118. SUARA PENYANYI MEMENUHI
RUANGAN.
Terdengar di luar gedung pertunjukan:
'Betapa hebatnya penyanyi tadi! Suaranya memenuhi seluruh
ruangan.'
'Ya, sampai-sampai beberapa pengunjung harus keluar untuk
memberi tempat pada suara penyanyi itu!'
Menggelikan! Saudara-saudari sekalian, Anda boleh tetap
duduk di kursi Anda. Suara penyanyi akan memenuhi seluruh
ruangan, namun tidak akan mengambil satu tempatpun.
---o000o---
Terdengar dalam sebuah bimbingan rohani:
'Bagaimana saya dapat mencintai Tuhan, seperti dianjurkan
dalam Kitab Suci? Bagaimana saya dapat menyerahkan seluruh
hidupku kepadaNya?'
'Lebih dahulu kau harus mengosongkan hatimu dari semua
benda ciptaan.'
Menyesatkan! Jangan takut mengisi hatimu dengan orang dan
barang yang kaucintai, karena cinta Tuhan tidak akan
mengambil tempat dalam hatimu, seperti halnya suara penyanyi
juga tidak mengambil tempat apapun dalam ruangan gedung
pertunjukan.
---o000o---
Cinta tidak seperti roti. Bila aku memberikan sepotong
kepadamu, maka roti yang dapat kuberikan kepada orang lain
berkurang. Cinta lebih menyerupai Roti Ekaristi. Kalau aku
menyambutNya, aku menyambut Kristus yang utuh. Namun,
sebagai akibatnya kamu tidak menerima Kristus yang kurang
utuh, melainkan menerima juga seluruh pribadi Kristus.
Begitu juga dengan orang-orang yang lain.
Engkau dapat mencintai ibumu dengan sepenuh hatimu;
begitu juga isterimu dan masing-masing anakmu. Anehnya,
memberikan seluruh cinta kepada satu orang tidak memaksa
mengurangi cinta yang dapat kauberikan kepada orang lain.
Sebaliknya, mereka masing-masing mendapatkan lebih banyak.
Sebab, jika engkau mencintai sahabatmu saja, dan orang lain
tidak, maka jelas bahwa yang kauberikan itu hanyalah hati
yang lemah saja. Sahabatmu itu justru akan beruntung kalau
kau memberikan hatimu kepada orang lain juga.
Tuhan akan rugi, seandainya Ia menuntutmu supaya
memberikan hatimu hanya kepada Dia saja. Berikanlah hatimu
juga kepada orang lain, kepada keluargamu, kepada
sahabat-sahabatmu. Tuhan beruntung kalau engkau
mempersembahkan seluruh hatimu kepadaNya.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|