HARTA DALAM DAPUR SENDIRI
[Suatu] kisah orang-orang Hasidim:
Pada suatu malam dalam mimpi, rabbi Iskak diberitahu
untuk pergi jauh ke Praha dan di sana menggali harta
tersembunyi di bawah jembatan yang menuju istana raja. Ia
tidak memikirkan mimpi itu sungguh-sungguh. Akan tetapi
ketika mimpi itu terjadi empat atau lima kali, ia memutuskan
untuk pergi mencari harta itu.
Ketika ia sampai ke jembatan. ia terkejut karena melihat
bahwa jembatan itu dijaga ketat siang malam oleh serdadu.
Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah melihat jembatan
itu dari jauh. Akan tetapi karena ia pergi ke sana setiap
pagi, pemimpin penjaga itu pada suatu hari menemuinya untuk
bertanya mengapa. Rabbi Iskak yang sebenarnya malu untuk
menceritakan mimpinya kepada orang lain, menceritakan
segala-galanya karena ia senang dengan sikap dan watak orang
Kristen yang baik ini. Pemimpin itu tertawa meledak dan
berkata. "Astaga. Engkau seorang rabbi dan engkau percaya
kepada mimpi? Seandainya saya tolol dan bertindak atas dasar
mimpi saya sendiri, sekarang saya sudah berkelililig
Polandia. Coba saya ceritakan salah satu mimpi saya tadi
malam yang terus kembali: suatu suara mengatakan kepada saya
unruk pergi ke Krakow dan menggali harta di pojok dapur
seorang yang bernama Iskak, anak Yeheskiel! Bukankah sesuatu
yang paling tolol di seluruh dunia untuk mencari di seluruh
Krakow seorang yang bernama Iskak dan orang lain yang
bernama Yeheskiel kalau separoh dari seluruh penduduk pria
mungkin bernama Iskak dan separoh yang lain Yeheskiel?"
Rabbi itu tertegun. Ia mengucapkan terima kasih kepada
pemimpin itu atas nasihatnya, segera pulang, menggali pojok
dapurnya dan menemukan harta berlimpah yang cukup untuk
hidup bahagia sampai hari kematiannya.
Pencarian rohani adalah suatu perjalanan tanpa jarak.
Engkau berjalan dari tempat sekarang engkau berada ke tempat
di mana engkau selalu berada. Dari ketidaktahuan menuju
pemahaman, karena semua yang engkau lakukan adalah melihat
untuk pertama kali hal yang sudah selalu engkau pandang.
Siapa yang pernah mendengar tentang suatu jalan yang
membawa engkau kepada dirimu sendiri, atau suatu cara yang
membuat engkau menjadi sebagaimana engkau selalu?
Sebenarnya, kerohanian hanyalah masalah menjadi sebagaimana
engkau sesungguhnya.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|