MISTERI-MISTERI DI BARAT IV: FRANCIS
ASSISI
Meskipun engkau mengikat
seratus benang --tali itu tetap satu. (Rumi)
Semua orang mengetahui bahwa St. Francis Assisi adalah
seorang troubador periang dari Italia yang telah mengalami
konversi keagamaan dan menjadi orang Suci dengan pengaruh
ajaib terhadap binatang dan burung. Menurut riwayat, para
troubador merupakan peninggalan dari para musisi dan penyair
Saracen. Sering diakui bahwa kemunculan dan perkembangan
ordo-ordo biarawan pada zaman Pertengahan sebagian besar
dipengaruhi oleh penetrasi organisasi Darwis Muslim di
Barat. Dengan mengkaji Francis dari sudut pandang ini, kita
mungkin akan menemukan fakta-fakta menarik.
Francis dilahirkan pada tahun 1182, putra dari Pietro
Bernardone, seorang pedagang barang-barang hiasan. Istrinya
adalah Madonna Pica. Asalnya ia bernama Giovanni, namun
ayahnya begitu terkesan pada Prancis (di mana ia banyak
menghabiskan kehidupan dagangnya) sehingga "untuk rasa
cintanya pada negeri yang baru saja ditinggalkannya", ia
menamakan kembali anaknya dengan Francesco.
Meskipun dipandang sebagai orang Italia, Francis
berbicara bahasa Provencal, bahasa yang digunakan oleh para
troubador. Ada sedikit keraguan bahwa ia merasakan dalam
semangat troubador suatu kilasan tertentu yang lebih dalam
dari penampilannya. Puisinya sendiri mirip dengan puisi
cinta Rumi, sehingga seseorang tergoda untuk mencari
keterangan yang bisa menghubungkan Francis dengan Tarekat
Sufi Para Darwis Penari Berputar. Pada titik ini, kita
menemukan cerita awal dari sejumlah cerita yang dipandang
tidak bisa dijelaskan oleh para biografer Barat.
Para Darwis Penari Berputar bisa mencapai pengetahuan
intuitif (ilham) dengan melakukan gerakan memutar yang aneh
dan dipimpin oleh seorang guru. Madzhab Rumi dari para
darwis yang menari memutar itu berkernbang pesat di Asia
Kecil dan pendirinya masih hidup pada masa St. Francis.
Inilah cerita "berputar" yang menakjubkan itu:
Francis sedang berjalan dengan seorang murid, bernama
Masseo, melewati daerah Tuscany. Mereka sampai di
persimpangan: satu jalan menuju ke Florence, yang lain ke
Arezzo dan yang ketiga ke Siena.
Masseo bertanya, jalan mana yang harus mereka tempuh.
"Jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan." "Yang mana?"
"Kita akan mengetahuinya melalui sebuah pertanda. Aku
perintahkan engkau, dengan kepatuhanmu, untuk berputar-putar
seperti bocah-bocah biasa melakukannya sampai aku
memerintahkan untuk berhenti!"
Lalu Masseo yang malang itu mulai berputar dan terus
berputar sampai ia terjatuh karena pusing. Kemudian ia
berdiri dan melihat penuh iba kepada orang suci itu. Tetapi
orang suci itu tidak mengatakan apa pun dan Masseo karena
ingat sumpah kepatuhannya, mulai berputar lagi sebaik
mungkin. Ia terus berputar beberapa kali, sampai ia
beranggapan akan menghabiskan hidupnya dengan berputar,
hingga akhirnya ia mendengar ucapan yang melegakan,
"Berhenti, dan katakan kepadaku, ke manakah wajahmu
menghadap?"
"Ke Siena," jawab Masseo terengah-engah dan merasa bumi
berputar-putar.
"Ke sanalah kita harus pergi," kata Francis. Mereka pun
berangkat ke Siena.
Banyak bukti yang jelas bahwa Francis merasa sumber
inspirasi troubador-nya berada di Timur dan bahwa ia terkait
dengan para Sufi. Ketika ia pergi menemui Paus dan berusaha
agar ordonya diterima, ia menggunakan ibarat yang
menunjukkan bahwa dirinya niscaya sedang berpikir tentang
pengabaian sebuah tradisi dan kebutuhan untuk membangun
kembali realitasnya. Berbagai ungkapan yang digunakannya
dalam ibarat itu adalah ungkapan-ungkapan Arab. Francis
berbicara tentang seorang raja dan istananya, seorang
perempuan yang diperistri sang raja dan putra-putranya yang
tinggal di gurun. Paparan ini bukanlah berasal dari tradisi
Kristiani, namun dari Saracen (Spanyol Islam).
"Francis," kata Bonaventura yang mencatat pertemuannya
dengan Paus Innocent, "datang dengan bersenjatakan sebuah
tamsil. Ia bercerita, 'Ada seorang raja kaya dan perkasa
yang memperistri seorang perempuan miskin namun sangat
rupawan dari gurun. Sang raja sangat merasakan kebahagiaan
bersamanya dan dengannya memiliki anak-anak yang
memperlihatkan citranya dalam perkawinannya. Ketika
putra-putranya dewasa, ibunya berkata kepada mereka,
'Putra-putraku, kalian jangan malu, kalian adalah keturunan
seorang raja!.' Lalu ia mengirim mereka ke istana, setelah
membekali mereka dengan semua perbekalan yang diperlukan.
Ketika mereka bertemu sang raja, ia mengagumi ketampanan
mereka. Melihat kesamaan dirinya dengan mereka, ia bertanya,
'Anak siapakah kalian?' Ketika menjawab bahwa mereka adalah
putra dari seorang perempuan miskin yang tinggal di gurun,
raja merasa sangat bahagia, 'Jangan takut, kalian putraku.
Jika aku biasa memberi makan orang-orang asing di mejaku,
maka aku akan memberikan yang lebih kepada kalian sebagai
anak-anakku yang sah'."
Tradisi yang mengatakan bahwa para Sufi adalah para
pemeluk agama Kristen esoterik yang keluar dari gurun dan
bahwa mereka adalah anak-anak dari seorang perempuan miskin
(Hajar, istri Ibrahim a.s, karena asal-usul Arab mereka)
sangat sesuai dengan kemungkinan bahwa Francis telah
berupaya menjelaskan kepada Paus bahwa aliran Sufi mewakili
Kristiani dari segi kelestarian ajarannya.
Dalam pertemuan pertamanya dengan Paus, diceritakan bahwa
Francis tidak banyak mengesankan dan diusir. Tetapi segera
setelah itu, Paus bermimpi aneh. Ia melihat sebuah pohon
palem tumbuh secara perlahan di kakinya sampai pohon itu
tumbuh menjadi tinggi dengan baik. Ketika ia memandang pohon
itu dengan terheran-heran atas makna mimpinya, sebuah
pancaran ketuhanan memasuki pikiran sang wakil Kristus itu
bahwa pohon palem itu menggambarkan laki-laki malang yang
telah diusirnya pada hari itu.
Pohon palem adalah simbol yang dipergunakan oleh para
Sufi, dan mimpi ini mungkin merupakan akibat dari
penggunaannya oleh Francis sebagai kiasan selama
audiensinya.1
Pada awal abad ketiga belas, Paus Innocent III, karena
yakin terhadap kebenaran misi orang suci itu (Francis),
mengijinkan pendirian Ordo Minor Brothers atau Ordo
Franciscan. Nama Lesser Brethren (Saudara yang Lebih Kecil)
dipandang menjadi suatu gelar yang didapat karena kerendahan
hati yang saleh, mungkin bisa mendorong seseorang untuk
bertanya-tanya, apakah ada suatu ordo yang dikenal sebagai
Greater Brethren (Saudara yang Lebih Besar)? Jika ada,
apakah mungkin ada hubungan di antara keduanya?
Satu-satunya kelompok yang dikenal seperti ini yang
merupakan orang-orang sezaman dengan St. Francis adalah
kelompok Greater Brothers, sebuah sebutan untuk tarekat Sufi
yang didirikan oleh Najmuddin Kubra, "Yang Agung". Hubungan
ini menarik perhatian. Salah satu karakter dari guru Sufi
Agung ini adalah bahwa ia mempunyai pengaruh yang aneh
terhadap binatang. Gambar-gambar tentang dirinya menunjukkan
dirinya dikelilingi burung-burung. Ia bisa menenangkan
seekor anjing yang marah hanya dengan memandangnya
--sebagaimana St. Francis dalam sebuah cerita terkenal
pernah menjinakkan seekor srigala. Berbagai keanehan
Najmuddin termasyhur di seluruh kawasan Timur enam puluh
tahun sebelum St. Francis dilahirkan.
Menurut riwayat, ketika St. Francis dipuji seseorang, ia
menjawab dengan ungkapan berikut ini, "Dalam pandangan
Tuhan, siapa pun tidak ada artinya."
Diriwayatkan bahwa ajaran Najmuddin Kubra adalah: Al-Haqq
Fahitn ahsan al-Haqiqah. (Kebenaran adalah yang bisa
mengetahui Hakikat).
Pada sekitar tahun 1224, yang terpenting dan ciri utama
dari semua kidung St. Francis adalah gubahan: The Cantico
del Sole (Kidung Matahari). Jalaluddin Rumi, pemimpin Darwis
Penari Berputar dan penyair terbesar Persia, menulis
beberapa syair yang dipersembahkan untuk Matahari, Matahari
Tabriz. Bahkan ia menyebut sebuah kumpulan syairnya dengan
"Kumpulan (Syair) Matahari Tabriz".
Dalam puisi ini kata "matahari" berulangkali
digunakan.
Jika memang benar bahwa St. Francis berusaha menjadikan
syair-syair (Rumi) itu sebagai sumber puisi troubador-nya,
maka kita bisa menduga bahwa ia pernah mengunjunginya atau
berusaha mengunjungi Timur. Kita juga menduga bahwa ia
disambut baik oleh orang-orang Saracen jika ia memang bisa
menemui mereka. Lebih jauh lagi, ia diharapkan telah
menghasilkan puisi Sufistik sebagai akibat dari
perjalanannya ke Timur. Sekarang kita bisa melihat apakah
fakta-fakta ini sesuai dengan sejarah dan juga dipahami oleh
orang-orang sezamannya?
Ketika ia berusia tiga puluh tahun, Francis memutuskan
untuk pergi ke Timur, terutama Syria yang merupakan
jantungAsia Kecil di mana tarekat Darwis Penari Berputar
didirikan. Karena terhalang oleh masalah keuangan, ia
kembali ke Italia. Kemudian ia kembali pergi, kali ini ke
Maroko. Ia berangkat bersama seorang teman dan melintasi
seluruh Kerajaan Aragon di Spanyol, meskipun tidak seorang
pun bisa mengatakan mengapa ia melakukan hal itu dan
sebagian biografer benar-benar dibuat bingung.
Spanyol sangat dipengaruhi oleh berbagai gagasan dan
madzhab-madzhab Sufi.
Ia tidak bisa mencapai Maroko karena sakit. Pada musim
semi tahun 1214 ia pulang.
Kali ini ia berangkat menuju Pasukan Salib, dimana
pengepungan kota Damietta tengah berlangsung. Sultan Malik
al-Kamil berkemah di seberang Sungai Nil --dan Francis pergi
untuk menemuinya. Ia disambut dengan baik dan teori yang ada
mengatakan bahwa ia pergi ke sana untuk mengkristenkan
Sultan. Seorang sejarawan berkata, "Sultan bukan saja
melepaskan kepergian Francis dengan kekaguman terhadap
sifat-sifat luar biasa dari orang itu, tetapi menerimanya
sepenuh hati, memperlakukannya dengan ramah dan memberikan
jaminan keamanan yang memungkinkannya untuk datang dan
pergi, dengan ijin sepenuhnya untuk mengajar murid-muridnya
serta mengikat perjanjian bahwa ia akan sering
mengunjunginya."
Kunjungan kepada orang-orang Saracen ini, menurut dugaan
para biografer, karena didorong keinginan untuk mengubah
agama Sultan. Bahkan diceritakan bahwa, "dua perjalanan
tanpa tujuan ini berakhir secara aneh dan mempengaruhi jalan
hidupnya." Perjalanan-perjalanan ini akan menjadi aneh jika
perjalanan tersebut bukan perjalanan seorang troubador yang
tengah mencari akar-akar kehidupannya. Keinginannya untuk
mencapai Maroko dikaburkan dengan kata-kata sebagai berikut,
"Adalah tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi dalam
ceritanya yang tidak terkait itu yang mungkin telah
mempengaruhi gagasan baru ini pada pikiran Francis."
Pada masa itu, pasukan Saracen dan istana-istana para
pangeran mereka merupakan pusat kegiatan Sufi. Hampir bisa
dipastikan bahwa di tempat inilah Francis menemukan apa yang
sedang dicarinya. Alih-alih mengubah agama para pasukan di
kamp Muslim, tindakan pertama Francis dalam menyeberangi
kembali Sungai Nil adalah berupaya mencegah orang-orang
Kristen untuk menyerang musuh. Melalui isyarat yang lazim,
hal ini dijelaskan oleh para sejarawan sebagai akibat mimpi
orang suci itu tentang kehancuran yang akan menimpa pasukan
Salib. "Peringatannya disambut dengan kemarahan, sebagaimana
yang telah diramalkannya. Namun pada bulan November
berikutnya, ramalannya itu benar-benar terbukti ketika
pasukan Salib dipukul mundur dengan kekalahan besar dari
tembok-tembok benteng Damietta.
Simpati Francis dalam keadaan demikian niscaya terbagi,
karena tidak mungkin ia melepaskan perasaan pribadi terhadap
sikap Sultan yang toleran dan bersahabat serta menerimanya
dengan sangat ramah."
"Kidung Matahari" yang diangkat sebagai puisi Italia
pertama itu digubah setelah perjalanan Francis ke Timur,
meskipun karena latar belakangnya sebagai troubador,
tidaklah mungkin para biografernya mempercayai bahwa dirinya
tidak menggubah puisi semacam itu sebelum karya ini:
Adalah tidak mungkin menduga bahwa
selama tahun-tahun ini (sebelum 1224, ketika ia menulis
kidung itu), sebagai pemimpin para troubador muda di
Assisi pada awal kehidupannya dan telah menyeberangi
hutan serta padang, Francis menyanyi untuk dirinya
sendiri setelah konversinya dan masih dalam bahasa
Prancis, kidung yang niscaya tidak sama dengan
kidung-kidung yang telah ia nyanyikan sepanjang jalan di
antara para sahabatnya yang menikmatinya --kidung-kidung
yang bercerita tentang perang dan cinta-- adalah tidak
mungkin bagi kita untuk menduga bahwa ini merupakan
pertama kali pada masa akhir itu bahwa ia menciptakan
kidung-kidung secara bersamaan untuk memuji Tuhan. Tetapi
ditegaskan bahwa sajak-sajak mentah dan kasar ini
merupakan awal dari puisi ketuhanan di Italia.
Suasana dan lingkungan Ordo Franciscan lebih dekat dengan
organisasi darwis dibandingkan dengan organisasi lainnya.
Selain cerita-cerita tentang St. Francis yang diyakini sama
dengan (cerita-cerita) para guru Sufi, semua jenis ceritanya
bersesuaian. Metodologi khusus yang disebut "doa suci" oleh
Francis, menunjukkan suatu afinitas dengan "dzikir" darwis,
yang berbeda jauh dengan (gerakan) memutar itu. Pakaian ordo
ini (jubah bertudung dan lengan jubah yang lebar) adalah
pakaian dari para darwis Maroko dan Spanyol. Seperti guru
Sufi Aththar, Francis mengubah jubahnya dengan baju
tambalan. Ia melihat malaikat agung dengan enam sayap,
sebuah kias yang biasa digunakan oleh para Sufi untuk
mengungkapkan rumusan Bismillah. Ia membuang salib-salib
yang dipakai untuk kekebalan diri oleh kebanyakan biarawan.
Tindakan ini mungkin atau tidak sesuai dengan apa yang
diceritakan. Tindakan ini mungkin menyerupai tindakan darwis
yang secara seremonial menolak sebuah salib dengan
kata-kata, "Anda mungkin mempunyai salib, tetapi kami
mengetahui makna salib," yang masih diucapkan sampai saat
ini. Secara kebetulan, hal ini mungkin asal-usul dari
kebiasaan (ordo) Templar yang diisyaratkan oleh banyak saksi
bahwa ksatria "menginjak-injak salib".
Francis menolak untuk menjadi seorang pendeta. Seperti
para Sufi, ia menyebarkan ajarannya kepada orang-orang awam.
Demikian pula, bahkan seperti para Sufi, namun bertentangan
dengan gereja, ia berusaha menyebarkan ajarannya kepada
semua orang dalam bentuk afiliasi tertentu. Ini merupakan
"kemunculan kembali di Gereja, karena ketetapan hirarkisnya
yang sepenuhnya demokratis --masyarakat Kristen, sebagaimana
dibedakan dengan domba sederhana yang harus diberi makan dan
jiwa yang harus diperintah."
Apa yang mencolok dari aturan-aturan yang diletakkan oleh
Francis adalah bahwa seperti para Sufi dan berbeda dengan
kalangan Kristen biasa, para pengikutnya tidak berpikir
pertama tentang penyelamatan mereka sendiri. Prinsip ini
ditekankan berkali-kali di kalangan Sufi, yang memandang
penyelamatan pribadi sebagai ungkapan kesombongan.
Ia "memulai dakwahnya di mana saja dengan mengucapkan
salam, yaitu --menurut pengakuannya telah diwahyukan Tuhan
kepadanya--Assalamu'alaikum. Tentu saja ini adalah salam
Arab."
Disamping berbagai gagasan, legenda dan praktik-praktik
Sufi, St. Francis mempertahankan berbagai aspek ajaran
Kristen dalam ordo tersebut.
Akibat dari pencampuran ini menghasilkan suatu organisasi
(ordo) yang tidak sepenuhnya matang. Seorang komentator abad
kesembilan belas meringkas perkembangan yang tidak bisa
dihindarkan itu:
Dari semua pencerahan selama enam abad
selanjutnya itu, kita bisa melihat ke belakang dan
menyaksikan Inquisisi membayang suram di balik jubah
pendeta Spanyol dan melihat sekelompok rahib yang
berjubah tambalan, para pengemis congkak dan kurang ajar,
muncul di balik wajah asli Francis. Ini semua menjelaskan
kepada kita betapa banyak kejahatan bercampur dengan
kebaikan dan betapa musuh dari setiap kebenaran dengan
cerdik telah mencampur biji tar dengan biji
gandum.
Catatan:
1 Thariqat (pohon kurma
[palem]) merupakan kata sandi untuk "Sufisme". Lihat
anotasi "Tarekat."
|