86. KABAR GEMBIRA
Inilah Kabar Gembira yang diwartakan oleh Tuhan kita
Jesus Kristus kepada para muridNya dalam bentuk
perumpamaan:
Kerajaan surga itu bagaikan dua orang bersaudara yang
hidup bahagia dan puas, sampai kedua-duanya dipanggil Tuhan
untuk menjadi muridNya.
Yang lebih tua menanggapi panggilan itu dengan sukarela,
meskipun ia harus meninggalkan orangtua serta gadis yang
dicintainya dan diimpikan menjadi isterinya. Ia lalu pergi
ke sebuah negeri yang jauh. Di sana ia mencurahkan seluruh
hidupnya untuk melayani orang-orang yang sangat miskin.
Penganiayaan timbul di negeri itu. Ia di tangkap atas dasar
tuduhan palsu, kemudian disiksa dan dibunuh.
Dan Tuhan berkata kepadanya:
'Baik, hamba yang jujur dan setia! Engkau memberiku
pengabdian seharga seribu talenta. Sekarang akan kuberikan
kepadamu semilyar, semilyar talenta sebagai ganjaranmu.
Masuklah dalam sukacita Tuhanmu!'
Tanggapan adiknya atas panggilan Tuhan kurang begitu
rela. Ia ingin melalaikannya supaya dapat meneruskan
rencananya serta menikah dengan gadis yang dicintainya. Ia
menikmati kebahagiaan hidup berkeluarga, usahanya berkembang
pesat. Ia menjadi terkenal dan kaya. Kadangkala ia memberi
sedekah kepada pengemis, bersikap ramah terhadap isteri dan
anak-anaknya. Sesekali ia juga mengirim sedikit uang untuk
kakaknya yang tinggal di negeri yang jauh. Uang ini mungkin
bisa membantu karyamu di tengah orang miskin itu tulisnya di
dalam surat.
Pada saat ia meninggal, Tuhan berkata kepadanya:
'Baik. hamba yang jujur dan setia! Engkau memberiku
pelayanan seharga sepuluh talenta. Sekarang akan kuberikan
ganjaran kepadamu sebesar semilyar, semilyar talenta.
Masuklah ke dalam sukacita Tuhanmu!
Kakaknya tercengang-cengang ketika mendengar bahwa
adiknya mendapatkan ganjaran yang sama dengannya. Dan ia
senang. Katanya: 'Tuhan, setelah melihat semua ini,
seandainya saya harus lahir dan hidup kembali, saya masih
akan melakukan hal yang persis sama dengan yang telah saya
perbuat bagiMu.'
Ini sungguh kabar gembira: Tuhan sungguh Mahamurah dan
seorang murid mengabdi kepadaNya hanya karena gembira saja.
Kegembiraan itu diterakan pada pengabdian oleh cinta
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|