|
PERINTIS ILMU
Sesudah bertahun-tahun bekerja, seorang perintis ilmu
menemukan seni membuat api. Ia membawa alat-alatnya menuju
ke daerah utara yang penuh salju dan mengajar kepada suku di
sana seni membuat api itu -dan keuntungan-keuntungannya.
Orang menjadi begitu senang akan hal baru ini, hingga mereka
tidak berpikir untuk berterimakasih kepada si penemu, yang
pada suatu hari dengan diam-diam pergi.
Karena ia itu salah satu orang istimewa yang memiliki
kebesaran, maka ia tidak punya keinginan diperingati atau
dihormati. Yang dicari melulu kepuasan karena tahu bahwa ada
orang yang diuntungkan oleh penemuannya.
Suku kedua yang dikunjunginya, sama besar keinginannya
untuk belajar seperti suku yang pertama. Tetapi imam-imam
setempat karena iri hati terhadap orang baru yang menguasai
umat, telah membunuh dia. Untuk menyingkirkan semua dugaan
tentang kejahatan itu, mereka membuat gambar Sang Penemu
Agung, yang di pasang pada altar besar di dalam kuil, dan
ditetapkan suatu upacara, hingga namanya akan dihormati dan
kenangannya tetap hidup. Perhatian besar dicurahkan, agar
tidak satu peraturan upacara pun akan diubah atau
dilewatkan. Alat untuk membuat api disimpan dalam peti dan
dikatakan memberi kesembuhan kepada semua yang menyentuhnya
dengan penuh kepercayaan.
Imam Agung sendiri mengambil tugas untuk menyusun sebuah
buku tentang riwayat Hidup Sang Penemu. Dalam buku suci ini
kelembutannya yang penuh cinta disajikan sebagai teladan
untuk ditiru oleh semua, perbuatan-perbuatan agungnya
dipuji, kodratnya yang melebihi manusia dijadikan syahadat
iman. Para imam menjaga, agar Buku suci diwariskan kepada
generasi mendatang, sedang dengan kuasa ditafsirkan arti
kata-kata dan makna hidup dan perbuatannya yang suci. Dan
tanpa ampun mereka menghukum mati atau mengucilkan orang
yang menyimpang dari ajaran mereka. Terpancang pada
tugas-tugas agama tadi, rakyat pun lupa sama sekali akan
seni membuat api.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|