| |
|
Pada tanggal 27 Agustus 1999 lalu, di SCTV ditayangkan sebuah acara peresmian pondok pesantren Al-Zaytun, ponpes termodern, termegah, yang diresmikan oleh Presiden Habibie. Peresmian itu juga dipublikasikan cukup semarak oleh media cetak seperti koran dan majalah. Di SCTV itu, Presiden Habibie nampak akrab dengan sesepuh Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yaitu Syekh Panji Gumilang alias Toto Salam, alias Abu Toto alias Abi Toto, pimpinan gerombolan Islam sesat yang tidak mewajibkan shalat. Saya yakin, Habibie tidak tahu siapa itu Toto Salam, karena pada dasarnya Habibie memang tergolong awam mengenai Islam dan dinamika intern ummat Islam. Paling-paling yang dikenal Habibie cuma NU dan Muhammadiyah. Pada majalah Forum no. 22 edisi 5 September 1999, halaman 65, bisa dilihat sosok Toto Salam sang pemimpin gerombolan Islam sesat yang sangat pandai bersandiwara. Meski secara formal tidak mewajibkan shalat lima waktu, namun di hadapan orang yang dianggapnya 'belum paham' ia berpura-pura shalat dan sebagainya, tetap mendirikan mesjid atau mushalla di lingkungan pondok pesantrennya maupun di sekitar markasnya. Dan ia selalu menyikapi dengan dingin setiap hujatan yang ditujukan kepadanya, hingga yang menghujat lelah dengan sendirinya. Di ANTEVE pada acara "Fakta" edisi 31 Agustus 1999 lalu, ditayangkan adanya eksploitasi sekelompok gerombolan terhadap ibu-ibu rumahtangga dan pembantu rumah tangga untuk mengumpulkan dana. Kejadian yang diungkap "Fakta" di ANTEVE itu adalah salah satu aktivitas gerombolan Toto Salam di dalam mengumpulkan dana. Salah seorang pengurus pondok pesantren di kawasan Bekasi, pernah menangkap basah sekelompok remaja yang nampak giat mengumpulkan dana dengan membawa-bawa map berisi kotak amal. Sekelompok anak remaja itu menggunakan identitas ponpes yang ia pimpin, padahal ponpesnya itu tidak pernah mengerahkan massa untuk mengumpulkan dana dengan cara-cara seperti itu. Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata mereka itu semua adalah anggota gerombolan Toto Salam. Di atas bis kota juga sering kita temui sejumlah orang yang naik-turun meminta sumbangan. Diantara mereka pastilah terdapat anggota gerombolan Toto Salam, karena cara itu merupakan salah satu upaya gerombolan Toto Salam mengumpulkan dana. Mengenai profil Toto Salam ada baiknya baca buku berjudul "Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo" karangan Al-Chaidar, khususnya halaman 228. Buku tersebut banyak terdapat di berbagai toko buku seperti Gramedia dan sebagainya. Buku tersebut, meski tidak terlalu rinci menyinggung profil Toto Salam dan gerombolannnya, namun sudah cukup membuat Toto Salam berang. Bahkan mereka memberikan label 'haram' kepada buku tersebut. Lucunya, mereka justru 'mewajibkan' anggotanya membaca karya Al-Chaidar lainnya yaitu "Reformasi Prematur". Sikap berang yang ditunjukkan gerombolan ini kepada Al-Chaidar bisa dimengerti, karena Al-Chaidar pernah bergaul akrab dengan komunitas Toto Salam. Mereka mengkhawatirkan, Al-Chaidar akan membongkar isi perut gerombolan mereka kepada publik. Pada akhir Agustus lalu, Al-Chaidar sempat diajak 'makan bersama' di Kalibata atas undangan seorang Jenderal berbintang dua. Di situ, Al-Chaidar sempat dinasehati agar jangan terlalu serius menulis tentang gerakan Islam. Rupanya tentara dan pemerintah sampai saat ini tidak bisa membedakan antara gerakan Islam yang murni dan yang palsu. Dulu, Rudini selaku Mendagri dan elite Golkar pernah meresmikan LEMKARI dan menjadikannnya bagian dari Golkar. Padahal, Lemkari itu jelmaan Islam Jama'ah yang kini bernama LDII, yaitu aliran Islam sesat yang pernah dilarang Kejaksaan Agung (1971).
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |