Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

III. MASYARAKAT ARAB KETIKA NABI WAFAT (3/3)

Seluruh daerah selatan dibakar api pemberontakan

Pergolakan Yaman ini termasuk gejala pembangkangan yang paling dahsyat terhadap agama baru di tanah Arab ketika Nabi wafat. Tetapi Yamamah dan kabilah-kabilah yang ada di seberang Teluk Persia pada masa itu juga sudah terancam api pemberontakan. Kaum Muslimin memang harus penuh waspada, kadang perlu berpura-pura dan kadang harus tegas, untuk menjaga kekuasaan dan kewibawaan mereka. Yang demikian ini tidak mengherankan mengingat keadaan mereka yang di kota dan di pedalaman jauh dari tempat turunnya wahyu di Mekah dan Medinah. Hubungan mereka dengan Persia disertai hubungan dagang dan mereka mengakui keunggulan Persia dalam kebudayaan. Jadi tidak mengherankan jika dalam hal ini Persia turut melempar batu sembunyi tangan dalam menggerakkan pemberontakan terhadap agama baru dan penguasa baru itu.

Musailimah bin Habib di Yamamah

Tentang Musailimah bin Habib yang mengutus dua orang membawa surat kepada Muhammad di Medinah, sudah kita singgung. Isi surat itu: "Dari Musailimah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah. Salam sejahtera. Kemudian daripada itu, saya sudah bersekutu dengan kau dalam soal ini. Bumi ini buat kami separuh dan buat Kuraisy separuh. Tetapi Kuraisy golongan yang tidak suka berlaku adil."

Nabi bertanya kepada kedua utusan itu setelah mendengarkan bunyi surat tersebut: "Bagaimana pendapatmu?" Kedua orang itu berkata: Pendapat kami seperti yang sudah dikatakannya. Nabi menatap marah kepada kedua orang itu seraya katanya: Demi Allah, kalau tidak karena utusan itu tak boleh dibunuh niscaya kupenggal lehermu. Kemudian Nabi membalas surat Musailimah: "Bismillahir-rahmanir-rahim. Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailimah pembohong. Kemudian daripada itu, bahwa bumi ini milik Allah, diwariskan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya yang bertakwa."

Siasat Rasulullah menghadapi pergolakan

Rasulullah dapat menangkap ancaman yang tersembunyi dalam surat Musailimah itu, maka ia mengutus Nahar ar-Rahhal, orang yang sudah mendalami ajaran agama untuk mengacaukan Musailimah dan untuk mengajar kaum Muslimin yang tinggal di Yamamah memperdalam pengetahuan Islam. Akan kita lihat nanti bagaimana Nahar menggabungkan diri kepada Musailimah dan memberikan pengakuannya bahwa orang itu sekutu Muhammad dalam risalahnya. Oleh karena itu, pengaruh Musailimah akan makin besar dan ajakannya makin tersebar luas. Di samping itu, kemenangan Aswad di Yaman gemanya mendapat sambutan di Yamamah dan sambutan demikian ini memperkuat posisi Musailimah dan menyudutkan kaum Muslimin. Tetapi politik Rasulullah tidak ditujukan untuk menumpas pengacauan itu sebelum tampak serius, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan kemenangan dalam melawan Rumawi di utara, dan kemenangan itu dampaknya akan besar sekali dalam menumpas bibit-bibit fitnah di seluruh kawasan Arab itu.

Siasat Rasulullah saw. tertuju untuk melindungi semua perbatasan wilayah Arab di utara dari serbuan Heraklius dan pasukannya. Heraklius yang telah mengalahkan imperium Persia, dan yang telah berhasil mengembalikan Salib Besar (The True Cross) ke Baitulmukadas (Yerusalem), serbuan dan kebengisannya sangat ditakutkan. Pasukan Muslimin di Mu'tah sudah pernah bangkit tetapi tidak mampu melawan kekuatan Rumawi, meskipun tidak sampai kalah. Perang Tabuk memang berhasil baik, tetapi tidak berarti tanah Arab sudah aman dari ancaman pasukan Rumawi. Kalau pasukan Muslimin sudah dapat mengalahkan kekuatan Rumawi dalam pertempuran yang begitu sengit dan kuat itu, soalnya karena keteguhan kabilah-kabilah Arab yang tersebar di berbagai tempat. Tetapi setelah tugas mereka selesai mau tak mau pimpinan dikembalikan. Hal demikian terjadi karena kaum Muslimin sudah merasuk ke segenap penjuru Semenanjung itu dari utara sampai ke selatan, dan mereka menjadi suatu kekuatan yang harus diperhitungkan. Baik Musailimah di Yamamah, Laqit di Oman ataupun Tulaihah di kalangan Banu Asad tidak berani terang-terangan melancarkan permusuhan.

Menunggu kesempatan

Tetapi Laqit dan Tulaihah, seperti juga Musailimah, sedang menunggu kesempatan dalam menyatakan pembangkangannya untuk menghantam Muslimin. Mereka bertiga - di tempat mereka masing-masing - menyebarkan propaganda tanpa ramai-ramai dan tanpa menyerang Nabi yang dari Kuraisy itu dan tanpa pula merendahkan kenabiannya. Tetapi propaganda mereka mengatakan bahwa Muhammad itu seorang nabi yang diutus untuk golongannya dan mereka pun juga nabi seperti dia dan diutus untuk golongan mereka pula masing-masing. Mereka menginginkan agar golongan mereka itu mendapat bimbingan (hidayah), seperti dia juga yang menginginkan golongannya mendapat petunjuk. Dengan cara-cara yang tidak seberani Aswad al-Ansi tapi tidak pula kurang cerdiknya, mereka telah menyiapkan udara panas dan suasana yang menggelisahkan di sekitar kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka, dengan mengobarkan api fitnah dalam sekam.

Begitu berita kematian Nabi tersiar di negeri-negeri Arab, bibit fitnah itu sudah mulai merebak ke segenap penjuru. Fitnah itu bergerak dalam bermacam-macam bentuk dan gayanya sesuai dengan faktor-faktor yang menggerakkannya. Hal ini nanti akan kita jelaskan lebih lanjut. Tetapi sekarang kita ingin melihat orang-orang yang mengaku-ngaku nabi itu dalam hal-hal yang erat sekali hubungannya dengan rencana hendak menghancurkan Islam ketika Nabi wafat.

Yang pertama dalam hal ini, ketika Rasulullah wafat, bibit fitnah itu segera menyebar ke segenap Semenanjung, bahkan hampir sebagian besarnya akan ikut bergolak. Kita sudah melihat bagaimana kekuasaan Aswad yang makin kuat dan menyebar dari ujung paling selatan di Hadramaut sampai ke daerah Mekah dan Ta'if. Kemudian kita lihat juga bagaimana Musailimah dan Tulaihah mengincar kehancuran kaum Muslimin. Daerah-daerah yang kini mengadakan perlawanan terhadap agama yang dibawa Muhammad dan kekuasaannya itu ialah negeri-negeri di kawasan Semenanjung itu, yang kebudayaannya paling tinggi dan terkaya, dan yang paling banyak berhubungan dengan Persia.

Tidak heran bila pembangkangan serupa itu meminta perhatian Khalifah pertama itu, dan akan memikirkannya matang-matang dalam mengatur siasat untuk mengembalikannya ke dalam pangkuan Islam serta untuk memulihkan keamanan dan keselamatan umum.

Membangkitkan semangat atas nama agama

Yang kedua yang dapat dijadikan indikasi ialah hasutan Aswad dan rencana Musailimah dan Tulaihah, bahwa kegelisahan agama pada waktu itu akan memudahkan mereka membangkitkan semangat kegolongan atas nama agama. Hal itu bukan disebabkan oleh fanatisma orang terhadap salah satu agama, tetapi kebalikannya, disebabkan oleh tak adanya kestabilan keyakinan agama yang dapat memuaskan jiwa mereka dan membuat mereka hidup tenteram. Agama-agama Nasrani, Yahudi, Majusi dan paganisma, semua berdekatan dengan mereka. Masing-masing juga punya pembela-pembela, terang-terangan atau sembunyi. Tetapi semua itu masih merupakan bahan perdebatan: mana yang benar, mana yang lebih mendekati kenyataan membawa kebaikan dan kebahagiaan kepada manusia.

Inilah yang telah melapangkan jalan bagi mereka yang mendakwakan diri nabi itu untuk diperlihatkan kepada orang serta menipu mereka dengan berbagai cara untuk memperkuat kenabiannya. Dengan cara itu nabi palsu itu berhasil mengumpulkan orang banyak untuk dijadikan peng ikutnya dan untuk menjaga keberhasilan mereka yang pertama.

Faktor regional salah satu penyebabnya

Mendakwakan diri sebagai nabi dan kepercayaan orang akan hal itu bukan unsur yang pokok yang menyebabkan para nabi palsu itu berhasil.

Kita sudah melihat bahwa Aswad menggunakan faktor lain untuk itu, dan yang terutama ialah kebencian orang-orang Yaman kepada Persia dan kemudian kepada Hijaz. Kita akan melihat bahwa sepak terjang Musailimah dan Tulaihah itu memperkuat apa yang sudah kita sebutkan. Andaikata Islam sudah kuat tertanam dalam hati dan sudah sampai pada akidah dan keimanan, niscaya mereka tidak akan mendapat dukungan. Akidah yang sudah berakar kuat dapat menguasai jiwa orang, yang jarang dapat dibandingkan dengan kekuatan apa pun. Tetapi yang jelas, penduduk kawasan itu belum lagi beriman, meskipun sudah masuk Islam. Setelah mereka mendapat jalan untuk meninggalkan Islam atas nama golongan atau nama apa saja tanpa ada kebenaran yang dapat melindungi keimanan mereka, cepat-cepat mereka mengikuti Aswad atau siapa saja yang mendakwakan diri nabi. Yang lebih memperkuat pendapat kita ini ialah bahwa Mekah dan Ta'if tetap dalam Islam. Memang benar bahwa penduduk Yaman sudah mulai menerima Islam dan merasa senang dengan penguasanya sejak Bazan menganut Islam, dan hal itu sebelum Islam merasuk benar ke dalam hati penguasa di Mekah dan di Ta'if. Tetapi selama Rasulullah dalam dakwahnya yang mula-mula tinggal di Mekah selama lebih dari sepuluh tahun itu, dan sementara itu hubungannya dengan Ta'if, pengaruh agama telah masuk juga ke dalam hati penduduk Mekah dan Ta'if. Tidak demikian halnya dengan Bazan dan orang-orang Persia di sekitarnya yang ada di Yaman. Ajaran-ajaran Rasulullah lebih kuat berbekas di Mekah dan di Ta'if - meskipun keduanya pernah memberontak - daripada ajaran-ajaran Mu'az bin Jabal di Yaman, walaupun berada sepenuhnya dalam perlindungan Bazan.

Pengaruh pergolakan Aswad di negeri-negeri sekitar Yaman

Yang ketiga, yang akan kita ringkaskan saja, ialah bahwa pergolakan di Yaman itu telah memberi semangat kepada Yamamah dan kepada Banu Asad untuk juga bergolak setelah Nabi wafat. Sebenarnya Tulaihah dan Musailimah takut menghadapi kekuatan kaum Muslimin, dan menurut pendapat mereka tidak mungkin dapat melawannya. Oleh karena itu mereka tidak rnernberontak. Tetapi setelah Aswad berani mengangkat senjata dan berhasil sehingga menimbulkan ketakutan di kalangan kaum Muslimin, keberanian demikian itu menular kepada Tulaihah dan Musailimah, dan lebih berani lagi mereka setelah Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Sekiranya Aswad tidak bertingkah dan membuat kekacauan, yang lain tentu masih akan malu-malu untuk memulai, dan tak seorang pun akan berani melawan kaum Muslimin.

Dengan kematian Aswad itu pergolakan tidak dengan sendirinya berhenti, yang apinya sudah dicetuskan di segenap Sernenanjung Arab. Malah api itu masih tetap menyala, dan makin membara setelah Rasulullah wafat.

Pendapat kalangan Orientalis dan sebabnya

Gejala demikian itulah pada waktu itu di negeri-negeri Arab yang memperkuat argumen sebagian Orientalis, dengan perbedaan tingkat kehidupan yang jarang terdapat persamaannya dengan negeri-negeri lain, dengan segala akibatnya yang telah menimbulkan pelbagai permusuhan yang tak pernah pula reda sepanjang sejarah. Kehidupan kota dan kehidupan pedalaman di kawasan ini berdampingan demikian rupa secara mencolok sekali. Adanya perbedaan kota-pedalaman di daerah-daerah semacam itulah yang menyebabkan persatuan golongan tidak mudah dicapai. Di samping itu, kehidupan pedalaman yang mau tunduk kepada seorang penguasa seperti di kota, merupakan hal yang mustahil atau hampir mustahil. Kebebasan pribadi seorang badui di pedalaman tak dapat ditukar dengan apa pun, demikian juga kabilah di pedalaman menganggap kebebasannya adalah kehidupannya. Setiap unsur yang akan mengurangi kebebasan itu dipandang sebagai suatu permusuhan yang harus dicegah.

Inilah dan segala yang berhubungan dengan inilah penyebab yang telah menimbulkan permusuhan bebuyutan sepanjang sejarah - antara Yaman dengan penduduk daerah utara.

Kalangan Orientalis dengan pendapatnya itu mengatakan, bahwa perbedaan watak penduduk pedalaman dengan orang kota serta permusuhan yang timbul antara utara dengan selatan, besar sekali pengaruhnya terhadap pergolakan orang-orang Arab pinggiran, tak lama sebelum Nabi wafat dan pada tahun pertama kepemimpinan Abu Bakr. Islam adalah agama tauhid dalam arti akidah. Oleh karena itu ia membasmi segala macam penyembahan berhala. Keimanan kepada Allah Yang Mahatunggal dan Esa tersebar ke segenap penjuru negeri Arab. Tidakkah mereka merasa khawatir kesatuan iman kepada Allah itu kelak akan menjalar menjadi kesatuan politik yang berarti akan merugikan kebebasan warga Arab pedalaman dan akibatnya membangkitkan permusuhan lama? Itulah yang berkecamuk dalam pikiran mereka menurut pendapat para Orientalis itu, dan itu pula yang membawa Yaman dan yang lain waktu itu bergolak.

Pengaruh unsur asing dalam menyulut pergolakan

Lepas dari benar tidaknya argumen itu, kita tak dapat menutup mata dari adanya unsur asing yang juga ikut menggerakkan hingga terjadi pergolakan dan pemurtadan orang-orang Arab itu. Raja Persia dan Kaisar Rumawi sudah melihat surat Muhammad kepada mereka dan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa lain untuk menganut Islam. Hal ini mendorong mereka untuk sekuat tenaga berusaha menyebarkan api fitnah di negeri-negeri yang tak akan ada unsur apa pun yang akan dapat menyatukan dan memperkuat mereka selain agama baru ini. Satu-satunya cara untuk melemahkan mereka dan membuat mereka porak-poranda ialah dengan jalan menghasut.

Apa pun motif yang mendorong Aswad mengadakan pengacauan, kemudian disusul oleh Tulaihah dan Musailimah serta pemberontakan warga Arab pedalaman terhadap kewibawaan Muslimin sampai ke dekat kota Medinah, yang jelas ialah bahwa wafatnya Nabi menjadi sebab timbulnya fitnah itu.

Bagaimana siasat Abu Bakr menghadapi pengacauan dan kemudian membasminya itu? Bagaimana ia mampu mengalahkan segala anasir fitnah dan pengacauan itu dan mempersatukan kembali segenap warga Arab Muslimin? Dan bagaimana ia merintis kedaulatan Islam agar para khalifahnya dapat tegak di atas dasar yang kukuh dan kuat?

Inilah yang ingin kita lihat dan kita kaji dalam buku ini.

Catatan Kaki:

  1. Riddah, harfiah kembali surut, dalam istilah kemurtadan, yakni orang Islam yang murtad, terutama yang enggan menunaikan kewajiban zakat setelah Nabi wafat (A).
  2. Mengenai nama ini, Bazan atau Badhan pendapat orang tidak sama.
  3. Menurut Lisanul 'Arab kata "rahman" mengandung beberapa arti, dan nama Allah yang tak dapat disifatkan pada yang lain, seperti "rahim". Lisanul 'Arab juga menyebutkan, bahwa kata rahman ini berasal dari kata bahasa Ibrani dan rahim dari kata bahasa Arab. Beberapa Orientalis menyebutkan kata bahwa sebelum Islam kata rahman ini nama dewa di Semenanjung Arab bagian selatan, dan terdapat dalam naskah-naskah mereka tetapi di Hijaz sendiri tidak dikenal.

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team