|
BAHASA RAHASIA II: PARA
PEMBANGUN
- Lepaskanlah gagasan-gagasan baku dan praduga-praduga.
Hadapilah apa yang menjadi nasibmu.
(Syekh Abu Said ibnu Abi
Khair)
"Sufisme," kata Sir Richard Burton adalah, "induk
freemasonry Timur."1
Apakah Burton seorang freemason atau bukan, tidak
diragukan sama sekali bahwa ia adalah Sufi.
freemasonry sangat dihargai oleh orang-orang
tertentu di berbagai negara, namun juga dicerca dan
dianiaya, dikaitkan dengan politik, direduksi sebagai
informalitas relatif dari kesenangan kaum bisnismen yang
sungguh-sungguh, dirasuki Rosicrucianisme [aliran
atau kelompok (yang dianggap) "sempalan" dalam agama
Kristen], diserang sebagai orang Yahudi yang licik oleh
kaum Nazi. Tidaklah layak menganggap seorang
freemason sebagai suatu representasi umum dari bidang
keahlian membuat simbol-simbol atau kepercayaan apa pun --
sebenarnya, lebih pada kemungkinan bahwa seorang anggota
yang berada di bawah suatu sumpah rahasia, harus menjaga
setiap bagian kegiatan persaudaraan itu dari semua orang
yang secara resmi bukan anggotanya. Sumber dari tujuan
material untuk menjadi Masonis bagi non-anggota, oleh sebab
itu, adalah sebatas pada (pandangan) yang cenderung satu
aspek -- kegiatan batin Masonry yang dilakukan para pembelot
dan mungkin para penentang keahlian itu.
Ketika sebuah kajian dilakukan berdasar semua kepustakaan
yang tersedia dengan tujuan mengungkap rahasia keanggotaan
freemason, maka beberapa sketsa tertentu muncul, yang
barangkali berhak dipertimbangkan untuk memperoleh sejumlah
informasi besar yang masuk akal, di atas prinsip tidak ada
asap api. Bagaimanapun juga, yang menarik dari Sufisme
ternyata bahwa, di luar hal material yang diklaim sebagai
atau keseluruhan sebagai syarat menjadi anggota Masonis itu,
suatu hubungan yang sangat penting, yang pada suatu ketika
terlihat, adalah dengan materi praktek pembaiatan Sufi
sehari-hari. Entah freemasonry yang, seperti diklaim
Burton, diturunkan dari para Sufi; ataupun substansi
ungkapan lain yang kerap dan sangat kaya, yang sama sekali
tidak mungkin diperoleh freemasonry, ternyata lebih
merupakan hasil pengungkapan kultus Sufi daripada
freemasonry. Untuk tujuan kajian ini, kita akan
mendekati wilayah penelitian yang menarik ini dari
perspektif yang dapat membuka (wawasan) kita. Adapun
berbagai keterkaitan akan dilihat antara apa yang diklaim
para pengungkap sebagai freemasonry, dan apa yang
kita ketahui tentang madzhab-madzhab Sufi.
Salah satu metode terbaik penyelidikan transmisi
Arab-Sufi ke dunia Barat adalah melalui terminologi. Jika
suatu kata tertentu digunakan dengan suatu makna esoteris,
hal itu secara umum berguna untuk bahan pengkajian dan
mencari suatu paralel antara kedua sistem tersebut. Kata
dasar yang kita temukan, yang sebagian besar digunakan dalam
ungkapan-ungkapan Masonik, disusun dari tiga huruf Ibrani,
A, B, L. Setelah ditransliterasi dalam huruf-huruf Arab,
ternyata kata ini merupakan kata sandi kalangan Sufi yang
disebut Para Pembangun (al-Banna), adapun bahasa Arab
bagi Mason juga al-Banna. Namun tidak hanya berhenti
di sini, berbagai keterkaitan akan mulai dikaji.
Seperti kata troubadors [penyair atau biduan
keliling Perancis abad kesebelas hingga ketiga belas]
(TRB, akar kata bahasa Arabnya), kata para Pembangun (the
Builders) (pertama perlu dicatat bahwa nama ini sangat
berpengaruh pada abad kesembilan) sebenarnya dapat merujuk
pada kata tiga huruf berikut ini sembari mencari arti dari
setiap aspek susunan hurufnya di dalam kamus sebanyak
mungkin. Setelah dianalisa menurut pengubahan (suara) akar
kata bahasa Arab dalam bentuk asalnya, hasilnya menunjukkan
daftar karakteristik kelompok berikut ini:
ABL = rahib, pengurus gereja, dan sebagainya;
hierophancy (lukisan kuno).
ALB = menghimpun orang-orang; pengelompokan.
LaBA = berhenti, berhenti sejenak di sebuah tempat.
BaLA = memberi sesuatu, bersifat dermawan.
BAL = hati, pikiran; perhatian; keadaan; kegagahan;
kesejahteraan.
Walaupun tanpa informasi lainnya tentang madzhab Sufi
ini, sudah tentu kita dapat mengumpulkan beberapa informasi
tentang organisasi dan sasaran mereka melalui perincian kata
rahasia mereka berikut ini. Kata pertama mengisyaratkan
inisiasi (pembaiatan), kata yang kedua mengisyaratkan para
(jamaah) Sufi, ketiga mengisyaratkan tahapan-tahapan Tarekat
Para Sufi, yang keempat mengisyaratkan pemberian (cinta dan
derma) yang merupakan makna ungkapan mereka, adapun yang
kelima mengisyaratkan beragam aspek kegiatan dan latihan
mereka. Lalu mengapa kata tersebut ditulis dalam bahasa
Ibrani dan bukan dalam bahasa Arab? Karena beberapa penulis
terakhir telah mempola kembali tulis halus Arab yang asli
dalam suatu bentuk yang lebih dapat diterima orang-orang
dalam suatu tradisi Yahudi-Kristiani, sehingga kelompok itu
merupakan sebuah komunitas yang serupa dengan kelompok
Masonry modern di Barat.
Bagi Para Pembangun Sufi, tiga huruf ini menyimbolkan
tiga bentuk meditasi. Huruf alif kufi adalah simbol
posisi sujud. Dzun Nun al-Mishri, salah seorang guru Sufi
terbesar, dipercaya sebagai tokoh yang telah memformulasi
bentuk ini. Simbol ini sangat berpengaruh di Turki selama
abad keenam belas. Sementara para penulis Barat mengatakan,
"ternyata ia seperti para Mason." Simbol ini diilustrasikan
dengan suatu bentuk persegi, suatu simbol prima Mason. Di
samping itu, kata persegi (square) dalam bahasa
Arabnya adalah RBA-yang mengandung, secara sangat tepat,
alternatif makna: "menunggu, pengendalian". Sementara huruf
kedua ba ditulis dalam aksara Arab seperti sebuah
perahu dengan sebuah titik di bawahnya. Bentuk ini merupakan
suatu sketsa simbol yang agak mengena -- tingkatan -- yang
juga digunakan dalam Masonry. Bentuk ini menunjukkan
makna simbolik dari "ketundukan dan konsentrasi". Adapun
huruf terakhir lam menyerupai seutas tali seperti
kurva. Bagi Para Pembangun itu berarti "tali yang mengikat
semua benda menjadi satu".
Menurut para Sufi, ada 99 Nama atau Sifat Tuhan.
Perkembangan pengaruh semua Nama itu menghasilkan individu
yang sempurna. Namun yang keseratus adalah suatu rahasia dan
hanya dikenal sang Pencari setelah ia diilhami secara utuh
kesembilan puluh sembilan Nama itu. Nama Tuhan yang ketiga
puluh tiga digunakan Para Pembangun untuk menunjukkan
sepertiga keseluruhan sistem latihan yang merupakan
tingkatan pertama pencerahan. Dalam sistem bilangan aksara
Arab (dimana setiap aksara mempunyai sebuah nomer) tiga
puluh tiga menunjuk: 30 = L ; 3 = J. Penyulihan menjadi
aksara ini merupakan jalan satu-satunya dalam sistem
pemilihan bilangan. Apabila huruf L dan J dilafalkan sebagai
sebuah kata, maka keduanya membentuk semacam kata sandi atau
makna awal dari sepertiga pencerahan Sufi. Adakah kosa kata
LJ atau JL dalam bahasa Arab? Tentu saja ada. Bahkan
keduanya LJ berarti "berkobar" dan dari sudut pandang Sufi
berarti penerangan, hasrat cinta yang membara. JL berarti
"termasyhur" [karena keagungan pribadi]. Pedang
bernyala, sebuah lambang Masonik, digunakan Para Pembangun
untuk melambangkan makna Nama Tuhan yang ketiga puluh tiga
ini.
Apa nama yang keseratus? Nama ini, sekalipun kelihatannya
aneh, agaknya merupakan (bentuk) yang orisinal (dan kini
dirusak) dari simbol seperti G yang asing dan terdapat dalam
lambang bintang Masonik di inti lambang kebesaran (kelompok
ini). Dalam kultus Para Pembangun, hurufArab G ini adalah Q,
yang tampak hampir mirip.2
Dan Q disini berarti rahasia, unsur final.
Dalam notasi persamaan huruf-angka Arab, Q sama dengan
bilangan seratus.
Metode pemakaian kata-kata sandi serta pemakaian huruf
dan angka untuk menyampaikan materi-materi yang hanya
dipahami orang-orang tertentu, merupakan ciri khas para
penyair darwis; dan mengingat kata sandi ini mengacu pada
begitu banyak fakta-fakta dengan tujuan pengikisan semata,
maka pemakaian kata sandi tersebut dalam Masonik dan Sufi
adalah identik. Marilah kita kaji materi ini pada tataran
yang lebih jauh. Apabila kita menambahkan huruf Q, kekuatan
tersembunyi, pada tiga huruf kata ALB dalam bahasa Arab,
dengan menghilangkan bunyi A, maka kita melihat suatu
panorama yang lebih luas tentang makna-makna
tersembunyi:
Q-ABL = sebelumnya, yang pertama, yang terdahulu
(keutamaan kultus).
Q-ALB = hati (simbol kontemplasi dan kontak batin
metafisik Sufi).3
L-aQB = julukan, panggilan kehormatan (penghormatan dalam
ibadah).
Baik secara kebetulan ataupun sengaja, apabila tiga huruf
Q, L, B dijumlah semua menurut notasi Arab, maka hasilnya
132. Jumlah ini dapat dibaca 32 + 1 = 33. Namun, menurut
Para Pembangun, hasil penjumlahan 132 ini merupakan isyarat
tentang ajaran rahasia yang disebarkan, dengan kerahasiaan
yang agung itu, oleh orang yang namanya, manakala
dikalkulasi menurut metode notasi Arab tersebut, menunjuk
bilangan tiga puluh tiga. Mereka (Para Pembangun) mengurai
nama orang tersebut menurut cara berikut ini:
M = 40, H = 8, M = 40, M = 40, D = 4, jumlahnya
132.
Apabila susunan huruf dieja menurut ortografi Arab, maka
menjadi kata Muhammad. Kini kita berada pada tataran tempat
manakala Para Pembangun menyatakan bahwa pengetahuan Sufi
yang dipraktekkannya adalah sebagian ajaran rahasia Muhammad
sendiri.
Adapun bilangan tiga puluh tiga ini atau huruf Q
dituliskan dalam suatu pentagram (lambang segilima) oleh
Para Pembangun, dan kadangkala dalam sebuah bintang yang
disusun dari dua segitiga. Dalam tradisi kebatinan lainnya,
susunan segitiga ini dijelaskan sebagai makna dari
prinsip-prinsip laki-laki dan perempuan, sebagai udara, api
dan sebagainya. Namun bagi Para Pembangun Sufi, segitiga
yang bawah adalah bentuk angka 7 (tujuh) dalam bilangan
Arab, sedangkan segitiga yang atas adalah bentuk angka 8
(delapan). Dan bagi mereka, hal ini menunjuk rangkaian
(angka) 786 yang sesuai dengan doa Bismillah ar-Rahman
ar-Rahim, apabila diturunkan menjadi angka melalui
penyulihan langsung. Makna dari frase ini sama seperti yang
terdapat dalam suatu bentuk salib Sufi dari Irlandia abad
kesembilan -- Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang.
Ka'bah (bangunan berbentuk kubus) di Mekkah dipugar
kembali pada tahun 608 M, ketika Muhammad berusia tiga puluh
lima tahun, lima tahun sebelum memulai menyampaikan
ajarannya. Ka'bah dibangun dengan tiga puluh satu batu dan
kayu.4 Kalangan
Sufi menambahi: "dengan Bumi dan Langit, jadi tiga puluh
tiga."
Kendati demikian, kita tidak mungkin beranjak lebih jauh
dalam menjelaskan materi-materi baik mengenai para
freemason maupun persaudaraan darwis yang
terorganisir, yang merupakan kualitas makna awal yang
rumit.5 Akan
tetapi ada fakta-fakta identik yang dapat diutarakan dan ada
beberapa pokok perhatian umum. Menurut sementara sejarawan,
freemasonry masuk ke Inggris pada masa Aethelstan
(kira-kira tahun 894-939), Raja Saxon yang memperdekat
hubungan Inggris dengan negara-negara Eropa lainnya. Ia
hidup hampir dalam periode yang sama dengan Sufi Spanyol
termasyhur, Ibnu Masarra (883-931), pengikut madzhab
pencerahan, yang mempunyai pengaruh sangat kuat dan lestari
atas pemikiran Barat. Sementara pada abad yang sama, seorang
tokoh Sufi Mesir, pendiri Tarekat al-Banna (Pembangun),
Dzun-Nun hidup dan mengajarkan (pengetahuannya). Dzun Nun,
tokoh yang dipuja-puja semua Sufi, dihubungkan dengan sang
pemilik Nubian ("hitam") yang asli, dengan menunjukkan suatu
hubungan antara pemakaian (istilah) "hitam" (fahm)
dan "pengetahuan, pemahaman" (fahm) oleh madzhab
darwis sang Penambang, yang telah kita asosiasikan dengan
Carbonari.
"Hitam" juga merupakan kata lain Mesir, yang katanya
diturunkan dari warna tanah. Banyak kalangan menganggap
bahwa seni Hitam maksudnya sama sekali tidak lebih dari
"Seni Mesir" atau "Seni Memahami". Dengan anggapan yang
sama, Perawan Hitam pada Abad Pertengahan dapat
diterjemahkan sebagai "Perawan yang Bijak". Kerancauan
antara Seni Hitam, Seni Hermetik dan Rahasia Mesir telah
muncul dan muncul kembali dalam seluruh kepustakaan Abad
Pertengahan. Adanya kesalahpahaman ini sepenuhnya disebabkan
ketidaktahuan orang-orang asing atas kesamaan antara "hitam"
dan "bijak" dalam bahasa Arab.
Hubungan antara Seni Hitam, alkimia dan Rosicrucianisme
ini telah menimbulkan kekaguman para murid yang sebagian
besar beranggapan bahwa orang-orang Eropa Abad Pertengahan
sekadar menduga-duga semua istilah itu menurut kepercayaan
umum semata dan hasrat memahami rahasia-rahasia serta
mengungkap suatu ajaran terseinbunyi.
Hubungan antara para Pertapa (di kuil) dan para
Mason bagi kebanyakan pengamat agaknya kelihatan
kabur atau semacam asosiasi yang keliru. Seorang pertapa
pastilah seorang Mason. Tak ayal lagi ibadahnya berdasar
pada sebuah mitos dan ritual terhadap Bangunan Suci di
Mekkah itu. Lalu, seperti kadangkala ditanyakan, hubungan
apa yang mungkin ada antara bangunan Muslim di Mekkah itu
dengan Kuil Sulaiman dan pembangunannya? Tentu saja ada
suatu pertalian yang erat. Pertama perlu dicatat, di antara
tuduhan terhadap Sufi kuno adalah praduga yang sangat keliru
bahwa suatu tindak peniruan ibadah perjalanan suci ke Mekkah
itu dapat dilaksanakan di mana pun dan mempunyai suatu
keabsahan yang sama dengan perjalanan suci (Haji) yang
sebenarnya. Kedua, perlu diingat bahwa guru Sufi Yang Agung,
Ma'ruf al-Karkhi (w. 815) dikenal sebagai Putra Dawud dan
sebagai "raja", suatu julukan yang lazim di kalangan Sufi.
Putra Dawud tidak lain adalah Sulaiman. Sulaiman adalah
orang yang memugar kembali bangunan tersebut. Mengapa
dijuluki Putra Dawud? Karena Karkhi adalah murid guru
termasyhur, Dawud ath-Thai. Adapun Dawud adalah bahasa
Arabnya, sementara David adalah bahasa Inggrisnya.
Dawud di sini meninggal pada tahun
781. Kurang dari satu abad sebelumnya, kira-kira tahun 691,
kalangan Saracen [Arab Muslim yang masih hidup di daerah
Tanah Suci Palestina pada Abad Pertengahan] memugar Kuil
Sulaiman tersebut di situs yang kini dikenal sebagai the
Dome of Rock (Kubah Batu). Bangunan ini dan bukan bentuk
yang lebih awal, adalah Kuil yang para abdinya adalah para
Ksatria Templar [Ksatria penunggang kuda dari
golongan gereja dan tentara kuil pada Abad Pertengahan],
yang diduga sebagai kelompok Saracen. Bukan suatu kebetulan
bahwa setelah bubarnya aliran Templar tersebut, para
freemason mengambil alih tradisi Templar.
Perlu dicatat bahwa Ka'bah (secara literal, Kubus) adalah
kuil berbentuk empat persegi di Mekkah. Adapun "batu hitam"
Mekkah itu diletakkan di salah satu sudut luar Ka'bah. Jadi
benarkah bila dianggap sebagai batu Ka'bah (kubus), yang
biasanya disebut Batu Kubik atau Hajarul Aswad (batu hitam)?
"Hitam", sebagaimana telah kami catat, adalah penyulihan
dari "batu bara" dan "batu hitam", dapat diterjemahkan
menjadi hajarul fahm, "batu kebijaksanaan" ataupun
"batu bijak". Hanya saja bagi Muslim mana pun bangunan kedua
adalah tempat yang disucikan yang dikenal sebagai Kuil
Sulaiman di Palestina.
Tradisi Sufi menunjukkan bahwa sekelompok Sufi klasik
awal adalah sejumlah orang yang berkumpul di tempat suci
Mekkah itu dan mengabdikan diri sebagai pelayannya. Setelah
jatuhnya Jerusalem pada bangsa Arab, tindakan pertama
kalangan Muslim adalah membenahi Kuil Sulaiman itu untuk
disesuaikan dengan (ajaran) Islam. Tradisi Sufi yang lestari
dalam menghormati the Dome of Rock juga dibuktikan oleh
fakta bahwa dekorasi ruang dalamnya yang terakhir terdiri
dari gambar-gambar simbolik Sufi. Adapun gereja-gereja
Templar dan indikasi lainnya menunjukkan pengaruh Kuil
Sulaiman versi Saracen.
Ada dua garis penyebaran tradisi pengetahuan Sufi ini ke
Barat --yang pertama melalui Saracen Spanyol, dengan atau
tanpa pencampuran pikiran-pikiran Yahudi (karena orang
Yahudi aktif mengadakan kerja sama dengan kalanganArab
Cabalis [Kelompok atau gerakan politik "bawah
tanah"]) dan yang kedua melalui kaum Crusade
[Kelompok atau gerakan militer negara-negara Kristen
Eropa yang bertujuan membebaskan Tanah Suci (Palestina) dari
kekuasaan Muslim pada Abad Pertengahan], ketika para
anggota kelompok kultus itu yang dikenal sebagai Para
Pembangun mungkin saja telah menemukan kesamaan ritual di
antara para darwis Timur Dekat.
Akhirnya, motif kegelapan-dan-cahaya yang dikaitkan
dengan freemasonry mempunyai kaitan-kaitan yang
sangat dekat dengan motif para darwis, sehingga
kaitan-kaltan ini sendiri merupakan suatu sebab yang menarik
untuk dikaji. Para darwis menganggap cahaya sebagai
kebenaran, penerangan. Hitam, sebagaimana telah kami catat,
diasosiasikan dengan kebijaksanaan (kata yang homonim dalam
bahasa Arab); adapun putih juga berarti pemahaman.
Pengetahuan tentang makna yang benar dari kebijaksanaan dan
cahaya, baik dan buruk, "kegelapan" yang nyata dari
ketidaktahuan adalah poin penting dalam kegiatan Darwis.
Pada akhirnya Sufi mendasarkan pengetahuan ini pada Ayat
Cahaya (an-Nuur) didalam al-Qur'an (Surat 24, ayat
35) yang menyatakan, "Para penentang seperti dalam
kegelapan: kegelapan di atas kegelapan. Tiada cahaya sama
sekali, cahaya Allah." Tema ini diangkat al-Ghazali dengan
rincian yang cermat dan kita tahu sangat berpengaruh
terhadap skolastik Barat: al-Ghazali menulis sebuah buku
tentang cahaya dan kegelapan ini -- Misykatul
Anwar.
Para darwis mengangkat tema cahaya dan kegelapan ini
melalui kesusastraan. Sebuah contoh yang sederhana dapat
kita temukan di dalam the Secret Garden (Kebun
Rahasia)-nya asy-Syabistari, yang disusun tahun 1319: "Sang
darwis melangkah di antara kegelapan dua dunia; akan tetapi
kegelapan cakrawala padang pasir yang menyenangkan bagi
musafir dan menunjukkan tempat berkemah ada di hadapan ...
Dalam hari gelap terdapat cahaya terang."
Terjemahan Johnson Pasha (The Dialogue of the the
Gulshan-i-Raz, Kairo, 1903), baik dari sumber-sumber
Mason maupun Para Pembangun, bukan karya yang tak dikenal
dalam kesusastraan Inggris. Paus sendiri, misalnya (Dunciad,
Buku IV), telah menggunakan alegori Sufi dalam
tulisannya:
- Kegelapan inderawi, sangat sering dijumpai.
- Sebagian dapat diketahui, sebagian terselubung
- dan sebagian sangat gelap-gulita.
Dari pemakaian tema ini oleh para darwis, kita dapat
menginterprestasikan pesan misterius dalam sebuah markah
yang aneh dan diulang-ulang oleh Mason yang dilukiskan dalam
bangunan-bangunan Abad Pertengahan. Di bawah ini adalah
sebuah markah yang menyerupai bentuk empat. Apabila kita
menghubungkan para Mason profesional dengan tarekat-tarekat
darwis di Barat, seperti halnya kita menghubungkan para
pekerja bangunan Timur dengannya, maka kita menemukan suatu
pesan yang tersembunyi di sini.
Diagram Sufi yang dikenal sebagai Persegi Magis dari lima
belas digambar seperti di bawah ini:
Dari arah mana pun kita menjumlahkan tiga angka dalam
persegi ini hasilnya selalu lima belas. Persegi ini
digunakan dalam Kabalisme sebagai suatu kerangka sandi
dengan maksud menyampaikan sebuah pesan. Pemakaian ini
digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan antar
bilangan dengan maksud memberi tekanan. Lambang Mason
digambarkan seperti di bawah ini:
Jika gambar ini diletakkan di atas kerangka persegi di
atas, maka kita dapat membaca pesan yang terkandung dalam
hubungan angka-angka tersebut. Sketsa di atas melewati semua
angka dalam persegi itu, kecuali angka delapan!
Delapan melambangkan gambar angka yang sempurna, segi
delapan, gambaran, di antara bangun-bangun lainnya,
berbentuk kubus. Sketsa tersebut juga meliputi delapan angka
dari sembilan persegi di atas. Maksudnya di sini adalah,
"Delapan (keseimbangan) adalah jalan menuju sembilan".
Sembilan dalam bahasa Arab menunjuk huruf Ta, yang makna
tersembunyinya adalah "pengetahuan rahasia".
Sketsa tersebut juga mempunyai arti tambahan manakala
kita mencermati bahwa gambar yang menyerupai angka empat
dengan sebuah tiang (kadangkala sebuah kurva) yang
dirapatkan, juga merupakan gambaran kasar dari kata Arab
hoo - kata liturgis darwis, yang dinyanyikan agar
mencapai tingkat-tingkat ekstase.
Adapun para Mason yang dihubungkan dengan alkimia melalui
tanda ini sendiri kemungkinan besar dibuktikan oleh fakta
bahwa persegi magis ternyata juga digunakan di Cina dan
telah diulas para peneliti kimia mutakhir, yang dikaitkan
dengan baik suatu simbol kimia maupun tradisi Tao. Apabila
membutuhkan indikasi lebih lanjut, seseorang dapat mengacu
pada fakta bahwa persegi magis ini juga digunakan Jabir
(Geber), bapak kimia Barat maupun Timur, dan (sebagaimana
dinyatakan Profesor Holmyard) digunakan kelompok Sufi yang
salah satu anggotanya adalah Jabir.
Tentu saja para ahli kimia, freemason,
Rosicrucian, Carbonari dan lainnya sama sekali
tidak mencampuradukan suatu koleksi misteri yang tak teratur
dan serampangan serta tradisi pengetahuan yang tak
bertalian, karena sasaran mereka yang orisinal dan utama
adalah unsur pokok simbol Sufi -- per kembangan kesadaran
manusia.
Catatan kaki:
1 F. Hitchman, Miami,
Vol. I, hlm. 286.
2 Dalam bahasa Arab
sehari-hari, suara Q cenderung disulih, terutama oleh
(bangsa) non-Arab, seperti suara G. Kecenderungan ini lebih
jauh masih berlaku di beberapa negara yang menggunakan
kata-kata Arab, karena mereka sendiri tidak mempunyai suara
tekak (dari tenggorokan) Q.
3 Lihat anotasi
"QA-LB".
4 Azraqi, dikutip
Wistenfeld dalam Creswell: Early Muslim Architecture,
London, 1958, hlm. 1. Tentu saja dua susunan lainnya, yaitu
bumi dan langit adalah simbolisme Sufi sendiri.
5 Tentang pertukaran yang
samar itu, lihat anotasi "Titik".
|