Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

9. Pembebasan Madain (3/3)

Besarnya rampasan perang di Mada'in

Alangkah agung dan mulianya kemenangan itu! Inilah kota Kisra. dan inilah pula Ruang Sidang Istananya. Mereka yang datang adalah orang-orang Semenanjung Arab yang tandus dan gersang, mereka berjalan penuh kagum di sela-sela taman-taman Istana, di antara taman bunga yang merekah dan pohon-pohon yang tinggi-tinggi, berbagai macam buah-buahan — kurma dan anggur. Belum pernah mata mereka melihat yang semacam ini. Dari kebun-kebun itu mereka berpindah ke serambi, yang membuat mereka bertambah kagum melihat isi di dalamnya — ukiran-ukiran yang begitu indah dan cermat di luar yang dapat mereka lukiskan. Perabot-perabot rumah, yang di Damsyik pun tak ada yang dapat dibandingkan. Pelbagai permadani dari sutera Persia dianyam dengan emas dan perak, dan segala kemewahan dan kenikmatan hidup terkumpul semua dalam Ruang Sidang Istana itu — karya-karya seni yang begitu indah dari segenap penjuru di Timur. Gerangan apa ini!! Dapatkah semua itu dibalas dengan rasa syukur kepada Allah? Tetapi bagi Sa'd dan sahabat-sahabat tak dapat berbuat lain daripada rasa syukur itu kepada Allah yang telah memberikan kemenangan kepada mereka. Dengan demikian Sa'd mengadakan salat syukur kepada Allah, salat kemenangan, delapan rakaat dengan satu kali salam. Setelah itu ia memerintahkan anak buahnya agar membawa keluarga pasukan Muslimin dari Hirah dan kota-kota serta desa-desa lain di Irak ke Mada'in.

Sa'd tinggal di Istana Kisra itu, dan Ruang Sidang Istana dijadikannya musala. Patung-patung yang ada di dalamnya dibiarkannya tidak terusik di tempatnya. Buat apa pula diusik yang hanya merupakan hiasan yang memperindah Istana dan tempat-tempat lain di dalam serarribi, kendati Ruang Sidang Istana itu diutamakan lebih indah dan lebih cemerlang. Dinding Istana dihiasi dengan ukiran-ukiran dari dasar di bawah sampai ke kolong-kolong kubah. Dinding yang tampak dari luar putih metah dibiarkan polos.

Dalam lemari-lemari Kisra itu Sa'd bin Abi Waqqas menemukan penuh dengan harta, pakaian yang mahal-mahal, bermacam-macam alat rumah tangga dan bejana, barang-barang lain yang nilainya tak mungkin dapat dilukiskan dengan kata-kata dan angka. Dalam pada itu Sa'd sudah mengirim pasukannya untuk mengejar Yazdigird dan mereka yang lari bersamanya ke Hulwan. Mereka berhasil menyusul dan membawa kembali sebagian mereka berikut barang-barang bawaannya, yang ternyata nilainya melebihi harta yang ada di dalam Istana. Dan di dalam gedung-gedung sekitar Istana di Mada'in itu pasukan Muslimin juga menemukan barang-barang berharga dengan nilai yang dapat membingungkan daya khayal mereka, dan segalanya menunjukkan kemewahan penghuninya, dan yang hanya dikenal oleh Persia.

Kita sekarang juga merasa kagum mengenai nilai barang-barang rampasan perang itu, baik nilai ataupun jumlahnya. Tidak heran jika para panglima yang melihat dengan mata kepala sendiri barang-barang rampasan perang itu begitu terperangah dan kagum melebihi kita, dan kalangan sejarawan Arab menyebut rampasan perang itu dengan terinci sekali yang dapat membenarkan kekaguman kita dan para panglima itu.

Disebutkan pula bahwa di tempat-tempat penyimpanan Kisra itu Sa'd menemukan tiga triliun dinar, dan barang-barang berharga di Istana yang sudah tak terhitung nilainya. Dan mereka yang berangkat mengejar Kisra membawa kembali sebuah mahkota bertatahkan mutu manikam, mutiara dan permata, dan pakaian dari sutera bersulam emas dan bertatahkan permata. Yang bukan sutera, yang juga bersulam, di samping mutiara Kisra, adalah pedang dan baju besinya yang juga dihiasi permata. Ketika Qa'qa' bin Amr mengejar seorang Persia dan berhasil membunuhnya, ia menemukan dari orang itu dua kopor besar berisi beberapa pedang, baju-baju besi milik Kisra, Heraklius, raja Turki dan raja-raja lain yang pernah diperangi dan memerangi Persia. Sesudah itu datang pula Ismah bin Khalid ad-Dibbi membawa dua buah keranjang, salah satunya berisi kuda dari emas dengan pelana dari perak, mulut dan lehernya dihiasi batu yakut dan zamrud yang ditatah dengan perak, begitu juga kekangnya, dan penunggang kuda terbuat dari perak bermahkotakan permata. Dalam keranjang yang sebuah lagi berisi unta terbuat dari perak dengan kain wol penutup punggung dan perut dari emas berikut tali kendalinya yang juga dari emas. Semua itu ditatah dengan batu yakut dengan patung seorang laki-laki di atasnya terbuat dari emas bermahkotakan permata. Di gedung-gedung besar di Mada'in pasukan Muslimin menemukan juga keranjang-keranjang yang disegel dengan timah, yang dikira berisi makanan, tetapi ternyata adalah bejana-bejana dari emas dan perak yang seragam. Di tempat-tempat itu juga mereka menemukan tidak sedikit kapur barus, yang karena banyaknya mereka mengiranya garam. Setelah dibuat adonan baru diketahui karena rasanya yang pahit.

Adakah semua harta karun itu menggoda orang-orang Arab itu, lalu ada yang tergoda dari mereka ingin mengambilnya barang sedikit untuk dirinya dan bukan dikembalikan kepada kolektor yang sudah ditunjuk oleh Sa'd untuk kemudian dibagikan? Tidak! Bahkan masing-masing yang memperoleh barang rampasan itu menyerahkannya kepada kolektor itu sampai nanti Sa'd sendiri memberikan pendapatnya.

Sesudah itu Qa'qa' bin Amr yang datang membawa pedang-pedang Kisra dan raja-raja yang lain dan menyerahkannya kepada Sa'd, oleh Sa'd ia disuruh memilih. Ia memilih pedang Heraklius, yang lain ditinggalkan. Ketika ada laki-laki datang kepada kolektor itu membawa sebuah botol yang sangat berharga, kolektor itu dan beberapa orang yang berada di tempat itu menanyakan: Dari semua yang ada pada kita, kita tidak melihat yang semacam ini atau yang mirip dengan ini. Mereka menanyakan lagi laki-laki itu: Adakah yang sudah Anda ambil? Tidak, katanya. Kalau tidak karena Allah, tidak akan saya serahkan ini kepada kalian. Mereka menanyakan lagi tentang siapa dia? "Tidak akan saya beritahukan kepada kalian, agar kalian tidak memuji saya, tetapi yang saya puji hanya Allah dan saya sudah akan senang dengan karunia-Nya." Tetapi Sa'd segera tahu siapa orang itu dan yang semacamnya. Kemudian ia berkata: Angkatan bersenjata itu sangat berpegang teguh pada amanat. Kalau tidak karena veteran Badr sudah berlalu, tentu saya katakan bahwa pada mereka itulah ciri-ciri khas veteran Badr. Jabir bin Abdullah berkata: "Demi Allah, Yang tiada tuhan selain Dia, saya tidak melihat siapa pun dari penduduk Kadisiah yang menghendaki dunia bersama akhirat. Kita pernah menyangsikan tiga orang, Tulaihah, Amr bin Ma'di Karib dan Qais bin Maksyuh padahal kita tidak melihat orang yang begitu jujur dan zuhud seperti mereka. Kesaksian Jabir atas ketiga orang itu punya alasan sendiri. Mereka dulu memimpin kaum murtad yang ditumpas oleh Abu Bakr dan yang memerangi Abu Bakr karena rakusnya pada dunia dan kekuasaan. Sekarang mereka menjadi Muslim yang baik dan berada di garis depan dalam berjuang di jalan Allah, menjauhi dunia dan mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan segala amal kebaikan dan matimatian mempertaruhkan diri dalam perang.

Sa'd membagi hasil rampasan perang

Sa'd memisahkan seperlima rampasan perang itu untuk dikirim ke Medinah, dan yang diutamakan sekali apa yang menjadi kesenangan Muslimin di sana. Ia bermaksud mengirim permadani beledru milik Kisra seperlima, tetapi dilihatnya pembagiannya tidak akan seimbang. Maka, katanya kepada sahabat-sahabatnya: Adakah kalian puas dengan empat perlimanya, dan kita mengirimkannya kepada Umar supaya dapat diatur sesuai dengan yang dikehendakinya? Kita berpendapat di tempat kita ini tidak akan terbagi, karena hanya sedikit, tetapi bagi pihak Medinah akan sangat berarti. Permadani ini enam puluh hasta dalam segi empat, yang disediakan bagi para kisra jika datang musim dingin yang keras dan tidak ada tumbuhan yang harum tumbuh. Permadani ini berlukiskan jalan-jalan kerajaan, dihamparkan di atas tanah yang keemasan, disela-sela air sungai yang mengalir bertatahkan mutiara, bagian bawahnya seperti tanah yang ditanami tanam-tanaman musim semi dengan batang dari emas, daun dari sutera dan buahnya dari permata. Setelah pendapat Sa'd mereka setujui permadani bersama seperlima (rampasan perang) dikirim ke Medinah.

Sa'd membagikan rampasan perang itu kepada anggota-anggota pasukannya, dan sudah selesai untuk 60.000 orang dari pasukan berkuda, setiap orang mendapat dua belas ribu. Untuk penduduk negeri diberi sesuai dengan perjuangan mereka. Sa'd juga mengatur pembagian rumah-rumah kepada anggota-anggota pasukannya. Yang berkeluarga banyak ditempatkan di gedung-gedung dan mereka tinggal di sana sampai tiba saatnya, ada di antara mereka yang harus meninggalkan tempat tersebut sesudah gerakan pembebasan itu makin meluas sampai ke desa-desa di Persia. Kita bebas membayangkan sendiri betapa gembiranya para prajurit itu dengan rampasan perang tersebut, serta semangat mereka menghadapi pembebasan baru dengan rampasan perangnya yang baru pula.

Umar, Sa'd dan Yazdigird

Basyir bin al-Khasasiah berangkat ke Medinah membawa seperlima rampasan perang itu, dan diserahkannya ke tangan Amirulmukminin. Umar sudah lebih dulu mendapat berita tentang pembebasan Mada'in, karena Sa'd memang sudah mengirim laporan kepadanya tentang apa yang dikerjakannya sehingga seolah Umar sendiri hadir. Sungguhpun begitu ia terkejut sekali melihat begitu banyak rampasan perang itu dan nilainya serta usaha pasukan Muslimin memperolehnya secara utuh. Ia menoleh kepada orang-orang di sekitarnya sambil berkata: "Mereka orang-orang yang dapat dipercaya yang telah melaksanakan semua ini!" Ali bin Abi Talib menjawab: "Anda hidup sangat sederhana dengan menahan diri dari segala yang Anda rasa tidak baik, sehingga rakyat Anda juga begitu. Kalau saja Anda mau menyenangkan diri tentu mereka juga akan demikian." Umar memperhatikan segala pakaian Kisra, beberapa pedang dan baju besinya. Lalu dipakaikannya pada sebatang kayu dan diletakkannya di depannya supaya dilihat oleh orang banyak betapa mengagumkan perhiasan itu. Dikatakan konon ia memanggil Suraqah bin Ju'syum, orang yang paling besar badannya dan paling gemuk. Ia mengenakan baju Kisra itu kepadanya berikut celana, jubah, pedang, sabuk, gelang, mahkota dan kasutnya. Disuruhnya ia mundar mandir di depannya. Kemudian katanya: "Bah, bah. Arab pedalaman dari Banu Mujlij memakai jubah Kisra berikut celana, pedang, mahkota dan kasutnya!! Hai Suraqah, sekiranya suatu hari barang-barang Kisra dan keluarga Kisra ini menjadi milik Anda tentu merupakan suatu kehormatan bagi Anda dan masyarakat Anda!…" Dikatakan begitu karena Kisra mempunyai beberapa macam pakaian, pada setiap acara dengan pakaian tersendiri.

Setelah Umar mendatangkan orang yang paling besar tubuhnya di Medinah, setiap macam pakaian demi pakaian itu dipakaikan kepadanya. Ia melihat orang-orang menyaksikan semua pakaian itu sebagai peristiwa keajaiban dunia yang luar biasa. Sesudah selesai orang badui tersebut mengenakan pakaian itu semua, Umar menengadah ke atas seraya berkata: "Allahumma ya Allah, Engkau telah menghindarkan semua ini dari Rasul-Mu dan Nabi-Mu, padahal dia lebih Kaucintai daripada aku, lebih Kaumuliakan daripadaku, juga Engkau telah menghindarkannya dari Abu Bakr, yang lebih Kaucintai daripadaku, lebih Kaumuliakan daripadaku. Maka jika semua ini akan Kauberikan kepadaku, aku berlindung kepada-Mu ya Allah, juga jangan sampai Kauberikan kepadaku untuk memuliakan aku!"

Itulah salah satu ciri khas Umar yang kelak akan dikenang orang dan pengaruhnya yang sangat jelas terhadap umat pun akan dikenang. Ia sudah merasakan kemewahan ini akan menimbulkan daya tarik dalam hati orang dan akan dijadikan pola hidup untuk dicontoh, dan dengan segala daya upaya orang akan membayar berapa pun harganya demi tujuan itu. Akibatnya, orang akan menjauhkan diri dari segala arti kemanusiaan yang lebih terhormat, yang akan mengantarkan hati dan pikiran kita ke puncak tertinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang dengan karunia-Nya pula kita akan melihat wajah Kebenaran. Karena ciri khas Umar itu, karena kekhawatirannya bahwa Allah memberikan harta kekayaan Kisra kepadanya itu untuk mengujinya,4 ia menangis sehingga orang-orang merasa iba hati melihatnya. Kemudian sambil menunjuk kepada harta itu ia berkata kepada Abdur-Rahman bin Auf: "Saya meminta Anda dengan sungguh-sungguh, hendaklah sebelum sore ini sudah Anda jualkan harta ini kemudian bagi-bagikan!" Selanjutnya Umar membagi-bagikan yang seperlima itu kepada orang banyak sesuai dengan kadar mereka dan memberikan tambahan kepada mereka yang hadir dan yang tidak hadir dari keluarga orang-orang yang sudah berjuang. Melihat permadani yang tak dapat dibagi ia berkata kepada mereka yang ada di sekitarnya: "Bagaimana pendapat kalian mengenai permadani ini." Mereka berkata: "Semua pasukan sudah memberikan itu untuk Anda, dan pendapat kami mengenai ini kami menyerahkan kepada Anda. Ada lagi yang berkata: Itu hanya untuk Amirulmukminin sendiri. Tetapi Umar tak mau memilikinya atau memberikan pendapat. Saat itulah Ali bin Abi Talib berkata: "Allah tidak akan menjadikan ilmu yang ada pada Anda untuk membuat Anda bodoh, dan keyakinan Anda menjadi keraguan. Anda tak mempunyai apa-apa di dunia ini selain yang sudah diberikan kepada Anda, maka itu pun sudah berlalu, atau yang Anda pakai, itu pun sudah usang, atau yang Anda makan, dan itu juga sudah habis. Kalau ini Anda simpan sekarang Anda tidak akan menghilangkan hak orang yang tidak punya." Umar berkata: "Anda memang bersungguh-sungguh menasihati saya." Kemudian permadani itu dipotongnya dan dibagikan kepada khalayak. Ali juga mendapat sepotong tetapi bukan dari yang terbaik. Sungguhpun begitu sudah pula dijualnya dengan, harga dua puluh ribu.

Sementara Umar membagi-bagikan rampasan perang kepada penduduk Medinah, orang melihat apa yang sudah mereka terima itu suatu karunia dari Allah yang belum pernah mereka rasakan. Dalam pada itu Sa'd bin Abi Waqqas pun sudah merasa tenteram di Mada'in. Ia tinggal di Istana itu dan Ruang Sidangnya dijadikan musala untuk kaum Muslimin. Suara azan diperdengarkan di dalamnya, dan salat pun dilaksanakan. Setiap hari Jumat orang berkumpul di tempat ini dan Sa'd yang bertindak sebagai khatib dan imam.

Sementara itu Yazdigird sudah pula tiba di Hulwan, dengan perasaan sedih, terkulai dalam keadaan kalah. Jantungnya terasa remuk dirundung kesedihan, hatinya terasa pecah terbawa rasa putus asa. Teringat ia akan keagungan Persia, kemegahannya yang menjulang begitu tinggi. Bertambah sedih hati mengenangnya. Terbayang di depan matanya sosok Rustum dan segala yang disebutnya dulu tentang ramalan-ramalan nujum. Di mana sejarah silam itu sekarang, tatkala nenek moyangnya bergerak dari Iran ke Irak, lalu menyusur sepanjang pantai Tigris, dan ketika mereka berada di Cteciphon (Mada'in) yang berhadapan dengan Seleusia (Saluqiah),5 dan ketika Cteciphon diperluas dan kota-kota sekitarnya digabungkan ke dalamnya, lalu kota ini dan Seleusia disatukan, yaitu Mada'in, kemudian Seleusia diberi nama Bahrasir supaya masa jayanya dulu dilupakan orang! Kalau ada kota Yunani bertahan dengan kebebasannya sendiri, maka itulah Sparta.

Tetapi mana sekarang sejarah masa kisra-kisra nenek moyangnya dari dinasti Sasani yang dulu telah menaklukkan dunia itu? Dari masa kakeknya Ardasyir, yang telah membangun Istana Kisra dan Ruang Sidangnya yang paling megah dan mewah?! Sekarang dia menjadi seorang raja yang sudah tidak lagi berkuasa, terusir dari ibu kota kerajaannya, lalu lari seperti pengecut. Tabahkah dia menghadapi kekalahan itu, menghadapi bencana yang menimpanya? Adakah nasib masih akan mendukung pasukan Muslimin untuk terus mengejarnya sampai sejauh mana pun? Darah mudanya yang dulu mendidih dan keteguhan hatinya yang terus memberikan harapan, masih adakah harapan itu baginya, ataukah kekalahannya sudah membuat keteguhan hatinya mencair dan darah mudanya sudah tidak lagi mendidih, sehingga segala cita-cita dan harapannya hilang terbawa angin?

Tatkala pertama kali tinggal di Hulwan tak ada yang dipikirkan oleh anak muda yang sudah kalah itu. Ia sudah menawarkan perdamaian kepada pasukan Muslimin atas dasar Sungai Tigris sebagai pembatas antara dia dengan mereka. Ya, sesudah mereka membebaskan Mada'in, cukupkah dengan itu dan hanya sampai di situ? Kalau mereka lakukan ini berarti mereka ikut mewujudkan cita-citanya, dan hari depan cukup untuk menjamin kekuasaannya. Tetapi mereka pihak yang menang, dan pihak yang menang tak mengenal gencatan senjata. Angkatan bersenjatanya yang dulu banyak berlimpah, sudah beterbangan kian ke mari mencari selamat. Serahkanlah semua itu kepada masa yang akan datang! Dan hari esok bagi yang mengawasinya itu dekat!

Apa yang akan terjadi besok? Itulah yang akan kita bicarakan dalam bab berikut ini.

Catatan Kaki:

  1. Sebutan nama ini sering membingungkan. Dalam bahasa Arab, Babil dapat disalin dengan Babilon atau Babilonia. Dalam Da'iratul Ma'arif al-lslamiyah bahwa "orang Arab menyebut nama Babil untuk nama kota dan negeri." Sedang Encyclopaedia Britannica menyebutnya "salah satu kota kuno yang terkenal, terletak di tepi anak Sungai Furat utara kota modern Hirah di Irak selatan," sementara Babilonia nama dua kerajaan di Mesopotamia (Irak sekarang), yang secara kasar disamakan dengan dataran terbuka terletak di antara Irak dengan teluk Persia, sedang Asiria di bagian utara sekitar Mosul sekarang. Nama-nama ini diambil dari nama ibu kota masing-masing, Babilon dan Asiria (Asyur). Jadi Babilonia rnerupakan gabungan dua kerajaan. Pada waktu Amr bin As memasuki Mesir terdapat juga benteng dengan nama ini. Lihat catatan bawah h. 507. Dalam terjemahan ini dipakai nama Babilon mengingat yang dimaksud kota di dekat Hirah. — Pnj.
  2. Burs (Borsippa atau Birs Nimrud) adalah sebuah belukar di dekat Babilon. Sebagian sejarawan menamakannya Bi'ir Namrud. Bersumber dari Ahmad bin Hammad al-Kufi. Balazuri mengatakan: "Belukar Burs terletak di depan bangunan tinggi Namrud di Babilon. Di belukar itu ada sebuah jurang curam, konon itu sebuah sumur. Batu merah bangunan itu digali dari tanahnya. Dikatakan juga mata air sumur itu terletak di tempat tersebut."
  3. Pesawat pelempar batu. Mungkin sama dengan ballista yang biasa digunakan dalam peperangan zaman dahulu. — Pnj.
  4. Makara, memalingkan dari kebenaran…, dan jika dihubungkan kepada lindakan Allah subhanahu wa ta'ala. maksudnya menimpakan keburukan kepada hamba-Nya dari jalan yang tidak disadarinya; dalam hal ini hukuman kepadanya ditangguhkan, tidak disegerakan, dan dimungkinkan ia memperoleh segala tujuan duniawi dan ia akan hanyut di dalamnya..." Mu'jam Alfaz al-Qur'anil-Karim. —Pnj.
  5. Saluqiah atau Seleusia (Seleucia, Seleukeia). nama beberapa kota yang dibangun menurut nama pendirinya, Seleucus I Nicator (berkuasa 312-280 P.M.), yang juga pendiri dinasti Seleusia, berada di bawah pengaruh kebudayaan Helenisme di Mesopotamia (Irak). Dalam terjemahan ini ejaan nama-nama seperti itu tidak banyak diubah. — Pnj.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team