|
10. Pasukan Muslimin di Irak (3/3)
Membangun Irak demi kesejahteraan
Umar tetap bersikeras dengan pendapatnya bahwa buat dia
cukup hanya sampai di Irak dan ia akan mengusir Persia dari
perbatasannya. Ketika itu Persia sudah tidak memperhatikan
Irak karena sedang sibuk dengan pergolakan yang terjadi di
Istananya, di samping segalanya memang sudah tidak terurus
dan keserakahan pribadi-pribadi yang hanya mementingkan diri
sendiri. Keadaan di Irak juga menjadi kacau, semua fasilitas
umum rusak, produksi dan hasil bumi terlantar. Sekarang Umar
ingin mencurahkan perhatiannya pada usaha perbaikannya. Ia
mengerahkan pembantu-pembantunya untuk memperbaiki prasarana
jalan, mengatur pengairan (irigasi) supaya air dapat
mencapai setiap sudut tanah pertanian yang produktif.
Jembatan-jembatan besar kecil diperbaiki. Semua bangunan
yang roboh atau rusak akibat perang di segenap penjuru
negeri diperbaiki kembali. Ahli-ahli bangunan orang Persia
yang tinggal di Irak merupakan tenaga yang paling tepat
untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Sesudah mereka melihat pemerintahan Muslimin di negeri
ini sekarang stabil, dan Kisra sendiri sudah tidak mampu
mengembalikan kekuasaannya, ditambah lagi keamanan,
ketenteraman dan keadilan yang begitu merata, maka mereka
pun merasa lebih baik bekerja sama dengan penguasa sekarang
demi kebaikan Irak dan rakyatnya.
Pengaruh kebijakan Umar dalam kehidupan
di Irak
Dengan selesainya semua perbaikan ini pemerintah baru
sekarang terasa sudah makin mantap. Pembesar-pembesar Persia
sendiri yang tinggal di Irak sebagai kaum zimmi dan melihat
harta kekayaan mereka sudah dikembalikan kepada mereka
akibat pembangunan ini, justru membuat mereka bertambah
kaya. Para petani juga merasakan kemakmuran itu telah
membuat mereka hidup lebih aman dan lebih senang.
Orang-orang Arab dari kabilah-kabilah yang tinggal di
sekitarnya melihat pemerintahan bangsanya ternyata lebih
baik daripada Persia, dan keadilan lebih merata. Semua pihak
merasa puas dengan sistem yang oleh Amirulmukminin
diperkenalkan sebagai dasar pemerintahannya itu. Mereka
lebih tekun mengembangkan harta mereka, lebih rajin
mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Untuk apa mereka
memusatkan pikiran ke soal yang lain padahal mereka tahu
kekuatan Musiimin di setiap tempat di dekat mereka selalu
siap menumpas segala macam usaha yang hendak mengobarkan
pemberontakan.
Usaha mencari rezeki dan kekayaan memang menjadi
pendorong semua orang Irak. Sebaliknya para prajurit yang
datang itu merasa sudah cukup senang dengan pemberian yang
mereka terima. Tetapi mereka satu sama lain masih saling iri
dan bersaing. Kita sudah melihat bagaimana orang Basrah iri
hati terhadap penduduk Kufah karena letak dan besarnya
kekayaan kota itu. Kabilah-kabilah yang tinggal di kedua
kota ini saling bersaing dan saling berbangga-bangga, karena
watak dasar kabilah memang mendorong mereka ke arah yang
demikian. Ditambah lagi kesenjangan yang ada makin
memperkuat semangat mereka. Mereka melihat Umar
membeda-bedakan mereka dan lebih mengutamakan Kuraisy
daripada yang lain, mengangkat kedudukan kaum Muhajirin dan
Ansar melebihi yang lain. Ini juga yang mendorong mereka
melakukan tipu muslihat terhadap orang-orang yang lebih
mendapat tempat dalam hati Khalifah. Muslihat itulah pula
yang sampai mengaitkan Sa'd bin Abi Waqqas kepada hal-hal
yang memang tak pernah dikatakannya ketika ia membuat pintu
gedung itu. Ada lagi golongan yang melaporkan Sa'd kepada
Umar, bahwa salatnya tidak becus. Umar mengutus orang untuk
menanyakan kepada penduduk tentang kebenaran berita
tersebut. Setelah diketahui bahwa ia mengimami salat seperti
dilakukan oleh Rasulullah, ia berkata: Abu
Ishaq,11 itu hanya tuduhan orang kepada Anda!
Demikian rupa muslihat penduduk Kufah itu kepada Sa'd bahwa
katanya pada suatu hari ia berkata di hadapan mereka: Ya
Allah, janganlah ada seorang amir12 pun yang
menyenangi mereka, dan janganlah pula ada amir yang mereka
senangi. Tetapi seolah-olah Allah telah mengabulkan doa
Sa'd. Setiap ada pemimpin di Kufah pasti oleh penduduk
difitnah kepada Khalifah. Soalnya karena pemimpin itu
memandang mereka saling menipu dan saling mengobarkan
permusuhan. Maka ia berusaha menumpas fitnah mereka itu,
lalu berbalik, merekalah yang mengadukannya kepada
Amirulmukminin.
Pengaruh persaingan antara penduduk Kufah dengan penduduk
Basrah dan Muslimin yang lain di Irak tak ada yang perlu
dikhawatirkan akan membawa akibat pada pemerintahan Umar.
Semua Muslimin sebenarnya tentara yang siap dipanggil ke
medan perang setiap saat. Ketika itulah persaingan mereka
akan mereda. Lalu rakyat hanya menantikan berita-berita, apa
yang terjadi, menguntungkankah atau merugikan. Segala
kegiatan pembangunan yang sudah begitu membahana di seluruh
Irak membuat semua orang sudah begitu sibuk sehingga tidak
mau lagi mereka mendengarkan berita-berita tentang
persaingan itu. Di samping itu, Umar yang begitu tegas dan
keras, adalah juga orang yang sangat bijaksana dan penuh
kasih. Sikap kerasnya itu tidak akan membiarkan timbulnya
kerusuhan, sikap bijaksana dan kasih sayangnya tidak akan
membiarkan orang yang merasa dirugikan mengeluh. Dengan
demikian, keadaan di Irak.tetap berjalan tenang dan
menyenangkan, tidak sampai mengganggu Khaiifah, juga tidak
mengganggu kaum Muslimin yang lain.
***
Sementara Sa'd bin Abi Waqqas berangkat dari Kadisiah ke
Mada'in dan menugaskan para perwiranya ke Jalula, Tikrit dan
Mosul, di samping untuk membangun kota Kufah dan Basrah, dan
keadaan di seluruh Irak tenang dan aman,
perwira-perwira lain seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah,
Khalid bin al-Walid, Yazid bin Abi Sufyan, Amr bin al-As,
Syurahbil bin Hasanah dan yang lain serta para prajuritnya,
semua sedang berjuang menghadapi pasukan Rumawi di Syam.
Dalam pada itu Umar bin Khattab berpindah-pindah dari
Medinah ke Baitulmukadas (Yerusalem) kemudian ke Damsyik.
Sekarang kita pun akan berpindah pula ke Syam menemani
mereka. Kita akan melihat bagaimana pelaksanaan kesatuan
orang-orang Arab di selatan Semenanjung itu sampai ke
pedalaman Samawah.
Catatan Kaki:
- Ma Baina an-Nahrain, harfiah, 'antara dua sungai',
yakni daerah Mesopotamia, negeri purba terletak di Asia
barat daya antara Sungai Tigris dengan Sungai Furat; dari
kata bahasa Yunani mesos, tengah, dan potamos, sungai
termasuk wilayah Irak sekarang. Untuk selanjutnya
dalam terjemahan ini dipakai nama Mesopotamia.
Pnj.
- Selanjutnya dalam bab ini secara silih berganti nama
ini disebut juga Ctesiphon. Pnj.
- Beberapa sumber menyebutkan bahwa pasukan Muslimin
tinggal di Mada'in untuk beberapa hari, kemudian Hasyim
bin Utbah berangkat ke Jalula ketika mendapat berita
pasukan Persia sudah berkumpul di sana. Kami berpendapat
sumber ini masuk akal mengingat persiapan pihak Persia
dan adanya bala bantuan Yazdigird dari Hulwan. Ditambah
lagi bahwa Sa'd tidak akan mengirim angkatan
bersenjatanya ke Jalula tanpa ada perintah yang tegas
dari Umar. Memang demikian itulah siasat al-Faruq Umar
sebagaimana juga siasat Abu Bakr. Sa'd menulis laporan
kepada Umar sesudah ia menghitung dan membagi-bagikan
rampasan perang Mada'in itu dan mengirimkan seperlimanya
ke Medinah lalu Umar sudah pula membagi-bagikannya
seperti yang sudah kita lihat. Dia menulis laporan itu
setelah diketahui pasti adanya pertemuan pasukan Persia
di Jalula dan bala bantuan yang dikirimkan oleh Yazdigird
dari Hulwan. Sesudah semua itu dilaporkan dan Umar
membalas agar mengirim Hasyim, ini memperkuat dugaan
bahwa Hasyim dan pasukannya baru berangkat dari Mada'in
sesudah sekian lama ia tinggal di sana. Tabari mengutip
suatu sumber yang mendukung pendapat kami ini dengan
mengatakan: "Pembebasan Jalula pada permulaan bulan
Zulkaidah tahun 16, yakni enam bulan sesudah Mada'in."
Kita akan melihat bahwa Jalula dibebaskan sesudah
berlangsung pengepungan selama 80 hari. Jika dikurangi
dari sembilan bulan yang disebutkan Tabari, tinggal lagi
enam bulan pasukan Muslimin tinggal di Mada'in sebelum
Hasyim berangkat ke Jalula.
- Alat perang sejenis kapak.
- Ray, Rayy, atau Ragha, nama lama sebuah kota penting
dalam sejarah Persia, tak jauh dari Teheran.
Pnj.
- Dalam pembebasan Ubullah pada masa pemerintahan Umar
itu ada sebuah sumber yang didukung oleh Ibn Asir, yang
secara ringkas menyebutkan, bahwa pada masa Umar itu
al-Ala' bin al-Hadrami bermaksud menyerang Delta Furat
dan Tigris, yang juga pada masa Abu Bakr dulu pernah
terpikir oleh Musanna hendak menyerangnya. Tetapi tidak
dilakukan. Ia dan pasukannya tidak menyusuri pantai Teluk
Persia untuk ke sana tetapi menyerang mereka di atas
kapal dari Bahrain ke Persia, dengan menyeberangi Teluk
itu. Ketika turun di Istakhr mereka dihadang oieh pasukan
Persia, yang kemudian bersatu membendung mereka, dan
berusaha menjauhkan mereka dari kapal. Sebenarnya Umar
tidak mengizinkan al-Ala' bertindak demikian, sebab ia
khawatir akan terjadi pertempuran di laut. Tetapi setelah
mengetahui bahwa al-Ala', dengan segala keberanian
dan kenekatan pasukannya dapat melumpuhkan pasukan Persia
di beberapa tempat kini ia sedang dalam keadaan
terjebak, maka ia mengirim Utbah bin Gazwan ke sana
dengan sebuah pasukan besar untuk memberikan pertolongan
sebelum ia dan pasukannya binasa. Utbah berangkat dengan
12.000 anggota pasukan menyusuri pantai, dan setiap
bertemu dengan pasukan Persia terjadi kontak senjata
hingga akhirnya mereka sampai ke tempat al-Ala'. Mereka
bersama-sama membebaskan Ubullah dan Ahwaz. Sesudah itu
ia meminta izin kepada Umar akan menunaikan ibadah haji.
Umar mengizinkan. Selesai menunaikan ibadah haji oleh
Umar ia dibebaskan dari tugasnya tetapi ia menolak dan
didesak supaya kembali ke tempat pekerjaannya.
Sesampainya di Batn Nakhlah dalam perjalanannya ke Irak
ia menemui ajalnya dan dikuburkan di tempat itu
juga.
- Dua istana terkenal dalam sejarah Arab lama ini
didirikan oleh Raja Nu'man Agung di Hirah sekitar abad
ke-4 dan ke-5 M.
- Al-Balazuri menyebutkan bahwa Jarir bin Abdullah
al-Bajili diulus kepada Umar dan mengajukan permohonan
kepadanya agar Banu Bajilah tinggal di daerah Sawad
seperti dijanjikan kepada mereka berkenaan dengan soal
rampasan perang. Banu Bajilah sudah menguasai daerah ini
selama tiga tahun. Umar berkata: "Kalau bukan karena saya
yang bertanggung jawab soal pembagian, akan saya biarkan
seperti keadaan kalian ini. Tetapi saya berpendapat
kembalikanlah." Balazuri menyebutkan lagi sumber lain
bahwa sesudah Sawad dibebaskan, pembebasnya berkata
kepada Umar: "Bagikanlah kepada kami, sebab kami yang
membebaskannya dengan pedang kami." Tetapi Umar menolak
dan mengatakan: "Bagaimana pasukan Muslimin yang sesudah
kalian? Saya khawatir kalau saya bagikan kalian akan
saling bermusuhan mengenai soal air." Penduduk Sawad itu
menempati tanah mereka. Mereka dan tanah mereka dikenai
jizyah dan kharaj. Kaiakata Umar: "Bagaimana pasukan
Muslimin yang sesudah kalian", maksudnya bagaimana
Muslimin Semenanjung Arab yang dalang ke Irak sesudah
pembebasannya. Andai Umar membagikan tanah itu di antara
pasukan yang membebaskannya, buat mereka yang dalang
kemudian sudah tak ada lagi sisa yang akan dapat
diberikan.
- Orang bukan Muslim yang berada dalam pemerintahan
Islam yang keamanan dirinya harta dan keyakinan agamanya
dijamin. Pnj.
- Ukuran jarak, satu farsakh sekitar 3 1/2 mil = 6 km.
Pnj.
- Panggilan Sa'd bin Abi Waqqas. Pnj.
- Amir, pemimpin, pangeran, kepala kabilah, kepala
daerah, komandan dan seterusnya. Pnj.
|