Abu Bakr As-Siddiq

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

XV. MUSANNA DI IRAK

Surat-menyurat Shahriran dengan Musanna - 293; Istana Persia kembali gelisah - 294; Wasiat Abu Bakr kepada Umar mengenai Irak - 295.

Ketika berangkat dari Irak menuju Syam Khalid bin Walid diantar oleh al-Musanna sampai ke perbatasan pedalaman sahara. Setelah kembali ke Hirah, ia mulai menyusun kekuatan untuk mempertahankan negeri itu yang telah dibebaskan oleh pasukan Muslimin dengan kekuatan yang masih ada setelah yang lain berangkat bersama Khalid. Musanna yakin benar bahwa Persia akan mencari gara-gara lagi bila mereka mengetahui Khalid telah pergi, mereka akan berusaha mengusirnya dari seluruh Irak berikut pasukan Muslimin yang ada di Hirah.

Sebenarnya ia sekarang berada dalam posisi yang sangat genting. Khalid sudah bersikap begitu keras terhadap orang-orang badui yang tinggal di Mesopotamia. Akibatnya mereka semua memusuhi kaum Muslimin. Sekarang mereka tinggal menunggu-nunggu kesempatan hendak membalas dengan jalan membantu musuh-musuh pasukan Muslimin itu. Pihak Persia menyadari bahwa kedaulatannya akan lenyap bila orang-orang Arab yang suka perang itu tetap berkuasa di Irak. Perasaan Khalid bin Walid bahwa keadaan sudah sangat gawat itulah yang membuatnya bertindak untuk memulangkan anak-anak, perempuan dan orang-orang yang lemah ke Medinah, sebelum ia berangkat ke Syam. Wajar sekali bila dalam hal ini Musanna lama sekali berpikir-pikir. Dia yang mendesak Abu Bakr supaya menyerbu Irak dan dia pula yang mendorong Khalid dan semua pasukan Muslimin dalam ekspedisi itu supaya berangkat ke delta Sungai (Furat dan Tigris). Baginya bukan soal yang ringan jika sampai dikalahkan di suatu negeri dalam arti ia berada di garis depan untuk diserang. Yang lebih berat lagi buat dia, kalau dengan kekalahannya itu sampai terusir dari negeri yang sudah dibebaskannya itu.

Keadaan terasa makin genting karena kekacauan yang selama bertahun-tahun melanda istana Persia kini sudah reda. Di Persia sudah tercapai persetujuan untuk menobatkan Shahriran, putra Ardasyir anak Shapur sebagai raja. Sesudah keadaan terasa tenang, rencananya yang pertama akan mengusir pihak Arab dari Irak. Buat apa lagi menunggu sementara Khalid bin Walid sudah pergi bersama separuh pasukannya?!

Sekarang Ormizd Jadhuweh dengan sepuluh ribu prajuritnya sudah dikerahkan untuk memerangi Musanna. Ormizd menempatkan seekor gajah perang di barisan depan, untuk menakut-nakuti pasukan Muslimin dan ini akan membuat mereka kacau balau.

Surat-menyurat Shahriran dengan Musanna

Berita persiapan itu sampai juga kepada Musanna, juga tentang Ormizd dan pasukannya yang sudah mulai bergerak. Akan menunggukah ia sampai mereka datang menginjakkan kaki ke perbatasan yang sudah dibebaskan pasukan Muslimin itu? Tidak! Malah setelah menempatkan kedua saudaranya, Musanna dan Mas'ud masing-masing di sayap kanan dan kirinya ia dengan pasukannya berangkat menuju ke reruntuhan Babel. Sementara ia sedang dalam perjalanan itu tiba-tiba datang surat dari Shahriran yang mengatakan: "Aku telah mengirimkan pasukan dari warga Persia untuk menghadapimu. Mereka hanya peternak-peternak ayam dan babi. Aku akan memerangi kamu hanya dengan mereka."

Setelah membaca surat itu Musanna langsung membalas dan dikirimkan di tangan utusan yang membawa surat itu juga: "Dari Musanna kepada Shahriran. Engkau salah satu dari dua macam manusia ini: manusia kejam, dan ini akan merugikan engkau dan menguntungkan kami; atau pembohong besar. Maka azab yang paling berat dan hina bagi pembohong dalam pandangan Allah dan pandangan manusia ialah para raja. Menurut pengamatan kami kalian hanya terpaksa melakukan itu. Segala puji bagi Allah yang telah membalas tipu muslihat kalian kepada peternak-peternak ayam dan babi itu."

Mengetahui surat Musanna dan perjalanannya, penguasa di Persia itu terkejut sekali. Tak seorang pun dari mereka yang menduga bahwa setelah keberangkatan Khalid pasukan Muslimin masih sekuat itu. Bahkan mereka menyalahkan raja karena diperlakukan demikian rupa oleh seorang komandan pasukan dengan nada bicaranya seperti dalam penutup suratnya itu. Di antara mereka ada yang berkata: "Dengan surat yang ditulis kepada mereka itu, musuh kita telah dibuat begitu berani kepada kita. Jika akan menulis surat kepada seseorang musyawarahkanlah lebih dulu dengan kami."

Musanna dan pasukannya bermarkas di dataran tinggi reruntuhan Babel, lima puluh mil dari Mada'in (Ctesiphon). Di antara anak-anak sungai yang bersambung ke Tigris itu ia memasang sebuah jebakan sambil menunggu kedatangan Ormizd Jadhuweh yang akan menyerangnya. Ormizd dan pasukannya kemudian memang datang didahului gajah, dengan penuh keyakinan akan dapat membuat pasukan Muslimin porak poranda. Gajah yang melangkah gontai dengan belalai yang diayun-ayunkan ke kanan dan ke kiri itu memang membuat pasukan Musanna agak kacau dan merasa gamang juga. Tetapi Musanna yakin bahwa kemenangan akan tercapai bila gajah itu dibantai lebih dulu. Dengan sepasukan anak buahnya ia maju dan menyerangnya sehingga dengan begitu cepat gajah itu tersungkur jatuh ke tanah. Seketika itu juga semangat barisan Muslimin bangkit kembali, dan mereka maju menyerang pasukan Persia itu sehingga akhirnya dapat dihancurkan samasekali. Sebagian anak buah Musanna menguasai benteng-benteng Persia dan yang lain terus mengejar pasukan yang kalah sehingga sampai ke pintu-pintu gerbang Mada'in.

Istana Persia kembali gelisah

Berita kekalahan itu sampai kepada Shahriran seperti halilintar, sehingga membuatnya begitu terpukul dan langsung ia menemui ajalnya. Supaya dapat mengkhususkan diri untuk sekali lagi menyusun kembali pemerintahan mereka, pihak Persia menobatkan putri Kisra (Khosrau). Tetapi sebelum semua itu terlaksana ia sudah diturunkan dan digantikan oleh Shapur anak Shahriran. Shapur menunjuk sebagai perdana menteri Farukhazad dan ia bermaksud mengawinkannya dengan Azarmidakht putri Kisra itu. Tetapi putri marah besar karena yang akan menjadi suaminya bukan dari keluarga kerajaan. Ia berkata kepada Shapur: "Hai sepupuku, Anda ingin mengawinkan aku dengan budakku!" Tetapi Shapur tidak menghiraukan kata-katanya itu dan ia bicara begitu kasar kepadanya. Putri itu meminta bantuan Siyavakhash salah seorang pembunuh asing. Setelah tiba malam pengantin dan Farukhazad memasuki bilik Azarmidakht pembunuh itu bergerak dan langsung membunuhnya dan membunuh orang-orang di sekitarnya. Kemudian putri Kisra itu berikut pembantu-pembantunya pergi ke tempat Shapur. Tempat itu dikepung dan diserbu masuk, kemudian Shapur pun mereka bunuh. Sekarang putri Azarmidakht menduduki takhta menggantikan Shapur.

Semua berita ini sampai kepada Musanna. Sudah tentu ia merasa lebih aman. Apa yang akan ditakutkan dari istana yang kini kembali goncang, penguasanya berkhianat dan saling cekcok! Kalau hari itu ia merasa aman, untuk hari esok ia harus waspada. Ia berangkat dengan pasukannya mengejar pasukan Persia sampai ke pintu-pintu gerbang Mada'in. Ia berambisi ingin mendudukinya. Untuk maksud itu tentu perlu ada bala bantuan guna memperkuat pasukannya itu. Abu Bakr tak akan dapat membantunya sementara pasukan Muslimin berada di Syam semua. Musanna menulis surat kepada Abu Bakr memberitahukan kemenangannya melawan Persia dan meminta izin untuk mendapatkan bantuan dengan bekas kaum murtad yang sudah jelas bertobat. Dia tahu bahwa Abu Bakr tak akan begitu senang dengan sarannya itu sebab kaum Riddah yang sudah bertobat tujuannya hanya ingin memperoleh rampasan perang. Ia tak melihat seorang pun yang benar-benar bersemangat untuk memerangi Persia. Sementara menunggu bala bantuan itu ia sudah mulai pula menyusun rencana dan mengatur strategi yang diperlukan.

Tetapi sesudah begitu lama ia menunggu dan balasan Khalifah belum datang juga, ia menarik pasukannya sampai ke perbatasan terdekat pedalaman sahara Irak. Ia mengangkat Basyir bin Khusasiyah sebagai penggantinya untuk pasukan Muslimin di Irak. Dia sendiri kemudian berangkat ke Medinah untuk memperkuat pendapatnya itu. Ketika tiba, ia menemui Abu Bakr dalam keadaan sakit keras, dalam keadaan sudah mendekati ajal. Sungguhpun begitu ia masih diterima oleh Khalifah dan masih mendengarkan segala laporannya.

Wasiat Abu Bakr kepada Umar mengenai Irak

"Suruh Umar ke mari," katanya setelah ia merasa yakin dengan pendapat Musanna. Ketika itu Umar sudah menjabat sebagai penggantinya.

"Umar," katanya setelah Umar datang, "perhatikan apa yang kukatakan ini dan laksanakan. Kukira aku akan mati hari ini juga. Kalau aku mati, sebelum petang ini mobilisasi harus sudah kaulaksanakan dan berangkatkan bersama Musanna. Jika tertunda sampai malam, begitu tiba waktu pagi mobilisasi harus sudah terlaksana dan berangkatkan bersama Musanna. Perintah agama kita dan wasiat Allah jangan sampai terganggu oleh suatu musibah betapapun beratnya. Engkau sudah melihat apa yang kulakukan ketika Rasulullah saw. wafat. Tak ada musibah yang lebih berat dari itu. Demi Allah, andaikata dengan perintah Allah dan perintah Rasul-Nya itu aku masih berlambat-lambat, niscaya kita akan mengalami kegagalan dan menerima hukuman, maka akan berkobarlah api di kota Medinah ini. Jika Allah memberikan kemenangan dalam menghadapi kekuasaan Syam, kembalikanlah pasukan Khalid itu ke Irak. Mereka warga sana dan hanya mereka yang berhak memerintah. Mereka itu gigih dan berani."

Umar berjanji akan melaksanakan perintah Abu Bakr itu. Ia pernah mengatakan kemudian: "Abu Bakr sudah tahu aku tidak senang menjadi atasan Khalid. Oleh karena itu dia perintahkan aku supaya mengembalikan pasukan Khalid dan membiarkannya bersama mereka."

Musanna kembali ke Irak begitu Umar memangku jabatan sebagai Khalifah. Umar mencabut larangan atas kaum murtad yang sudah kembali kepada Islam untuk ikut memerangi Persia. Mengapa tidak akan dilakukan, bukankah Allah sudah memberikan kemenangan kepada pasukan Muslimin! Di samping itu, mengapa pula mereka tidak bergegas mengejar segala amal kebaikan untuk membersihkan diri dari segala cemar karena kemurtadan mereka itu, dengan perjuangan. Kalau mati, mereka akan mati syahid dan akan masuk surga; kalau masih hidup setelah mendapat kemenangan, mereka akan mendapat harta rampasan perang yang akan merupakan hidup surga bagi mereka.

Umar membuka sejarahnya dengan meneruskan perang melawan Persia. Perjuangan mereka yang sudah kembali ke pangkuan Islam memang luar biasa, yang saya harapkan dapat saya sampaikan beritanya kelak pada masa kekhalifahan Umar.

(sebelum, sesudah)


Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati
Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi
 
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
 
Penerbit P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel./Fax. (0251) 330505, Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-29-8
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. INTERMASA, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team