67. MUNAFIK
Sebuah ruangan penuh sesak dengan wanita-wanita tua.
Rupanya ada semacam agama atau sekte baru. Seseorang hanya
mengenakan serban dan cawat saja maju ke depan. Ia berbicara
dengan penuh semangat tentang kuasa budi atas materi, jiwa
atas raga.
Semua orang mendengarkan dengan terpukau. Pembicara itu
lalu kembali ke tempatnya persis di hadapanku. Orang yang
duduk di sampingnya berpaling sambil bertanya cukup keras:
'Apakah Saudara sungguh percaya akan apa yang Saudara
katakan tadi, yakni bahwa badan samasekali tidak merasakan
apa-apa, bahwa semua itu hanya pikiran saja dan bahwa
pikiran dapat dipengaruhi secara sadar oleh kehendak?'
Si munafik menjawab dengan yakin: 'Tentu saja aku
percaya.'
'Kalau begitu,' kata orang disisinya, 'maukah Saudara
bertukar tempat dengan saya? Saya masuk angin duduk di
sini!'
Kerap kali aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mempraktekkan apa yang aku khotbahkan.
Seandainya aku membatasi diri dan hanya mengkhotbahkan
apa yang kupraktekkan, maka aku tidak begitu munafik
lagi.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|