PETAPA DAN GAJAH
Pada suatu ketika adalah seorang raja di India yang
mempunyai seekor gajah yang mengamuk. Gajah itu berkeliaran
dari desa ke desa sambil menghancurkan segala sesuatu yang
ia jumpai dan tidak seorang pun berani mengganggunya, karena
gajah itu milik raja.
Pada suatu hari seorang yang menyebut diri petapa akan
berangkat dari suatu desa. Orang-orang di desa itu
mencegahnya karena gajah itu tampak di jalan dan menyerang
orang-orang yang lewat.
Orang itu bergembira karena sekarang ia mendapat
kesempatan untuk menunjukkan kebijaksanaannya yang lebih
unggul, karena ia baru saja kembali dari belajar pada
seorang guru yang mengajarnya untuk melihat Rama dalam
segala sesuatu. "Oh, kalian orang bodoh yang malang!"
katanya, "Apakah kalian sama sekali tidak mempunyai
pemahaman mengenai hal-hal rohani? Belum pernahkah kalian
diberitahu bahwa kita harus melihat Rama dalam setiap orang
dan dalam segala sesuatu dan bahwa semua yang berbuat
demikian akan memperoleh perlindungan dari Rama? Biarlah
saya pergi. Saya tidak takut akan gajah."
Orang-orang berpikir bahwa orang ini rohani begitu sama
seperti gajah itu - begitu gila. Mereka tahu, tidak ada
gunanya berbantah dengan seorang suci. Maka ia mereka
biarkan pergi. Ia belum sampai ke jalan ketika gajah itu
lari ke arahnya, mengangkatnya dengan belalainya dan
memukulkannya pada sebatang pohon. Orang itu mulai berteriak
kesakitan. Untunglah pada saat yang genting itu
pengawal-pengawal raja datang, menangkap gajah itu sebelum
ia membunuh petapa yang dipermalukan itu.
Orang itu sembuh sesudah waktu yang lama. Ia mulai
bepergian lagi. Ia langsung menjumpai gurunya dan berkata,
"Pengajaran yang engkau berikan kepadaku keliru. Engkau
menyuruh saya untuk melihat segala sesuatu diresapi oleh
Rama. Persis itulah yang saya lakukan dan engkau lihat apa
yang terjadi?"
Guru itu berkata, "Engkau begitu bodoh! Mengapa engkau
tidak melihat Rama dalam diri orang-orang desa yang
mengingatkanmu akan gajah yang berbahaya itu?"
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|