Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

11. Heraklius Keluar dari Suria (3/3)

Kebijakan Medinah dan pengaruhnya: Cerita-cerita Jabalah

Jabalah bin Aiham sudah melihat nasib yang menimpa Heraklius, dan dilihatnya juga kabilah-kabilah Arab di sekitar Syam banyak yang cepat-cepat menyambut Islam. Sekarang ia berpikir bahwa kerajaan dan kejayaannya tidak akan dapat bertahan jika ia dan masyarakatnya tidak menerima Islam. Ia menulis surat kepada Abu Ubaidah menyatakan dirinya dan masyarakatnya Banu Gassan masuk Islam. Berita itu sangat menyenangkan hati orang kepercayaan Umat.12 Diteruskannya berita itu kepada Amirulmukminin, yang juga menerimanya dengan perasaan sukacita. Kemudian Jabalah sendiri menulis kepada Umar meminta izin akan datang menjumpainya. Setelah Umar mengizinkan ia pun berangkat ke Medinah bersama 500 orang anggota keluarganya. Dengan perintah Umar supaya orang menyambut kedatangannya, maka perempuan-perempuan tua dan muda dengan berdandan ramai-ramai keluar ingin melihat Jabalah dan pakaiannya. Dalam pada itu Jabalah sudah memerintahkan dua ratus orang dari sahabatnya menyandang senjata dan memakai kain sutera. Mereka mengendarai kuda yang ekornya sudah disimpul, dan dipakaikan kalung-kalung emas dan perak. Jabalah sendiri mengenakan mahkotanya yang berhiaskan anting-anting Mariah neneknya. Penduduk Medinah merasa keheranan menyaksikan semua itu. Sesampainya di tempat Umar, Umar menyambutnya ramah sekali dan didudukkannya ia ke dekatnya.

Jabalah tinggal di Medinah selama beberapa waktu, kemudian ia pergi bersama Umar. Sementara sedang bertawaf di Ka’bah, bagian bawah pakaiannya terinjak oleh laki-laki dari Banu Fazarah sehingga ia terhela. Jabalah mengayunkan tangannya dan hidung orang itu dihantamnya. Orang tersebut mengadu kepada Umar. Umar memanggil Jabalah dan peristiwa itu ditanyakannya. Jabalah mengakui segala yang terjadi itu. Kata Umar: “Anda sudah mengaku, maka Anda harus meminta kerelaan orang itu atau saya akan menghukum Anda.” Apa yang didengarnya itu oleh Jabalah dirasa aneh: “Bagaimana mungkin, dia rakyat jelata sedang saya raja katanya. Tetapi Umar menimpali Islam sudah menyatukan Anda dengan dia. Tak ada kelebihan anda atas orang itu selain takwa dan kebersihan hati.” “Amirulmukminin,” kata Jabalah lagi. “Saya kira dengan masuk Islam saya akan lebih mulia daripada waktu jahiliah.” Ketika itu Umar berkata: “Tinggalkanlah pikiran semacam itu. Kalau Anda tidak meminta kerelaan orang itu hukuman harus saya laksanakan.” Jabalah menjawab: “Kalau begitu saya akan masuk agama Nasrani. Oleh Umar dijawab lagi: “Kalau Anda masuk Nasrani saya penggal leher Anda, sebab Anda sudah masuk Islam; maka jika Anda murtad hukumannya adalah hukum mati.” Melihat Umar bersungguh-sungguh, Jabalah berkata: “Akan saya pertimbangkan selama malam ini.”

Di depan pintu Umar sudah banyak berkumpul dari beberapa daerah, ada yang kagum atas ketegasan Umar, ada pula yang beranggapan Umar terlalu keras yang tidak seharusnya demikian. Perbedaan pendapat itu demikian rupa sehingga nyaris menimbulkan fitnah. Sorenya mereka pergi, dan Jabalah juga oleh Umar diizinkan pergi. Sesudah Jabalah berbisik kepada rombongannya, malam-malam mereka semua pergi ke Syam dan tak ada lagi dari mereka yang masih tinggal di Mekah. Jabalah rneneruskan perjalanannya ke Konstantinopel. Ia menghadap Heraklius sebagai orang Nasrani, dia dan anak buahnya. Heraklius gernbira sekali rnenyarnbut mereka dan menganggapnya ini suatu kemenangan besar. Kepadanya ia memberikan sebidang tanah mana saja dikehendakinya dan untuk dipergunakan apa saja.13

Sekarang ia hidup senang dan serba mewah di samping Heraklius, menyerupai kehidupannya ketika masih dalam kerajaannya dulu di Syam atau bahkan melebihinya. Tetapi ia selalu merindukan hidup di kampung halamannya sendiri dalam lingkungan kota Damsyik. Dalam al-Agani Abul-Faraj (al-Asfahani) menceritakan bahwa Umar mengutus orang kepada Heraklius dengan sepucuk surat. Sesudah orang itu memutuskan akan berangkat pulang, ia pergi dulu kepada Jabalah dan dilihatnya kemewahan orang itu yang sekarang melebihi kemewahan Heraklius. Dayang-dayang mnengelilinginya sambil menyanyi-nyanyi membawakan syair Hassan bin Sabit. Jabalah menanyakan utusan itu tentang Hassa, yang dijawab dengan mengatakan: Dia sekarang sudah tidak dapat melihat dan sudah lanjut usia. Ia memerintahkan kepada seorang pembantu perempuan memberinya uang lima ratus dinar dan lima perangkat pakaian sutera yang diserahkan kepada utusan itu untuk diberikan kepada Hassan. Kemudian utusan itu menginginkan yang serupa untuk dirinya tetapi ditolak. Jabalah menangis, lalu katanya kepada dayang-dayangnya Menangislah untukku, Mereka mengambil alat-alat musik dan mulai menyanyi membawa kata-kata Jabalah:

Kau ningrat menjadi Nasrani yang malu karena tamparan

Apa salahnya bila bersabar menghadapi gangguan

Aku di sana dikelilingi orang-orang dalam kebesaranku

Aku telah menjual mata yang benar dengan yang rusak

Ah, sekiranya ibuku tidak melahirkan daku

Dan kembali pada kata-kata yang diucapkan Umar.

Wahai, sekiranya aku mengembala anak unta di tempat kotoran binatang

Dan aku menjadi tawanan kabilah Rabi’ah atau Mudar

Ya, sekiranya aku di Syam kendati dalam kehidupan lebih rendah

Bergaul dengan bangsaku, sudah tuli dan buta.

Utusan itu kernbali ke Medinah dan menceritakan kepada Umar tentang Jabalah serta hubungannya dengan Hassan. Sesudah penyair Rasulullah menerima uang dinar dan pakaian itu ia pergi dari Amirulmukminin seraya berkata:

Ibn Jafnah dari sisa Ma’syar

Moyangnya tak pernah menyalahkannya

Ia tak melupakan aku di Syam ketika ia menguasainya

Tidak, ia tidak menjadi Nasrani di Rumawi

Pemberian melimpah dan tak ada taranya

Hanya sepcrti pemberian biasa yang tak berarti.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Jabalah makin merindukan kampung halamannya dalam lingkungan kota Damsyik. Ingin sekali ia sekiranya dapat kembali kepada Islam dan kembali ke Damsyik dan Umar sudi mengawinkan salah seorang putrinya kepadanya. Tetapi dia meninggal sebelum jawaban Umar sampai kepadanya mengenai keinginannya itu. Sumber ini tidak autentik, sebab Jabalah hidup pada zaman Mu’awiah bin Abi Sufyan. Disebutkan bahwa Jabalah menawar kepada Mu’awiah akan kembali kepada Islam asal perkampungannya diberikan kepadanya dan dua puluh perkampungan lagi di daerah subur kota Damsyik.14 Dalam jawabannya Mu’awiah mengatakan permintaannya itu akan dipenuhinya. Tetapi ternyata ia sudah meninggal. Dapat saja kedua sumber terakhir itu dipadukan , bahwa Jabalah menolak tawaran Mu’awiah, kemudian ia menyesal atas penolakan itu lalu kembali meminta apa yang sudah ditolak dan dia meninggal sebelum mendapat jawaban.

Ketika itu yang tinggal bersama Jabalah di Konstantinopel sekelompok imigran terdiri dari keluarga dan kerabat-kerabatnya yang memilih tempat itu daripada kampung halaman dan keluarganya di Syam. Raja-raja Rumawi mengajak mereka dan mereka diberi tempat. Ketika itu mereka tinggal di istana raja-raja sampai kerajaan mereka berakhir . Hal ini memperkuat pendapat bahwa banyak orang dalam Istana Heraklius dan pengganti-penggantinya itu yang memakai nama Jabalah, dan ini nama Arab, baik oleh Yunani atau oleh Rumawi tidak dikenal sebelum Jabalah bin Aiham tinggal di ibu kota mereka.

Jabalah yang tinggal di samping Heraklius hatinya selalu merindukan kampung halaman. Heraklius sendiri tinggal di ibu kota kerajaannya itu dengan hati patah, remuk dirundung kesedihan. Angan-angannya sekiranya ia dapat kembali ke Syam, berjalan-jalan di sekitar taman-taman yang harum semerbak, gunung-gunung bermahkotakan salju serta lembah-lembah yang subur, hingga mencapai makam Nabi Isa di Baitulmukadas. Masih jugakah ia berusaha hendak hendak kembali, padahal ia sudah mengucapkan selamat tinggal yang terakhir kepada Suria? Ataukah sudah patah semangatnya, tenaganya sudah tak berdaya lagi? Itulah yang akan kita lihat nanti. Kita biarkan dia sekarang dirundung perasaannya dalam istananya. Kita kembali dulu ke Palestina mengikuti pasukan Muslimin di daerah itu sampai memasuki kota Masjidilaksa.

Catatan Kaki:

  1. Aelia, kota al-Quds, al-Quds asy-Syarif, yakni Baitulmukadas sekarang. Yerusalem (dalam bahasa lbrani), kota lama di Palestina. Dalam tahun 135 M. oleh Kaisar Rumawi Hadrian dihapus dan dibangun kembali dengan nama Aelia atau Aelia Capitolina, yang diarabkan menjadi lliya’ atau Ailiya. - Pnj.
  2. Kemudian dikenal dengan nama Masjid Umar. - Pnj.
  3. Hims atau Homs (Emesa), sebuah kota lama di Suria Tengah. Sekarang menjadi salah satu distrik pusat perdagangan. - Pnj.
  4. Nama komandan ini dalam ejaan bahasa Arab ditulis syns, dapat dibaca Syanas ar-Rum, atau Channes dsb. Karena ejaan yang tepat tidak saya ketahui, yang nampaknya bukan tokoh yang begitu penting, dalam terjemahan ini cukup saya sebut “Komandan” saja. - Pnj.
  5. Antakiah atau Antioch terletak di tenggara Turki berbatasan dengan Suria - diambil dari nama Antiochus, ayahanda Raja Seleucus dari dinasti Seleucia di Macedonia yang menaklukkan kota ini dalam abad ke-4 P.M. Silih berganti jatuh ke tangan Yunani, lalu Persia dan Rumawi. Menjadi pusat sekte-sekte Kristen Ortodoks: Yunani. Rumawi dan Suria. - Pnj.
  6. Sungai Orantes sepanjang kota-kota Hims, Hamat dan Antakiah, kemudian bermuara di pantai Antakiah.
  7. Al-Laziqiah, Latakia, diambil dari nama Laodicea. ibunda Seleucus. Sekarang kota pelabuhan penting di Suria sebelah barat. - Pnj.
  8. Kinnasrin, sebuah distrik di Damsyik. - Pnj.
  9. Kemudian bernama Ma’arrat an-Nu’man, nama yang dihubungkan kepada an-Nu’man bin Basyir al-Ansari (seorang Ansar sahabat Nabi, pernah menjadi gubernur Kufah dan Hims).
  10. Kita memang tidak menemukan uraian terinci mengenai peristiwa Kinnasrin ini seperti yang diuraikan oleh Waqidi dalam Futuh asy-Syam. Kita melihat bahwa sumbernya itu tidak mempunyai sandaran seperti sudah kita sebutkan dalam teks. Kejadian-kejadian yang dikemukakannya lebih mendekati cerita khayal. Dia menyebutkan misalnya bahwa dalam pasukan Khalid tidak lebih dari sepuluh orang pahlawan ketika Jabalah dan angkatan bersenjata Rumawi bergerak ke Kinnasrin, dan bahwa kesepuluh orang itu dapat menyusup dan berbaur dengan pasukan musuh tanpa seorang pun ada yang tahu. Setelah kota itu membukakan pintu untuk Jabalah dan pasukannya, Khalid segera menyergap penguasa kota itu dan dijadikannya tawanan perang. Kemudian ia memperlihatkan dan anak buahnya masuk Islam. Jabalah dan panglima Rumawi itu khawatir akan membunuh penguasa kota - yang masih kerabat Heraklius - maka terjadilah pembicaraan panjang antara Jabalah dengan Khalid, yang berakhir bahwa pahlawan-pahlawan Rumawi dan pahlawan-pahlawan Muslimin harus mengadakan duel satu lawan satu. Dalam duel ini pahlawan-pahlawan Muslimin berhasil menewaskan sejumlah besar orang-orang Rumawi tanpa seorang pun dari pihak Muslimin yang cedera. Merasa kesal dengan kejadian itu maka Jabalah dan panglima Rumawi bersama pasukan mereka menyerang kesepuluh anggota pasukan Muslimin itu, tetapi Khalid dan sahabat-sahabatnya berhasil menewaskan sejumlah besar mereka. Namun akhirnya merekn berjuang mati-matian dan hampir saja kemenangan berada di pihak mereka kalau tidak kemudian terdengar suara takbir pasukan Muslimin. Mereka yakin ini berarti datangnya bala bantuan, tetapi mereka terus bertahan. Ternyata Abu Ubaidah dan pasukannya datang menyerang pihak Jabalah dan Rumawi dan menolong Khalid dan sahabat-sahabatnya. Kinnasrin kemudian ditaklukkan. Inilah ikhtisar uraian Waqidi. yang jelas mencampuradukkannya dengan cerita-cerita dongeng, dan rasanya tak perlu kita sebutkan lagi.
  11. Al-Maqrizi, dikutip dari Fathul ‘Arab li Misr (The Arab Conquest of Egypt) oleh A.J. Butler, terjemahan Farid Abu Hadid, h. 119.
  12. Aminul Ummah, ‘orang yang menjadi kepercayaan umat’ gelar yang diberikan Nabi kepada Abu Ubaidah. - Pnj.
  13. Al-Agani jilid 14 h. 4 cctakan de Sacy. Banyak sejarawan tidak mencatat cerita Jabalah ini. Mereka berpendapat sumbernya lebih menyerupai karya sastra.
  14. Lihat catatan bawah Bab 7. - Pnj.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team