MEMANDANGI LUBANG
Seorang kikir menyembunyikan emas di bawah pohon dalam
tamannya. Setiap minggu ia menggalinya dan memandanginya
berjam-jam. Pada suatu hari seorang pencuri menggalinya dan
membawanya lari. Ketika si kikir itu datang lagi untuk
memandangi harta kekayaannya, yang ia temukan hanyalah
lubang yang kosong.
Orang itu mulai meraung-raung karena sedih, sehingga
tetangga-tetangganya datang berlarian untuk melihat ada apa.
Ketika mereka tahu masalahnya, salah seorang dari antara
mereka bertanya. "Apakah engkau sudah pernah menggunakan
emas itu?"
"Belum," kata si kikir. "Saya hanya memandanginya setiap
minggu."
"Baiklah, kalau demikian," kata tetangga itu, "demi
kepuasan yang sudah diberikan oleh emas itu, engkau dapat
juga datang setiap minggu untuk memandangi lubang itu."
Kita menjadi kaya atau miskin tidak karena uang tetapi
karena kemampuan kita untuk bergembira. Berjuang keras untuk
mencari kekayaan dan tidak mempunyai kemampuan untuk
bergembira sama dengan orang botak yang berjuang untuk
mengumpulkan sisir.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|