'd menulis laporan kepada Umar sesudah ia menghitung dan membagi-bagikan rampasan perang Mada'in itu dan mengirimkan seperlimanya ke Medinah lalu Umar sudah pula membagi-bagikannya seperti yang sudah kita lihat. Dia menulis laporan itu setelah diketahui pasti adanya pertemuan pasukan Persia di Jalula dan bala bantuan yang dikirimkan oleh Yazdigird dari Hulwan. Sesudah semua itu dilaporkan dan Umar membalas agar mengirim Hasyim, ini memperkuat dugaan bahwa Hasyim dan pasukannya baru berangkat dari Mada'in sesudah sekian lama ia tinggal di sana. Tabari mengutip suatu sumber yang mendukung pendapat kami ini dengan mengatakan: "Pembebasan Jalula pada permulaan bulan Zulkaidah tahun 16, yakni enam bulan sesudah Mada'in." Kita akan melihat bahwa Jalula dibebaskan sesudah berlangsung pengepungan selama 80 hari. Jika dikurangi dari sembilan bulan yang disebutkan Tabari, tinggal lagi enam bulan pasukan Muslimin tinggal di Mada'in sebelum Hasyim berangkat ke Jalula.
  4. Alat perang sejenis kapak.
  5. Ray, Rayy, atau Ragha, nama lama sebuah kota penting dalam sejarah Persia, tak jauh dari Teheran. — Pnj.
  6. Dalam pembebasan Ubullah pada masa pemerintahan Umar itu ada sebuah sumber yang didukung oleh Ibn Asir, yang secara ringkas menyebutkan, bahwa pada masa Umar itu al-Ala' bin al-Hadrami bermaksud menyerang Delta Furat dan Tigris, yang juga pada masa Abu Bakr dulu pernah terpikir oleh Musanna hendak menyerangnya. Tetapi tidak dilakukan. Ia dan pasukannya tidak menyusuri pantai Teluk Persia untuk ke sana tetapi menyerang mereka di atas kapal dari Bahrain ke Persia, dengan menyeberangi Teluk itu. Ketika turun di Istakhr mereka dihadang oieh pasukan Persia, yang kemudian bersatu membendung mereka, dan berusaha menjauhkan mereka dari kapal. Sebenarnya Umar tidak mengizinkan al-Ala' bertindak demikian, sebab ia khawatir akan terjadi pertempuran di laut. Tetapi setelah mengetahui bahwa al-Ala', — dengan segala keberanian dan kenekatan pasukannya dapat melumpuhkan pasukan Persia di beberapa tempat — kini ia sedang dalam keadaan terjebak, maka ia mengirim Utbah bin Gazwan ke sana dengan sebuah pasukan besar untuk memberikan pertolongan sebelum ia dan pasukannya binasa. Utbah berangkat dengan 12.000 anggota pasukan menyusuri pantai, dan setiap bertemu dengan pasukan Persia terjadi kontak senjata hingga akhirnya mereka sampai ke tempat al-Ala'. Mereka bersama-sama membebaskan Ubullah dan Ahwaz. Sesudah itu ia meminta izin kepada Umar akan menunaikan ibadah haji. Umar mengizinkan. Selesai menunaikan ibadah haji oleh Umar ia dibebaskan dari tugasnya tetapi ia menolak dan didesak supaya kembali ke tempat pekerjaannya. Sesampainya di Batn Nakhlah dalam perjalanannya ke Irak ia menemui ajalnya dan dikuburkan di tempat itu juga.
  7. Dua istana terkenal dalam sejarah Arab lama ini didirikan oleh Raja Nu'man Agung di Hirah sekitar abad ke-4 dan ke-5 M.
  8. Al-Balazuri menyebutkan bahwa Jarir bin Abdullah al-Bajili diulus kepada Umar dan mengajukan permohonan kepadanya agar Banu Bajilah tinggal di daerah Sawad seperti dijanjikan kepada mereka berkenaan dengan soal rampasan perang. Banu Bajilah sudah menguasai daerah ini selama tiga tahun. Umar berkata: "Kalau bukan karena saya yang bertanggung jawab soal pembagian, akan saya biarkan seperti keadaan kalian ini. Tetapi saya berpendapat kembalikanlah." Balazuri menyebutkan lagi sumber lain bahwa sesudah Sawad dibebaskan, pembebasnya berkata kepada Umar: "Bagikanlah kepada kami, sebab kami yang membebaskannya dengan pedang kami." Tetapi Umar menolak dan mengatakan: "Bagaimana pasukan Muslimin yang sesudah kalian? Saya khawatir kalau saya bagikan kalian akan saling bermusuhan mengenai soal air." Penduduk Sawad itu menempati tanah mereka. Mereka dan tanah mereka dikenai jizyah dan kharaj. Kaiakata Umar: "Bagaimana pasukan Muslimin yang sesudah kalian", maksudnya bagaimana Muslimin Semenanjung Arab yang dalang ke Irak sesudah pembebasannya. Andai Umar membagikan tanah itu di antara pasukan yang membebaskannya, buat mereka yang dalang kemudian sudah tak ada lagi sisa yang akan dapat diberikan.
  9. Orang bukan Muslim yang berada dalam pemerintahan Islam yang keamanan dirinya harta dan keyakinan agamanya dijamin. — Pnj.
  10. Ukuran jarak, satu farsakh sekitar 3 1/2 mil = 6 km. — Pnj.
  11. Panggilan Sa'd bin Abi Waqqas. — Pnj.
  12. Amir, pemimpin, pangeran, kepala kabilah, kepala daerah, komandan dan seterusnya. — Pnj.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team