NONOKO DAN PENCURI
Nonoko adalah seorang Guru Zen tua yang hidup sendiri di
salah satu pondok di kaki sebuah gunung. Pada suatu malam
ketika ia sedang bermeditasi, masuklah seorang asing ke
dalam pondoknya sambil mengacungkan pedang ke arahnya,
meminta uangnya. Nonoko tidak menghentikan meditasinya
sementara ia berkata kepada orang itu: "Semua uang saya ada
di dalam mangkuk pada rak di atas sana. Ambillah semua yang
kauinginkan, tetapi sisakan lima yen untuk saya. Minggu
depan saya harus membayar pajak."
Orang asing itu mengambil semua uang yang ada di dalamnya
dan mengembalikan lagi lima yen ke dalamnya. Ia juga
mengambil jambangan yang sangat berharga yang terletak di
rak.
"Bawalah jambangan itu dengan hati-hati," kata Nonoko.
"Jambangan itu mudah pecah."
Orang asing itu sekali lagi melihat sekeliling ruangan
kecil yang kosong dan akan segera pergi.
"Engkau belum mengucapkan terima kasih," kata Nonoko.
Orang itu mengucapkan terima kasih dan pergi.
Hari berikutnya seluruh desa ribut. Banyak orang
mengatakan bahwa mereka dirampok. Seseorang melihat
jambangan tidak ada lagi pada rak di dalam pondok Nonoko dan
bertanya apakah ia pun menjadi kurban perampokan. "Tidak,"
kata Nonoko. "Saya memberikan jambangan itu kepada seorang
asing, dengan sejumiah uang. Ia mengucapkan terima kasih
kepada saya dan pergi. Ia seorang yang menyenangkan, hanya
sedikit sembrono dengan pedangnya!"
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|