Kebebasan Wanita Jilid 5

oleh Abdul Halim Abu Syuqqah

 

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Pengantar Penerbit

Pasal I. PERKAWINAN DALAM SYARIAT ISLAM

  1. Allah Menjadikan Laki-laki sebagai Sandaran Wanita dan Menjadikan Wanita sebagai Penenang Laki-laki
    1. Wanita Saleh adalah Sebaik-baik Harta Benda Dunia
    2. Perkawinan adalah Separuh Agama
    3. Istri Mukminah Membantu terhadap Urusan Akhirat
    4. Wanita Saleh termasuk Unsur Kebahagiaan
  2. Perkawinan Merupakan Sunnah Para Nabi a.s.
    1. Nabi Adam a.s.
    2. Nabi Nuh a.s. 
    3. Nabi Ibrahim a.s. 
    4. Nabi Luth a.s. 
    5. Nabi Ya'qub a.s.
    6. Nabi Musa a.s. 
    7. Nabi Daud a.s. 
    8. Nabi Zakaria a.s. 
  3. Perkawinan adalah Sunnah Nabi Kita Muhammad saw.
    1. Rasulullah saw. Menganjurkan Perkawinan
    2. Rasulullah saw. Mengingkari Pembujangan
    3. Rasulullah saw. Berusaha Menyegerakan Perkawinan Anak Laki-laki
    4. Para Sahabat Bersegera Mengawinkan Anak Laki-laki
    5. Rasulullah saw. Ingin Segera Mengawinkan Anak Perempuan
    6. Para Sahabat Berusaha Mengawinkan Para Janda
    7. Pemerintah Islam Harus Membantu Urusan Perkawinan
    8. Syariat Membolehkan Sindiran untuk Melamar Wanita yang Telah Ditalak dan Janda Pada Masa Iddah sebagai Pendahuluan Perkawinan
    9. Syariat memudahkan Perkawinan Begitu Habis Masa Iddah Talak dan Iddah Wafat
  4. Syariat Memudahkan Pelaksanaan Perkawinan
    1. Memudahkan Peminangan
    2. Mempermudah Maskawin
    3. Mempermudah Aqad (Ijab-Qabul)
  5. Keadaan Laki-laki dan Wanita Dalam Perkawinan

Pasal II. MEMINANG

  1. Macam-macam Cara Meminang (Khitbah)
    1. Lamaran Melalui Keluarga Pihak Wanita
    2. Meminang dengan Berbicara Langsung kepada si Wanita
    3. Orang Tua Si Wanita atau Kerabatnya Menawarkan kepada Orang-orang yang Mereka Ridhai Akhlak dan Agamanya
    4. Pihak Laki-laki Melamar Wanita Melalui Pemuka Masyarakat
    5. Pemuka Masyarakat Meminang untuk Sebagian Sahabatnya
    6. Wanita Menawarkan Dirinya kepada Laki-laki yang Saleh
    7. Mengemukakan Sindiran untuk Meminang pada Masa Iddah (Yakni Iddah Kematian Suami dan Iddah Talak Bain)
  2. Melihat Si Wanita pada Waktu Meminang
    • Catatan
      1. Arti Penting Masa Peminangan
      2. Istikharah Sebelum Meminang
  3. Jawaban Terhadap Dua Persoalan yang Berhubungan dengan Melihat Wanita Waktu Dipinang
  4. Adab-adab Pada Waktu Meminang
    1. Tidak Boleh Meminang Pinangan Orang Lain
    2. Memperlakukan Si Peminang sebagai Laki-laki Asing
    3. Dianjurkan Menemui dan Memberi Hadiah
  5. Memelihara Kecocokan antara Calon Suami-Isteri Merupakan Syarat Kesempurnaan Peminangan
  6. Mencintai sebelum Meminang, Apakah Dibenarkan? 
    1. Kecenderungan Hati dan Cinta kepada Wanita Tertentu
    2. Keinginan Kawin dengan Laki-laki yang Saleh
  7. Beberapa Patokan Bolehnya Mencintai Sebelum Meminang 

Pasal III. MAHAR (MASKAWIN)

  1. Mahar adalah Hak Murni bagi Wanita dan Tidak Boleh Nikah Tanpa Mahar
    1. Wajib Memberikan Mahar yang Sepadan kepada Wanita Yatim
    2. Tidak Batas minimal dan Maksimal untuk Mahar
  2. Beberapa Contoh Mahar pada Zaman Nabi Muhammad saw.
    1. Mahar Lima Ratus Dirham
    2. Mahar Empat Ribu Dirham
    3. Mahar dengan Masuknya Suami kedalam Agama Islam
    4. Mahar Emas Sebesar Biji Kurma
    5. Mahar dengan Sebentuk Cincin Besi, Izar, atau Mengajari Si Wanita Beberapa Ayat Al-Qur'an
    6. Mahar Baju Besi Huthamiyah
    7. Mahar Kebun
    8. Mahar Seratus Ribu Dirham
  3. Keutamaan Memberikan Seluruh Mahar atau Sebagiannya Sebelum Dukhul (dan Bolehnya Menangguhkan yang Sebagian sebagai Tanggungan Suami)
  4. Wanita Berhak Mendapatkan Mut'ah Bila Mahar Belum Ditentukan Besar-kecilnya, dan Bila Sudah Ditentukan maka Dia Berhak Mendapatkan Separuhnya (yaitu Kalau Ia Ditalak Sebelum Terjadinya Hubungan Biologis)
    1. Mahar Tetap Menjadi Tanggungan Suami Jika Ia Meninggal Dunia Sebelum Campur
    2. Mahar Tidak Boleh Ditarik Kembali oleh Suami Jika Ia Menceraikan Istrinya
    3. Mahar Tidak Boleh Ditarik Kembali oleh Suami Jika Ia Me-li'an Istrinya
    4. Suami Berhak Meminta Kembali Maharnya, Seluruhnya atau Sebagiannya, Jika Isteri Melakukan Khulu' (Talak Tebus)

Pasal IV. AKAD NIKAH

  1. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan Berkenaan dengan Akad Nikah
    1. Kebebasan Wanita untuk Memilih Suami
    2. Izin Wali antara Wajib dan Anjuran
    3. Kehadiran Wali pada Waktu Akad Nikah
    4. Persyaratan dalam Akad Nikah
    5. Mengumumkan Perkawinan
    6. Beberapa Adab Menpergauli Isteri 

Pasal V. KEDUDUKAN WANITA DALAM KELUARGA DAN PERSAMAAN HAK ANTARA SUAMI-ISTERI

Kedudukan Wanita Dalam Keluarga dan Hak-hak yang Seimbang antara Suami-Isteri

  1. Hak Asasi yang Umum: Hak Pemeliharaan 
  2. Hak-hak yang Seimbang 
  3. Pesan-pesan yang Saling Melengkapi
    1. Pesan-pesan yang ditujukan kepada Kaum Laki-laki
    2. Pesan-pesan yang ditujukan kepada Wanita
  4. Kerangka Umum Penunaian Hak 
  5. Hak Asasi yang Umum: Hak Ri'ayah
    1. Tanggung Jawab Pertama Suami: Kepemimpinan terhadap Keluarga
    2. Tolong-menolong antara Suami-Isteri dalam Menunaikan Tanggung Jawab Kepemimpinan
    3. Tanggung Jawab yang Kedua untuk Suami: Memberi Nafkah kepada Keluarga
    4. Tolong-menolong antara Suami-Isteri untuk memenuhi Tanggung Jawab Nafkah
    5. Tugas Pertama Wanita: Memelihara dan Mendidik Anak
  6. Bukti-bukti Pelaksanaan dari As-Sunnah (tentang Tanggung Jawab Wanita Terhadap Pemeliharaan Anak)
    1. Pada Zaman Para Nabi a.s.
    2. Pada Zaman Nabi saw.
  7. Tolong-menolong antara Suami-Isteri Untuk Menyempurnakan Tugas Memelihara dan Mendidik Anak
    1. Penetapan Rasulullah saw. terhadap Tanggung Jawab Laki-laki
    2. Rasulullah saw. Mencium Anak-anak dan Cucu Beliau dan Bermain-main dengan Mereka
    3. Rasulullah saw. Bermain-main dengan Puteri Istri Beliau, Ummu Salamah
    4. Hanzhalah, Seorang Sahabat yang Mulia, Tertawa-tawa dan Bermain-main dengan Anak-anaknya
    5. Rasulullah saw. Turut Serta Mendidik Anak Istri Beliau Ummu Salamah
  8. Tugas Wanita Kedua: Mengatur Urusan Rumah Tangga
    • Beberapa Kesaksian atau Bukti dari Al-Qur'an
  9. Tolong Menolong antara Suami-Isteri dalam Menunaikan Tugas mengurus Urusan Rumah Tangga
    1. Rasulullah saw. Melayani Keluarganya
    2. Ali bin Abi Thalib Membantu Isterinya
    3. Jabir bin Abdullah Membantu Isterinya

Pasal VI. KEDUDUKAN WANITA DALAM KELUARGA DAN HAK-HAK YANG SEIMBANG ANTARA SUAMI DAN ISTERI

HAK-HAK PARSIAL BAGI SUAMI-ISTERI

  1. Mengenai Cinta Antara Suami-Isteri
  2. Hak Pertama bagi Masing-masing Suami-Isteri: Hak Kelemahlembutan
  3. Hak Kedua bagi Masing-masing Suami-Isteri: Hak Kasih Sayang
  4. Hak Ketiga bagi Suami-Isteri: Hak Reproduksi
  5. Hak Keempat bagi Suami-Isteri: Kepercayaan dan Baik Sangka
  6. Hak Kelima bagi Suami-Isteri: Hak Keterlibatan dalam Berbagai Kepentingan, Urusan Umum, dan Khusus
  7. Hak Keenam: Hak Untuk Berhias
  8. Hak Ketujuh bagi Suami-Isteri: Hak untuk Bergaul dan Melakukan Hubungan Biologis
  9. Hak Kedelapan bagi Masing-masing Suami-Isteri: Hak untuk Mendapatkan Hiburan
  10. Hak Kesembilan bagi Suami-Isteri: Hak Cemburu

Pasal VII. PERSELISIHAN ANTARA SUAMI-ISTERI DAN PEMECAHANNYA

  1. Kekhasan Perselisihan Suami-Isteri
    1. Kembali (Ruju') setelah Talak Raj'i
    2. Kembali (Ruju') setelah Talak Ba'in
    3. Kembali (Ruju') setelah Talak Bat
  2. Tingkat-tingkat Perselisihan dan Jalan Pemecahannya
    1. Mencegah Lebih Baik dari Mengobati
    2. Perselisihan Tingkat Pertama
    3. Perselisihan Tingkat Kedua
    4. Perselisihan Tingkat Ketiga

Pasal VIII. HAK UNTUK BERPISAH BAGI SUAMI-ISTERI

  1. Penaduhuluan: Mewujudkan Kemaslahatan Merupakan Tujuan Pembuat Syariat yang Abadi
  2. Hak Talak Bagi Laki-laki
    1. Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Talak
    2. Macam-macam Talak
    3. Syarat-syarat Sahnya Talak
    4. Adab-adab yang Berhubungan dengan Talak
  3. Usulan tentang Penertiban/Pengaturan Talak
    1. Pengantar
    2. Langkah Penertiban yang Diusulkan
  4. Hak Khulu' bagi Wanita
    1. Proses terjadinya Khulu'
    2. Ukuran Besar Kecilnya Fidyah (Tebusan)
    3. Apakah Khulu' Itu Talak atau Fasakh?
    4. Pengaturan Khulu'

Pasal IX. POLIGINI

  1. Syarat-syarat Poligini
    1. Dapat Berlaku Adil
    2. Mampu Memberikan Nafkah kepada Isteri-isterinya dan Anak-anaknya serta Orang yang Menjadi Tanggungannya
    3. Mampu Memelihara Istrei-isteri dan Anak-anaknya dengan Baik
  2. Faktor-faktor yang Mendorong Poligini
    1. Memecahkan Problema dalam Keluarga
    2. Memenuhi Kebutuhan yang Mendesak Bagi Suami
    3. Hendak Melakukan Perbuatan yang Baik terhadap Wanita Saleh yang Tidak Ada yang Memeliharanya
    4. Ingin Menambah Kesenangan Karena Kesehatnnya Prima dan Kuat Ekonominya
  3. Beberapa Contoh Poligini
    1. Abu Bakar Memadu Asma' binti Umais setelah Wafatnya Ja'far bin Abi Thalib
    2. Umar ibnul Khaththab Berobsesi untuk Memadu Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib
    3. Bukhari Membawakan Riwayat-riwayat Berikut Secara Mu'allaq
  4. Petunjuk Nabi saw. Mengenai Monogami dan Poligini
  5. Adab-adab yang Berhubungan dengan Poligini
  6. Beberapa Problem yang Ditimbulkan oleh Poligini
    1. Bertambahnya Tanggung Jawab diatas Pundak Suami
    2. Menambah Beban dan Kesulitan diatas Pundak Suami
    3. Suami harus Selalu Sadar dan Hati-hati
  7. Nestapa dan Penderitaan yang Dialami Sebagian Wanita Karena Poligini
    • Pengaturan/Penertiban Poligini

(sesudah)


Kebebasan Wanita (Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah)
Abdul Halim Abu Syuqqah
Penerjemah: Drs. As'ad Yasin
Juni 1998
Penerbit Gema Insani Press
Jln. Kalibata Utara II No.84 Jakarta 12740
Telp. (021) 7984391-7984392-7988593
Fax. (021) 7984388

Indeks Islam | Indeks Wanita | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team