|
18. Memikirkan Pembebasan Mesir
(3/3)
Sekelumit tentang Amr bin As
Ketika terpikir hendak membebaskan Mesir Amr bin As sudah
memasuki usia 50 tahun atau lebih.12 Berperawakan
pendek besar, dengan dahi menonjol dan sepasang mata hitam
dan tajam melukiskan pengaruh yang terjadi ketika ia senang
atau marah, dengan sepasang alis yang lebat tebal, di
bawahnya dihiasi dengan mulut yang lebar, janggut yang besar
dan di sekitarnya tergambar tanda-tanda kegembiraan. Dadanya
lebar dengan bahu bidang dari kanan ke kiri. Telapak tangan
dan kakinya besar. Itulah yang memperlihatkan kekuatan tanpa
kekerasan. Ia seorang kesatria yang mahir dalam berbagai
seni menunggang kuda dan bermain pedang. Bertubuh kekar dan
sintal yang memperlihatkan kekuatan yang sudah biasa
mengemban segala beban. Di samping itu ia laki-laki yang
berpikiran tajam, sabar dan banyak akal, fasih tutur
bahasanya dengan berbagai retorika yang menarik. Itu
sebabnya ia diutus oleh Kuraisy ke Abisinia, ketika kaum
Muslimin pertama kali hijrah ke sana, untuk menyampaikan
argumennya yang kuat kepada Najasyi supaya mereka
dikembalikan ke Mekah. Ketika kemampuannya diperlihatkan
dalam usahanya itu memang sudah membuktikan kehebatannya,
kendati misi itu tak berhasil mencapai maksudnya.
Ketajaman otaknya itu juga yang kemudian mengantarkannya
kepada Islam. Melihat Rasulullah hijrah ke Medinah, dan
melihat dakwahnya sudah berkibar demikian rupa di
tengah-tengah masyarakat Arab, dia jadi menyangsikan
kemampuan Kuraisy akan dapat mengalahkannya. Karena itu,
lebih baik ia menekuni dan mengembangkan perdagangannya
sendiri saja. Ia kembali ke caranya yang lama, pergi membawa
dagangannya ke Syam, Yaman, Abisinia dan Mesir. Tatkala
terjadi perang Ahzab dan ia bersama-sama aktif dengan pihak
musyrik Mekah, ia melihat Kuraisy kembali kalah, ia yakin
Kuraisy tak akan mampu menghadapi Muhammad. Ketika itulah ia
mengundang pemukapemuka Kuraisy dan berkata kepada
mereka: "Saya melihat Muhammad sudah mencapai kemajuan yang
luar biasa. Saya berpendapat kita akan menemui Najasyi dan
akan tinggal bersama dia. Kalau Muhammad yang menang, kita
sudah di tempat Najasyi. Lebih baik kita di bawah dia
daripada di bawah Muhammad. Kalau golongan kita yang menang,
kita adalah orang yang sudah berpengalaman. Mereka tidak
akan mendatangi kita selain dengan cara yang baik." Yang
mendengar semua setuju dan mereka pergi ke Abisinia
bersama-sama dia. Mereka sudah memutuskan akan tinggal di
sana sampai ada suatu ketentuan yang pasti antara Kuraisy
dengan Muhammad. Setelah ada kesepakatan Perjanjian
Hudaibiah dengan pihak Kuraisy mengenai perletakan senjata
untuk selama sepuluh tahun, dan sudah tercapai persetujuan
bahwa Muhammad tidak boleh memasuki Mekah pada tahun waktu
perjanjian itu berlaku dan baru akan memasukinya untuk Umrah
pada tahun berikutnya, Amr lebih yakin bahwa posisi Muhammad
sudah bertambah tinggi. Kini Amr akan lebih lama tinggal di
Abisinia. Tahun berikutnya ketika sudah mengetahui
berita-berita sekitar Umrah Qada, tentang masuknya Muslimin
ke Mekah, melakukan tawaf di Ka'bah serta sa'i di Safa dan
Marwah, yakin sekali dia bahwa Muhammad memang benar.
Amr bin As segera datang ke Mekah, ia menemui Khalid bin
Walid dan bersiap-siap akan pergi ke Medinah untuk
menyatakan masuk Islam. Sekarang keduanya berangkat. Khalid
bin Walid berikrar (membaiat), kemudian Amr bin As maju
mendekati Muhammad seraya berkata: "Rasulullah, saya
berikrar kepada Anda dengan harapan segala dosa saya di masa
silam diampuni, dan saya tidak menyebutkan yang kemudian."
Muhammad menjawab:
[huruf Arab]
"Amr, berikrarlah, Islam memotong dan menghapus segala
yang sebelumnya, dan hijrah memotong dan menghapus segala
yang sebelum hijrah." Dan sesudah berikrar Amr pergi.
Ya, kita lihat, adakah Amr lalu cepat-cepat masuk Islam
setelah dilihatnya Muhammad pasti dapat mengalahkan Kuraisy
lalu dia mau mendahului golongannya ke barisan pihak yang
menang, ataukah ia merenungkan dulu risalah Muhammad ketika
ia tinggal lama di Abisinia lalu ia beriman dan imannya itu
yang mendorongnya masuk Islam? Disebutkan bahwa ada seorang
pemuda Kuraisy menemuinya dan berkata kepadanya: Abu
Abdullah! Orang-orang memang sudah menduga Anda condong
kepada Muhammad! Oleh Amr ia dijanjikan akan bertemu di
Gunung Hira sore hari. Sesudah keduanya bertemu oleh Amr
pemuda itu ditanya: Katakanlah, demi Allah, kita yang lebih
benar atau Persia dan Rumawi?! Tanpa ragu pemuda itu
menjawab: Kita. Kata Amr lagi melanjutkan: Apa gunanya
kelebihan kita terhadap mereka dalam soal kebenaran rohani
itu kalau dunia ini bukan untuk kita sedang mereka lebih
banyak berkuasa! Terkesan sekali dalam hatiku bahwa apa yang
dikatakan Muhammad tentang hari kebangkitan itu benar, yang
berbuat baik akan mendapat balasan di akhirat oleh
kebaikannya dan yang berbuat jahat oleh kejahatannya.
Kalau sumber ini benar, jelas sekali menunjukkan tentang
kecenderungan Amr dalam berpikir, dan bahwa dia benar-benar
percaya kepada teori Unitarianisme. Dia dan golongannya
sudah menampik Muhammad. Sesudah ternyata Kuraisy makin
surut ia berbalik pikir, ia merenungkan keadaan Nabi serta
ajarannya tentang keimanan kepada Allah, orang yang
benar-benar beriman akan masuk surga, dan akan memiliki
dunia. Maka ia mau menerima Islam atas dasar bukti yang
jelas dan keimanan, bukan karena takut atau karena sudah
ditundukkan Karenanya adakalanya orang menafsirkan apa yang
diriwayatkan tentang Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam yang
mengatakan:
[huruf Arab]
"Orang yang paling berserah diri dan paling percaya
adalah Amr bin As."
Ia pun segera mendapat kepercayaan Nabi sehingga ia
pernah berkata: "Dalam perangnya Rasulullah Sallallahu
'alaihi wa sallam tak pernah menyamakan saya dan Khalid bin
Walid dengan siapa pun dari sahabat-sahabatnya, sejak kami
masuk Islam." Tidak heran jika begitu besar kepercayaan
Rasulullah kepada kedua orang itu, yang sudah dikenalnya di
Mekah, dan sudah diketahuinya pula kedudukannya di
tengah-tengah masyarakatnya. Ia melihat posisi mereka dalam
permusuhannya dalam beberapa kali peperangan yang terjadi
antara dia Kuraisy serta berita tentang keberanian mereka.
Di samping itu ia juga tahu tentang kepiawaian Amr dan
keteguhan hatinya, dan ini juga membuatnya makin percaya
kepadanya. Dalam ekspedisi Zat Salasil di bagian utara
Hijaz, pimpinan pasukan Muslimin di tangan Amr. Setelah
dapat mengalahkan musuhnya yang terdiri dari
kabilah-kabilah, ia menolak permintaan sahabat-sahabatnya
agar terus mengejar mereka. Ia memerintahkan pasukannya
jangan membuat api unggun untuk berdiang, dan barang siapa
melanggar perintahnya akan dijebloskan ke dalam api itu.
Setelah itu ia kembali ke Medinah. Teman-temannya mengadu,
dan ketika oleh Rasulullah ia ditanya mengenai hal itu,
jawabnya: "Dengan memasang api unggun itu saya tidak ingin
mereka melihat jumlah kita yang kecil dan saya juga enggan
mengejar mereka karena ini berarti bala bantuan buat
musuh."
Kendati orang baru dalam Islam kepercayaan Nabi cukup
besar kepada Amr. Ia termasuk salah seorang yang oleh Nabi
dikirim sebagai utusan kepada raja-raja dan
pemimpin-pemimpin, mengajak mereka kepada agama Allah. Ia
diutus ke Oman di Teluk Persia, mengajak pemimpinnya, Jaifar
dan Abbad kedua anak Khulanda masuk Islam.
Oman ketika itu di bawah kekuasaan Persia. Sungguhpun
begitu Amr tidak ragu pergi ke sana dan membawa tugas yang
dipercayakan Nabi kepadanya itu. Ia sudah berbicara kepada
Abbad dan saudaranya, kadang dengan argumen yang meyakinkan,
kadang dengan janji atau dengan ancaman. Ia menyebutkan juga
bahwa kalau ia menerima Islam Rasulullah akan menempatkannya
sebagai amir13 untuk Oman, seperti Bazan yang
juga diangkat sebagai amir untuk Yaman. Waktu itu nanti ia
boleh mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya Oman untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Selama beberapa hari kedua
bersaudara itu berunding. Jaifar bin al-Khulanda melihat
bahwa keadaan Muslimin itu bukan soal kecil. Ia khawatir
ancaman Amr itu akan berakibat Muhammad mengirimkan
pasukannya ke negerinya. Maka ia masuk Islam dan tetap dalam
jabatannya sebagai amir. Amr bin As juga tetap
mendampinginya menyebarkan dakwah agama Allah dan
mengajarkannya kepada penduduk. Dan ini berjalan terus
sampai Rasulullah wafat dan Abu Bakr naik sebagai Khalifah.
Setelah terjadi pemurtadan di kalangan orang-orang Arab Amr
kembali ke Medinah menantikan intruksi-instruksi Abu Bakr
untuk menumpas kaum murtad itu.
Kemampuan yang diperlihatkan Amr dalam politik dan dalam
perang ini telah membuatnya sebagai orang yang sangat besar
percaya dirinya, senang memegang pimpinan sehingga jika ada
orang yang menjadi atasannya, diterimanya dengan terpaksa.
Tatkala Nabi mengirimnya ke utara Hijaz untuk menghadapi
kabilah-kabilah di Zat Salasil, khawatir dihadapkan kepada
jumlah musuh yang besar, Nabi mengirimkan bala batuan di
bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah dari kalangan
Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar. Ketika
melepas Abu Ubaidah Nabi berkata: "Kalian berdua jangan
berselisih." Ketika tiba waktu salat dan Abu Ubaidah akan
bertindak mengimami jamaah, Amr menolak dan berkata:
Kedatangan Anda sebagai bala bantuan untuk saya. Abu Ubaidah
berkata: Tidak! Saya tetap di tempat saya dan Anda tetap di
tempat Anda. Tetapi Amr berkata lagi: Anda datang sebagai
tenaga bala bantuan untuk saya. Abu Ubaidah menjawab: Amr!
Rasulullah Sallalliihu 'alaihi wa sallam berpesan kepada
saya: Janganlah kalian berdua berselisih. Kalau Anda tidak
taat kepada saya, sayalah yang taat kepada Anda. Lalu kata
Amr: Saya pemimpin Anda dan Anda sebagai tenaga bantuan
untuk saya. Kata Abu Ubaidah: Silakan. Maka Amrlah yang
bertindak mengimami jamaah.
Dialog antara kedua tokoh itu memperlihatkan segi
kejiwaan Amr bin As, dan pikirannya yang sudah dipengaruhi
sedemikian rupa dibuktikan oleh cintanya yang begitu besar
untuk memegang pimpinan itu. Abu Ubaidah termasuk orang yang
mula-mula dalam Islam, tidak seperti Amr bin As, bahkan
tidak pula seperti Umar bin Khattab. Rasulullah menyebutnya
"Kepercayaan Umat." Dalam bala bantuan ini Rasulullah
menempatkannya untuk memegang pimpinan di atas Abu Bakr dan
Umar. Sungguhpun begitu Amr tetap bersikeras bahwa
kedatangannya sebagai tenaga bantuan, dan karenanya harus
menjadi bawahannya. Abu Ubaidah adalah orang yang sangat
lemah lembut, dan serba mudah dalam masalah-masalah duniawi.
Kendati begitu, karena imannya yang begitu kuat kepada
Rasulullah, melihat Amr tetap bersikeras hendak memegang
pimpinan, ia pun mengalah dan dalam perang menjadi
bawahannya.
Amr pernah menjadi komandan sebuah brigade yang dikirim
oleh Abu Bakr untuk kaum murtad di Quda'ah. Setelah ia
menumpas pemurtadan itu, dan juga menumpas semua tindakan
murtad di seluruh kawasan Arab, Abu Bakr bermaksud
membebaskan Syam, mengirimkan angkatan bersenjatanya yang
satu di bawah Abu Ubaidah dan yang satu lagi di bawah Amr
bin As. Tetapi kalau semua pasukan sudah berkumpul di Syam
dan sudah siap bertempur, maka pimpinan tertinggi berada di
bawah Abu Ubaidah. Ketika itu Amr pergi menemui Umar bin
Khattab dan dimintanya untuk membicarakan kepada Abu Bakr
agar dialah yang diangkat menjadi panglima pasukan di Syam.
Umar berterus terang kepadanya: "Saya tidak akan membohongi
Anda; dalam soal ini samasekali saya tidak akan
membicarakannya. Kami lebih mengutamakan kedudukan Abu
Ubaidah daripada Anda." Amr bin As tetap mendesak: "Kalau
saya sebagai pimpinannya samasekali tidak akan mengurangi
jasa Abu Ubaidah." Menjawab desakannya itu Umar berkata:
"Amr! Anda tergila-gila pada pimpinan! Yang Anda minta ini
hanyalah kemuliaan di dunia. Amr, bertakwalah, takutlah Anda
kepada Allah, dan janganlah Anda memperjuangkan sesuatu
selain demi Allah. Berangkatlah dengan pasukan itu. Kalaupun
sekali ini Anda tidak menjadi seorang pemimpin, tidak lama
lagi insya Allah Anda akan menjadi pemimpin, tak ada yang
lebih tinggi dari Anda."
Amr bin As keluar, menyerah berada di bawah pimpinan Abu
Ubaidah kendati tidak dengan senang hati. Tetapi menyerahnya
itu tidak akan mengurangi posisinya di mata Abu Ubaidah
kepadanya, juga di mata komandan-komandan militer yang lain.
Mereka semua sangat menghargainya. Mereka sudah mengenal
benar kecerdasannya, ke piawaiannya dan ketajaman
otaknya dengan pandangannya yang jauh. Oleh karena itu
setiap ada masalah yang serius mereka meminta pendapatnya
selalu, dan memang, sangat bermanfaat pendapatnya dalam
setiap menghadapi mara bahaya, dan ia memberikan jalan ke
luar yang menguntungkan.
Kesenangannya menduduki pimpinan agaknya bukan hanya
berpangkal pada percaya diri itu saja, tetapi juga karena
keturunan dan asal usulnya serta kedudukannya dalam
masyarakat Kuraisy. Dia dari kabilah Kuraisy Banu Sahm yang
mengepalai harta kekayaan khusus dengan dewa-dewa Kuraisy.
Sebagai kepalanya dia bebas menentukan sumbangan-sumbangan
yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat waktu itu.
Karenanya, keluarga kabilah ini mampu mengurus harta itu
dengan baik, yang dampaknya terlihat pada kemampuan Amr bin
As dalam menghimpun dan mengembangkan dana, baik dalam
kehidupan pribadinya atau yang berhubungan dengan
kepentingan umum. Disamping itu Banu Sahm mempunyai
kedudukan terhormat sebagai pemutus segala perkara
perselisihan, yakni suatu kedudukan kehormatan yang
anggota-anggotanya dapat memberikan pandangan yang berharga,
cermat dengan pertimbangan yang saksama. Karena itu semua,
kekayaan Banu Sahm bertambah besar dan kedudukannya makin
tinggi. Itu jugalah sebabnya mereka bertambah kuat, dan
dapat memberikan perlindungan kepada kabilah Banu Adi,
kabilahnya Umar bin Khattab tkala mereka diusir oleh Banu
Abdu-Syams dari perkampungan mereka di Safa. Begitu juga As
bin Wa'il dari Banu Sahm, ayah Amr, telah melindungi Umar
bin Khattab ketika ia mengumumkan diri telah masuk Islam dan
dari orang-orang Banu Sahm ada yang hendak membunuhnya. As
bin Wa'il ini orang yang kaya raya, mengenakan pakaian dari
kain brokat berumbaikan emas. Melihat keturunan Amr dan
kabilahnya itu, tidak heran jika Amr merasa bertambah
bangga, berambisi dan selalu berusaha hendak memegang
pimpinan.
Kesenangannya pada pimpinan itu juga telah menjadi ciri
khas yang lain. Ketika sedang di Medinah suatu hari ia
mendengar Ziyad berkhutbah dan dia senang sekali dengan
retorika khutbahnya. "Hebat sekali anak itu," katanya.
"Andaikata dia dari Kuraisy niscaya orangorang Arab
akan mengangkatnya sebagai pemimpin." Karena gila pimpinan
ini juga yang telah membuatnya mendukung Mu'awiah melawan
Ali. Dilihatnya Muslimin ketika itu sedang keranjingan dunia
dan menjauhi apa yang diserukan oleh Ali agar hidup
sederhana. Ia melihat Mu'awiah menarik orang dengan imbalan
dan pemberian dengan memperlihatkan cintanya kepada mereka.
Maka orang yakin bahwa kekayaan dunia sekarang akan berada
di pihaknya dan menjauhi Ali. Tetapi tentang dirinya,
seperti disebutkan dalam suatu sumber, ia tidak
menyembunyikan pandangannya yang sebenarnya kepada Mu'awiah,
keinginan-keinginannya yang telah mendorongnya maka ia
berada di pihak Mu'awiah. Suatu hari ia mendengar Mu'awiah
begitu banyak berbicara tentang ketidaksenangannya pada
dunia dan kedudukan sebagai Amirulmukminin kalau tidak
karena cintanya demi kepentingan Muslimin juga. Amr merasa
muak mendengar itu. Ketika sedang berdua ia berkata:
"Mu'awiah, Anda telah membakar hati saya dengan
cerita-cerita Anda itu! Anda mengira kita menentang Ali
karena kelebihan kita atas dia? Sekali-kali tidak! Karena
kita hanya mau berebut dunia. Demi Allah, Anda berikan
kepada saya sebagian dunia Anda itu atau akan saya
tinggalkan Anda!"
Tetapi keinginannya menjadi pemimpin serta cintanya pada
harta kekayaan dan memburu dunia itu tidak membuang
hasratnya hendak memperdalam agama dan mempelajari Qur'an.
Di kalangan Muslimin ia termasuk yang paling banyak
pengetahuan dan pendalamannya tentang Qur'an, dan di
kalangan Arab dia yang paling terpelajar dan mengenal
zamannya. Di samping itu dia juga yang berhati bersih,
akhlaknya lembut dan berperasaan halus. Seleranya tinggi
tentang keindahan dan dapat menikmati puisi. Ia termasuk
penggemar musik yang luar biasa. Sifat-sifatnya itu telah
menawan hati orang, begitu juga kecerdasannya membuat orang
hormat kepadanya. Dia seorang pengembara yang sudah
menjelajah kian ke mari, seperti anak masyarakatnya yang
lain. Pengembaraannya dalam perdagangan dan perjalanan, itu
juga yang telah membawanya ke Yaman, Abisinia, Syam dan
Mesir. Kita yakin bahwa dia sudah sering pergi ke Mesir,
kendati ada beberapa sejarawan yang berpendapat bahwa dia
hanya sekali saja ke Mesir. Itulah sebabnya menurut anggapan
mereka timbulnya pikiran ingin membebaskannya.
Cerita perjalanannya ke Mesir sekali ini menurut
sumber-sumber mereka memang aneh juga. Keanehan yang membuat
kita jadi ingat selalu sekalipun menurut pendapat kita
mirip-mirip dongeng saja. Dalam anggapan mereka bahwa Amr
pernah datang ke Baitulmukadas dalam urusan perdagangan
dengan beberapa orang dari Kuraisy. Ada seorang Rumawi
penjaga gereja penduduk Iskandariah yang datang ke Yerusalem
hendak berziarah dan tinggal di daerah pegunungan. Ia lewat
di depan Amr ketika sedang menggembalakan untanya dan unta
temantemannya. Penjaga gereja itu tampaknya sudah
kehausan karena hari itu udara panas luar biasa. Ia meminta
minum kepada Amr dan Amr pun memberinya minum hingga hilang
hausnya. Setelah itu si penjaga gereja itu tidur di sebuah
tempat di tepi sebuah lubang. Dari lubang itu kemudian
keluar seekor ular besar yang dilihat oleh Amr. Amr
membidiknya dengan anak panahnya dan ular itu pun mati.
Penjaga gereja ersebut terbangun dan melihat ular itu. Amr
bercerita tentang kejadian tu. Penjaga gereja itu mendekat
dan mencium kepala Amr sambil berkata; Tuhan telah
menghidupkan saya dengan perantaraan Anda dua kali; pertama
dari kehausan, yang kedua dari ular ini. Untuk urusan apa
anda datang ke kota ini? Oleh Amr dijelaskan bahwa dia
datang untuk urusan perdagangan, dan dia mengharapkan
keuntungan seharga seekor unta. Penjaga itu segera mengerti
bahwa diat14 seseorang di kalangan Arab seratus
ekor unta yang harganya seribu dinar. Kemudian katanya
kepada Amr: Maukah Anda ikut saya ke negeri saya, janji dan
amanat Tuhan akan saya berikan berupa dua diat kepada Anda.
Tuhan telah menghidupkan saya dengan perantaraan Anda dua
kali. Amr segera mengerti bahwa penjaga gereja ini dari
Iskandariah, kota yang belum pernah dimasukinya.
Setelah berunding dengan teman-temannya ia pergi dengan
mengajak salah seorang dari mereka untuk teman seperjalanan.
Ia berangkat bersama penjaga itu sampai ke Iskandariah.
Dengan penuh kekaguman melihat bangunan-bangunannya yang
indah serta penduduknya yang ramai dan kekayaannya yang
melimpah, Amr berkata: Belum pernah saya melihat kekayaan
yang begitu besar seperti di Mesir ini. Kebetulan ketika Amr
memasuki Iskandariah ada perayaan yang dihadiri oleh para
pembesar dan kaum bangsawan kota. Penjaga gereja itu
mengenakan pakaian brokat dengan emas kepada Amr pada hari
raya ini. Raja-raja dan kaum bangsawan saling melempar
bola-bola yang dihiasi emas. Barang siapa kemasukan bola ke
dalam lengan bajunya dan bersarang di dalamnya, ia akan
menguasai mereka. Sementara hari itu sedang saling lempar
bola demikian sebuah bola masuk ke dalam baju Amr bin As.
Semua orang heran atas kejadian itu dan mereka berkata: Bola
ini tak pernah meleset, baru sekarang. Mungkinkah orang itu
akan menguasai kita? Ini samasekali tak boleh terjadi !
Selanjutnya penjaga gereja itu dapat mengumpulkan dana
untuk Amr sebesar 2000 dinar lalu diberikan kepadanya. Ia
dan temannya pulang ke Yerusalem dengan diantar oleh seorang
pemandu. Ibn AbdulHakam berkata: "Dengan demikian Amr
mengenal seluk beluk Mesir, dan sepanjang pengetahuannya
itulah negeri terbaik dan terkaya."
Amr bin As bertolak menuju Mesir
Saya rasa pembaca sependapat dengan saya, bahwa cerita
ini dengan segala keajaibannya, tidak lebih dari dongeng
kosong saja. Bagaimanapun juga tak mungkin ini yang menjadi
penyebab timbulnya pikiran hendak membebaskan Mesir.
Barangkali karena cerita dan sumber-sumber itu membuat
Balazuri, Maqrizi, Abdul-Hakam dan yang sejarawan-sejarawan
lain berpendapat seperti dikatakan orang, bahwa Amr bin As
membebaskan Mesir atas kemauan sendiri dengan membawa 3500
orang anggota pasukan, dan Umar berang atas perbuatannya itu
dan ia menulis surat memarahinya dan memberikan teguran
keras karena ia telah tergoda dengan pendapatnya sendiri
itu. Menurut hemat kami semua ini hanya cakap angin saja.
Andaikan Amr pergi menyerbu Mesir atas kemauannya sendiri,
maka sebagai ganjaran tidak sulit bagi Umar untuk
memecatnya. Tetapi yang mendorongnya berpikir untuk
membebaskan Mesir itu seperti yang sudah kami uraikan itulah
yang membuat Umar cenderung mendukung pendapat Amr. Itu pun
ia masih memintanya agar ditangguhkan sampai nanti ia
menulis surat kepadanya sekembalinya ke Medinah. Sesudah
kembali ke Medinah ia meminta pendapat kalangan pemikir di
kota itu dengan mengemukakan alasan-alasan Amr. Setelah hal
ini dimusyawarahkan, ternyata pendapat mereka tidak sama.
Bila ia berpendapat pembebasan itu memang perlu, maka ia
menulis surat kepada Amr dengan perintah berangkat ke Mesir
Surat itu dibawa oleh Syarik bin Abdah, yang isinya:
"Mobilisasikan orang untuk pergi ke Mesir. Siapa yang segera
memenuhi ajakan Anda berangkatlah." Ketika surat
Amirulmukminin itu sampai Amr sedang mengepung Kaisariah.
Setelah dimintanya Mu'awiah bin Abi Sufyan menggantikan
tempatnya ia bertolak dengan satu kekuatan kecil, entah 3500
atau 4000 orang masih belum ada kata sepakat. Setelah itu
Syarik bin Abdah utusan Khalifah disuruhnya kembali dengan
permintaan bala bantuan yang tidak akan melemahkan
pertahanan pasukan Syam. Ia sendiri berangkat perlahan-lahan
menyusur pantai laut dengan tujuan ke al-Arisy, dengan
harapan bala bantuan itu menyusul sampai nanti ia memasuki
Mesir. Sementara dia bergerak perlahan-lahan dalam
perjalanan itu, tiba-tiba ada berita bahwa mereka yang
berpendapat - dipelopori oleh Usman bin Affan - bahwa
langkah membebaskan Mesir itu sangat membahayakan kedaulatan
yang baru tumbuh ini, makin tampak giat di Medinah. Ia
khawatir Umar akhirnya terpaksa mau menerima pendapat mereka
dan tidak jadi mengirimkan bala bantuan, atau bahkan ia
disuruh kembali dari perjalanannya itu.
Perkiraan Amr tidak meleset. Usman dan mereka yang
mendukungnya berpendapat bahwa serangan itu sangat berbahaya
dan yang selalu diulang-ulang kepada Umar. Malah Usman
menambahkan: "Amirulmukminin," katanya. "Dengan semangat
tinggi didorong oleh keberanian dan ingin memegang pimpinan,
saya khawatir Amr yang berangkat tanpa didukung staf ahli
dan dukungan bersama, akan menjerumuskan pasukan Muslimin ke
dalam bencana, dengan mengharapkan kesempatan yang tidak
diketahuinya ada atau tidak." Ya, apa tindakan Umar setelah
segala yang didengarnya itu? Akan ditarik kembalikah
panglimanya dari perjalanan itu setelah diperintahkan, dan
sesudah ia cenderung pada pendapatnya? Kalau itu yang
dilakukannya padahal Amr sudah melampaui perbatasan Mesir.
Bukankah mundurnya itu berarti langkah putus asa bagi
pasukan Muslimin dan adakalanya ini membangkitkan keberanian
pihak musuh? Tetapi ia juga khawatir akan menimbulkan
kemarahan Usman dan kawan-kawannya kalau ia menentang
pendapatnya dan tidak memperlihatkan kesenangannya atas
pendapat mereka itu. Hanya saja kekhawatiran mereka akan
hilang bilamana ia mengirimkan bala bantuan kepada Amr
dengan suatu kekuatan yang akan membawa kemenangan dalam
menghadapi angkatan bersenjata Rumawi di Mesir itu menjadi
kenyataan. Atas dasar itu ia menulis kepada Amr dengan
mengatakan: "Kalau surat ini Anda terima sebelum memasuki
Mesir, kembalilah ke posisi semula. Kalau Anda sudah
memasukinya, teruskanlah dan yakinlah saya akan terus
memberikan bala bantuan." Surat itu diserahkannya kepada
seorang kurir untuk disampaikan kepada panglima yang sedang
dalam perjalanan ke Mesir itu.
Kurir itu sampai ke tempat Amr ketika ia sudah berada di
Rafah. Ia samasekali tidak menyinggung soal bala bantuan
yang sedang dinantikannya itu, bahkan ia berusaha menghindar
untuk menyerahkan surat Khalifah. Amr teringat pada kegiatan
Usman dan mereka yang mengkhawatirkan keberaniannya hendak
membebaskan Mesir itu. Ia sudah memperkirakan surat itu akan
berisi perintah pembatalan. Ia mencoba memancing kurir itu
dan mengambil hati sambil menanyakan keadaan Medinah.
Sementara dalam perjalanan demikian, sekarang mereka sudah
sampai ke sebuah desa yang terletak di antara Rafah dengan
Arisy. Amr menanyakan tentang desa itu dan di negeri mana.
Dikatakan bahwa itu Mesir. Mereka turun semua di tempat itu,
dan ketika itulah kurir menyerahkan surat tersebut. Sesudah
membacanya Amr berkata kepada mereka yang di sekitarnya:
"Amirulmukminin berpesan kepadaku dan memerintahkan jika
suratnya itu sampai sebelum kita memasuki Mesir supaya
kembali. Tetapi surat ini kuterima sesudah kita berada di
Mesir. Marilah kita teruskan berangkat dengan berkah dan
pertolongan Allah." Demikian katanya, dan kata-katanya itu
merupakan awal kemenangannya.15
Amr dan anak buahnya meneruskan langkahnya ke Mesir.
Kalau ia tinggal di desa itu sebelum datang bala bantuan, ia
khawatir Usman bin Affan dan mereka yang sependapat dengan
dia akan tambah bersemangat dan ia akan mencegah Khalifah
mengirimkan bala bantuannya, kemudian akan memerintahkannya
kembali ke Palestina. Jika sudah begitu, hilanglah
kesempatan buat pasukan Muslimin, yang oleh Amr sudah
diyakini ia akan mampu menyelesaikan. Ia melihat Rumawi di
Mesir lebih tidak mampu berperang daripada di Syam. Mesir
negeri yang lebih kaya. Kalau dapat dibebaskan, maka tak ada
kekuatan yang akan mampu menandingi kekuatan pasukan
Muslimin.
Amr berangkat dengan 4000 orang anggota pasukannya ke
Arisy. Dilihatnya kota itu ternyata kosong, tak ada kekuatan
pasukan Rumawi di sana. Tekad Amr makin kuat hendak
meneruskan perjalanannya.
Sekembali kurir Khalifah itu ke Medinah ia menceritakan
bahwa Amr sudah memasuki Mesir dan terus memburu pasukan
Rumawi. Ia tidak akan kembali mundur kecuali kalau terpaksa
karena mengalami kekalahan. Ketika itulah mereka yang
melihat tindakannya itu suatu perbuatan untung-untungan yang
akan menjerumuskan pasukan Muslimin ke dalam bahaya, tak
bisa lain kecuali menunggu sampai kelak melihat kenyataan:
Ia gagal, dan kegagalannya itu membuktikan benarnya pendapat
dan jauhnya pandangan mereka, atau ia berhasil, dan ini
berarti mereka akan menjadi pengagum pertama disertai ucapan
selamat kepadanya!
Sudah menjadi suratan takdir juga bahwa dalam hal ini Amr
yang akan menjadi pemenangnya, dan sudah menjadi kehendak
Allah juga bahwa Mesir akan berada dalam naungan Islam, dan
akan menjadi sebuah mutiara yang bernilai tinggi dalam
mahkota Kedaulatan Islam.
Catatan Kaki:
- Kata al-Muqauqis atau Pkauchios dari kata bahasa
Kopti khaukhios, orang Kaukasia yang menunjuk pada
asal-usul Cyrus Persia. Konon ini adalah gelar
penguasa-penguasa Mesir pada saat-saat terakhir kekuasaan
Rumawi di Mesir. - Pnj.
- Perjalanan Hatib kepada Muqauqis ini oleh Ibn
Abdul-Hakam diuraikan terinci dalam Futuh Misr wa
Akhbariha. Ia mengutip isi surat yang dibawa Hatib
sebagai berikut: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Dari
Muhammad Rasulullah kepada al-Muqauqis Pembesar Kopti.
Salam sejahtera kepada orang yang sudi mengikut petunjuk
yang benar. Kemudian daripada itu. Dengan ini saya
mengajak Tuan menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran
Islam, Tuan akan selamat. Tuhan akan memberi pahala dua
kali kepada Tuan. (Katakanlah: "Wahai Ahli Kitab! Marilah
menggunakan istilah sama antara kami dengan kamu: bahwa
kita tak akan menyembah siapa pun selain Allah; bahwa
kita takkan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Dia;
bahwa kita tak akan saling mempertuhan selain Allah".
Jika mereka berpaling; katakanlah: "Saksikanlah bahwa
kami orang-orang Muslim (tunduk bersujud pada kehendak
Allah)). Ibn Abdul-Hakam menyebutkan di antaranya bahwa
pada suatu malam Muqauqis berbicara empat mata dengan
Hatib. Ia menanyakan mengenai sifat Nabi; setelah oleh
Hatib diterangkan ia berkata: "Saya sudah tahu bahwa ada
seorang nabi yang sudah dinanti-nantikan, dan saya
mengira akan datang dari Syam. Sebelum itu nabi-nabi
memang datang dari sana. Tetapi ternyata yang datang itu
dari Arab, tanah yang gersang dan miskin. Orang-orang
Kopti tidak akan membolehkan saya menjadi pengikutnya.
Saya tidak ingin ada orang yang tahu pembicaraan kita
ini. Ia akan tampil di bumi ini dan sesudah itu
sahabatsahabatnya akan berada di halaman kami ini
sehingga akan menguasai apa yang ada di sini. Saya tidak
menyebutkan hal ini kepada orang-orang Kopti sepatah kata
pun. Kembalilah Tuan kepada teman Tuan itu." Keesokan
harinya ia memanggil seorang sekretaris untuk menulis
surat dalam bahasa Arab yang isinya: Kepada Muhammad bin
Abdullah dari Muqauqis Pembesar Kopti. Salam. Amma ba'du.
Surat Tuan sudah saya baca dan mengerti apa yang Tuan
sampaikan serta ajakan Tuan. Saya tahu bahwa memang ada
seorang nabi yang sudah dinanti-nantikan. Semula saya
mengira akan datang dari Syam. Utusan Tuan sangat saya
hormati dan saya kirimkan kepada Tuan dua dayang-dayang
yang terpandang di Kopti dan pakaian, dan saya hadiahkan
juga seekor bagal untuk menjadi tunggangan Tuan.
Salam."
- Irdabb atau ardab, ardeb, nama satuan takaran, sukar
sekali menentukan jumlah yang seragam. Disebutkan dalam
beberapa buku acuan, satu irdabb antara 4 sampai 30 liter
atau sekitar 20 kg. (7,5 gantang). Dalam takaran Mesir
lama disebutkan satu irdabb sama dengan 150 kg. Dari asal
kata bahasa Persia, ke bahasa Mesir, ke bahasa Arab, yang
juga dipakai dalam bahasa-bahasa Yunani, Armenia dan
Inggris. - Pnj.
- Abiquriyun, kaum epikuris atau penganut paham
epikurisme yang diajarkan filsuf nani Epikurus (Epicurus)
yang hidup sekitar abad ke-3 Pra-Masehi. bahwa tujuan
hidup ialah kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan sesuai
dengan bawaan dan kemampuannya. - Pnj.
- Riwaqiyun, penganut paham stoa atau stoisisme, yakni
suatu sistem filsafat yang diajarkan oleh Zeno, filsuf
Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 Pra-Masehi. bahwa
manusia harus bebas dari nafsu, dan tidak terpengaruh
oleh rasa benci dan suka. sedih dan gembira, dan harus
diterima sebagai anugerah ilahi. - Pnj.
- Fathul 'Arab li Misr (The Arab Conquest of Egypt)
oleh Alfred Butler, terjemahan Muhammad Farid Abu Hadid,
h. 155.
- Beberapa sejarawan Arab menamakannya Abu
Mayamin.
- Dalam ejaan bahasa Arab al-Malkaniyah mungkin yang
dimaksud Marcionisme, karena ajarannya tentang teologi
dapat dikatakan sama. - Pnj.
- Penduduk Mesir asli dari keturunan penghuni negeri
itu yang tertua, meliputi kebudayaan dan bahasanya, yang
sekarang dipakai hanya dalam upacara-upacara
keagamaannya, yakni Gereja Kopti atau gereja Kristen
Ortodoks yang sekali waktu juga pernah berlaku di
Abisinia. Dari bahasa Latin Coptus, Cophtus, ke bahasa
Arab Qibt dan bahasa Yunani Aygitios, ke bahasa Inggris
Egypt. Dalam bahasa Arab kemudian bernama Misr, yang
berarti "kota besar," metropolis. - Pnj.
- Kata Roma dapat dibedakan dari kata Rumawi dalam
pengertian, bahwa Rumawi atau Bizantium adalah kota tua
di Bosporus yang dikenal dengan nama Konstantinopel.
Turki, atau Istambul sekarang. Juga sering dipakai
istilah Rumawi Timur atau Bizantium, di bawah kekuasaan
Heraklius, setelah Roma pecah. Sedang untuk Roma, di
Itali, sering dipakai istilah Rumawi Barat - meskipun
jarang - di bawah kekuasaan Kaisar. Dalam kepustakaan
berbahasa Arab dipakai istilah "ar-Ruman" atau
arRumiyah" untuk Roma dan "ar-Rum" untuk Rumawi. -
Pnj.
- Masih ada beberapa penafsiran mengenai arti kata yang
diterjemahkan dengan "muslihat" tersebut. Ungkapan ini
dari sebuah hadis Nabi: "Al-harb khad'ah" atau
"khuda'ah." - Pnj.
- Yang sudah sama-sama disepakati, Amr wafat pada hari
Idul Fitri tahun 43 Hijri (6 Januari 664), tetapi
terdapat perbedaan mengenai usianya ketika ia wafat,
apakah dalam usia 90 tahun. Butler berpendapat ia wafat
dalam usia 70 tahun, dan ketika pergi ke Mesir ia berumur
45 tahun. Yang berbeda pendapat dengan Butler mengatakan
umurnya sudah mencapai 90. Yang mendukung pendapat mereka
ini karena kunjungannya kepada Najasyi (Negus) untuk
meminta Muslimin yang hijrah ke Abisinia itu sebelum
hijrah Rasulullah empat tahun. Kalau ia meninggal dalam
usia 70 atau 73 tahun, tentu dalam perjalanan ini ia baru
23 atau 26 tahun, batas umur yang belum mestinya ia
menjadi utusan kepada seorang raja. Sebaliknya Butler, ia
memperkuat pendapatnya bahwa dalam tahun 658 Amr sudah
menyaksikan perang Siffin dan ikut berjuang mati-matian,
dengan memperlihatkan pendapat dan perbuatannya yang luar
biasa. Andaikata ia meninggal dalam usia 90 tahun, tentu
umurnya ketika perang Siffin itu sudah mencapai 82 tahun,
usia yang sudah seharusnya istirahat. Menurut pendapat
Butler apa yang dihubungkan kepada Amr dalam peristiwa
itu lemah.
- Kata amir sering juga diartikan gubernur. - Pnj.
- Diyat atau diat, harga darah orang yang terbunuh yang
dibayarkan si pembunuh kepada keluarganya, yakni tebusan
karena pembunuhan. - Pnj.
- Demikian sumber yang mutawatir menyebutkan tentang
kedua surat Amirulmukminin kepada Amr bin As. Yang
pertama memerintahkan berangkat ke Mesir, dan yang kedua
memerintahkan pulang kembali kecuali jika sudah memasuki
Mesir. Di samping itu masih ada beberapa sumber yang
dibawakan oleh Abdul-Hakam dan sejarawansejarawan
lain yang sangat berbeda dari sumber yang mutawatir
tersebut. Di antaranya menyebutkan bahwa Umar masih
maju-mundur dan tetap khawatir mengenai rencana tersebut.
Mereka mengutip teks surat kepada Amr itu sebagai
berikut: "Berangkatlah dan saya akan beristikharah kepada
Allah atas keberangkatan Anda, dan surat saya akan sampai
kepada Anda insya Allah. Kalau surat saya sampai ke
tangan Anda dengan perintah jangan teruskan ke Mesir
sebelum memasukinya atau memasuki sebagian tanahnya,
kembalilah. Kalau Anda sudah masuk sebelum surat saya ini
sampai kepada Anda, teruskanlah dan mintalah pertolongan
dan bantuan Allah." Kami yakin Umar tidak akan
memerintahkan keberangkatan untuk suatu operasi besar
seperti pembebasan Mesir sebelum benar-benar ia yakin
akan mencapai sasaran dan mampu untuk itu, dan sebelum
hilang segala keraguan yang mungkin timbul dalam hatinya.
Sumber-sumber itu di antaranya menyebutkan, bahwa Amr dan
pasukannya ketika itu sedang berada di Kaisariah dan Umar
di Jabiah. Dengan diam-diam ia menulis surat kepada Umar
meminta izin akan berangkat ke Mesir. Diperintahkannya
anak buahnya agar menyisih, kemudian malam-malam ia
berangkat bersama mereka. Setelah tindakannya diketahui
oleh para panglima yang lain mereka tidak setuju dan hal
itu dilaporkan kepada Amirulmukminin. Ketika itulah Umar
menulis surat kepadanya: "Kepada al- 'Asi anak al-'As'i,
Amma ba'du. Anda dan anak buah Anda telah menempuh
langkah berbahaya. Kalau surat saya sampai ke tangan Anda
sebelum memasuki Mesir, kembalilah. Kalau surat saya ini
sampai Anda sudah masuk di Mesir, ketahuilah saya akan
terus memberikan bala bantuan." Kalaupun ini benar
berarti suatu tipuan dari Umar, suatu hal yang
bertentangan dengan apa yang sudah kita kenal tentang
perangai Umar dan keterusterangannya dalam memikul
tanggung jawab.
Catatan: Si pembangkang anak si pembangkang (Al-'Asi,
kata pelesetan dari nama al-As yang dapat juga berarti
pendurhaka, yang keras kepala, tidak patuh dsb.). -
Pnj.
|