|
9. Pembebasan Madain (3/3)
Besarnya rampasan perang di Mada'in
Alangkah agung dan mulianya kemenangan itu! Inilah kota
Kisra. dan inilah pula Ruang Sidang Istananya. Mereka yang
datang adalah orang-orang Semenanjung Arab yang tandus dan
gersang, mereka berjalan penuh kagum di sela-sela
taman-taman Istana, di antara taman bunga yang merekah dan
pohon-pohon yang tinggi-tinggi, berbagai macam buah-buahan
kurma dan anggur. Belum pernah mata mereka melihat
yang semacam ini. Dari kebun-kebun itu mereka berpindah ke
serambi, yang membuat mereka bertambah kagum melihat isi di
dalamnya ukiran-ukiran yang begitu indah dan cermat
di luar yang dapat mereka lukiskan. Perabot-perabot rumah,
yang di Damsyik pun tak ada yang dapat dibandingkan.
Pelbagai permadani dari sutera Persia dianyam dengan emas
dan perak, dan segala kemewahan dan kenikmatan hidup
terkumpul semua dalam Ruang Sidang Istana itu
karya-karya seni yang begitu indah dari segenap penjuru di
Timur. Gerangan apa ini!! Dapatkah semua itu dibalas dengan
rasa syukur kepada Allah? Tetapi bagi Sa'd dan
sahabat-sahabat tak dapat berbuat lain daripada rasa syukur
itu kepada Allah yang telah memberikan kemenangan kepada
mereka. Dengan demikian Sa'd mengadakan salat syukur kepada
Allah, salat kemenangan, delapan rakaat dengan satu kali
salam. Setelah itu ia memerintahkan anak buahnya agar
membawa keluarga pasukan Muslimin dari Hirah dan kota-kota
serta desa-desa lain di Irak ke Mada'in.
Sa'd tinggal di Istana Kisra itu, dan Ruang Sidang Istana
dijadikannya musala. Patung-patung yang ada di dalamnya
dibiarkannya tidak terusik di tempatnya. Buat apa pula
diusik yang hanya merupakan hiasan yang memperindah Istana
dan tempat-tempat lain di dalam serarribi, kendati Ruang
Sidang Istana itu diutamakan lebih indah dan lebih
cemerlang. Dinding Istana dihiasi dengan ukiran-ukiran dari
dasar di bawah sampai ke kolong-kolong kubah. Dinding yang
tampak dari luar putih metah dibiarkan polos.
Dalam lemari-lemari Kisra itu Sa'd bin Abi Waqqas
menemukan penuh dengan harta, pakaian yang mahal-mahal,
bermacam-macam alat rumah tangga dan bejana, barang-barang
lain yang nilainya tak mungkin dapat dilukiskan dengan
kata-kata dan angka. Dalam pada itu Sa'd sudah mengirim
pasukannya untuk mengejar Yazdigird dan mereka yang lari
bersamanya ke Hulwan. Mereka berhasil menyusul dan membawa
kembali sebagian mereka berikut barang-barang bawaannya,
yang ternyata nilainya melebihi harta yang ada di dalam
Istana. Dan di dalam gedung-gedung sekitar Istana di Mada'in
itu pasukan Muslimin juga menemukan barang-barang berharga
dengan nilai yang dapat membingungkan daya khayal mereka,
dan segalanya menunjukkan kemewahan penghuninya, dan yang
hanya dikenal oleh Persia.
Kita sekarang juga merasa kagum mengenai nilai
barang-barang rampasan perang itu, baik nilai ataupun
jumlahnya. Tidak heran jika para panglima yang melihat
dengan mata kepala sendiri barang-barang rampasan perang itu
begitu terperangah dan kagum melebihi kita, dan kalangan
sejarawan Arab menyebut rampasan perang itu dengan terinci
sekali yang dapat membenarkan kekaguman kita dan para
panglima itu.
Disebutkan pula bahwa di tempat-tempat penyimpanan Kisra
itu Sa'd menemukan tiga triliun dinar, dan barang-barang
berharga di Istana yang sudah tak terhitung nilainya. Dan
mereka yang berangkat mengejar Kisra membawa kembali sebuah
mahkota bertatahkan mutu manikam, mutiara dan permata, dan
pakaian dari sutera bersulam emas dan bertatahkan permata.
Yang bukan sutera, yang juga bersulam, di samping mutiara
Kisra, adalah pedang dan baju besinya yang juga dihiasi
permata. Ketika Qa'qa' bin Amr mengejar seorang Persia dan
berhasil membunuhnya, ia menemukan dari orang itu dua kopor
besar berisi beberapa pedang, baju-baju besi milik Kisra,
Heraklius, raja Turki dan raja-raja lain yang pernah
diperangi dan memerangi Persia. Sesudah itu datang pula
Ismah bin Khalid ad-Dibbi membawa dua buah keranjang, salah
satunya berisi kuda dari emas dengan pelana dari perak,
mulut dan lehernya dihiasi batu yakut dan zamrud yang
ditatah dengan perak, begitu juga kekangnya, dan penunggang
kuda terbuat dari perak bermahkotakan permata. Dalam
keranjang yang sebuah lagi berisi unta terbuat dari perak
dengan kain wol penutup punggung dan perut dari emas berikut
tali kendalinya yang juga dari emas. Semua itu ditatah
dengan batu yakut dengan patung seorang laki-laki di atasnya
terbuat dari emas bermahkotakan permata. Di gedung-gedung
besar di Mada'in pasukan Muslimin menemukan juga
keranjang-keranjang yang disegel dengan timah, yang dikira
berisi makanan, tetapi ternyata adalah bejana-bejana dari
emas dan perak yang seragam. Di tempat-tempat itu juga
mereka menemukan tidak sedikit kapur barus, yang karena
banyaknya mereka mengiranya garam. Setelah dibuat adonan
baru diketahui karena rasanya yang pahit.
Adakah semua harta karun itu menggoda orang-orang Arab
itu, lalu ada yang tergoda dari mereka ingin mengambilnya
barang sedikit untuk dirinya dan bukan dikembalikan kepada
kolektor yang sudah ditunjuk oleh Sa'd untuk kemudian
dibagikan? Tidak! Bahkan masing-masing yang memperoleh
barang rampasan itu menyerahkannya kepada kolektor itu
sampai nanti Sa'd sendiri memberikan pendapatnya.
Sesudah itu Qa'qa' bin Amr yang datang membawa
pedang-pedang Kisra dan raja-raja yang lain dan
menyerahkannya kepada Sa'd, oleh Sa'd ia disuruh memilih. Ia
memilih pedang Heraklius, yang lain ditinggalkan. Ketika ada
laki-laki datang kepada kolektor itu membawa sebuah botol
yang sangat berharga, kolektor itu dan beberapa orang yang
berada di tempat itu menanyakan: Dari semua yang ada pada
kita, kita tidak melihat yang semacam ini atau yang mirip
dengan ini. Mereka menanyakan lagi laki-laki itu: Adakah
yang sudah Anda ambil? Tidak, katanya. Kalau tidak karena
Allah, tidak akan saya serahkan ini kepada kalian. Mereka
menanyakan lagi tentang siapa dia? "Tidak akan saya
beritahukan kepada kalian, agar kalian tidak memuji saya,
tetapi yang saya puji hanya Allah dan saya sudah akan senang
dengan karunia-Nya." Tetapi Sa'd segera tahu siapa orang itu
dan yang semacamnya. Kemudian ia berkata: Angkatan
bersenjata itu sangat berpegang teguh pada amanat. Kalau
tidak karena veteran Badr sudah berlalu, tentu saya katakan
bahwa pada mereka itulah ciri-ciri khas veteran Badr. Jabir
bin Abdullah berkata: "Demi Allah, Yang tiada tuhan selain
Dia, saya tidak melihat siapa pun dari penduduk Kadisiah
yang menghendaki dunia bersama akhirat. Kita pernah
menyangsikan tiga orang, Tulaihah, Amr bin Ma'di Karib dan
Qais bin Maksyuh padahal kita tidak melihat orang yang
begitu jujur dan zuhud seperti mereka. Kesaksian Jabir atas
ketiga orang itu punya alasan sendiri. Mereka dulu memimpin
kaum murtad yang ditumpas oleh Abu Bakr dan yang memerangi
Abu Bakr karena rakusnya pada dunia dan kekuasaan. Sekarang
mereka menjadi Muslim yang baik dan berada di garis depan
dalam berjuang di jalan Allah, menjauhi dunia dan
mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan segala amal
kebaikan dan matimatian mempertaruhkan diri dalam
perang.
Sa'd membagi hasil rampasan perang
Sa'd memisahkan seperlima rampasan perang itu untuk
dikirim ke Medinah, dan yang diutamakan sekali apa yang
menjadi kesenangan Muslimin di sana. Ia bermaksud mengirim
permadani beledru milik Kisra seperlima, tetapi dilihatnya
pembagiannya tidak akan seimbang. Maka, katanya kepada
sahabat-sahabatnya: Adakah kalian puas dengan empat
perlimanya, dan kita mengirimkannya kepada Umar supaya dapat
diatur sesuai dengan yang dikehendakinya? Kita berpendapat
di tempat kita ini tidak akan terbagi, karena hanya sedikit,
tetapi bagi pihak Medinah akan sangat berarti. Permadani ini
enam puluh hasta dalam segi empat, yang disediakan bagi para
kisra jika datang musim dingin yang keras dan tidak ada
tumbuhan yang harum tumbuh. Permadani ini berlukiskan
jalan-jalan kerajaan, dihamparkan di atas tanah yang
keemasan, disela-sela air sungai yang mengalir bertatahkan
mutiara, bagian bawahnya seperti tanah yang ditanami
tanam-tanaman musim semi dengan batang dari emas, daun dari
sutera dan buahnya dari permata. Setelah pendapat Sa'd
mereka setujui permadani bersama seperlima (rampasan perang)
dikirim ke Medinah.
Sa'd membagikan rampasan perang itu kepada
anggota-anggota pasukannya, dan sudah selesai untuk 60.000
orang dari pasukan berkuda, setiap orang mendapat dua belas
ribu. Untuk penduduk negeri diberi sesuai dengan perjuangan
mereka. Sa'd juga mengatur pembagian rumah-rumah kepada
anggota-anggota pasukannya. Yang berkeluarga banyak
ditempatkan di gedung-gedung dan mereka tinggal di sana
sampai tiba saatnya, ada di antara mereka yang harus
meninggalkan tempat tersebut sesudah gerakan pembebasan itu
makin meluas sampai ke desa-desa di Persia. Kita bebas
membayangkan sendiri betapa gembiranya para prajurit itu
dengan rampasan perang tersebut, serta semangat mereka
menghadapi pembebasan baru dengan rampasan perangnya yang
baru pula.
Umar, Sa'd dan Yazdigird
Basyir bin al-Khasasiah berangkat ke Medinah membawa
seperlima rampasan perang itu, dan diserahkannya ke tangan
Amirulmukminin. Umar sudah lebih dulu mendapat berita
tentang pembebasan Mada'in, karena Sa'd memang sudah
mengirim laporan kepadanya tentang apa yang dikerjakannya
sehingga seolah Umar sendiri hadir. Sungguhpun begitu ia
terkejut sekali melihat begitu banyak rampasan perang itu
dan nilainya serta usaha pasukan Muslimin memperolehnya
secara utuh. Ia menoleh kepada orang-orang di sekitarnya
sambil berkata: "Mereka orang-orang yang dapat dipercaya
yang telah melaksanakan semua ini!" Ali bin Abi Talib
menjawab: "Anda hidup sangat sederhana dengan menahan diri
dari segala yang Anda rasa tidak baik, sehingga rakyat Anda
juga begitu. Kalau saja Anda mau menyenangkan diri tentu
mereka juga akan demikian." Umar memperhatikan segala
pakaian Kisra, beberapa pedang dan baju besinya. Lalu
dipakaikannya pada sebatang kayu dan diletakkannya di
depannya supaya dilihat oleh orang banyak betapa mengagumkan
perhiasan itu. Dikatakan konon ia memanggil Suraqah bin
Ju'syum, orang yang paling besar badannya dan paling gemuk.
Ia mengenakan baju Kisra itu kepadanya berikut celana,
jubah, pedang, sabuk, gelang, mahkota dan kasutnya.
Disuruhnya ia mundar mandir di depannya. Kemudian katanya:
"Bah, bah. Arab pedalaman dari Banu Mujlij memakai jubah
Kisra berikut celana, pedang, mahkota dan kasutnya!! Hai
Suraqah, sekiranya suatu hari barang-barang Kisra dan
keluarga Kisra ini menjadi milik Anda tentu merupakan suatu
kehormatan bagi Anda dan masyarakat Anda!
" Dikatakan
begitu karena Kisra mempunyai beberapa macam pakaian, pada
setiap acara dengan pakaian tersendiri.
Setelah Umar mendatangkan orang yang paling besar
tubuhnya di Medinah, setiap macam pakaian demi pakaian itu
dipakaikan kepadanya. Ia melihat orang-orang menyaksikan
semua pakaian itu sebagai peristiwa keajaiban dunia yang
luar biasa. Sesudah selesai orang badui tersebut mengenakan
pakaian itu semua, Umar menengadah ke atas seraya berkata:
"Allahumma ya Allah, Engkau telah menghindarkan semua ini
dari Rasul-Mu dan Nabi-Mu, padahal dia lebih Kaucintai
daripada aku, lebih Kaumuliakan daripadaku, juga Engkau
telah menghindarkannya dari Abu Bakr, yang lebih Kaucintai
daripadaku, lebih Kaumuliakan daripadaku. Maka jika semua
ini akan Kauberikan kepadaku, aku berlindung kepada-Mu ya
Allah, juga jangan sampai Kauberikan kepadaku untuk
memuliakan aku!"
Itulah salah satu ciri khas Umar yang kelak akan dikenang
orang dan pengaruhnya yang sangat jelas terhadap umat pun
akan dikenang. Ia sudah merasakan kemewahan ini akan
menimbulkan daya tarik dalam hati orang dan akan dijadikan
pola hidup untuk dicontoh, dan dengan segala daya upaya
orang akan membayar berapa pun harganya demi tujuan itu.
Akibatnya, orang akan menjauhkan diri dari segala arti
kemanusiaan yang lebih terhormat, yang akan mengantarkan
hati dan pikiran kita ke puncak tertinggi untuk mendekatkan
diri kepada Allah, yang dengan karunia-Nya pula kita akan
melihat wajah Kebenaran. Karena ciri khas Umar itu, karena
kekhawatirannya bahwa Allah memberikan harta kekayaan Kisra
kepadanya itu untuk mengujinya,4 ia menangis
sehingga orang-orang merasa iba hati melihatnya. Kemudian
sambil menunjuk kepada harta itu ia berkata kepada
Abdur-Rahman bin Auf: "Saya meminta Anda dengan
sungguh-sungguh, hendaklah sebelum sore ini sudah Anda
jualkan harta ini kemudian bagi-bagikan!" Selanjutnya Umar
membagi-bagikan yang seperlima itu kepada orang banyak
sesuai dengan kadar mereka dan memberikan tambahan kepada
mereka yang hadir dan yang tidak hadir dari keluarga
orang-orang yang sudah berjuang. Melihat permadani yang tak
dapat dibagi ia berkata kepada mereka yang ada di
sekitarnya: "Bagaimana pendapat kalian mengenai permadani
ini." Mereka berkata: "Semua pasukan sudah memberikan itu
untuk Anda, dan pendapat kami mengenai ini kami menyerahkan
kepada Anda. Ada lagi yang berkata: Itu hanya untuk
Amirulmukminin sendiri. Tetapi Umar tak mau memilikinya atau
memberikan pendapat. Saat itulah Ali bin Abi Talib berkata:
"Allah tidak akan menjadikan ilmu yang ada pada Anda untuk
membuat Anda bodoh, dan keyakinan Anda menjadi keraguan.
Anda tak mempunyai apa-apa di dunia ini selain yang sudah
diberikan kepada Anda, maka itu pun sudah berlalu, atau yang
Anda pakai, itu pun sudah usang, atau yang Anda makan, dan
itu juga sudah habis. Kalau ini Anda simpan sekarang Anda
tidak akan menghilangkan hak orang yang tidak punya." Umar
berkata: "Anda memang bersungguh-sungguh menasihati saya."
Kemudian permadani itu dipotongnya dan dibagikan kepada
khalayak. Ali juga mendapat sepotong tetapi bukan dari yang
terbaik. Sungguhpun begitu sudah pula dijualnya dengan,
harga dua puluh ribu.
Sementara Umar membagi-bagikan rampasan perang kepada
penduduk Medinah, orang melihat apa yang sudah mereka terima
itu suatu karunia dari Allah yang belum pernah mereka
rasakan. Dalam pada itu Sa'd bin Abi Waqqas pun sudah merasa
tenteram di Mada'in. Ia tinggal di Istana itu dan Ruang
Sidangnya dijadikan musala untuk kaum Muslimin. Suara azan
diperdengarkan di dalamnya, dan salat pun dilaksanakan.
Setiap hari Jumat orang berkumpul di tempat ini dan Sa'd
yang bertindak sebagai khatib dan imam.
Sementara itu Yazdigird sudah pula tiba di Hulwan, dengan
perasaan sedih, terkulai dalam keadaan kalah. Jantungnya
terasa remuk dirundung kesedihan, hatinya terasa pecah
terbawa rasa putus asa. Teringat ia akan keagungan Persia,
kemegahannya yang menjulang begitu tinggi. Bertambah sedih
hati mengenangnya. Terbayang di depan matanya sosok Rustum
dan segala yang disebutnya dulu tentang ramalan-ramalan
nujum. Di mana sejarah silam itu sekarang, tatkala nenek
moyangnya bergerak dari Iran ke Irak, lalu menyusur
sepanjang pantai Tigris, dan ketika mereka berada di
Cteciphon (Mada'in) yang berhadapan dengan Seleusia
(Saluqiah),5 dan ketika Cteciphon diperluas dan
kota-kota sekitarnya digabungkan ke dalamnya, lalu kota ini
dan Seleusia disatukan, yaitu Mada'in, kemudian Seleusia
diberi nama Bahrasir supaya masa jayanya dulu dilupakan
orang! Kalau ada kota Yunani bertahan dengan kebebasannya
sendiri, maka itulah Sparta.
Tetapi mana sekarang sejarah masa kisra-kisra nenek
moyangnya dari dinasti Sasani yang dulu telah menaklukkan
dunia itu? Dari masa kakeknya Ardasyir, yang telah membangun
Istana Kisra dan Ruang Sidangnya yang paling megah dan
mewah?! Sekarang dia menjadi seorang raja yang sudah tidak
lagi berkuasa, terusir dari ibu kota kerajaannya, lalu lari
seperti pengecut. Tabahkah dia menghadapi kekalahan itu,
menghadapi bencana yang menimpanya? Adakah nasib masih akan
mendukung pasukan Muslimin untuk terus mengejarnya sampai
sejauh mana pun? Darah mudanya yang dulu mendidih dan
keteguhan hatinya yang terus memberikan harapan, masih
adakah harapan itu baginya, ataukah kekalahannya sudah
membuat keteguhan hatinya mencair dan darah mudanya sudah
tidak lagi mendidih, sehingga segala cita-cita dan
harapannya hilang terbawa angin?
Tatkala pertama kali tinggal di Hulwan tak ada yang
dipikirkan oleh anak muda yang sudah kalah itu. Ia sudah
menawarkan perdamaian kepada pasukan Muslimin atas dasar
Sungai Tigris sebagai pembatas antara dia dengan mereka. Ya,
sesudah mereka membebaskan Mada'in, cukupkah dengan itu dan
hanya sampai di situ? Kalau mereka lakukan ini berarti
mereka ikut mewujudkan cita-citanya, dan hari depan cukup
untuk menjamin kekuasaannya. Tetapi mereka pihak yang
menang, dan pihak yang menang tak mengenal gencatan senjata.
Angkatan bersenjatanya yang dulu banyak berlimpah, sudah
beterbangan kian ke mari mencari selamat. Serahkanlah semua
itu kepada masa yang akan datang! Dan hari esok bagi yang
mengawasinya itu dekat!
Apa yang akan terjadi besok? Itulah yang akan kita
bicarakan dalam bab berikut ini.
Catatan Kaki:
- Sebutan nama ini sering membingungkan. Dalam bahasa
Arab, Babil dapat disalin dengan Babilon atau Babilonia.
Dalam Da'iratul Ma'arif al-lslamiyah bahwa "orang Arab
menyebut nama Babil untuk nama kota dan negeri." Sedang
Encyclopaedia Britannica menyebutnya "salah satu kota
kuno yang terkenal, terletak di tepi anak Sungai Furat
utara kota modern Hirah di Irak selatan," sementara
Babilonia nama dua kerajaan di Mesopotamia (Irak
sekarang), yang secara kasar disamakan dengan dataran
terbuka terletak di antara Irak dengan teluk Persia,
sedang Asiria di bagian utara sekitar Mosul sekarang.
Nama-nama ini diambil dari nama ibu kota masing-masing,
Babilon dan Asiria (Asyur). Jadi Babilonia rnerupakan
gabungan dua kerajaan. Pada waktu Amr bin As memasuki
Mesir terdapat juga benteng dengan nama ini. Lihat
catatan bawah h. 507. Dalam terjemahan ini dipakai nama
Babilon mengingat yang dimaksud kota di dekat Hirah.
Pnj.
- Burs (Borsippa atau Birs Nimrud) adalah sebuah
belukar di dekat Babilon. Sebagian sejarawan menamakannya
Bi'ir Namrud. Bersumber dari Ahmad bin Hammad al-Kufi.
Balazuri mengatakan: "Belukar Burs terletak di depan
bangunan tinggi Namrud di Babilon. Di belukar itu ada
sebuah jurang curam, konon itu sebuah sumur. Batu merah
bangunan itu digali dari tanahnya. Dikatakan juga mata
air sumur itu terletak di tempat tersebut."
- Pesawat pelempar batu. Mungkin sama dengan ballista
yang biasa digunakan dalam peperangan zaman dahulu.
Pnj.
- Makara, memalingkan dari kebenaran
, dan jika
dihubungkan kepada lindakan Allah subhanahu wa ta'ala.
maksudnya menimpakan keburukan kepada hamba-Nya dari
jalan yang tidak disadarinya; dalam hal ini hukuman
kepadanya ditangguhkan, tidak disegerakan, dan
dimungkinkan ia memperoleh segala tujuan duniawi dan ia
akan hanyut di dalamnya..." Mu'jam Alfaz
al-Qur'anil-Karim. Pnj.
- Saluqiah atau Seleusia (Seleucia, Seleukeia). nama
beberapa kota yang dibangun menurut nama pendirinya,
Seleucus I Nicator (berkuasa 312-280 P.M.), yang juga
pendiri dinasti Seleusia, berada di bawah pengaruh
kebudayaan Helenisme di Mesopotamia (Irak). Dalam
terjemahan ini ejaan nama-nama seperti itu tidak banyak
diubah. Pnj.
|