|
19. Mesir Diduduki (4/4)
Heraklius menolak isi perjanjian
Heraklius bukan orang yang tidak tahu tentang kekuatan
dan keberanian Arab. Selama beberapa tahun yang lalu ia
sudah mengalaminya sendiri di Syam, yang tak akan membuat
dia lupa dan tak mungkin melupakannya. Tetapi samasekali
tidak terbayangkan bahwa kejadian itu akan terulang lagi
terhadap pasukannya yang di Mesir, dan akan berlangsung
secepat itu. Faktor-faktor ras dan geografi yang ada di Syam
tidak terdapat di Lembah Nil itu. Dia adalah orang yang
paling tahu tentang benteng Babilon. Benteng itu begitu
kukuh untuk dapat dikalahkan oleh pihak yang mengepungnya,
di samping pimpinan yang baik pula untuk mempertahankannya.
Pasukannya di Mesir terdiri atas 100.000 prajurit bertempur
melawan 12.000. Bagaimana jumlah yang kecil yang berjalan di
padang pasir ini dapat mengalahkan kekuatan yang begitu
besar, yang bertahan di balik tembok-tembok yang begitu kuat
dan benteng-benteng yang penuh dengan segala perlengkapan
perang? Dalam hal ini tentu ada suatu rahasia yang sampai
menimbulkan bencana yang begitu parah menimpa jantung
kerajaannya. Oleh karena itu timbul amarahnya dan menuduh
Muqauqis bahwa dia telah mengkhianati kerajaan dan
menyerahkan Mesir kepada Arab. Ia telah memvonisnya sebagai
penjahat dan pelaku kejahatan dan dilukiskan sebagai
pengecut dan kafir. Dia diserahkan kepada penguasa kota yang
kemudian dicemarkan namanya dan dihina. Setelah itu
dikeluarkan dari negerinya sebagai orang buangan.
Sebenarnya Heraklius tidak berlebihan ketika timbul
berbagai macam perasaan dalam hatinya dan timbul rasa curiga
mengenai sebab-sebab kekalahan pasukannya. Dengan kata-kata
ini kita tidak bermaksud memvonis Muqauqis bahwa dia sengaja
berkhianat kepada kerajaan, tetapi maksud kita bahwa ketika
itu benteng itu mampu mengadakan perlawanan, garnisun dan
pengawalnya tidak akan mengalami kekalahan jika komandannya
mampu dan tidak melepaskan penghuni benteng untuk menghadapi
pasukan Arab di medan terbuka, cukup dengan menghujani lawan
dengan panah dan manjaniq. Untuk itu, bukti yang paling
jelas ialah peristiwa yang terjadi setelah Muqauqis
diasingkan. Heraklius menolak mengukuhkan perdamaian dengan
Amr itu. Pihak Muslimin di Mesir mengetahui penolakan itu
pada hari-hari terakhir bulan Desember tahun 640. Gencatan
senjata itu berakhir dan kembali terjadi pertempuran antara
kedua pihak. Garnisun di benteng sudah berkurang jumlahnya,
dan bala bantuan pun tak ada yang datang. Keadaan waktu itu
sangat menguntungkan pihak Arab. Luapan air sudah tak ada
dan air Sungai Nil sudah surut, begitu juga air di sekitar
parit sudah berkurang sehingga memungkinkan mereka
mengadakan serangan. Tetapi sebagai pengganti air pihak
Rumawi sekarang memasang besi-besi berduri di parit itu. Di
pintu masuk besi-besi berduri itu dibuat begitu rapat. Cara
ini jelas merintangi pihak Arab untuk maju menyerang dan
menerobos benteng dengan cara kekerasan.
Selama beberapa bulan mereka hanya mengadakan pengepungan
dan dalam pada itu antara keduanya terjadi saling melempar
manjaniq dan anak panah. Tak lebih kemampuan para pengawal
benteng hanya itu. Karenanya, setiap mereka keluar dari
benteng atau berusaha hendak menghadapi pihak Arab mereka
dapat dipukul mundur dan kembali ke dalam benteng.
Demikianlah sementara musim-musim dingin itu berlalu pihak
benteng terus mengadakan perlawanan. Andaikata ada bala
bantuan dari Naqiyus dan dari Iskandariah, andaikata dari
pihaknya Heraklius mengirim seorang panglima yang mahir
dengan pasukannya untuk mempertahankannya, niscaya
situasinya akan berubah, dan pihak Muslimin sendiri akan
menemui banyak kesulitan untuk menguasai daerah yang begitu
kuat itu. Sekarang penghuni benteng itu sudah diserang
penyakit, sementara bala bantuan belum juga datang. Setiap
hari mata mereka terarah ke jurusan menara-menara, tetapi
sejauh mata memandang tak ada tanda-tanda bala bantuan akan
datang. Dalam pada itu setiap hari mereka mendapat berita
bahwa pasukan Arab melakukan serangan ke sekitar daerah itu.
Kemudian bulan Maret tahun 641 pun tiba, Sungai Nil sudah
hampir kering pula. Ketika itulah datang berita tentang
kematian Heraklius, pada paruh pertama bulan Februari tahun
641.12 Kematiannya itu telah menimbulkan
kegelisahan yang luar biasa. Sungguhpun begitu pihak benteng
terus mengadakan perlawanan. Harapan akan datangnya bala
bantuan untuk menolong mereka tetap hidup dalam hati para
pengawal benteng itu.
Malapetaka yang menimpa Heraklius di Mesir itu merupakan
salah satu sebab yang mempercepat kematiannya. Setelah
bertemu Muqauqis ia terserang demam. Kekacauan itu
membuatnya tak dapat lagi berpikir untuk membantu benteng
Babilon atau mengatur cara-cara pertahanannya. Tak ada yang
lain dapat memikirkan hal ini karena pemerintahan waktu itu
seluruhnya tenggelam di bawah beban yang berat oleh
kekalahannya sejak pasukan Arab menguasai Damsyik dan
Baitulmukadas, mengusir pasukan Rumawi dari Syam dan
kemudian menyebarkan ketakutan di seluruh Mesir. Tetapi
kuatnya tembok-tembok benteng dan menara-menaranya, membuat
mereka yang masih hidup dalam benteng itu tetap bertahan
terhadap para penyerang sampai akhir Maret dan hari-hari
pertama bulan April.
Keberanian Zubair menerobos benteng
Babilon
Sungguhpun begitu pihak Arab sendiri juga sudah merasa
jemu dengan tujuh bulan yang sudah berlangsung sejak
pengepungan benteng itu. Tetapi buat mereka dunia dan
kehidupan pribadi mereka sudah tak ada artinya. Mereka
teringat pada peranan Khalid bin Wahd di Damsyik, Sa'd bin
Abi Waqqas di Mada'in dan Nu'aim bin Muqarrin di Nahawand.
Mereka tidak melihat bahwa keberanian diri mereka kurang
dari keberanian para pahlawan itu. Terutama Zubair bin
Awwam, dialah yang paling bersemangat dan paling siap mati
di jalan Allah. Kepada mereka ia berkata: "Saya
mempersembahkan hidup saya untuk Allah. Saya berharap Allah
akan memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin." Setelah
itu beberapa hari kemudian dalam gelap malam dengan dibantu
oleh sebuah regu ia mencebur ke dalam parit sekeliling
benteng itu di suatu tempat yang sudah dipilihnya. Sesudah
mereka memasang tangga ke atas tembok Zubair naik setelah
berpesan kepada teman-temannya: Kalau dia sudah bertakbir
supaya mereka juga naik dan serentak semua menjawab
takbirnya itu. Memang, begitu berada di atas benteng, Zubair
bertakbir dengan pedang yang berkilauan di tangannya, yang
langsung diikuti oleh teman-temannya yang lain. Mereka
menaiki tangga itu lalu bergabung ke samping dan bertakbir
bersama-sama. Takbir ini disambut pula oleh pasukan Muslimin
yang di luar benteng. Setelah pasukan Rumawi yakin bahwa
pihak Arab sudah menyerbu, mereka lari. Zubair menuju ke
gerbang benteng dan begitu dibuka pasukan Muslimin menyerbu
masuk. Benteng itu dengan segala isinya mereka kuasai.
Demikian sebuah sumber menyebutkan. Sumber yang dikutip
oleh Butler dari Tabari mengatakan bahwa Zubair dan
kawan-kawannya naik ke atas benteng itu, membunuh
pengawalnya dan membawa kepalanya. Ketika hendak turun,
mereka melihat garnisun benteng itu sedang memasang sebuah
dinding melintang di koridor di atas tembok-tembok di bagian
itu. Mereka tinggal di tempat mereka berada itu. Pagi-pagi
sekali komandan benteng itu menawarkan perdamaian kepada Amr
dengan menyerahkan pasukannya. Tetapi Zubair menentang
perdamaian itu dan berkata kepada Amr: Sebaiknya kita sabar
sebentar sampai saya turun dari tembok ke dalam benteng,
tentu soalnya akan seperti yang kita inginkan. Tetapi Amr
tidak saja menolak pendapatnya itu, bahkan ia membuat
persetujuan tertulis dengan komandan benteng, dengan syarat
bahwa pasukan itu harus sudah meninggalkan benteng dalam
waktu tiga hari dan keluar melalui sungai bersama kekuatan
mereka selama berapa hari dengan menyerahkan benteng berikut
segala isinya yang terdiri atas barang-barang simpanan dan
alat-alat perang kepada pihak Muslimin. Tetapi perincian
demikian tidak disebutkan oleh Tabari. Hanya saja semua
sejarawan Muslimin menyebutkan bahwa Amr telah memenuhi
permintaan Muqauqis untuk berdamai atas dasar jizyah setelah
pasukan Muslimin menerobos ke dalam benteng itu. Kalau benar
bahwa Muqauqis tak ada di benteng karena ia sudah dibuang
setelah menghadap Heraklius, barangkali komandan garnisun
itulah yang mengadakan persetujuan damai dengan Amr, seperti
dalam sumber yang dikutip Butler di atas.
Pasukan Rumawi itu keluar meninggalkan benteng pada hari
keenam bulan April tahun 641. Tetapi mereka menolak menarik
diri pada saat itu dengan berlumuran rasa malu dan hina,
kalau hari tersebut tidak dijadikan 'hari ratapan dan
kesedihan' buat orang Mesir. Orangorang Kopti yang
dipenjarakan di dalam benteng itu selama pengepungan, oleh
pihak Rumawi diseret, tangan mereka dipotong dan mereka
disiksa. Hal ini membuat Uskup Mesir Hanna an-Naqyusi,
seorang sejarawan masa itu, marah besar. Ia memaki-maki
mereka di kantornya dan menyebut mereka sebagai "Musuh-musuh
Kristus yang telah mengotori agama dengan segala bidat
mereka yang palsu, dan mereka merusak keimanan orang dengan
cara yang luar biasa, yang tak pernah dilakukan oleh
orang-orang pagan dan orang-orang biadab sekalipun. Mereka
telah mendurhakai Almasih dan menghina pengikut-pengikutnya.
Tak ada orang yang melakukan kejahatan seperti yang mereka
lakukan itu, sekalipun oleh penyembah-penyembah
berhala."
Benteng itu sekarang hanya untuk pasukan Muslimin setelah
pasukan Rumawi keluar. Dengan demikian tahap pertama
pembebasan Mesir oleh pihak Arab selesai sudah. Betapa besar
tahap ini dalam bahaya diperlihatkan oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam bab ini. Dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan serta pandangannya yang baik Amr
telah mampu mengatasinya, kadang dengan
berkelilingkeliling di sekitar bahaya itu, kadang
dengan langsung menghadapinya. Akhirnya ia berhasil
mengibarkan bendera kemenangannya. Kita tinggalkan dia
sekarang duduk di tengah-tengah pasukannya, mengumpulkan
mereka semua, kemudian mengatur dan menyusun kembali
daerahdaerah yang sudah dikuasainya. Setelah itu ia
menulis surat kepada Umar meminta izin akan meneruskan
perjalanannya ke Iskandariah.
Ketika mengajukan permintaan izin itu ia sudah yakin
sekali bahwa Allah akan membukakan jalan untuk mencapai
tujuannya itu. Ia sudah melihat bagaimana bencinya
orang-orang Kopti kepada pihak Rumawi. Juga ia melihat
betapa rapuh dan lemahnya pasukan Rumawi itu. Inilah yang
membuatnya lebih yakin bahwa pintu ibu kota Iskandariah yang
besar itu akan terbuka baginya. Kota itu akan menyambutnya,
seperti dulu telah menyambut Julius Caesar dan Antonius, dan
dia akan menduduki takhta Ptolemaeus dan Roma, seperti yang
sudah juga dilakukan oleh Sa'd bin Abi Waqqas atas
istana-istana para kisra dinasti Sasani.
Amr bin As dan orang-orang Kopti
Sesudah melihat pasukannya berkumpul barangkali ia ingin
segera Amirulmukminin mengirimkan ia berangkat. Dilihatnya
bumi di sekitarnya sudah tunduk kepadanya. Sesudah keadaan
lebih stabil, ia memerintahkan agar dibuat jembatan terdiri
dari kapal-kapal antara benteng itu dengan pulau Raudah, dan
antara pulau itu dengan Jizah. Dengan demikian dapat
menghubungi pantai Sungai serta memudahkan pengawasan atas
semua perjalanan kapal dan barang-barang. Setelah itu ia
dapat menyebarkan pasukannya ke daerah-daerah yang sudah
dikuasainya. Ia dapat menyaksikan pasukan garda nasional
yang terdiri dari orangorang Kopti melihat curiga
kepada mereka sambil berkata: Alangkah kolot dan
sederhananya orang-orang Arab itu! Kita tidak melihat
orangorang kita yang menganut cara-cara mereka. Ia
khawatir hal demikian akan membuat orang-orang Kopti itu
tidak senang kepada mereka. Ia memerintahkan agar anak
buahnya memotong hewan dan dimasak dengan air dan garam.
Orang-orang Kopti itu diundang dan didudukkan di samping
orang-orang Arab anggota pasukannya. Orang-orang Arab itu
mencicipi kuah dan menggerogoti daging demikian rupa, yang
membuat orang-orang Kopti tambah mencemoohkan mereka dan
tambah ingin tahu tentang mereka.
Keesokan harinya ia minta dibuatkan macam-macam makanan
Mesir dan anggota pasukannya disuruh mengenakan pakaian
orang Mesir berikut sepatunya. Orang-orang Kopti itu
diundang lagi seperti kemarin. Orang-orang Arab makan
seperti orang-orang Mesir dan berperi laku seperti mereka.
Sesudah makan orang-orang Kopti itu terpencar dan apa yang
telah mereka saksikan telah menimbulkan bermacam-macam
pertanyaan dalam hati mereka. Selanjutnya Amr memerintahkan
pasukannya pagi-pagi keesokan harinya supaya mengenakan
senjata untuk suatu manuver di depan mata mereka. Kepada
orangorang Kopti itu ia berkata: Saya tahu bahwa ada
sesuatu dalam hati kalian ketika kalian melihat cara-cara
orang Arab yang sangat bersahaja dan sederhana. Saya
khawatir kalian membanggakan diri dan merendahkan orang
lain. Maka saya ingin memperlihatkan kepada kalian bagaimana
keadaan mereka di negeri mereka sendiri, lalu bagaimana
mereka di negeri kalian, lalu bagaimana mereka dalam perang.
Tatkala sudah terpencar orang-orang Kopti itu berkata:
Orang-orang Arab sudah menendang kalian. Dalam sumber lain
disebutkan mereka berkata: Orang-orang Arab itu tak dapat
dikalahkan, dan mereka sudah menginjak-injak kita di bawah
telapak kaki mereka. Apa yang dilakukan Amr itu disampaikan
juga kepada Umar sehingga ia berkata kepada teman-teman
duduknya: Amr berperang dengan kata-kata, orang lain
berperang dengan pedang. Atau katanya: Cara berperangnya
lemah lembut, tiada dengan kekerasan dan berkobar-kobar
seperti biasanya dalam perang.
Ketika melihat kekuatan pihak Arab orang-orang Kopti itu
tunduk kepada mereka. Bahkan ada sekelompok mereka yang
memilih dan masuk Islam. Mereka sejalan seiring dengan kaum
Muslimin dan dibebaskan dari pembayaran jizyah, sekalipun
mereka menjadi sasaran caci maki golongannya sendiri.
Orang-orang Kopti yang sudah Muslim itu membantu
saudara-saudara mereka orang-orang Arab dalam menagih jizyah
serta menyita harta orang-orang Nasrani yang oleh
orangorang Arab dikeluarkan dari kampung mereka.
Dengan semua ini kekuasaan Amr atas tanah yang sudah berada
di tangannya itu makin kuat dan luas. Dengan demikian,
begitu mendapat izin dari Amirulmukminin, ia sudah akan
dapat berangkat ke Iskandariah dengan tenang.
Pasukan Amr tidak pula kurang keinginannya untuk juga
berangkat ke medan perang. Kemenangan yang diperoleh atas
benteng Babilon dan segala isinya telah meningkatkan
kekuatan moral mereka yang luar biasa. Seperti dalam hati
Amr, dalam hati mereka juga sudah tertanam keyakinan bahwa
Allah bersama rnereka, dan bahwa mereka tak akan dapat
dikalahkan. Dengan semangat yang penuh rasa harga diri
demikian, mereka menyusup ke kampung-kampung,
berpindah-pindah ke mana pun yang mereka kehendaki. Mereka
dapat menguasai kota-kota Firaun serta
peninggalan-peninggalan yang masih ada di daerah, yang dalam
kebisuannya dapat bercerita tentang kisah sejarah
seluruhnya. Mereka dapat menyaksikan menyingsingnya fajar
peradaban baru, melihat lahirnya pribadi anak manusia dan
mata akan terbuka. Bila sore hari mereka kembali ke markas,
hati dan pikiran mereka penuh rasa takjub. Yang menjadi
pembicaraan mereka hanyalah apa yang telah mereka saksikan:
Segala peninggalan purbakala yang abadi,
peninggalanpeninggalan dunia yang tak ada taranya,
begitu agung dan megah. Dari kehidupan kota Memphis yang
begitu cemerlang, dan Mesir yang tegak di hadapannya di tepi
Sungai Nil yang hendak menyainginya dalam keagungan
kehidupannya, kemudian berubah menjadi berkurang bila
sejarah sudah memperlihatkan kemegahan dan kekuasaan Memphis
kepada generasi demi generasi.
Di samping peninggalan-peninggalan Memphis yang begitu
agung yang sangat berkesan dalam hati mereka itu, ialah
kehijauan yang begitu menyegarkan dengan segala kenikmatan
yang sejauh mata memandang di sekitarnya di tanah yang subur
dan makmur itu. Kehijauan demikian sudah pernah mereka lihat
di Irak dan Syam, ditambah lagi setelah mereka sampai di
Mesir, iman mereka bertambah kuat akan kekuasaan Alkhalik
Maha Pencipta. Tetapi apa yang mereka lihat di Memphis itu
tak dapat dikalahkan oleh berdirinya kota Iskandariah, dan
yang tidak mereka lihat bandingannya di kota-kota dunia
selain Memphis. Mereka melihat peninggalan-peninggalan yang
dapat bercerita tentang peradaban Firaun purba serta
peribadatan mereka dengan cerita yang menakjubkan. Di tempat
itu terdapat Kuil Ptah yang besar dan luas, tempat
penyembahan matahari seperti yang terdapat di Karnak,
Thebes. Di luar itu terdapat pula Kuil Sarapeum, tempat sapi
suci Apis bersemayam, dikelilingi dengan segala kemegahan
dan kebesaran. Di depan Kuil ini terdapat dua deretan
panjang patung-patung Abulhaul (Sphinx). Akan segera timbul
rasa takut bagi orang yang masuk ke dalamnya. Kuburan
sapi-sapi suci itu terdapat di belakang Kuil itu, yang
tampak begitu agung. Pemandangan ini tak lain hanya akan
menimbulkan kekaguman terhadap suatu bangsa yang telah
meninggalkan lukisan-lukisan, patung-patung, gedung-gedung
pertunjukan dan bangunanbangunan besar, yang semuanya
itu menunjukkan tingginya kedudukan reka dalam
peradaban.
Demikianlah keadaannya dalam menggambarkan
sembahan-sembahan mereka itu dan dalam mendirikan
simbol-simbol berupa patungpatung yang begitu indah.
Tetapi bagaimana pendeta-pendeta dan firaun firaun itu
sampai lupa akan penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa,
yang akan menjadi sumber keimanan hati manusia yang sudah
mendapat cahaya kebenaran itu. Mahabenar Allah dalam
firman-Nya ini: "Engkau tidak akan memberi hidayah kepada
siapa pun yang kau cintai; tetapi Allah, Dialah yang akan
memberi hidayah kepada siapa saja Ia kehendaki, dan Dia
lebih tahu siapa yang menerima petunjuk." (Qur'an, 28: 56).
Karenanya agama Nasrani telah menghapus corakcorak dan
upacara-upacara itu dari peribadatan. Dan sekarang pasukan
Islam datang ke bumi Firaun ini, dan benderanya berkibar di
atas kawasan itu untuk menegakkan agama yang benar hingga
akhir zaman.
Perjalanan ke Iskandariah
Di mana pula kebenaran akan ditegakkan kalau bukan di
surga Allah di muka bumi ini. Dan yang menegakkannya
hanyalah tentara Allah yang telah menyerahkan hidupnya
kepada Allah dengan ikhlas demi agama. Oleh karena itu,
Memphis dengan segala keindahannya itu tidak menarik hati
anggota-anggota pasukan itu untuk tinggal menetap di sekitar
tempat itu. Kerinduan hendak pergi ke Iskandariah itulah
yang menggerakkan hati mereka begitu kuat, seperti yang
telah menggerakkan hati komandannya, dan membuatnya ingin
cepat-cepat mendapat izin dari Amirulmukminin untuk segera
berangkat.
Tidak berselang lama izin itu pun datang. Umar sudah tahu
bahwa sesudah tiga bulan lagi Sungai Nil akan kembali pasang
dan meluap. Maka akan lebih baik jika pasukan itu berangkat
menaklukkan ibu kota Mesir sebelum tiba waktu air meluap.
Begitu Amr bin As menerima surat izin berangkat, sepasukan
Muslimin ditinggalkannya di benteng Babilon di bawah
pimpinan Kharijah bin Huzafah as-Sahmi. Dia sendiri setelah
itu berangkat memimpin pasukan menuju kota yang besar itu,
pusat segala keindahan, ilmu dan seni di seluruh dunia.
Catatan Kaki:
- Butler, Fath Misr h. 185, terjemahan Abu Hadid. -
Pnj.
- Kota Babilon ini bukan yang terletak di sekilar
Sungai Furat di lrak, melainkan nama perbentengan dan
kota Rumawi-Bizantium di Memphis, letak kota lama Kairo
yang sekarang. - Pnj.
- Kota yang terletak di timur laut Kairo ini kadang
dieja dengan Balbis, Bilbais dan Bolbis, dari asal kata
bahasa Kopti Phelbes. - Pnj.
- Diambil dari nama maharaja Roma, Marcus Ulpius
Trajanus yang berkuasa dalam pertama Masehi. - Pnj.
- Beberapa sumber masih berselisih pendapat mengenai
bala bantuan itu, kapan dikirimkan ke Mesir, dikirimkan
sekaligus atau dalam dua tahap. Yang melansir
sumber sumber itu Ibn Abdul-Hakam dan dikutip oleh
sebagian besar sejarawan. Tetapi yang kita pilih sumber
yang di dalam teks karena itu merupakan sumber yang lebih
cocok dengan jalannya peristiwa. Adapun sumber-sumber
lain, salah satunya menyebutkan bahwa "Umar bin Khattab
merasa kasihan kepada Amr lalu mengirim Zubair
menyusul nya dengan 12.000 orang anggota pasukan
dan ia ikut menyaksikan kemenangannya itu." Sumber lain
menyebutkan bahwa bala bantuan yang dikirimkan Umar
kepada Amr itu 4000 orang, setiap seribu dipimpin oleh
satu orang, dan ia menulis kepadanya: "Saya sudah
mengirimkan bala bantuan 4000 orang, pada tiap seribu
satu orang: satu orang yang memimpin seribu orang itu
ialah: Zubair bin Awwam. Miqdad bin Aswad, Ubadah bin
Samit dan Kharijah bin Huzafah. Ketahuilah bahwa yang
bersama Anda ada 12.000 orang. Janganlah 12.000
terkalahkan karena jumlah yang kecil."
- Dari bagian seperlima yang sudah menjadi sahamnya. -
Pnj.
- Aqta 'ahu, menerimanya atau menempatkannya di
rumah-rumah kaum Ansar (N). - Pnj.
- Sejarawan Yunani yang hidup lima abad Pra-Masehi. -
Pnj.
- Ain Syams bahasa Arab atau Heliopolis bahasa Yunani,
berarti Kota Matahari, "On" alau Kota Cahaya. - Pnj.
- Para sejarawan menamakan benteng ini Babilon atau Bab
Ilyun dan Istana Lilin (Qasr asy-Syam'). Ibn Tagri Bardi
dalam an-Nujum az-Zahirah mengatakan: Amr berangkat
hingga sampai di Babilon, dan katanya lagi: Di dalam
Istana [yakni Istana Lilin yang di Mesir Lama]
ada orang dari Rumawi. Ibn Abdul-Hakam lebih sering
menyebutnya Bab Ilyun. Balazuri mengatakan: Nama kota itu
Ilyunah dan kaum Muslimin menamakannya Fustat. Tetapi
Butler menyebutkan bahwa nama benteng itu dalam bahasa
Kopti "Babilon - An Khimi," artinya Babilon Mesir.
Disebutkan bahwa Kaisar Trajan membangunnya di sebelah
benteng lama yang diberi nama Babilon jauh beberapa abad
sebelum masa Trajan, dan bahwa sebabnya diberi nama
demikian karena kaum tawanan Babilon dibawa ke sana oleh
Sizusteres yang tinggal di sana. Di samping itu masih
banyak lagi sumber lain yang akan jadi panjang jika
disebutkan mengenai sebab-sebab penamaan ini.
- Pesawat pelempar batu (junuq), mungkin sama
dengan meriam atau ballista yang biasa digunakan dalam
peperangan zaman dahulu. - Pnj.
- Butler menyebutkan bahwa Heraklius meninggal 11
Februari tahun 641, sementara dalam Historian's History
disebutkan ia meninggal dalam bulan Maret tahun itu.
"Kegelisahan tampak sekali dalam hal ini seperti yang
juga tampak di mana-mana," menurut ungkapan Butler
sendiri. Tetapi di kalangan sejarawan ketika itu
perbedaan tidak melebihi dua bulan Februari dan Maret
tahun 641 itu.
|