"SAYA KALAH DUA DOLAR"
Sepasang suami-istri pergi mengunjungi kawannya yang
tinggal di bagian lain suatu negeri dan diajak melihat
pacuan kuda. Karena terpesona oleh kuda-kuda yang saling
mengejar berlari mengelilingi lapangan pacuan, kedua orang
itu sepanjang sore terus bertaruh sampai akhirnya mereka
tinggal mempunyai uang tidak lebih dari dua dollar.
Pada hari berikutnya si suami merayu istrinya supaya ia
dibiarkan pergi ke tempat pacuan sendiri. Pada pertandingan
yang pertama ada kuda yang taruhannya lima puluh dibanding
satu. Ia memasang taruhannya dan menang. Ia mempertaruhkan
seluruh uangnya pada lomba berikutnya dan sekali lagi
menang. Sepanjang sore ia bertaruh dan berhasil mengumpulkan
lima puluh tujuh ribu dollar.
Dalam perjalanan pulang ke rumah ia melewati sebuah
tempat judi. Suatu suara dari dalam yang kedengarannya sama
dengan suara yang telah mendorongnya untuk memilih kuda
taruhan, rasanya berkata, "Berhentilah di sini dan
masuklah." Maka ia berhenti, masuk dan berdiri di depan meja
rulet. Suara itu berkata, "Nomor tiga belas." Orang itu
menaruh seluruh limapuluh tujuh ribu dollar yang ia miliki
pada nomor tiga belas. Roda berputar. Bandar judi
mengumumkan, "Nomor empat belas."
Maka orang itu pulang ke rumah dengan kantong sama sekali
kosong. Istrinya menyapanya dari beranda, "Bagaimana
jadinya?"
Suaminya mengangkat bahu dan berkata, "Yang dua dollar
juga amblas."
Coba pikirkanlah Engkau tidak pernah kehilangan lebih
daripada itu apa pun yang kauhilangkan.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|