|
|
HUKUM TENTANG BUAH-BUAHANDi negara tandus pohon itu jarang, dan buah sulit ditemukan. Dikatakan, bahwa Tuhan ingin membuktikan bahwa ada cukup bagi setiap orang. Maka Ia menampakkan diri kepada seluruh nabi dan berkata: "Inilah perintahku kepada seluruh bangsa sekarang dan untuk keturunan selanjutnya; tidak boleh orang makan lebih dari satu buah sehari. Catatlah ini dalam Kitab Suci. Barangsiapa melanggar hukum ini akan dianggap berdosa terhadap Allah dan terhadap umat manusia." Hukum ditaati berabad-abad sampai para ilmuwan menemukan sarana untuk mengubah tanah tandus menjadi padang hijau. Tanah itu kaya gandum dan segala kebutuhan hidup. Dan pohon-pohon tertunduk berat kepada buah yang tidak dipetik. Tetapi hukum satu buah tetap diperintahkan oleh pemerintah negara dan agama di Tanah itu. Orang yang menunjuk pada dosa melawan perikemanusiaan, karena membiarkan buah membusuk di tanah, dipandang sebagai seorang penghojat dan musuh hukum moral. Orang yang mempertahankan kebijaksanaan sabda suci Tuhan Allah, itu dihinggapi roh kesombongan karena pikiran, kata orang, dan kurang mempunyai jiwa iman dan ketaatan di mana hanya kenyataan bisa diperoleh. Di gereja-gereja kerap disampaikan khotbah-khotbah, di mana mereka yang melanggar hukum digambarkan sengsara pada akhirnya. Tidak pernah disinggung-singgung tentang jumlah sama, yang juga sengsara pada akhirnya, meskipun mereka setia menepati hukum atau tentang jumlah besar mereka, yang hidup sejahtera meskipun melanggarnya. Tak ada yang dapat diperbuat untuk mengubah hukum, karena nabi yang menyatakan menerima itu dari Tuhan, sudah lama meninggal. Ia mungkin mempunyai keberanian dan rasa wajar untuk mengubah hukum, karena keadaan sudah berubah, sebab ia menganggap sabda Tuhan bukan sebagai sesuatu yang harus dihormati, melainkan harus dipakai demi kesejahteraan umat manusia. Akibatnya, ada orang terang-terangan mencemoohkan hukum dan Tuhan serta Agama. Ada lain yang melanggarnya diam-diam, dan selalu dengan rasa berbuat salah. Sebagian besar mereka menaatinya secara ketat dan merasa dirinya suci hanya karena mereka berpegang teguh pada kebiasaan tanpa arti dan ketinggalan zaman, yang takut mereka buang. (DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ, |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team |