NELAYAN MENJADI ORANG SUCI
Pada suatu malam seorang nelayan menyelinap di kebun
orang kaya dan menebarkan jalanya dalam kolam penuh ikan. Si
pemilik mendengarnya dan menyuruh peronda mengejar dia.
Ketika melihat orang banyak mencari dia ke mana-mana
dengan obor menyala, si nelayan cepat-cepat melumasi
tubuhnya dengan debu dan duduk di bawah pohon, seperti
kebiasaan orang-orang suci di India.
Pemilik dengan para perondanya tidak bisa menemukan
pencuri, meskipun dicari sampai lama. Yang ditemukan hanya
seorang suci, berlumuran debu duduk di bawah pohon tenggelam
dalam renungan.
Hari berikutnya tersiar kabar di mana-mana, bahwa seorang
bijak agung bermaksud tinggal menetap di halaman orang kaya
tadi. Orang berdatangan membawa bunga dan buah-buahan dan
makanan, dan bahkan banyak uang untuk menyampaikan hormat
bakti, karena ada kepercayaan bahwa derma, yang diberikan
kepada orang suci, menurunkan berkat Tuhan kepada
pemberi.
Si nelayan jadi orang bijaksana, heran akan nasibnya yang
baik. "Lebih gampang cari nafkah dari kepercayaan
orang-orang ini daripada bekerja tangan," katanya kepada
dirinya. Maka ia terus merenung-renung dan tidak ingin
kembali bekerja lagi.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|