|
CINTA TANPA PAMRIH
"Adakah cinta tanpa pamrih?" tanya seseorang.
Sang Guru menjawab:
Pak Anu berdiri cemas ketika para malaikat surga
memeriksa catatan hidupnya. Akhirnya, Malaikat Pencatat
berkata, "Mana mungkin?! Belum pernah ada yang seperti ini!
Selama hidupmu kamu belum pernah melakukan dosa ringan apa
pun ... yang lebih kecil dari dosa ringan pun tidak. Segala
hal yang kamu lakukan adalah perbuatan kasih dan kebaikan
semata. Nah, dalam kategori mana kami dapat memperbolehkan
kamu masuk surga? Tidak bisa sebagai malaikat, karena kamu
bukan malaikat. Tidak bisa sebagai manusia, karena kamu
tidak punya satu kelemahan. Begini saja, kami akan mengirim
kamu kembali ke bumi selama sehari, sehingga kamu dapat
melakukan sekurang-kurangnya satu dosa. Lalu kembalilah
kepada kami sebagai manusia."
Pak Anu yang tidak berdosa namun malang itu terdampar di
sudut kotanya, sedih dan bingung karena diharuskan
menyimpang sekurang-kurangnya satu langkah kecil dari jalan
hidup yang benar. Satu jam berlalu. Kemudian dua jam. Lalu
tiga jam berlalu. Pak Anu masih termangu tak berdaya,
bingung apa yang harus ia lakukan. Maka ketika seorang
perempuan bertubuh padat memberikan kerdipan padanya, ia
menanggapinya tanpa pikir panjang lagi. Perempuan itu tidak
muda dan tidak cantik, tetapi ia adalah paspor ke surga.
Maka, Pak Anu tidur dengannya malam itu.
Ketika fajar menyingsing, Pak Anu melihat jamnya. Ia
harus cepat-cepat. Setengah jam lagi ia akan dibawa ke
surga. Ketika ia sedang mengenakan pakaiannya, ia mendadak
tertegun karena perempuan tua itu memanggilnya dari tempat
tidurnya, "Oh ... sayangku, Pak Anu, betapa baiknya yang
telah engkau lakukan padaku malam ini."
(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello,
Penerbit Kanisius, Cetakan 1, 1997)
|