Tentang Pengarang
Penulis buku ini, Profesor Abdul Halim Muhammad Abu
Syuqqah, adalah seorang tokoh yang belum begitu dikenal di
kalangan cendekiawan. Sebab, beliau belum banyak membuat
tulisan yang membuat beliau dikenal orang atau dengan kata
lain, belum banyak menurunkan tulisan yang dapat
mempublikasikan siapa dirinya kepada orang lain. Tulisan
beliau masih terbatas dalam bentuk artikel-artikel yang
dimuat dalam beberapa majalah Islam. Padahal sebenarnya
beliau banyak menulis dan merekam buah pikirannya dalam
berbagai bidang. Tulisan-tulisan beliau mengandung ide-ide
yang cemerlang dan teori-teori reformasi yang unggul. Hanya
saja, ide-ide beliau sering seperti mutiara yang masih
berserakan di sana sini dan belum ditata dalam satu ikatan.
Beliau masih terus mengulur-ulur waktu sehingga menemukan
tali pengikat yang diidam-idamkan.
Di samping itu sikap hati-hati dalam menyusun buku ini
--sikap pelan dan hati-hati disenangi oleh Allah dan
Rasul-Nya menurut nash yang sahih-- membuat beliau membaca
berulangkali pemikiran yang telah dituangkan ke dalam bentuk
tulisan, dan mendiskusikannya dengan teman-teman dekat
beliau, sehingga beliau betul-betul yakin akan kebenaran
yang ditulis. Mungkin juga beliau melakukan ralat dan
perbaikan sehingga beliau betul-betul merasa mantap dan puas
dengan tulisannya.
Meskipun Prof. Abdul Halim yang juga dijuluki Abu
Abdurrahman ini tidak begitu dikenal di kalangan luas,
kalangan yang mengenalnya merasa kagum dan mengakui
kemampuannya dalam berpikir secara tenang dan mendalam;
pandangannya yang kritis, reformis, dan berani mengemukakan
apa yang diyakininya benar; sampai pada kejujuran dan sikap
istiqamahnya sehingga lahir dan batinnya tetap seirama.
Saya tegaskan di sini bahwa saya sudah mengenalnya secara
baik sejak seperempat abad silam, ketika kami sama-sama
bekerja di kementerian pendidikan di Qatar. Sejauh yang saya
tahu, beliau selalu berbicara jujur, benar, bersih, sopan,
halus, jenius, dan kritis. Di dalam pergaulan hidup, saya
mengenalnya sebagai seorang muslim yang sangat konsisten
pada ajaran Islam serta senantiasa mempelajari hukum dan
ajaran agama untuk diterapkan pada diri dan keluarganya.
Beliau tidak belajar untuk pandai beretorika atau
membangga-banggakan kehebatan dan kepintaran yang dimiliki,
tetapi untuk dijadikan petunjuk dalam kehidupannya.
Kekonsistenan beliau tidak didasarkan pada Islam mazhab
tertentu dari mazhab-mazhab yang lazim diikuti atau Islam
suatu periode dari periode-periode sejarah terdahulu, dan
bukan pula Islam suatu negara dari negara-negara Islam yang
dikenal. Akan tetapi, Islam beliau adalah Islam Al Qur'an
dan Sunnah semata. Karena itulah dia sangat hati-hati dalam
membuat tulisan agar jangan berdasarkan pada pendapat ulama
ini atau ulama itu. Sebab ulama mana pun di dunia ini pasti
memiliki kelebihan dan kekurangannya, bagaimana pun
kehebatan ilmu pengetahuan dan fatwanya.
Saya mengenalnya sebagai seorang pendidik yang didukung
bakat, studi, dan pengalaman. Beliau pernah menjadi guru
sekolah lanjutan atas dan direktur sebuah SLTA di Doha.
Karena itu, tidak mengherankan jika pada diri beliau sering
terlihat semangat seorang pendidik yang senantiasa berupaya
memberi dan mengajar dengan berbagai cara dan metode yang
sangat menarik.
Saya juga mengenalnya sebagai seorang pemburu kebenaran
yang ikhlas dalam mencarinya, tidak pernah merasa jemu dan
bosan untuk mengetahui rahasianya, serta teliti dalam
membaca dan mengkaji. Sifat tekun dan teliti serta berpikir
dan mengamati merupakan beberapa keistimewaan yang cukup
menonjol dan ciri yang sangat kentara dalam seluruh
kehidupannya. Beliau tidak suka terburu-buru membuat
keputusan dan kesimpulan, serta tidak suka meniru-niru.
Keputusan dibuat melalui kajian yang teliti dan pemikiran
yang mendalam. Setelah itu baru beliau menyusun catatan
tentang pokok-pokok pikiran yang masih berserakan untuk
dihimpun dan disusun secara rapi.
Beliau juga seorang yang sederhana dan rendah hati.
Apabila diberi nasihat, beliau tidak cukup sekadar menerima.
Lebih dari itu, beliau meminta nasihat lebih banyak dan
lebih banyak lagi dari orang yang beliau percayai ilmu dan
pendapatnya, sehingga beliau yakin betul dengan hasil yang
disimpulkan. Beliau senantiasa lapang dada dalam menerima
pendapat lain, tidak acuh bila menemukan suatu kebenaran.
Beliau menampakkan wajah yang ceria, siap beradu pendapat,
menghapuskan atau menambahkan, mendiskusikan dan
memperbaiki, hingga beliau sampai kepada suatu kesimpulan
yang betul-betul mantap.
Beliau selalu mendambakan perbaikan, tidak berhenti kalau
sudah mengenal jenis penyakit, tetapi senantiasa berusaha
menentukan obat dan menjelaskan cara perawatannya.
Beliau selalu mendukung semangat kemudahan dan keluwesan
dalam menyampaikan dakwah Islam, khususnya mengenai
kasus-kasus yang berkaitan dengan keluarga dan masyarakat.
Beliau pun tidak mengada-ada mencari kemudahan dalam syariat
Allah. Beliau hanya mengikuti saja kemana arah syariat itu
berjalan. Hal itu tidaklah aneh sebab memberikan kemudahan
merupakan roh dan darah daging syariat Islam.
Beliau tumbuh dan berkembang dalam gerakan Ikhwanul
Muslimin sejak usia remaja serta dekat dengan pendiri dan
pembina pertamanya, Imam Hasan al-Banna. Beliau menyatu
dengan aturan khusus Ikhwanul Muslimin yang pada saat itu
menghimpun pemuda-pemuda pilihan serta pernah masuk penjara
karena terlibat di dalam salah satu kasus Ikhwanul Muslimin.
Melalui hubungan tersebut beliau berhasil memetik berbagai
pengalaman. Dakwah sangat berpengaruh terhadap pola
berpikir, kecenderungan, dan tindak tanduknya. Setelah
matang dan mapan, beliau membuat catatan-catatan yang jeli
dan kritis terhadap apa yang telah beliau alami, tidak takut
atau bakhil menyebutkan dan menjelaskannya, apalagi mengenai
aturan khusus Ikhwanul Muslimin serta perkembangannya.
Sejak edisi pertama majalah Al-Muslim al-Mu'ashir --dalam
kelahiran majalah ini, peran dan jasa beliau sangat besar,
bahkan beliaulah yang memiliki ide dan menghimbau untuk
menerbitkannya-- telah kita lihat pembicaraan beliau yang
sangat menarik dan berani mengenai krisis pemikiran muslim
modern. Melalui hal itu terungkaplah kemampuan beliau dalam
menyelami, menganalisis, dan mengkritik, sekaligus juga
tentang kedalaman pemahaman beliau terhadap agama dan
kehidupan serta keberanian dalam menentang apa yang beliau
yakini salah, meskipun akhirnya beliau dikenal orang sebagai
seorang tokoh yang kontroversial.
Pada edisi berikutnya beliau menurunkan tulisan mengenai
krisis akhlak muslim modern . Kedua tulisan tersebut
membuktikan bahwa beliau adalah seorang yang memiliki
kejelian berpikir, kecermelangan pemikiran, dan jiwa yang
kritis. Beliau hidup pada zamannya sekaligus mengenal seluk
beluknya dan menghadapinya dengan hati seorang mukmin,
pemikiran seorang peneliti, dan kemauan seorang reformis,
jauh dari asal bunyi dan taklid buta.
|