|
11. Heraklius Keluar dari Suria
(3/3)
Kebijakan Medinah dan pengaruhnya:
Cerita-cerita Jabalah
Jabalah bin Aiham sudah melihat nasib yang menimpa
Heraklius, dan dilihatnya juga kabilah-kabilah Arab di
sekitar Syam banyak yang cepat-cepat menyambut Islam.
Sekarang ia berpikir bahwa kerajaan dan kejayaannya tidak
akan dapat bertahan jika ia dan masyarakatnya tidak menerima
Islam. Ia menulis surat kepada Abu Ubaidah menyatakan
dirinya dan masyarakatnya Banu Gassan masuk Islam. Berita
itu sangat menyenangkan hati orang kepercayaan
Umat.12 Diteruskannya berita itu kepada
Amirulmukminin, yang juga menerimanya dengan perasaan
sukacita. Kemudian Jabalah sendiri menulis kepada Umar
meminta izin akan datang menjumpainya. Setelah Umar
mengizinkan ia pun berangkat ke Medinah bersama 500 orang
anggota keluarganya. Dengan perintah Umar supaya orang
menyambut kedatangannya, maka perempuan-perempuan tua dan
muda dengan berdandan ramai-ramai keluar ingin melihat
Jabalah dan pakaiannya. Dalam pada itu Jabalah sudah
memerintahkan dua ratus orang dari sahabatnya menyandang
senjata dan memakai kain sutera. Mereka mengendarai kuda
yang ekornya sudah disimpul, dan dipakaikan kalung-kalung
emas dan perak. Jabalah sendiri mengenakan mahkotanya yang
berhiaskan anting-anting Mariah neneknya. Penduduk Medinah
merasa keheranan menyaksikan semua itu. Sesampainya di
tempat Umar, Umar menyambutnya ramah sekali dan
didudukkannya ia ke dekatnya.
Jabalah tinggal di Medinah selama beberapa waktu,
kemudian ia pergi bersama Umar. Sementara sedang bertawaf di
Kabah, bagian bawah pakaiannya terinjak oleh laki-laki
dari Banu Fazarah sehingga ia terhela. Jabalah mengayunkan
tangannya dan hidung orang itu dihantamnya. Orang tersebut
mengadu kepada Umar. Umar memanggil Jabalah dan peristiwa
itu ditanyakannya. Jabalah mengakui segala yang terjadi itu.
Kata Umar: Anda sudah mengaku, maka Anda harus meminta
kerelaan orang itu atau saya akan menghukum Anda. Apa
yang didengarnya itu oleh Jabalah dirasa aneh:
Bagaimana mungkin, dia rakyat jelata sedang saya raja
katanya. Tetapi Umar menimpali Islam sudah menyatukan Anda
dengan dia. Tak ada kelebihan anda atas orang itu selain
takwa dan kebersihan hati. Amirulmukminin,
kata Jabalah lagi. Saya kira dengan masuk Islam saya
akan lebih mulia daripada waktu jahiliah. Ketika itu
Umar berkata: Tinggalkanlah pikiran semacam itu. Kalau
Anda tidak meminta kerelaan orang itu hukuman harus saya
laksanakan. Jabalah menjawab: Kalau begitu saya
akan masuk agama Nasrani. Oleh Umar dijawab lagi:
Kalau Anda masuk Nasrani saya penggal leher Anda,
sebab Anda sudah masuk Islam; maka jika Anda murtad
hukumannya adalah hukum mati. Melihat Umar
bersungguh-sungguh, Jabalah berkata: Akan saya
pertimbangkan selama malam ini.
Di depan pintu Umar sudah banyak berkumpul dari beberapa
daerah, ada yang kagum atas ketegasan Umar, ada pula yang
beranggapan Umar terlalu keras yang tidak seharusnya
demikian. Perbedaan pendapat itu demikian rupa sehingga
nyaris menimbulkan fitnah. Sorenya mereka pergi, dan Jabalah
juga oleh Umar diizinkan pergi. Sesudah Jabalah berbisik
kepada rombongannya, malam-malam mereka semua pergi ke Syam
dan tak ada lagi dari mereka yang masih tinggal di Mekah.
Jabalah rneneruskan perjalanannya ke Konstantinopel. Ia
menghadap Heraklius sebagai orang Nasrani, dia dan anak
buahnya. Heraklius gernbira sekali rnenyarnbut mereka dan
menganggapnya ini suatu kemenangan besar. Kepadanya ia
memberikan sebidang tanah mana saja dikehendakinya dan untuk
dipergunakan apa saja.13
Sekarang ia hidup senang dan serba mewah di samping
Heraklius, menyerupai kehidupannya ketika masih dalam
kerajaannya dulu di Syam atau bahkan melebihinya. Tetapi ia
selalu merindukan hidup di kampung halamannya sendiri dalam
lingkungan kota Damsyik. Dalam al-Agani Abul-Faraj
(al-Asfahani) menceritakan bahwa Umar mengutus orang kepada
Heraklius dengan sepucuk surat. Sesudah orang itu memutuskan
akan berangkat pulang, ia pergi dulu kepada Jabalah dan
dilihatnya kemewahan orang itu yang sekarang melebihi
kemewahan Heraklius. Dayang-dayang mnengelilinginya sambil
menyanyi-nyanyi membawakan syair Hassan bin Sabit. Jabalah
menanyakan utusan itu tentang Hassa, yang dijawab dengan
mengatakan: Dia sekarang sudah tidak dapat melihat dan sudah
lanjut usia. Ia memerintahkan kepada seorang pembantu
perempuan memberinya uang lima ratus dinar dan lima
perangkat pakaian sutera yang diserahkan kepada utusan itu
untuk diberikan kepada Hassan. Kemudian utusan itu
menginginkan yang serupa untuk dirinya tetapi ditolak.
Jabalah menangis, lalu katanya kepada dayang-dayangnya
Menangislah untukku, Mereka mengambil alat-alat musik dan
mulai menyanyi membawa kata-kata Jabalah:
Kau ningrat menjadi Nasrani yang malu karena tamparan
Apa salahnya bila bersabar menghadapi gangguan
Aku di sana dikelilingi orang-orang dalam kebesaranku
Aku telah menjual mata yang benar dengan yang rusak
Ah, sekiranya ibuku tidak melahirkan daku
Dan kembali pada kata-kata yang diucapkan Umar.
Wahai, sekiranya aku mengembala anak unta di tempat
kotoran binatang
Dan aku menjadi tawanan kabilah Rabiah atau
Mudar
Ya, sekiranya aku di Syam kendati dalam kehidupan lebih
rendah
Bergaul dengan bangsaku, sudah tuli dan buta.
Utusan itu kernbali ke Medinah dan menceritakan kepada
Umar tentang Jabalah serta hubungannya dengan Hassan.
Sesudah penyair Rasulullah menerima uang dinar dan pakaian
itu ia pergi dari Amirulmukminin seraya berkata:
Ibn Jafnah dari sisa Masyar
Moyangnya tak pernah menyalahkannya
Ia tak melupakan aku di Syam ketika ia menguasainya
Tidak, ia tidak menjadi Nasrani di Rumawi
Pemberian melimpah dan tak ada taranya
Hanya sepcrti pemberian biasa yang tak berarti.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Jabalah makin
merindukan kampung halamannya dalam lingkungan kota Damsyik.
Ingin sekali ia sekiranya dapat kembali kepada Islam dan
kembali ke Damsyik dan Umar sudi mengawinkan salah seorang
putrinya kepadanya. Tetapi dia meninggal sebelum jawaban
Umar sampai kepadanya mengenai keinginannya itu. Sumber ini
tidak autentik, sebab Jabalah hidup pada zaman Muawiah
bin Abi Sufyan. Disebutkan bahwa Jabalah menawar kepada
Muawiah akan kembali kepada Islam asal perkampungannya
diberikan kepadanya dan dua puluh perkampungan lagi di
daerah subur kota Damsyik.14 Dalam jawabannya
Muawiah mengatakan permintaannya itu akan dipenuhinya.
Tetapi ternyata ia sudah meninggal. Dapat saja kedua sumber
terakhir itu dipadukan , bahwa Jabalah menolak tawaran
Muawiah, kemudian ia menyesal atas penolakan itu lalu
kembali meminta apa yang sudah ditolak dan dia meninggal
sebelum mendapat jawaban.
Ketika itu yang tinggal bersama Jabalah di Konstantinopel
sekelompok imigran terdiri dari keluarga dan
kerabat-kerabatnya yang memilih tempat itu daripada kampung
halaman dan keluarganya di Syam. Raja-raja Rumawi mengajak
mereka dan mereka diberi tempat. Ketika itu mereka tinggal
di istana raja-raja sampai kerajaan mereka berakhir . Hal
ini memperkuat pendapat bahwa banyak orang dalam Istana
Heraklius dan pengganti-penggantinya itu yang memakai nama
Jabalah, dan ini nama Arab, baik oleh Yunani atau oleh
Rumawi tidak dikenal sebelum Jabalah bin Aiham tinggal di
ibu kota mereka.
Jabalah yang tinggal di samping Heraklius hatinya selalu
merindukan kampung halaman. Heraklius sendiri tinggal di ibu
kota kerajaannya itu dengan hati patah, remuk dirundung
kesedihan. Angan-angannya sekiranya ia dapat kembali ke
Syam, berjalan-jalan di sekitar taman-taman yang harum
semerbak, gunung-gunung bermahkotakan salju serta
lembah-lembah yang subur, hingga mencapai makam Nabi Isa di
Baitulmukadas. Masih jugakah ia berusaha hendak hendak
kembali, padahal ia sudah mengucapkan selamat tinggal yang
terakhir kepada Suria? Ataukah sudah patah semangatnya,
tenaganya sudah tak berdaya lagi? Itulah yang akan kita
lihat nanti. Kita biarkan dia sekarang dirundung perasaannya
dalam istananya. Kita kembali dulu ke Palestina mengikuti
pasukan Muslimin di daerah itu sampai memasuki kota
Masjidilaksa.
Catatan Kaki:
- Aelia, kota al-Quds, al-Quds asy-Syarif, yakni
Baitulmukadas sekarang. Yerusalem (dalam bahasa lbrani),
kota lama di Palestina. Dalam tahun 135 M. oleh Kaisar
Rumawi Hadrian dihapus dan dibangun kembali dengan nama
Aelia atau Aelia Capitolina, yang diarabkan menjadi
lliya atau Ailiya. - Pnj.
- Kemudian dikenal dengan nama Masjid Umar. - Pnj.
- Hims atau Homs (Emesa), sebuah kota lama di Suria
Tengah. Sekarang menjadi salah satu distrik pusat
perdagangan. - Pnj.
- Nama komandan ini dalam ejaan bahasa Arab ditulis
syns, dapat dibaca Syanas ar-Rum, atau Channes dsb.
Karena ejaan yang tepat tidak saya ketahui, yang
nampaknya bukan tokoh yang begitu penting, dalam
terjemahan ini cukup saya sebut Komandan
saja. - Pnj.
- Antakiah atau Antioch terletak di tenggara Turki
berbatasan dengan Suria - diambil dari nama Antiochus,
ayahanda Raja Seleucus dari dinasti Seleucia di Macedonia
yang menaklukkan kota ini dalam abad ke-4 P.M. Silih
berganti jatuh ke tangan Yunani, lalu Persia dan Rumawi.
Menjadi pusat sekte-sekte Kristen Ortodoks: Yunani.
Rumawi dan Suria. - Pnj.
- Sungai Orantes sepanjang kota-kota Hims, Hamat dan
Antakiah, kemudian bermuara di pantai Antakiah.
- Al-Laziqiah, Latakia, diambil dari nama Laodicea.
ibunda Seleucus. Sekarang kota pelabuhan penting di Suria
sebelah barat. - Pnj.
- Kinnasrin, sebuah distrik di Damsyik. - Pnj.
- Kemudian bernama Maarrat an-Numan, nama
yang dihubungkan kepada an-Numan bin Basyir
al-Ansari (seorang Ansar sahabat Nabi, pernah menjadi
gubernur Kufah dan Hims).
- Kita memang tidak menemukan uraian terinci mengenai
peristiwa Kinnasrin ini seperti yang diuraikan oleh
Waqidi dalam Futuh asy-Syam. Kita melihat bahwa sumbernya
itu tidak mempunyai sandaran seperti sudah kita sebutkan
dalam teks. Kejadian-kejadian yang dikemukakannya lebih
mendekati cerita khayal. Dia menyebutkan misalnya bahwa
dalam pasukan Khalid tidak lebih dari sepuluh orang
pahlawan ketika Jabalah dan angkatan bersenjata Rumawi
bergerak ke Kinnasrin, dan bahwa kesepuluh orang itu
dapat menyusup dan berbaur dengan pasukan musuh tanpa
seorang pun ada yang tahu. Setelah kota itu membukakan
pintu untuk Jabalah dan pasukannya, Khalid segera
menyergap penguasa kota itu dan dijadikannya tawanan
perang. Kemudian ia memperlihatkan dan anak buahnya masuk
Islam. Jabalah dan panglima Rumawi itu khawatir akan
membunuh penguasa kota - yang masih kerabat Heraklius -
maka terjadilah pembicaraan panjang antara Jabalah dengan
Khalid, yang berakhir bahwa pahlawan-pahlawan Rumawi dan
pahlawan-pahlawan Muslimin harus mengadakan duel satu
lawan satu. Dalam duel ini pahlawan-pahlawan Muslimin
berhasil menewaskan sejumlah besar orang-orang Rumawi
tanpa seorang pun dari pihak Muslimin yang cedera. Merasa
kesal dengan kejadian itu maka Jabalah dan panglima
Rumawi bersama pasukan mereka menyerang kesepuluh anggota
pasukan Muslimin itu, tetapi Khalid dan
sahabat-sahabatnya berhasil menewaskan sejumlah besar
mereka. Namun akhirnya merekn berjuang mati-matian dan
hampir saja kemenangan berada di pihak mereka kalau tidak
kemudian terdengar suara takbir pasukan Muslimin. Mereka
yakin ini berarti datangnya bala bantuan, tetapi mereka
terus bertahan. Ternyata Abu Ubaidah dan pasukannya
datang menyerang pihak Jabalah dan Rumawi dan menolong
Khalid dan sahabat-sahabatnya. Kinnasrin kemudian
ditaklukkan. Inilah ikhtisar uraian Waqidi. yang jelas
mencampuradukkannya dengan cerita-cerita dongeng, dan
rasanya tak perlu kita sebutkan lagi.
- Al-Maqrizi, dikutip dari Fathul Arab li Misr
(The Arab Conquest of Egypt) oleh A.J. Butler, terjemahan
Farid Abu Hadid, h. 119.
- Aminul Ummah, orang yang menjadi kepercayaan
umat gelar yang diberikan Nabi kepada Abu Ubaidah.
- Pnj.
- Al-Agani jilid 14 h. 4 cctakan de Sacy. Banyak
sejarawan tidak mencatat cerita Jabalah ini. Mereka
berpendapat sumbernya lebih menyerupai karya sastra.
- Lihat catatan bawah Bab 7. - Pnj.
|