51. JANGAN BERUBAH
Aku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir, mudah
tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa
aku harus berubah. Dan setiap orang terus-menerus
menekankan, betapa mudah aku menjadi marah.
Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku
menyetujui nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi
aku tidak berdaya untuk berubah, betapapun aku telah
berusaha.
Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga
mengatakan, bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga
terus-menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui
bahwa ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku
merasa sama sekali tak berdaya dan terpasung.
Namun pada suatu hari ia berkata kepadaku: 'Jangan
berubah! Tetaplah seperti itu saja. Sungguh, tidak jadi
soal, apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu
sebagaimana kau ada. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.'
Kata-kata itu berbunyi merdu dalam telingaku: 'Jangan
berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... Aku
mencintaimu.'
Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh,
sungguh mengherankan, aku berubah!
Sekarang aku tahu, bahwa aku tidak dapat benar-benar
berubah, sebelum aku menemukan orang yang tetap akan
mencintaiku, entah aku berubah atau tidak.
Engkau mencintaiku seperti itu, Tuhan?
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|