III. MASYARAKAT ARAB KETIKA NABI WAFAT
(3/3)
Seluruh daerah selatan dibakar api
pemberontakan
Pergolakan Yaman ini termasuk gejala pembangkangan yang
paling dahsyat terhadap agama baru di tanah Arab ketika Nabi
wafat. Tetapi Yamamah dan kabilah-kabilah yang ada di
seberang Teluk Persia pada masa itu juga sudah terancam api
pemberontakan. Kaum Muslimin memang harus penuh waspada,
kadang perlu berpura-pura dan kadang harus tegas, untuk
menjaga kekuasaan dan kewibawaan mereka. Yang demikian ini
tidak mengherankan mengingat keadaan mereka yang di kota dan
di pedalaman jauh dari tempat turunnya wahyu di Mekah dan
Medinah. Hubungan mereka dengan Persia disertai hubungan
dagang dan mereka mengakui keunggulan Persia dalam
kebudayaan. Jadi tidak mengherankan jika dalam hal ini
Persia turut melempar batu sembunyi tangan dalam
menggerakkan pemberontakan terhadap agama baru dan penguasa
baru itu.
Musailimah bin Habib di
Yamamah
Tentang Musailimah bin Habib yang mengutus dua orang
membawa surat kepada Muhammad di Medinah, sudah kita
singgung. Isi surat itu: "Dari Musailimah Rasulullah kepada
Muhammad Rasulullah. Salam sejahtera. Kemudian daripada itu,
saya sudah bersekutu dengan kau dalam soal ini. Bumi ini
buat kami separuh dan buat Kuraisy separuh. Tetapi Kuraisy
golongan yang tidak suka berlaku adil."
Nabi bertanya kepada kedua utusan itu setelah
mendengarkan bunyi surat tersebut: "Bagaimana pendapatmu?"
Kedua orang itu berkata: Pendapat kami seperti yang sudah
dikatakannya. Nabi menatap marah kepada kedua orang itu
seraya katanya: Demi Allah, kalau tidak karena utusan itu
tak boleh dibunuh niscaya kupenggal lehermu. Kemudian Nabi
membalas surat Musailimah: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Dari
Muhammad Rasulullah kepada Musailimah pembohong. Kemudian
daripada itu, bahwa bumi ini milik Allah, diwariskan kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya
yang bertakwa."
Siasat Rasulullah menghadapi
pergolakan
Rasulullah dapat menangkap ancaman yang tersembunyi dalam
surat Musailimah itu, maka ia mengutus Nahar ar-Rahhal,
orang yang sudah mendalami ajaran agama untuk mengacaukan
Musailimah dan untuk mengajar kaum Muslimin yang tinggal di
Yamamah memperdalam pengetahuan Islam. Akan kita lihat nanti
bagaimana Nahar menggabungkan diri kepada Musailimah dan
memberikan pengakuannya bahwa orang itu sekutu Muhammad
dalam risalahnya. Oleh karena itu, pengaruh Musailimah akan
makin besar dan ajakannya makin tersebar luas. Di samping
itu, kemenangan Aswad di Yaman gemanya mendapat sambutan di
Yamamah dan sambutan demikian ini memperkuat posisi
Musailimah dan menyudutkan kaum Muslimin. Tetapi politik
Rasulullah tidak ditujukan untuk menumpas pengacauan itu
sebelum tampak serius, dengan keyakinan bahwa Allah akan
memberikan kemenangan dalam melawan Rumawi di utara, dan
kemenangan itu dampaknya akan besar sekali dalam menumpas
bibit-bibit fitnah di seluruh kawasan Arab itu.
Siasat Rasulullah saw. tertuju untuk melindungi semua
perbatasan wilayah Arab di utara dari serbuan Heraklius dan
pasukannya. Heraklius yang telah mengalahkan imperium
Persia, dan yang telah berhasil mengembalikan Salib Besar
(The True Cross) ke Baitulmukadas (Yerusalem), serbuan dan
kebengisannya sangat ditakutkan. Pasukan Muslimin di Mu'tah
sudah pernah bangkit tetapi tidak mampu melawan kekuatan
Rumawi, meskipun tidak sampai kalah. Perang Tabuk memang
berhasil baik, tetapi tidak berarti tanah Arab sudah aman
dari ancaman pasukan Rumawi. Kalau pasukan Muslimin sudah
dapat mengalahkan kekuatan Rumawi dalam pertempuran yang
begitu sengit dan kuat itu, soalnya karena keteguhan
kabilah-kabilah Arab yang tersebar di berbagai tempat.
Tetapi setelah tugas mereka selesai mau tak mau pimpinan
dikembalikan. Hal demikian terjadi karena kaum Muslimin
sudah merasuk ke segenap penjuru Semenanjung itu dari utara
sampai ke selatan, dan mereka menjadi suatu kekuatan yang
harus diperhitungkan. Baik Musailimah di Yamamah, Laqit di
Oman ataupun Tulaihah di kalangan Banu Asad tidak berani
terang-terangan melancarkan permusuhan.
Menunggu kesempatan
Tetapi Laqit dan Tulaihah, seperti juga Musailimah,
sedang menunggu kesempatan dalam menyatakan pembangkangannya
untuk menghantam Muslimin. Mereka bertiga - di tempat mereka
masing-masing - menyebarkan propaganda tanpa ramai-ramai dan
tanpa menyerang Nabi yang dari Kuraisy itu dan tanpa pula
merendahkan kenabiannya. Tetapi propaganda mereka mengatakan
bahwa Muhammad itu seorang nabi yang diutus untuk
golongannya dan mereka pun juga nabi seperti dia dan diutus
untuk golongan mereka pula masing-masing. Mereka
menginginkan agar golongan mereka itu mendapat bimbingan
(hidayah), seperti dia juga yang menginginkan golongannya
mendapat petunjuk. Dengan cara-cara yang tidak seberani
Aswad al-Ansi tapi tidak pula kurang cerdiknya, mereka telah
menyiapkan udara panas dan suasana yang menggelisahkan di
sekitar kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka,
dengan mengobarkan api fitnah dalam sekam.
Begitu berita kematian Nabi tersiar di negeri-negeri
Arab, bibit fitnah itu sudah mulai merebak ke segenap
penjuru. Fitnah itu bergerak dalam bermacam-macam bentuk dan
gayanya sesuai dengan faktor-faktor yang menggerakkannya.
Hal ini nanti akan kita jelaskan lebih lanjut. Tetapi
sekarang kita ingin melihat orang-orang yang mengaku-ngaku
nabi itu dalam hal-hal yang erat sekali hubungannya dengan
rencana hendak menghancurkan Islam ketika Nabi wafat.
Yang pertama dalam hal ini, ketika Rasulullah wafat,
bibit fitnah itu segera menyebar ke segenap Semenanjung,
bahkan hampir sebagian besarnya akan ikut bergolak. Kita
sudah melihat bagaimana kekuasaan Aswad yang makin kuat dan
menyebar dari ujung paling selatan di Hadramaut sampai ke
daerah Mekah dan Ta'if. Kemudian kita lihat juga bagaimana
Musailimah dan Tulaihah mengincar kehancuran kaum Muslimin.
Daerah-daerah yang kini mengadakan perlawanan terhadap agama
yang dibawa Muhammad dan kekuasaannya itu ialah
negeri-negeri di kawasan Semenanjung itu, yang kebudayaannya
paling tinggi dan terkaya, dan yang paling banyak
berhubungan dengan Persia.
Tidak heran bila pembangkangan serupa itu meminta
perhatian Khalifah pertama itu, dan akan memikirkannya
matang-matang dalam mengatur siasat untuk mengembalikannya
ke dalam pangkuan Islam serta untuk memulihkan keamanan dan
keselamatan umum.
Membangkitkan semangat atas nama
agama
Yang kedua yang dapat dijadikan indikasi ialah hasutan
Aswad dan rencana Musailimah dan Tulaihah, bahwa kegelisahan
agama pada waktu itu akan memudahkan mereka membangkitkan
semangat kegolongan atas nama agama. Hal itu bukan
disebabkan oleh fanatisma orang terhadap salah satu agama,
tetapi kebalikannya, disebabkan oleh tak adanya kestabilan
keyakinan agama yang dapat memuaskan jiwa mereka dan membuat
mereka hidup tenteram. Agama-agama Nasrani, Yahudi, Majusi
dan paganisma, semua berdekatan dengan mereka. Masing-masing
juga punya pembela-pembela, terang-terangan atau sembunyi.
Tetapi semua itu masih merupakan bahan perdebatan: mana yang
benar, mana yang lebih mendekati kenyataan membawa kebaikan
dan kebahagiaan kepada manusia.
Inilah yang telah melapangkan jalan bagi mereka yang
mendakwakan diri nabi itu untuk diperlihatkan kepada orang
serta menipu mereka dengan berbagai cara untuk memperkuat
kenabiannya. Dengan cara itu nabi palsu itu berhasil
mengumpulkan orang banyak untuk dijadikan peng ikutnya dan
untuk menjaga keberhasilan mereka yang pertama.
Faktor regional salah satu
penyebabnya
Mendakwakan diri sebagai nabi dan kepercayaan orang akan
hal itu bukan unsur yang pokok yang menyebabkan para nabi
palsu itu berhasil.
Kita sudah melihat bahwa Aswad menggunakan faktor lain
untuk itu, dan yang terutama ialah kebencian orang-orang
Yaman kepada Persia dan kemudian kepada Hijaz. Kita akan
melihat bahwa sepak terjang Musailimah dan Tulaihah itu
memperkuat apa yang sudah kita sebutkan. Andaikata Islam
sudah kuat tertanam dalam hati dan sudah sampai pada akidah
dan keimanan, niscaya mereka tidak akan mendapat dukungan.
Akidah yang sudah berakar kuat dapat menguasai jiwa orang,
yang jarang dapat dibandingkan dengan kekuatan apa pun.
Tetapi yang jelas, penduduk kawasan itu belum lagi beriman,
meskipun sudah masuk Islam. Setelah mereka mendapat jalan
untuk meninggalkan Islam atas nama golongan atau nama apa
saja tanpa ada kebenaran yang dapat melindungi keimanan
mereka, cepat-cepat mereka mengikuti Aswad atau siapa saja
yang mendakwakan diri nabi. Yang lebih memperkuat pendapat
kita ini ialah bahwa Mekah dan Ta'if tetap dalam Islam.
Memang benar bahwa penduduk Yaman sudah mulai menerima Islam
dan merasa senang dengan penguasanya sejak Bazan menganut
Islam, dan hal itu sebelum Islam merasuk benar ke dalam hati
penguasa di Mekah dan di Ta'if. Tetapi selama Rasulullah
dalam dakwahnya yang mula-mula tinggal di Mekah selama lebih
dari sepuluh tahun itu, dan sementara itu hubungannya dengan
Ta'if, pengaruh agama telah masuk juga ke dalam hati
penduduk Mekah dan Ta'if. Tidak demikian halnya dengan Bazan
dan orang-orang Persia di sekitarnya yang ada di Yaman.
Ajaran-ajaran Rasulullah lebih kuat berbekas di Mekah dan di
Ta'if - meskipun keduanya pernah memberontak - daripada
ajaran-ajaran Mu'az bin Jabal di Yaman, walaupun berada
sepenuhnya dalam perlindungan Bazan.
Pengaruh pergolakan Aswad di
negeri-negeri sekitar Yaman
Yang ketiga, yang akan kita ringkaskan saja, ialah bahwa
pergolakan di Yaman itu telah memberi semangat kepada
Yamamah dan kepada Banu Asad untuk juga bergolak setelah
Nabi wafat. Sebenarnya Tulaihah dan Musailimah takut
menghadapi kekuatan kaum Muslimin, dan menurut pendapat
mereka tidak mungkin dapat melawannya. Oleh karena itu
mereka tidak rnernberontak. Tetapi setelah Aswad berani
mengangkat senjata dan berhasil sehingga menimbulkan
ketakutan di kalangan kaum Muslimin, keberanian demikian itu
menular kepada Tulaihah dan Musailimah, dan lebih berani
lagi mereka setelah Rasulullah berpulang ke rahmatullah.
Sekiranya Aswad tidak bertingkah dan membuat kekacauan, yang
lain tentu masih akan malu-malu untuk memulai, dan tak
seorang pun akan berani melawan kaum Muslimin.
Dengan kematian Aswad itu pergolakan tidak dengan
sendirinya berhenti, yang apinya sudah dicetuskan di segenap
Sernenanjung Arab. Malah api itu masih tetap menyala, dan
makin membara setelah Rasulullah wafat.
Pendapat kalangan Orientalis dan
sebabnya
Gejala demikian itulah pada waktu itu di negeri-negeri
Arab yang memperkuat argumen sebagian Orientalis, dengan
perbedaan tingkat kehidupan yang jarang terdapat
persamaannya dengan negeri-negeri lain, dengan segala
akibatnya yang telah menimbulkan pelbagai permusuhan yang
tak pernah pula reda sepanjang sejarah. Kehidupan kota dan
kehidupan pedalaman di kawasan ini berdampingan demikian
rupa secara mencolok sekali. Adanya perbedaan kota-pedalaman
di daerah-daerah semacam itulah yang menyebabkan persatuan
golongan tidak mudah dicapai. Di samping itu, kehidupan
pedalaman yang mau tunduk kepada seorang penguasa seperti di
kota, merupakan hal yang mustahil atau hampir mustahil.
Kebebasan pribadi seorang badui di pedalaman tak dapat
ditukar dengan apa pun, demikian juga kabilah di pedalaman
menganggap kebebasannya adalah kehidupannya. Setiap unsur
yang akan mengurangi kebebasan itu dipandang sebagai suatu
permusuhan yang harus dicegah.
Inilah dan segala yang berhubungan dengan inilah penyebab
yang telah menimbulkan permusuhan bebuyutan sepanjang
sejarah - antara Yaman dengan penduduk daerah utara.
Kalangan Orientalis dengan pendapatnya itu mengatakan,
bahwa perbedaan watak penduduk pedalaman dengan orang kota
serta permusuhan yang timbul antara utara dengan selatan,
besar sekali pengaruhnya terhadap pergolakan orang-orang
Arab pinggiran, tak lama sebelum Nabi wafat dan pada tahun
pertama kepemimpinan Abu Bakr. Islam adalah agama tauhid
dalam arti akidah. Oleh karena itu ia membasmi segala macam
penyembahan berhala. Keimanan kepada Allah Yang Mahatunggal
dan Esa tersebar ke segenap penjuru negeri Arab. Tidakkah
mereka merasa khawatir kesatuan iman kepada Allah itu kelak
akan menjalar menjadi kesatuan politik yang berarti akan
merugikan kebebasan warga Arab pedalaman dan akibatnya
membangkitkan permusuhan lama? Itulah yang berkecamuk dalam
pikiran mereka menurut pendapat para Orientalis itu, dan itu
pula yang membawa Yaman dan yang lain waktu itu
bergolak.
Pengaruh unsur asing dalam
menyulut pergolakan
Lepas dari benar tidaknya argumen itu, kita tak dapat
menutup mata dari adanya unsur asing yang juga ikut
menggerakkan hingga terjadi pergolakan dan pemurtadan
orang-orang Arab itu. Raja Persia dan Kaisar Rumawi sudah
melihat surat Muhammad kepada mereka dan kepada raja-raja
dan penguasa-penguasa lain untuk menganut Islam. Hal ini
mendorong mereka untuk sekuat tenaga berusaha menyebarkan
api fitnah di negeri-negeri yang tak akan ada unsur apa pun
yang akan dapat menyatukan dan memperkuat mereka selain
agama baru ini. Satu-satunya cara untuk melemahkan mereka
dan membuat mereka porak-poranda ialah dengan jalan
menghasut.
Apa pun motif yang mendorong Aswad mengadakan pengacauan,
kemudian disusul oleh Tulaihah dan Musailimah serta
pemberontakan warga Arab pedalaman terhadap kewibawaan
Muslimin sampai ke dekat kota Medinah, yang jelas ialah
bahwa wafatnya Nabi menjadi sebab timbulnya fitnah itu.
Bagaimana siasat Abu Bakr menghadapi pengacauan dan
kemudian membasminya itu? Bagaimana ia mampu mengalahkan
segala anasir fitnah dan pengacauan itu dan mempersatukan
kembali segenap warga Arab Muslimin? Dan bagaimana ia
merintis kedaulatan Islam agar para khalifahnya dapat tegak
di atas dasar yang kukuh dan kuat?
Inilah yang ingin kita lihat dan kita kaji dalam buku
ini.
Catatan Kaki:
- Riddah, harfiah kembali surut, dalam istilah
kemurtadan, yakni orang Islam yang murtad, terutama yang
enggan menunaikan kewajiban zakat setelah Nabi wafat
(A).
- Mengenai nama ini, Bazan atau Badhan pendapat orang
tidak sama.
- Menurut Lisanul 'Arab kata "rahman" mengandung
beberapa arti, dan nama Allah yang tak dapat disifatkan
pada yang lain, seperti "rahim". Lisanul 'Arab juga
menyebutkan, bahwa kata rahman ini berasal dari kata
bahasa Ibrani dan rahim dari kata bahasa Arab. Beberapa
Orientalis menyebutkan kata bahwa sebelum Islam kata
rahman ini nama dewa di Semenanjung Arab bagian selatan,
dan terdapat dalam naskah-naskah mereka tetapi di Hijaz
sendiri tidak dikenal.
|