DOA TUKANG SEPATU
Seorang tukang tambal sepatu datang kepada rabbi Ishak
dari Ger dan bertanya: "Katakan kepadaku, apa yang harus
kulakukan dengan doa pagiku. Pelangganku itu orang-orang
miskin, yang hanya punya sepasang sepatu. Aku menerima
sepatu mereka sudah terlampau petang, dan mengerjakannya
sepanjang malam; waktu fajar pekerjaan masih ada,
kalau-kalau pelanggan mau mendapat kembali sepatunya sebelum
berangkat bekerja. Sekarang pertanyaanku: Bagaimana tentang
doa pagiku?"
"Apa yang kaulakukan sampai sekarang?" tanya rabbi.
"Sesekali aku cepat-cepat menyelesaikan doaku dan lalu
kembali bekerja, tetapi kemudian aku merasa salah. Kali lain
kulewatkan waktu doa. Tetapi aku juga merasa kehilangan
sesuatu, dan kadang-kadang saja, kalau aku mengangkat palu
dari sepatu, aku hampir mendengar hatiku mendesah: 'Orang
celaka aku ini, bahwa aku tidak mampu melakukan doa
pagiku.'"
Kata sang rabbi: "Seandainya aku Tuhan, aku akan
menghargai desahan itu lebih daripada doa."
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|