65. KIOS KEBENARAN
Ketika aku melihat papan nama pada kios itu,
hampir-hampir aku tidak percaya pada apa yang kubaca: KIOS
KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran di sana!
Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: kebenaran
macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh
kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu
menipu diri, mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi
lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka, penuh
dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain
dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.
Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan
rasa kasihan dan menunjuk kepada daftar harga. 'Harganya
amat tinggi Tuan,' katanya. 'Berapa?' tanyaku mantap, karena
ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya. 'Kalau
Tuan membelinya,' katanya. 'Tuan akan membayarnya dengan
kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup
Tuan.'
Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira
bahwa aku dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan harga
murah. Aku masih belum siap menerima kebenaran.
Kadang-kadang aku mendambakan damai dan ketenangan. Aku
masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan
membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik
kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|